Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30007 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lamur, H.E.
The Hague: Nijhoff, 1973
301.32 LAM d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Riznawaty Imma Aryanty
"The impact of Urbanization to food habits and socio-demographic characteristics was examined by comparing a total of 150 elderly subjects from rural, low income urban and middle income urban community (50 in each area) in Bandung district, West Java. All subjects had the same ethnicity (Sundanese). Urban subjects should migrated to the city for at least 30 years.
Data collection was done from January to March 1996. The data was collected through personal interview, anthropometric assessment and in-depth interview to selected individuals. These data collection was aimed to obtain information on food habits, health status, psychological well-being and nutritional status. Changes in food habits was gathered by using list of food which included current and past consumption frequency. Health status data was collected through subjective health reported by the subjects. Nutritional status was assessed by using several anthropometric measurement namely weight, height, armspan and calf circumference.
Changes in consumption frequency of several food items were found between current and past situation and also among areas. Several indicators of psychological well-being were also found significantly different among the three areas. No difference of nutritional status indices among areas were found.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lamur, H.E.
S-Gravenhage: H.L. Smits, 1973
312.883.6 Lam d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Ratna Sari
"Penelitian ini bertujuan melihat faktor - faktor yang berpengaruh terhadap kejadian komplikasi persalinan serta perbedaan risiko ibu yang mengalami komplikasi persalinan menurut karakteristik sosio demografi dan sosio ekonomi. Berdasarkan temuan pada analisis deskriptif , dapat disimpulkan bahwa persentase tertinggi ibu yang mengalami komplikasi persalinan terdapat pada pendidikan menengah, bertempat tinggal di perkotaan, status ekonomi menengah, jarak kelahiran ≤ 24 bulan, umur ibu 20 - 34 tahun, urutan kelahiran 1 dan ≥ 4, dengan penolong persalinan medis, tempat bersalin di fasilitas kesehatan, dan memiliki riwayat komplikasi kehamilan. Berdasarkan ibu yang memiliki komplikasi kehamilan, didapatkan bahwa hanya 13,5 persen yang melakukan perawatan antenatal.
Berdasarkan analisis inferens dengan model logit biner, dapat disimpulkan bahwa dengan memperhatikan kondisi tingkat pendidikan, urutan kelahiran, komplikasi kehamilan, penolong persalinan, tempat bersalin, interval serta faktor klasifikasi seperti status ekonomi dan tempat tinggal secara signifikan berpengaruh terhadap kejadian komplikasi persalinan. Perbedaan risiko pada umumnya menunjukkan pola yang sama dengan hasil dari analisis deskriptif, namun pada model dengan faktor klasifikasi status ekonomi pada hasil out put menunjukkan tidak terdapat perbedaan risiko yang signifikan pada setiap status ekonomi dan ditemukan bahwa jenis komplikasi persalinan tertinggi yaitu persalinan lama banyak terdapat pada tingkatan umur 15 - 19.

The Objective of this research is to study about factors affecting the incidence of delivery complications and also risk differences on the basis of socio demographic and economic. On descriptive analysis, we found the highest percentage are women who have secondary education, who live in urban, middle-class economy, birth interval < 24 month, age of women at delivery 20 - 34 years old, birth order 1 and ≥ 4 children, medical assistance at delivery, place of birth at medical facility, and have pregnancy complications. We also found that among women who have pregnancy complication only 13,5 percent of them went for antenatal care.
Based on inferential binner logistic models, it can be concluded, that education, birth order, pregnancy complications, assistance at delivery, place of birth and birth interval and clasification factors : economic status and residence are significant in affecting the incidence of delivery complications. In generally the risk differences have similar pattern with analysis descriptif except economic status. We also found prolonged labor is the highest delivery complication in most teenege ( 15 - 19 years old)."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniati Bachrun
"Dampak demografis pemakaian kontrasepsi tidak hanya tergantung pada prevalensi kontrasepsi tetapi juga tergantung pads kelangsungan pemakaian kontrasepsi. Ketidaklangsungan pemakaian kontrasepsi yang tinggi mengindikasikan adanya ketidakpuasan terhadap suatu metode kontrasepsi atau pelayanan KB yang dipcroleh dari suatu sumber alat/cara KB. Oleh karena itu penting untuk mengetahui variasi ketidaklangsungan pemakaian kontrasepsi dari sumbcr alat/Cara KB yang berbeda pada wanita dengan karakteristik sosiodemografi yang berbeda.
Penelitian ini mempelajari pengaruh snmber alat/cara KB dan faktor sosiodemografi terhadap ketidaklangsungan pemakaian kontrasepsi di Indonesia, bcrdasarkan data historis pemakaian kontrasepsi dalam kalender SDKI 2007, dengan menggunakan metode analisis IW table dan rcgresi C5x.
Hasil analisis lgfe table tingkat ketidaklangsungan pemakaian kontrasepsi menunjukkan bahwa tingkat ketidaklangsungan lebih tinggi pada pemakaian kontrasepsi oleh wanita dengan karakteristik: memperoleh kontrasepsi dari surnber swasta, menggunakan pil KB, bertujuan menunda kelahiran, berusia lebih muda, dengan jumlah anak Iebih sedikit, mempunyai tingkat pendidikan dan status sosialekonomi tinggi dan tinggal di daerah perkotaan.
Hasil analisis multivariat menggunakan model regresi Cox menunjukkan bahwa pemakaian kontrasepsi yang berasal dari sumber Iainnya mempunyai risiko ketidaklangsungan pemakaian kontrasepsi lebih kecil daripada pemakaian kontrasepsi yang bersumber dari fasilitas swasta atau pemerintah. Pcmakaian metode kontrasepsi jangka panjang, jumlah anak masih hidup, dan motivasi yang kuat untuk membatasi kelahiran mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap ketidaklangsungan pemakaian kontrasepsi. Sedangkan faktor sosiodemografi seperti umur, urnur kawin penmna dan tingkat pendidikan pasangan suami istri dan bertempat tinggal di perkotaan berpengaruh positif signifikan terhadap kctidaldangsungan pcmakaian kontrascpsi.

The effect of using contraception demographically not only depend on contraceptive prevalence but also on contraceptive continuation. Higher contraceptive discontinuation indicates dissatisfaction of using a contraceptive method. Hence, it is important to study the variation of contraceptive discontinuation of different contraceptive source on women with some socio demographic characteristics.
This research studies the effect of contraceptive source and socio demographic factors on contraceptive discontinuation in Indonesia, based on calendar data of 2007 Indonesian Demographic and Health Survey. Life table analysis and Cox regression are used to describe this effect.
Life table analysis results shows that higher contraceptive discontinuation is found on women with private contraceptive source, using pill, birth spacing as contraceptive intention, younger, viewer children, higher education, higher socio economic status and live in urban.
Cox regression model results that using contraceptive method from other source has lower contraceptive discontinuation risk than using contraceptive method from private or government Facilities. Long term method, number of living children and stronger motivation to limiting birth has significant and negative effect on contraceptive discontinuation. Socio demographic factors as age, age at first union, spouse education and live in urban has significant and positive effect on contraceptive discontinuation.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T34246
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsir
"Abstract. Public Service Motivation (PSM) is still a nascent theory that need to be proved with any contexts of many countries around the world, especially developing countries that might have different contexts related to cultures, beliefs, views on the importance of financial rewards, etc. This study aims to identify the PSM level and socio-demographic antecedents, especially age, gender, marital status, education, income, and political ideology, among civil servants in Indonesia. Using mean and chi- square tests on responses by 398 respondents of civil servants in Padang, West Sumatra, this study tested the PSM levels and socio-demographic antecedents affecting the PSM level among the civil servants. The findings of this study indicated that the PSM level of the civil servants tends to be at a low level compared to that of civil servants in developed countries. In addition, there is significant correlation between some of socio demographic antecedents and the level of PSM. The results of this study imply that PSM theory is not cross-culturally viable.
Abstrak. Motivasi Pelayanan Publik masih merupakan teori yang baru lahir yang perlu dibuktikan dengan berbagai temuan (konteks) dari berbagai negara di seluruh dunia, terutama negara-negara sedang berkembang yang mungkin saja memiliki perbedaan konteks budaya, kepercayaan, pandangan mengenai pentingnya ganjaran finansial, dan sebagainya. Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat motivasi pelayanan publik dan berbagai faktor sosio-demografis yang mempengaruhinya, khususnya yang berkaitan dengan umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pendapatan, dan ideologi politik, di kalangan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Indonesia. Dengan menggunakan uji rata-rata (mean) dan uji chi-square berdasarkan tanggapan dari 398 responden PNS di Padang, Sumatera Barat, kajian ini telah menguji tingkat motivasi pelayanan publik dan faktor sosio-demografis yang mempengaruhinya di kalangan PNS di Indonesia. Hasil kajian ini mengindikasikan bahwa tingkat motivasi pelayanan publik di kalangan PNS cenderung berada pada tingkat rendah dibandingkan tingkat motivasi pelayanan publik di kalangan pegawai negeri di negara-negara maju. Selain itu, hasil kajian
ini membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara beberapa faktor sosio-demografis dan tingkat motivasi pelayanan publik di kalangan PNS. Hasil kajian ini mengimplikasikan bahwa teori motivasi pelayanan publik tidaklah berlaku secara lintas budaya."
2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Hana Ashillah
"Latar Belakang: Pada tahun 2019, air sumur menjadi sumber air bersih utama bagi 76,18% rumah tangga di Indonesia, tetapi Provinsi DKI Jakarta menjadi wilayah dengan nilai Indeks Kualitas Air terendah ke-3 di Indonesia. Tujuan: Menganalisis hubungan antara faktor topografi, sosio-demografi, dan kejadian banjir terhadap kualitas air sumur di Provinsi DKI Jakarta tahun 2017-2019. Metode: Desain studi ekologi dengan menggunakan data sekunder dan unit analisis kelurahan yang berjumlah 261. Analisis data menggunakan uji korelasi dan analisis spasial. Hasil: Kualitas air sumur selama kurun waktu 2017-2019 di wilayah Provinsi DKI Jakarta sebagian besar tidak memenuhi syarat sebanyak lebih dari 83%. Wilayah yang kualitas air sumurnya rentan tercemar adalah Kota Jakarta Utara. Faktor yang berhubungan signifikan terhadap kualitas air sumur adalah ketinggian wilayah (p = <0,001), kepadatan penduduk (p = 0,015), dan tingkat pendidikan rendah (p = 0,028). Kesimpulan: Kualitas air sumur di Provinsi DKI Jakarta tahun 2017-2019 sebagian besar tidak memenuhi syarat dengan faktor risiko berupa ketinggian wilayah, kepadatan penduduk, dan tingkat pendidikan. Saran: Pemerintah daerah dan swasta dapat berkolaborasi untuk memperluas jaringan air perpipaan agar kualitas air lebih terjamin serta melakukan publikasi dan edukasi kepada masyarakat terkait kondisi air sumur, pencegahan, serta cara mengatasi pencemaran air sumur.

Background: In 2019, well water was the primary clean water source for 76.18% of Indonesian households, but DKI Jakarta had the third-lowest Water Quality Index in Indonesia. Objective: To analyzed the impact of topographic, socio-demographic factors, and flood events on well water quality in DKI Jakarta from 2017 to 2019. Methods: Ecological study design used secondary data and analysis units consisting of 261 sub-districts. Data analysis used correlation tests and spatial analysis. Results: The quality of well water during the 2017-2019 period in the DKI Jakarta Province area mostly did not meet the standards by more than 83%. The area with vulnerable well water quality was North Jakarta City. Factors significantly related to well water quality were altitude (p = <0.001), population density (p = 0.015), and low education level (p = 0.028). Conclusion: Well water quality in DKI Jakarta from 2017 to 2019 was mostly substandard due to elevation, population density, and education levels. Recommendation: Local governments and private sectors should expand the piped water network and educate the public on well water quality, prevention, and solutions.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki Amalia Tazkiyah
"Usaha untuk menjelaskan pengaruh karakteristik sosio-demografis pada kepedulian lingkungan sering dilakukan oleh survey-survey international, namun tak ada satupun yang berusaha mengobservasi pada pekerjaan spesifik pemulung. Dalam keadaan tersebut, penelitian ini mengukur pengaruh karakter sosiodemografis pada kepedulian lingkungan melalui penggunaan clustered sample dari 72 pemulung di Daerah Tanggerang Selatan.
Hasil temuan tersebut memperlihatkan kelas sosial, ideologi politik, dan residensi, kepedulian lingkungan diantara pemulung dirangking pengaruh tertingginya adalah kelas sosial (terdiri dari pendidikan dan pemasukan). Dikontrol dengan umur dan jenis kelamin, kelas sosial adalah satu-satunya variabel dalam temuan ini yang berlaku (signifikan) di tingkat populasi.

Efforts to examine the effects of socio-demographic characteristics on environmental concern have often been conducted by international surveys, none of which attempted to observe a specific occupation of scavengers. In this sense, this study measured the effects of socio-demographic characteristics on environmental concern by applying a multistage sampling to attain 72 respondents of scavengers in Tangerang Selatan.
The results found that out of social class, political ideology, and residence, environmental concern among these scavengers ranked the highest effect from social class (constituted by education and income). Controlled by age and sex, social class was the only variable which has enough evidence to proof that it is significant in the population level.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Agus Permadi
"Studi ini fokus terhadap miskonspesi HIV di Indonesia. Berdasarkan survey Demographic and Health Surveys (DHS) Program, terdapat tiga miskonspesi yang umum tentang HIV: (1) apakah HIV bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk, (2) apakah penularan HIV bisa terjadi melalui berbagi makanan dengan seseorang yang memiliki HIV, dan (3) apakah seseorang yang terlihat sehat bisa memiliki HIV. Menggunakan data the Indonesia DHS tahun 2017, studi ini menginvestigasi dampak dari dua faktor - sosio-demografi dan eksposur media – terhadap miskonsepsi HIV di Indonesia. Studi ini menemukan bahwa responden yang termasuk ke dalam kelompok umur yang lebih muda, tinggal di area perkotaan, memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan memiliki eksposur yang tinggi terhadap media memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk memiliki miskonsepsi terhadap HIV. Hasil ini mengindikasikan bahwa untuk menekan miskonsepsi HIV di Indonesai, pemerintah perlu membuat program intervensi yang targeted.

This study focuses on HIV misconceptions in Indonesia. Based on Demographic and Health Surveys (DHS) Program, there are three common misconceptions about HIV: (1) whether HIV can be transmitted through mosquito bites, (2) whether transmission occurs by sharing food with a person who has HIV/AIDS, and (3) whether a healthy-looking person could have HIV. Using 2017 the Indonesia DHS, this study examines the impact of two factors - socio-demographic and media exposure - on HIV misconceptions in Indonesia. I found that respondents who belong to the younger age group, living in urban areas, have a higher degree of education, and have higher exposure to media were less likely to have misconceptions about HIV. This result indicates that to reduce HIV misconceptions in Indonesia, the government should make a targeted intervention program.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Cherry Chaterina
"ABSTRAK
Pendahuluan : Anak yang mengalami kekerasaan seksual memiliki risiko lebih besar untuk mengalami gangguan jiwa dan faktor sosio-demografi  dinilai memengaruhi timbulnya gangguan jiwa tersebut. Tujuan penelitian untuk melihat gambaran profil sosio-demografi pada anak yang mengalami kekerasan seksual serta melihat hubungan antara profil sosio-demografi tersebut dengan gangguan jiwa.
Metode : Penelitian obsevasional dengan rancangan studi analitik potong lintang yang dilakukan pada Februari 2017 hingga Juli 2018 dengan melibatkan 101 anak di RSUPN Cipto Mangunkusumo dan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi DKI Jakarta. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner data demografi, SPM dan CPM untuk kapasitas intelektual serta MINI-KIDS untuk penilaian gangguan jiwa. Analisis data menggunakan uji chi-aquare  dan Fisher-exact test untuk analisis bivariat dan regresi logistik untuk analisis multivariat.
Hasil : Dari penelitian ini diperoleh hasil kekerasan seksual terjadi 40,6% pada usia kanak  dan 70,3% subjek berjenis kelamin perempuan. Sejumlah 35,7% subjek memiliki kapasitas intelektual di bawah rata-rata. Jenis kekerasan seksual terbanyak (64,3%) adalah kekerasan seksual kontak dengan penetrasi. Psikopatologi terbanyak adalah gangguan penyesuaian dengan afek depresi (18,9%), sementara gangguan stres pasca trauma sebesar 2%. Gangguan penyesuaian umumnya dialami setelah anak menghadapi stressor lain pasca kejadian kekerasan seksual. Usia pertama kali mengalami kekerasan seksual, kapasitas intelektual anak dan jenis kekerasan seksual adalah faktor sosio-demografi  yang berkorelasi positif dengan timbulnya gangguan jiwa (p<0,01).
Kesimpulan : Pada penelitian ini disimpulkan ada hubungan antara faktor usia pertama kali mengalami kekereasan seksual, kapasitas intelektual anak dan jenis kekerasan seksual dengan gangguan jiwa pada anak yang mengalami kekerasan seksual.

ABSTRACT
Introduction : Children who experienced sexual violence have greater risk of experiencing mental disorders and socio-demographic factors are considered to influence this condition. The aim of this study is to know the socio-demographic profile of children who experienced sexual violence and to see the association between socio-demographic profile and mental disorders.
Method : It was a cross sectional analytic study, conducted from February 2017 to July 2018, involving 101 children in Cipto Mangunkusumo Hospital and the Integrated Service Center for Women and Children Empowerment (P2TP2A) Jakarta. The data was collected by using demographic questionnaires, SPM, CPM, MINI-KIDS. Data analysis would be done by SPSS for windows.
Result : The study show sexual violence occurred 40.6% at school age and 70.3% in girls. A third subject (35.7%) had below average intellectual capacity. Most common type of sexual violence (64.3%) is contact with penetration. Most psychopathology is adjustment disorder (18.9%) while posttraumatic stress disorder is 2%. Adjustment disorders occured when child faces another stressor after sexual violence. Sosio-demographic factors that are positively correlated with mental disorders are age of having sexual violence for the first time, intellectual capacity of children and type of sexual violence.(p <0.01).
Conclusion : Socio-demographic factors associated with mental disorders in children who experienced sexual violence are age of having sexual violence for the first time, intellectual capacity of children and type of sexual violence."
2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>