Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5787 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Trobisch, walter.
Malang: Gandum Mas, 1979
306.8 TRO jt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Arindina Meisitta Widhikora
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara forgiveness dan psychological well-being pada individu yang menikah. Pengukuran forgiveness menggunakan alat ukur transgression-related interpersonal motivation 12-scale form (McCullough., et al, 1998) dan pengukuran psychological well-being menggunakan alat ukur Ryff’s psychological well-being scale (Ryff, 1995). Partisipan berjumlah 74 individu yang memiliki karakteristik sebagai seseorang yang terikat dalam hubungan pernikahan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara forgiveness dengan psychological well-being pada pasangan yang menikah (r = 0.318; p = 0.006, signifikan pada L.o.S. 0.01). Artinya, semakin tinggi skor forgiveness yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi ia menampilkan kesejahteraan secara psikologis. Berdasarkan hasil tersebut, perlu diadakan intervensi untuk meningkatkan forgiveness sebagai salah satu faktor dibalik bertambahnya psychological well-being.

This research was conducted to find the correlation between forgiveness and psychological well-being in married couples. Forgiveness was measured by using an instrument called transgression-related interpersonal motivation 12-scale form (McCullough, et al, 1998) and psychological well-being was measured by using an instrument called Ryff‟s psychological well-being scale (Ryff, 1995). The participants of this research were 74 individuals with a characteristic of currently being married.
The main result of this research showed that forgiveness is positively and significantly correlated with psychological well-being (r = 0.318; p = 0.006, significant at L.o.S. 0.01). That is, the higher the level of forgiveness in one‟s own nature, the higher that person shows psychological well-being inside oneself. Based on such results, there needs to be an intervention to increase forgiveness as one of the factors in increasing psychological well-being.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Khori Imami
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara komitmen perkawinan dengan kualitas perkawinan. Komitmen perkawinan didasarkan pada teori menurut Johnson dkk. (1999), bahwa komitmen perkawinan terbagi atas tiga tipe yaitu personal, moral dan struktural. Peneliti mengajukan hipotesis bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komitmen perkawinan dengan kualitas perkawinan.
Subyek penelitian adalah individu yang telah menikah dengan melalui proses ta'aruf. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner komitmen perkawinan yang diadaptasi dari Johnson dkk. (1999) dan juga Quality Marriage index (QMI) yang diadaptasi dari Norton (1983). Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji korelasi Pearson Product Moment.
Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan dari ketiga tipe komitmen dengan kualitas perkawinan, sehingga hipotesis yang diajukan diterima. Selain itu, ditemukan juga bahwa hasil uji korelasi antara ketiga tipe komitmen tersebut memiliki kekuatan korelasi yang berbeda, dimana kekuatan korelasi komitmen personal adalah kuat, komitmen moral adalah sedang dan komitmen struktural adalah lemah.

This study aims to determine whether there is a relationship between the marital commitment with marital quality in individuals who were married through ta'aruf process. The marital commitment is based on theory according to Johnson et al. (1999), that marital commitment is devided into three types, namely personal, moral and structural. Researcher hypothesized that there is a significant positive relationship between marital commitment with marital quality.
Research subject in this study were individual who had married through ta'aruf process. Instrument that used in this study was a questionnaire, adapted from marital commitment of Johnson et al. (1999) and also the Quality of marriage Index (QMI), which was adapted from Norton (1983). The analytical methods used to test the hypothesis using Pearson Product Moment Correlation test.
Result of the analysis showed that there was a significant positive correlation of the three types of commitment are correlated with the quality of the marriage, so the hypothesis is accepted. In addition, it was found also that the result of correlations between the three types of commitment have different correlation force, which the type of personal commitment is strong, moral commitment is moderate and structural commitment is weak.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60223
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezky Utari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jenis komitmen perkawinan dengan penyesuaian perkawinan pada individu yang menikah melalui proses ta?aruf. Komitmen perkawinan diduga memiliki hubungan dengan penyesuaian perkawinan (Dean & Spanier, 1974). Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengukuran komitmen perkawinan dilakukan dengan menggunakan alat ukur komitmen perkawinan Johnson, dkk. (1999) dan pengukuran penyesuaian perkawinan dilakukan dengan menggunakan alat ukur Marital Adjustment Test. Pada penelitian ini terdapat tiga jenis komitmen yaitu komitmen personal, komitmen moral dan komitmen struktural.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis komitmen personal dan moral memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan penyesuaian perkawinan. Namun pada komitmen struktural dengan penyesuaian perkawinan memiliki hubungan yang tidak terlalu signifikan. Komitmen personal dan komitmen moral merupakan faktor internal yang ternyata berhubungan dengan penyesuaian perkawinan sementara itu komitmen struktural tidak berhubungan dengan penyesuaian perkawinan yang merupakan faktor eksternal.

This study was conducted to determine the relationship between the types of commitment of marriage with marital adjustment in individuals who were married through ta'aruf process. Marital commitment suspected of having correlation with marital adjustment (Dean & Spanier, 1974). The study was conducted using a quantitative approach. Measurement of marital commitment made by using a measuring instrument commitment of marriage Johnson, et al. (1999) and marital adjustment measurements performed using a measuring instrument Marital Adjustment Test. In this study, there are three types of commitments that personal commitment, moral commitment and structural commitment.
The results showed that the type of personal commitment and moral have a positive and significant relationship with marital adjustment. But the structural commitment has a relationship that is not too significant with marital adjustment. Personal commitment and moral commitment are internal factors that were associated with marital adjustment while the commitment is not related to the structural adjustment of marriage which is an external factor.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60775
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ni Putu Mayda Anggarini Artana
"ABSTRAK
Tak sedikit individu yang menaruh harapan besar bahwa pernikahan akan
membawa kebahagiaan pada dirinya. Namun seringkali terdapat
ketidaksesuaian pemikiran individu mengenai pernikahan dengan kenyataan
yang dihadapi, sehingga individu merasa tidak puas pada pernikahannya.
Pemikiran akan pernikahan tersebut berkembang menjadi beliefs atau yang
lebih dikenal sebagai relationship beliefs. Penelitian sebelumnya menyatakan
bahwa beliefs yang tidak realistis pada pasangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan yang dihadapi, akan menyebabkan penurunan kepuasan pernikahan
individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
relationship beliefs khususnya dysfunctional relationship beliefs dengan
kepuasan pernikahan pada suami atau istri. Sebanyak 174 suami dan 173 istri
berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan negatif yang signifikan antara relationship beliefs suami atau
istri dengan kepuasan pernikahan suami atau istri. Selain itu, diketahui hasil
bahwa dimensi relationship beliefs yaitu sexes are different, merupakan
dimensi yang paling berkontribusi terhadap kepuasan pernikahan. Hal ini terjadi
karena budaya kolektivis yang dianut masyarakat Indonesia serta faktor
demografis yaitu jumlah anak yang memengaruhi hasil penelitian.
ABSTRACT
Many individuals have high expectation that marriage will bring happiness to
them. But, sometimes what they think do not resemble the reality, and they tend
to feel dissatisfy with their marriage. Their thought can develop into beliefs or
commonly known as relationship beliefs. Previous studies showed that
unrealistic beliefs to their spouse or inconsistency between beliefs and reality,
will decrease their marital satissfaction. This study is aimed to investigate the
correlation between relationship beliefs and marital satisfaction among married
men and women. There are 174 husbands and 173 wives who participated in
this research. The results show that there is significant negative correlation
between relationship beliefs and marital satisfaction. The other results show that
relationship beliefs?s subscale ?sexes are different?, is significantly strongest
endorsement of marital satisfaction. This condition occurred because of
collectivism in Indonesia?s people and demographic factor is number of
children that contributed to this study results"
2016
S62867
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mona Safitri Fatiah
"ABSTRAK
Persentase perempuan yang menikah muda (usia <20 tahun) mengalami
peningkatan pada Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat sampai
sekarang. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan determinan perilaku wanita
usia 15-24 tahun dalam perspektif Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP).
Penelitian ini menggunakan desain penelitian case control yang terdiri dari 66
kasus dan 66 kontrol. Kelompok kasus adalah wanita usia 15 ? 19 tahun yang
menikah pada usia <20 tahun, sedangkan kelompok kontrol adalah wanita usia 20
? 24 tahun yang menikah pada usia ≥20 tahun. Penelitian ini menemukan faktor
yang berhubungan adalah: pendidikan perempuan (OR = 3.065 95% CI: 1.352 -
6.949); pekerjaan perempuan (OR = 3.615 95% CI: 1,065 - 12268); pekerjaan
ayah (OR = 0.163 95% CI: 0,027 - 0978) dan pekerjaan suami (OR = 5,4 95% CI:
0.287 - 16.453).
Penelitian ini merekomendasikan untuk memperhitungkan keempat faktor
tersebut dalam mengurangi kejadian pernikahan muda di Kota Depok.

ABSTRACT
The percentage of early marriage women (age <20 years old) is increasing at
Pancoran Mas subdistric at Depok City, West Java. This study aims to determine
behavioral determinant of women age 15 ? 24 years old in having good
perspective of mature age for married.
This study used case control study design with involved 66 case and 66
control. Case were women age 15 ? 24 young who married at aged <20 years old
when controls were women 15 ? 24 young who married at aged ≥20 years old.
This study shows that the determinants of early marriage women were women?s
education (OR=3,065 95% CI: 1,352 ? 6,949); women?s occupation (OR=3,615
95% CI: 1,065 ? 12,268); womenn?s father occupation (OR= 0,163 95% CI:
0,027 ? 0,978) and women?s husband occupation (OR=5,4 95% CI: 0,287 ?
16,453).
This study recommended to take into accounted all the determinant to reduce
the early marriage at Depok City."
2016
T46261
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iffah Karimah Salsabila
"ABSTRAK
Kesiapan menikah merupakan salah satu kunci kesejahteraan dan kesehatan calon pengantin. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kesiapan menikah dan karakteristik calon pengantin perempuan di Jakarta Selatan. Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif sederhana dengan studi cross-sectional, melibatkan 125 calon pengantin perempuan dari 10 Kecamatan di wilayah Jakarta Selatan yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Kesiapan menikah diukur menggunakan instrumen Criteria for Marriage Readiness yang telah diterjemahkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56,8 calon pengantin perempuan di Jakarta Selatan mempunyai kesiapan menikah yang baik. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pendidikan, pelayanan, dan penelitian keperawatan untuk meningkatkan kesiapan menikah pada calon pengantin perempuan. Selain itu, perawat dan tenaga kesehatan lainnya sebaiknya memberikan pelayanan kesehatan baik kesehatan reproduksi maupun kesehatan psikologis kepada calon pengantin.

ABSTRACT
Married readiness is one of the keys to the well being and health of the bride. This study aims to identify the description of marriage readiness and characteristics of bride in South Jakarta. The design of this study is a simple quantitative descriptive with cross sectional study, involving 125 bridal candidates from 10 sub districts in South Jakarta selected by consecutive sampling technique. Marital readiness is measured using the translated Criteria for Marriage Readiness instrument. The results showed that 56,8 of bride in South Jakarta have good marriage readiness. This research is expected to be useful for education, service, and nursing research to improve the marriage readiness of the bride. In addition, nurses and health workers should provide health services both reproductive health and psychological health to prospective brides."
2017
S68729
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bisuk Billy Burton
"Tahun 2017 merupakan tahun dimana jumlah penduduk dengan status bercerai di Indonesia terbanyak sepanjang beberapa tahun kebelakang dan jumlah ini di proyeksikan akan terus bertambah hingga sepuluh tahun mendatang. Jika jumlah penduduk bercerai terus mengalami peningkatan, bukan tidak mungkin dampak-dampak dari perceraian itu sendiri akan semakin dirasakan baik oleh pasangan yang bercerai maupun pada anggota keluarga lainnya. Menurut Dirjen Badan Peradilan Agama, Mahkamah Agung terdapat tiga belas alasan terjadinya perceraian di Indonesia dimana ke-tiga belas alasan tersebut dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar yaitu faktor ekonomi, sosial dan demografi. Pada penelitian ini peneliti akan berfokus pada pengaruh faktor demografi dan ekonomi terhadap status perkawian penduduk di Indonesia. Dengan menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2017 dan dengan menggunakan metode Multinomial Logistic Regression, penelitian ini menemukan bahwa sex ratio secara statistik signifikan mempengaruhi kemungkinan terjadinya cerai baik cerai hidup maupun cerai mati dimana semakin tinggi sex ratio maka kemungkinan terjadinya cerai akan berkurang. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin lama usia perkawinan pasangan maka kemungkinan terjadinya cerai akan meningkat baik cerai hidup maupun cerai mati. Selain melihat pengaruh dari faktor-faktor tersebut pada penduduk secara keseluruhan, penelitian ini juga melihat pengaruh dari faktor-faktor yang ada terhadap penduduk laki-laki dan perempuan secara terpisah.

Year 2017 is the year with the largest number of the population with the divorce status in Indonesia for the past few years and this number is projected to continue growing for the next ten years. If the number of divorced population continues to rise, it is not impossible that the effects of divorce itself will significantly impact the divorced couples as well as other family members. According to the Directorate General of Religious Justice Institution of the Supreme Court (Dirjen Badan Peradilan Agama, Mahkamah Agung), there are thirteen reasons of divorce in Indonesia which are classified into three major groups, namely economic, social and demographic factors. In this study, the researcher will focus on the influence of demographic and economic factors on the marital status of the population in Indonesia. By using data from the National Economic Social Survey (Survei Sosial Ekonomi Nasional) of year 2017 and the Multinomial Logistic Regression method, this study concludes that the sex ratio statistically significantly affect the possibility of divorce where the higher the sex ratio, the likelihood of divorce will decrease. This study also shows that the longer the years of marriage, the possibility of divorce will increase. Other than examininbg the influence of these factors on the population as a whole, the study also examines the impacts of existing factors to male and female populations, respectively.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danny Rahadiyan Rizal
"Makalah ini meneliti efek dari rumah tangga yang berantakan terhadap seorang remaja di dalam film Catch Me If You Can(2002), sebuah film karya Steven Spielberg. Cerita ini berdasarkan kisah nyata yang terjadi pada sekitar tahun 1960. Film ini menceritakan tentang seorang penipu muda yang berhasil mencairkan dana hampir sebesar empat juta dolar dengan cek palsu. Alasan mengapa dia menjadi seorang penipu adalah kunci utama analisis makalah ini. Diasumsikan bahwa dia terpengaruh oleh keadaan rumah tangganya yang berantakan. Makalah ini menyimpulkan bahwa rumah tangga yang berantakan menyebabkan efek negatif terhadap anak.

This paper examines the effect of broken family to a teenager in Catch Me If You Can movie (2002), a film by Steven Spielberg. The plot is based on true story which took place around 1960s. It is a story of a young conman who successfully cashed almost $4 million dollar in fraudulent checks. Why he became a conman is the main key of this paper's analysis. It is assumed that he was influenced by his broken family. To be able to fulfill this objective, review on previous researches has been done. This paper concludes that broken family cause a negative impact to the children."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>