Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173667 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anung Respati
"Tingginya prevalensi hipertensi dan stroke pada masyarakat kota Pariaman dan kebiasaan duduk di lapau, sebagai gaya hidup sedentari pada laki-laki, yang dilatarbelakangi budaya. Penelitian dilakukan dengan disain Kasus-Kontrol tidak berpasangan, pada 117 Kasus dan 117 Kontrol, laki-laki berusia 21 - 40 tahun. Kasus dipilih dari orang yang berkunjung ke RSUD Pariaman dan sebuah rumah sakit swasta di Pariaman, sedangkan Kontrol adalah tetangga Kasus dari rumah yang terdekat melingkupi rumah Kasus dan dipilih secara acak (Population based control). Kasus adalah penderita hipertensi ringan tanpa komplikasi yang berkunjung ke rumah sakit pada tahun 2006, dan pada saat wawancara mempunyai tekanan darah sistolik 140 -159 mmHg atau diastolik 90 -99 mmHg. Regresi logistik dilakukan untuk menganalisis hubungan ini.
Terdapat 35,9% responden dari kelompok Kasus beraktivitas rendah dibandingkan dengan 14,S% dari kelompok Kontrol. Pada waktu bekerja terdapat 32,5% responden dari kelompok Kasus dengan indeks rendah dibandingkan dengan 22,2% dari kelompok Kontrol. Terdapat 17,1% responden dari kelompok Kasus dengan indeks olah raga rendah dibandingkan dengan 6,8% dari kelompok Kontrol, dan pada waktu senggang terdapat 24,8% responden dari kelompok Kasus dengan indeks rendah dibandingkan dengan 27,4% dari kelompok Kontrol.
Laki-laki Pariaman usia 21 - 40 tahun dengan tingkat aktivitas fisik rendah mempunyai risiko untuk mengalami hipertensi ringan 4,06 kali lebih besar (OR 4,06 ;95%CI 1,81 - 9,10) dibandingkan laki-laki Pariaman usia 21 - 40 tahun dengan tingkat aktivitas fisik tinggi setelah dikontrol dengan status gizi dan frekuensi kebiasaan makan roti isi.
Aktivitas fisik yang rendah berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi ringan. Kebiasaan duduk di lapau harus diimbangi dengan meningkatkan kebiasaan olah raga Dinas Kesehatan Kota Pariaman didukung jajaran lain terkait perlu lebih mempromosikan upaya peningkatan aktivitas fisik di masyarakat dengan kampanye olah raga dan jalan kaki.

The high prevalence on hypertension and stroke among the people city of Pariaman and the sitting habit in the lapau, coffee stalls, as a sedentary life's style of men that culturally set up. Study is using an impaired case-control design with 117 cases and 117 controls of men aged 21 - 40 years old. Cases are chosen from visitors of General Hospital of the Distric of Pariaman ang of one Private Hospital in Pariaman, while controlsare the cases?neighbours from the closest house which surround the cases? houses and randomly selected (Population based control). Cases are stage I hypertension (JNC 7) patients without any comlpication who visit to hospital on 2006 and while interviewedis having blood pressure of systolic on 140 - 159 mmHg or diastolic on 90- 99 mmHg. Logistic regression is performed to analyze this association.
There are 35.9% of low physical activities among cases' group compare to 14.5% of controls' group. During work time, there are 32-5% of respondents of case group that having low index, while 22.2% of control group. Seventeen point one percent (17.1%) respondent from the cases' group have low sport index compared to 6.8% of controls' group. During leissure time, there are 24.8% respondents irom the cases' group are having low index, while 27.4% of controls' group.
Men in the city of Pariaman aged 21 - 40 years with low level of physical activity have a risk to develop stage I of hypertension 4.06 times greater (OR 4.06; 95%CI : 1.81 - 9.10) than men in the city of Pariaman aged 21 - 40 years with high level of physical activity after being controlled for overweight status and habitual frequency of stuffed bread consumption.
Low physical activity influences the occurrence of 1st stage hypertension. Sitting habit in the lapau must be balanced with more higher habit of exercising. The Health Autority of kota Pariaman, supported by its related components, should increase the promotion on the importance of physical activities of the community, such as a campaign on community exercise and walking.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34528
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prihandriyo Sri Hijranti
"Mild Cognitive Impairment (MCI) adalah masa transisi antara masa menua normal dan masa demensia, namun tidak didapatkan gangguan kemampuan menjalankan aktivitas sehari-hari. MCI dapat diidentifikasi dengan deteksi dini di fasilitas pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujan untuk mengetahui hubungan Hipertensi dengan kejadian MCI pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cipayung Kota Depok.
Penelitian dilakukan dengan desain Cross Sectional menggunakan Instrumen MoCA-Ina tervalidasi. Responden dalam penelitian ini berusia 60 tahun keatas non-demensia dan non-depresi. Analisis data menggunakan stratifikasi dan analisis multivariat menggunakan cox regression.
Hasil analisis data diperoleh prevalensi MCI sebesar 46,8% dan lansia dengan hipertensi sebesar 68,9%. Selain itu, hasil multivariat menunjukkan bahwa lansia dengan hipertensi kemungkinan berisiko 1,7 kali (PR= 1,70; 95% CI 1,077-2,699) mengalami kejadian MCI dibandingkan lansia normotensi setelah dikontrol variabel lain. Usaha untuk deteksi dini dengan skrining pada orang hipertensi dapat membantu dalam menjaring kasus MCI pada lansia.

Mild cognitive impairment (MCI) described as a transition phase between healthy cognitive aging and dementia but that does not interfere with activities of daily life. MCI can be detected early in the health facility. The objective of this study was to identified the association between hypertension in elderly and MCI in Cipayung Health center, Depok City.
This is a cross sectional study, utilized the primary data from the early detection using validated Montreal Cognitive test for Indonesia (MoCA-Ina). Participant of this study was non demented and non-depressed elderly people age more than 60 years old. The data analysis was performed with stratification and cox regression multivariate analysis.
The results of study showed the prevalence of MCI is 46,8% and Elderly with hypertension is 68,9%. The result of multivariable analysis showed that elderly people with hypertension probably had 1,7 risk to get MCI with PR=1,705 (95% CI 1,077 - 2,699) than elderly with normotension after adjusted with other variable. For the purpose of early detection of dementia, screening should be taken seriously as a possible pre-stage of MCI in elderly.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48400
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qonitah Azzahra
"ABSTRAK
Hipertensi pada remaja semakin meningkat dan menyebabkan peningkatan berbagai penyakit degeneratif lainnya ketika dewasa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan yang paling berhubungan terhadap kejadian prehipertensi dan hipertensi pada remaja usia 15-18 tahun di SMA Negeri 3 Kisaran Kabupaten Asahan Sumatera Utara tahun 2016. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional yang dilakukan pada 145 responden kelas X dan XI. Variabel dependen yang diteliti adalah hipertensi dan prehipertensi sedangkan variabel independen yang diteliti adalah jenis kelamin, riwayat hipertensi keluarga, status gizi, asupan energi, asupan lemak, asupan natrium, asupan serat, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, keadaan stres dan durasi tidur.
br>
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi prehipertensi 42,1% dan hipertensi 12,4%. Berdasarkan hasil analisis bivariat terdapat perbedaan bermaknan antara prehipertensi dan hipertensi berdasarkan jenis kelamin (p value = 0,005), riwayat hipertensi keluarga (p value = 0,040), status gizi (p value = 0,012), asupan lemak (p value = 0,036), asupan natrium (p value = 0,031), asupan serat (p value = 0,010), aktivitas fisik (p value = 0,044), keadaan stres (p value = 0,043), dan durasi tidur (p value = 0,023). Sedangkan bedasarkan analisis multivariat, faktor dominan kejadian prehipertensi dan hipertensi adalah aktivitas fisik. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meneliti hubungan kasualitas pada faktor-faktor tersebut dan untuk mencari apakah ada faktor dominan lain yang berhubungan dengan kejadian prehipertensi dan hipertensi pada remaja. Peneliti menyarankan agar siswa rutin melakukan pengukuran tekanan darah setidaknya sebulan sekali, aktif berolahraga paling sedikit tiga kali seminggu, memantau berat badan minimal sebulan sekali untuk memantau status gizi baik, dan menjaga asupan zat gizi dengan mengonsumsi makanan sesuai dengan pedoman gizi seimbang.

ABSTRACT
Hypertension in adolescents has increased and led to an increase in various other degenerative diseases when adults. The purpose of this study was to determine the most dominant factor that related to the incidence of prehypertension and hypertension in adolescents aged 15-18 years old at SMA Negeri 3 Kisaran Asahan District North Sumatra in 2016. The study used cross-sectional design which was conducted on 145 respondents of 10th and 11th grader. The dependent variables in this study is hypertension and prehypertension, while independent variables were gender, family history of hypertension, nutritional status, energy intake, fat intake, sodium intake, fiber intake, physical activity, smoking, stress and sleep duration.
The results showed that the prevalence of prehypertension and hypertension were 42,1% and 12,4% respectively. Based on the bivariate analysis, there were significant differences between prehypertension and hyepertension based on sex (p value = 0,005), family history of hypertension (p value = 0,040), nutritional status (p value = 0,012), fat intake (p value = 0,036), sodium intake (p value = 0,031), fiber intake (p value = 0,010), physical activity (p value = 0,044), stress (p value = 0,043), and sleep duration (p value = 0,023). While based on the multiariate analysis, the dominant factor of prehypertension and hypertension was physical activity.
Further research is needed to examine the relationship of causality on these factors and to explore whether there other dominant factor of prehypertension and hypertension among adolescents. The author suggests that the students should routinely check the blood pressure measurements at least once a month, exercise at least three times a week, monitoring the body weight at least once a month to maintain good nutrional status, and keep the intake of nutritionts by eating foods according to balanced nutriotional guidelines.
"
2016
S63406
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Maola Noviansyah, Nur Lina
"Hipertensi didefinisikan sebagai suatu peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi primer pada laki-laki usia 45 tahun ke atas di rumah sakik umum daerah Kabupaten Ciamis. Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Hasil penelitian menunjukan jumlah responden yang merokok dengan jumlah >10 batang perhari 69,81% 62,26% responden menghisap rokok dengan cara menghisap dalam, responden menghisap rokok >10 tahun sebanyak 73,50% dan responden yang merokok dengan jenis filter sebanyak 52,83%. Hasil uji stastistik chi square menunjukan bahwa jumlah rokok >10 batang perhari (OR=3,748 CI=1,525-9,215 p<0,05) menghisap rokok dengan cara dalam (OR=3,827 CI=1,653-8,859 p<0,05) menghisap rokok >10 tahun (OR=4,312 CI=1,640-11,343 p<0,05) dan rokok dengan jenis filter (OR=2,963 CI=1,343-,537 p<0,05). Hasil : faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit hipertensi primer pada laki-laki usia >45 tahun yaitu jumlah rokok, lama merokok dan cara merokok. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa jenis rokok, jumlah rokok, lama merokok dan cara merokok merupakan faktor-faktor risiko kejadian hipertensi. Saran penulis pada penderita hipertensi supaya berhenti merokok. "
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Siliwangi, 2005
JKKI 7:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Hotma Parulian
"Latar Belakang : Peningkatan prevalensi penderita hipertensi di masyarakat DKI Jakarta disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat dimodifikas maupun tidak. Aktifitas fisik sehagai salah satu lilktor yang dapat mencegah hipertensi perlu mendapat perhatian yang lebih karena faktor ini termasuk: salah satu faktor yang dapat dimodifikasi dengan usaha dan biaya yang tidak terlaiu besar.Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya besar hubungan antara kejadian hipertensi dengan aktivitas fisik pada masyarakat di lima wilayah DKI Jakarta tahun 2006.
Metode : Penelitian ini dilakukan dengan disain cross sectional dan dianalisis secara kohort menggunakan data sekwtder dari survey faktor resiko PTM utama di lima wilayah DKI Jakarta tahun 2006. Kasus ekspos adalah subyek yang melakukan aktivitas fisik renda yang berjumlah 668 orang subyek dan non ekspos adalah subyek yang melakukan aktivitas tinggi sejumlah 668 orang. Perbandingan kasus ekspos dan non ekspos adalah 1:1, hingga jumlah keseluruhan subyek penelitian 1336 subyek.
Hasil : Hasil penelitian mendapatkan proporsi hipertensi pada subyek yang beraktivitas rendah sebesar 65,5% dab pada subyek yang beraktivitas tinggi 58 8%. Hasil analisis menunjukkan bahwa aktivitas fisik berhubungan secara signiflkan dengan kejadian hipertensi. Dengan nilai p (p value) = 0,0001, setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin dan peketjaan didapat OR aktivitas tinggi 0,750 dengan 95% CI (0,601- 0,937) menunjukkan bahwa dengan beraktivitas dapat mengurangi risiko untuk menderita penyakit hipertensi sebesar 4 kali. Dalam penelitian ini variabel Jenis kelamin. umur, tingkat pendidilcan, status perkawinan, diaberes mellitus, hiperkolesterol, low HDL, IMT, dan pekerjaan semua mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian hipertensi (nilai p < α), sementara variabel merokok, hiper LDL dan kecukupen serat walaupun berhubungan tetapi hubungannya dengan hipertensi tidak signiflkan (nilai p > a).
Kesimpulan : Aktivittas fisik tinggi dapat mengurangi resiko untuk terkena penyakit hipertensi, semakln sering kita me1akukan aktivitas fisik semakin rendah resiko untuk menderita penyakit. Subyek yang melakukan aktifitas fisik rendah lebih beresiko untuk terkena hipertensi 4 kali dibanding subyek yang melakukan aktifitas fisik tinggi."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21021
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pangaribuan, Lamria
"Hipertensi merupakan penyebab utama tingginya morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Penderita stroke sebesar 40-70% adalah penderita hipertensi. Prevalensi hipertensi di Indonesia masih tergolong tinggi. Pada perempuan usia > 18 tahun prevalensi hipertensi sebesar 31,9%. Hipertensi juga merupakan penyebab kematian nomor tiga (6,8%) di Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan status pekerjaan dengan kejadian hipertensi pada wanita menikah usia 30-65 tahun di Indonesia. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Data dianalisis dengan analisis univariat, bivariat dan analisis multivariat dengan uji cox regression. Populasi adalah wanita menikah usia 30-65 tahun dari Riskesdas 2007 dengan jumlah sampel 173.780.
Hasil penelitian diperoleh prevalensi hipertensi pada wanita menikah sebesar 40,1% dan prevalensi hipertensi pada wanita menikah yang tidak bekerja 40,8%. Pada kelompok umur 50-65 tahun, wanita menikah yang tidak bekerja berisiko 1,068 kali untuk terjadinya hipertensi dibandingkan wanita menikah yang bekerja. Sedangkan pada kelompok umur 30-49 tahun, wanita menikah yang tidak bekerja hanya berisiko 1,017 kali untuk terjadinya hipertensi dibandingkan wanita menikah yang bekerja setelah dikontrol oleh variabel konsumsi makanan asin dan IMT. Prevalensi hipertensi pada wanita masih tinggi sehingga perlu segera menanggulangi hipertensi dengan mengendalikan faktor risiko dan deteksi dini kasus.

Hypertension was a major cause of the high cardiovascular morbidity and mortality. 40-70% of stroke was hypertension. The prevalence of hypertension in Indonesia is still relatively high. In women age 18 years old the prevalence of hypertension was 31.9%. Hypertension is also the third cause of death (6.8%) in Indonesia. This study aims to determine the relationship of employment status with hypertension among married women aged 30-65 years old in Indonesia. Design used in this study is cross-sectional. Data are analyzed by univariate, bivariate and multivariate analysis with the Cox regression test. Population are married women aged 30-65 years from Basic Health Research (Riskesdas) 2007 with a sample of 173,780.
The results found that prevalence of hypertension was 40.1% of married women and the prevalence of hypertension was 40.8% of married women who do not work (unemployment). In the age group 50-65 years old, married women who do not jjjjwork 1.068 times the risk of hypertension was compared to married women who work. Whereas in the age group 30-49 years old, married women who do not work only 1.017 times the risk of hypertension was compared to married women who work after controlling the variable consumption of salty food and BMI (Body Mass Index) Keywords: hypertension, employment status, married women aged 30-65 years. The prevalence of hypertension in women was still high so it needs to be overcome by controlling hypertension as a risk factor and early case detection.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T36758
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deasy Eka Saputri
"Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah dalam arteri. Apabila tidak diobati dan tidak dikontrol, hipertensi bisa mengakibatkan kematian disebabkan oleh komplikasi. Kematian pada penderita hipertensi paling sering terjadi karena stroke, gagal ginjal, jantung, atau gangguan pada mata. Pada tekanan darah tinggi, jantung memompa darah ke tubuh dengan tekanan yang luar biasa tingginya, salah satu sebabnya adalah karena stres emosional. Peningkatan tekanan darah akan lebih besar pada individu yang mempunyai kecenderungan stres emosional yang tinggi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan stres dengan hipertensi pada penduduk di Indonesia tahun 2007, dengan variabel kovariat: umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan, konsumsi rokok, konsumsi alkohol, kecukupan serat, aktifitas fisik, Indek Masa Tubuh (IMT), Diabetes Melitus (DM), pengeluaran perkapita dan daerah tempat tinggal. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari Riskesdas 2007, yang akan dilaksanakan dari bulan Maret 2010 sampai Juni 2010. Data dianalisis dengan analisis satu variabel, analisis dua variabel dan analisis multivariabel dengan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi hipertensi pada penduduk di Indonesia tahun 2007 adalah 33,9% sedangkan prevalensi stres sebesar 12,1%. Ada hubungan yang bermakna antara stres dengan hipertensi setelah dikontrol oleh variabel lain yaitu umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, IMT, DM dan pengerluaran perkapita serta dikontrol pula oleh adanya interaksi umur dan stres yang berinteraksi negatif (antagonism), dimana umur mengurangi efek dari stres terhadap terjadinya hipertensi. Dengan proporsi hipertensi yang disebabkan adanya interaksi tersebut sebesar 3,2%. Upaya pencegahan hipertensi dilakukan dengan melakukan intervensi terhadap stres, yaitu dengan berolahraga, relaksasi mental (rekreasi), melakukan curhat atau berbicara pada orang lain, selalu menumbuhkan emosi yang positif serta memperdalam ibadah dan agama. Perlunya melakukan pengukuran tekanan darah secara berkala bagi penduduk yang berumur 40 tahun keatas dan screening kasus hipertensi oleh pengelola program pengendalian penyakit hipertensi yang diutamakan pada kelompok umur 40 tahun keatas.

High blood pressure (hypertension) is an increase in arterial blood pressure. If left untreated and uncontrolled, hypertension can lead to death caused by complications. Mortality in patients with hypertension most often occurs because of stroke, kidney failure, heart disease, or disorders of the eye. In high blood pressure, heart pumps blood to the body with exceptional high pressure, one reason is because of emotional stress. Increased blood pressure will be greater in individuals who have a high tendency of emotional stress.
The purpose of this study is to determine the relationship of stress and hypertension in the population in Indonesia in 2007, with kovariat variables: age, sex, occupation, marital status, education, cigarette consumption, alcohol consumption, adequacy of dietary fiber, physical activity, Body Mass Indeks (BMI), Diabetes Mellitus (DM), expenditure percapita and area of residence. This research is an analytical cross sectional study design using secondary data from Riskesdas 2007, which will be implemented from March 2010 until June 2010. Data were analyzed with one variable, two variable analysis and multivariable analysis with multiple logistic regression.
The results of this study showed that the prevalence of hypertension in the population in Indonesia in 2007 was 33.9% while the prevalence of stress by 12.1%. There is significant correlation between stress and hypertension after controlled by other variables such as age, marital status, educational level, BMI, DM and expenditure percapita and also controlled by the interaction of age and stress that the negative interaction (antagonism), in which age reduces the effects of stress against the occurrence of hypertension. With the proportion of hypertension caused by the interaction of 3.2%. Hypertension prevention efforts conducted by the intervention to stress, that is with exercise, mental relaxation (recreation), to vent or talk to other people, always cultivate positive emotions and deepening of worship and religion. The need to conduct periodic measurements of blood pressure for the population aged 40 years or older and screened in cases of hypertension by hypertensive disease control program managers who focused on the age group 40 years and older.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31098
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dani Firmansyah
"ABSTRAK
Transisi epidemiologi yang ditandai dengan tingginya prevalensi merokok pada laki-laki (75.33%) dan prevalensi hipertensi (24.97%) di Kota Banjar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan merokok dan hipertensi dengan menggunakan desain case control. Jumlah sampel penelitian sebanyak 129 kasus dan 129 kontrol, dimana kasus dan kontrol dipilih berdasarkan status hipertensi pada pasien laki-laki berusia ≥ 18 tahun yang berobat ke puskesmas di Kota Banjar periode 25 April sampai 27 Mei 2014. Hasil penelitian menunjukan bahwa laki-laki berusia ≥ 18 tahun yang merokok berisiko 1.19 kali lebih besar menderita hipertensi dibandingkan dengan laki-laki berusia ≥ 18 tahun yang tidak merokok setelah dikontrol variabel tingat stress dan konsumsi makanan tinggi garam (95%CI 0.60-2.36). Diperlukan intensifikasi dan inovasi upaya promosi kesehatan tentang bahaya rokok kepada masyarakat

ABSTRACT
Epidemiological transition characterized by a high prevalence of smoking in males (75.33%) and the prevalence of hypertension (24.97%) in Banjar. This study aimed to determine the association between smoking and hypertension by using case-control design. The number of samples are 129 cases and 129 controls, in which cases and controls were selected based on status of hypertension in male patients aged ≥ 18 years who went to the clinic in Banjar period April 25 to May 27, 2014. Results showed that men aged ≥ 18 years who smoke 1.19 times greater risk of suffering from hypertension compared with men aged ≥ 18 years who do not smoke after the controlled variables of stress level and consumption offoods high insalt (95% CI 0.60-2.36). Intensification and innovation needed health promotion efforts about the dangers of smoking to society."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas indonesia, 2014
T42084
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiretno Yulianti
"Hipenensi merupakan salah satu penyakit degcncratif yang banyak diderita oleh usia lanjut, merupakan penyakit yang melibatkan system sirkulasi darah dan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Hipcrtensi meningkatkan risiko terjadinya infark myocard acute, penyakit jantung koroner, kerusakan parenkim ginjal, dan stroke (Newman,2002) sedangkan mcnurut Krummel (2000) mempakan faktor risiko untuk penyakit jantung koroner, stroke, dan kegagalan jantung kongestif. Semakin tinggi tekanan darah semakin tinggi pula risiko Penyakit jantung koroner. Prevalensi hipertensi senakin meningkat dengan bertambahnya usia (Scottish lntercollcgiate Guidelines Network, 2001). Dilaporkan bahwa lebih dari 50% usia lanjut menderita hipertensi. Kamso (2000) mendapatkan hipertensi di 6 kota Indonesia sebesar 52,5%, sedangkan di kota Bogor prevalensi hipertensi pada usia lanjut belum dikctahui tetapi kunjungan pasien usia lanjut kc puskcsmas dengan hipertensi dalam dua tahun terlihat peningkatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi hipertensi pada usia lanjut di Kota Bogor dan faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi. Sampcl pada penelitian ini betjumlah 104 orang usia lanjut (72 perempuan dan 32 laki~laki) berusia 60-86 tahun. Pengambilan sampel dilakukan secara proporsional dan acak sistematis di dua kecamatan, yaitu kecamatan Tanah Sareal dan Kecamatan Bogor Utara. Penelitian ini dilakukan dengan melihat hubungan antara status gizi, umur, jenis kelamin, riwayat hipcrtensi dalam keiuarga, sosioekonomi (tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga, dan status perkawinan), dan gaya hidup ( olahraga, kebiasaan merokok, stres, dan konsmnsi lemak dan garam).
Penelitian mendapatkan hasil prevalensi hipertensi pada usia lanjut di kota Bogor sebesar 66,3%, lebih linggi dari hasil penelitian di Indonesia 52,5% (Kamso,2000) dan di kota Depok 57,4% (Sitorus, 2002), tetapi hampir sama dengan data di Amerika Serikat, yaitu sekitar 60-71% (NHANES III). Faktor - faktor yang berhubungan secara bermakna dengau hipertensi adalah jenis kelamin dengan nilaj p= 0,0l8; OR=l,040 (95%CI: 0,448-2,4l7), Status gizi dengan niiai p= 0,047; dan OR = 4,053 (95%Cl: 1,109-14,8l3), dan kcbiasaan olahraga dengan nilai p= 0,0l0 dan nilai 0R= 0,306 (95% CI: 0,131-0,715). Dari hasil analisis multivariat didapatkan faktor yang paling dominan berhubungan dengan hipertcnsi adalah jenis kelamin.
Hasil pcnelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pembinaan kesehatan usia lanjut melalui pembinaan secara terpadu di Posbindu dari segi kesehatan berupa upaya promotif, preventif, maupun kumtif dan rehabilitatif. Upaya pencegahan hipertensi yang dapat diusulkan adalah pelatihan senam dan olahraga khusus untuk usia lanjut, pola hidup sehat sejak sebelum memasuki usia lanjut, dan menjaga Indeks Massa Tubuh agar tidak lebih dari 25 kg/1112.

Hypertension, the one of degenerative disease in older people, is a disease that involve blood circulation system and one of health community problems. Hypertension can improve acute myocard infarction, coronary heart disease, renal parenchym damages; and stroke (Newman, 2002) and Krummel (2000) said that hypertension is a risk factor for coronary heart disease, stroke, and congestive heart failure. Increase of blood pressure may cause the increase the risk of coronary heart disease. Hypertension prevalence is as high as aging process (Scottish Intercollegiate Guidelines Network, 2001). It had been reported that more than 50% older people have hypertension. In Bogor city the prevalence of hypertension in older people are unkown but hypertension patients at primary health care (Puskesmas) are increasing at the last two years.
The objective of this study are to know the hypertension prevalence in older people at Bogor city and factors involved. The samples are 104 older people (72 female and 32 male) aged 60-86 years. Samples was taken with proportional and sistemically random methods at two subdistricts, Kecamatan Tanah Sareal dan Kecamatan Bogor Utara. This study was to see the factors that are involved to hypertension such as nutritional status (BMI), age, sex. genetic, socioeconomic status( education. occupational status, income, and marriage ), and lifestyle ( exercise, smoking habit, stress, fat, and salt consumption).
This study concluded that the hypertension prevalence in older people at Bogor city is 66.3o/o, higher than Kamso (2000), which is only 52,5% and Sitorus (2002) at Depok which is only 57.4%. But it simllar with the re;'Uit of NHANES III in US about 60 71% which depend on race. Factors that significanly involved with hypertension are sex with p value = 0.018; OR=I,040 (95%CI: 0,448-2,417), BMI with p value= 0.047 and OR = 4,053 {95%CI: 1,109-14,813), and exercise with p value = 0.010 and OR=0,306 (95% Cl: 0,131-0,715). The multivariate foWld that the dominant factor is sex.
We hope that the result of this study analysis can be used for increase the health of elderly with coordinating the activities at Posyandu by Puskesmas in promotive, preventive. curative and rehabilitative programme. The best effort to reduce the rate of hypertension and get optimal results on older people is to provide them with a special exercise that are led by an in-structure, healthy life style, and BMI, don't be more than 25 kglm'.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32079
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Dwiputra
"Hipertensi merupakan masalah penting dalam kesehatan masyarakat secara global. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi hipertensi pada masyarakat kota Ternate dan menyelidiki hubungan antara perilaku masyarakat dengan prevalensi hipertensi. Sebuah studi potong lintang dilakukan pada penduduk berumur lebih dari 20 tahun di 3 kecamatan kota Ternate. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode multi-stage random sampling. Secara umum, 32,6% dari populasi dewasa masyarakat kota Ternate mengidap hipertensi. Terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan merokok (p=0,001), kebiasaan mengudap Chiki (p=0,007) dan mengudap gorengan (p=0,032) dengan prevalensi hipertensi. Dibandingkan dengan prevalensi hipertensi nasional, prevalensi hipertensi pada masyarakat kota Ternate masih terbilang tinggi.

Hypertension is an important public-health challenge worldwide. This research aims to estimate the current prevalence of hypertension in Kota Ternate and to determine the correlation between behavior and prevalence of hypertension in adult population. A cross-sectional study was conducted to citizens over 20 years old in three sub districts of Kota Ternate. Research samples were selected through a multi-stage random sampling. Overall, 32.6% of adult population in Ternate had hypertension. We found significant correlations between prevalence of hypertension and smoking status (p=0,001); snacks consumption [Chiki (p=0,007) and fried food (p=0,032)]. Comparing to the national prevalence of hypertension launched by Ministry of Health, the local prevalence in Ternate was still high."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>