Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172896 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novia Indriani Sudharma
"ABSTRAK
Testosteron merupakan salah satu hormon androgen pada laki-laki, yang akan
menurun seiring dengan bertambahnya usia Dua puluh persen dari pria berusia 60-
80 tahun, dan 35% dari pria yang berusia lebih dari 80 tahun, mempunyai
konsentrasi testosteron di bawah batas normal. Beberapa faktor mempengaruhi
terjadinya penurunan hormon testosteron, beberapa di antaranya dapat
dimodifikasi, seperti indeks massa tubuh, asupan makan, gaya hidup, faktor
penyakit, sehingga diharapkan dapat dilakukan upaya-upaya pencegahan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan hormon testosteron pada laki-laki, di antaranya adalah usia, indeks massa
tubuh, asupan makan, gaya hidup seperti perilaku merokok, aktivitas fisik, dan
faktor penyakit kronik yaitu Diabetes dan tekanan darah. Penelitian dilakukan
dengan metode potong lintang. Data didapat dari data sekunder penelitian payung
Andropause Trisakti-Puskesmas Cilandak tahun 2011. Sebanyak 249 responden
laki-laki usia 40 tahun ke atas yang memenuhi kriteria masuk sebagai subyek
penelitian. Terdapat hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh,
Diabetes Melitus, serta merokok dengan testosteron total, dengan OR sebesar 2,1
(95% CI : 1,085 ? 4,058), 5,5 (95% CI : 2,442 ? 12,443), OR=0,485 (95% CI:
0,249 ? 0,944). Analisis multivariat dengan regresi logistik didapatkan faktor
Diabetes Melitus merupakan faktor yang paling dominan terhadap hormon
testosteron pada laki-laki usia 40 tahun ke atas (OR =5,49 , 95% CI : 2,427 ?
13,20)

Abstract
Testosterone is one of the male?s androgen hormone, which it decrease according
to age-ing. 20% male population from 60 to 80 years of age , and 35% of male
population above 80 years of age, experincing lower than normal testosterone
level. Several factors supposed to influence testosterone hormone decline, such as
body mass index, food intake, lifestyle, and disease, and yet these factors are also
modifiable to accomodate prevention efforts. This research had been conducted to
further determine factors contribution to the influence,which were age, food
intake, lifestyle such as smoking and physical activities, chronic disease (e.g
diabetic mellitus, blood pressure) . The study design was cross sectional. The
required data was retrieved as secondary data resulted from an umbrella androgen
research in puskesmas Cilandak at 2011. The 249 males respondent, age above 40
years old, all eligible of the criterias, was included as test subjects. This study
established a significant relation between body mass index (OR= 2,1;
95%CI:1.085 ? 4.058), diabetes mellitus (OR= 5,5; 95% CI:2,442-12.443) , and
smoking (OR= 0.485; 95% CI: 0.249-0.944), towards total testosterone levels.
Multivariate analysis rendered that diabetes mellitus is the most dominant factor
to male above 40 years old testosterone level (OR=5,49, 95% CI: 2,427 ? 13,20)"
2012
T31502
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Helen Surya Atmaja
"Bahan dan Metode : Desain cross seksional pada 99 subyek laki-laki tahun yang dipilih secara simple random sampling dari sarnpel MONICA Jakarta III. Data yang dikumpulkan meliputi data umum subyek, asupan makanan, antropometri, tekanan darah, EKG dan pemeriksaan laboratorium darah. Uji statistik yang digunakan adalah uji X2, Fisher dan Kolmogorov-Smimov, Mann Whitney dan korelasi Pearson / Spearman rank.
Hasil : Kadar feritin serum ?200 p.glL tedapat pads 8,1% subyek. Asupan besi total 4,81 mg (1,59-13,24 mglhari), besi hem 0,21 mg (0-1,22 mg/had), 93,9% asupan besi kurang 1 AKG. Terdapat 13,1% dengan IMT >27 kglm2, 20,2% dengan Lpe X94 cm aan rasio LpelLpa X0,95; 34,3% dengan tekanan darah >149190 mm Hg, Kadar kolesterol total abnormal 41,4% (?200 mgldL); kolesterol HDL abnormal 63,6%(z40 mgldL); kolesterol LDL abnormal 52,5% (?130 mgldL); trigiiserida abnormal 11,I%(200 mg/dL); gula puasa abnormal 5,1% (?126 mgldL). Kebiasaan merokok pada 54,5% subyek. Tidak trdapat korelasi bermakna antara asupan besi total (r--0,038) dan besi hem (r,027) dengan feritin serum. Rasio Odds kasar antara feritin serum dengan PJK (diagnostik EKG) 5,5 kali (CI. 0,87-34,33). Pada uji statistik didapat perbedaan bermakna median feritin serum pads subyek diabetes daengan non diabetes (p~,001) dan subyek dengan kelebihan lemak tubuh dengan subyek dengan lemak tubuh normal (Lpe dengan p:1,009; LpelLpa dengan p"0,047).
Kesimpulan: Didapatkan hubungan tidak bermakna antara feritin serum dengan asupan zat gizi. Terdapat hubungan moderat antara feritin serum dengan risiko PJK. Subyek dengan feritin serum ? 200 .iglL mempunyai kecenderungan risiko 5,5 kali menderita PJK (diagnostik EKG) dibandingkan subyek dengan feritin serum <200 p.g(L,

Serum ferritin in men 35 years old or over and its relating factors at Mampang PrapatanMethods : A cross sectional study had been carried out of on 99 subjects age 35 years selected using simple random sampling method from MONICA Jakarta's III sample. Data collected consist of socio-economic state, dietary intake, anthropometric, laboratory, blood pressure and electrocardiogram examination. Statistical analysis was performed by X-, Fisher, Kolmogorov-Sm imov, Mann-Whitney, and Pearson/ Spearman rank correlation.
Result : Serum ferritin 1200 1.tglL was found in 8,1% subjects. Total iron intake 4,81 mg (1,59-13,24 mg/day), heme iron 0,21 mg (0-1,22 mg/day), 93,9%% of iron intake below the RDA. There were 13,1% subjects with BMI >27 kg/m2; 20,2% with AC >94 cm and WHR >0,95; 34,5% with blood pressure >140/90 mm Hg. Abnormal total cholesterol level 41,4% (1200 mg/dL); abnormal HDL cholesterol 63,6% (<40 mg/dL); abnormal LDL cholesterol 52,5% (1130 mg/dL); abnormal triglyceride 1,1% (~0d mg/dL); abnormal fasting glucose 5,1% (?126 mgldL); 54,5% had smoking habits. Lack association between total iron (r=-0,038) and heme iron (r 0,027) with serum ferritin. Men with ferritin serum 1200 l.tg1L had an crude odds ration 5,5 fold suffer from CHD (according to ECG diagnostic) compare to subjects with ferritn serum <200 .iglL (CI. 0,87-34,33). Statistical analysis showed significant difference of serum ferritin median in diabetic and non diabetic subjects (p:1,001), overfatness subjects and normo fatness subjects (AC with. pC,009 and WHR with p=0,047).
Conclusion : There is no significant relationship between serum ferritin level and dietary intake. Bivariate analysis found moderate relationship between serum ferritin and CHD. Men with serum ferritin 1200 pglL had a crude odds ratio 5,5 fold suffer from CHD (according to ECG diagnostic) compare to the subjects with serum ferritin < 200 pg/L."
2001
T597
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Yari Arfila
"[Prevalensi Infeksi sifilis sampai saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat. Perilaku homoseksualitas, berganti-ganti pasangan serta penggunaan kondom memperbesar terjadinya risiko penularan sifilis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan statusinfeksi sifilis pada laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL) di Klinik IMS/ VCT Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur Tahun 2015. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional, dengan penelitian kuantitatif dan data sekunder dengan jumlah sampel sebanyak 227 LSL.
Tekhnik pengambilan sampel menggunakan penentuan besar sampel minimal dengan rumus estimasi proporsi berdasarkan penelitian terdahulu (infeksi sifilis positif 38%). Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat.
Berdasarkan hasil analisis univariat terdapat 49% LSL yang positif sifilis, 59% LSL berumur muda (15-30 tahun), LSL yang tingkat pendidikan rendah (SMA) yaitu 61%. LSL yang tidak pernah menggunakan kondom dalam satu minggu terakhir sebanyak 68% , dan LSL yang mempunyak jumlah pasangan lebih dari 2 sebanyak 73%.
Berdasarkan hasil analisis bivariat variabel yang berhubungan terhadap status infeksi sifilis yaitu usia LSL (OR= 2,1 (95% CI; 1,272-3,723), penggunaan kondom (OR 4,8 (95% CI; 1,292-17,948), dan jumlah pasangan seksual (OR= 13,7 (95% CI; 5,831 -31,809).
Dari hasil penelitian ini diharapkan Puskesmas Pasar Rebo dapat meningkatkan kegiatan penyuluhan terkait dengan pencegahan infeksi sifilis yaitu penggunaan kondom dan aktivitas seksual yang berganti-ganti pasangan di kalangan LSL dengan untuk menekan angka infeksi sifilis pada LSL di Puskesmas Pasar Rebo Jakarta Timur.

The prevalence of syphilis infection until now a public health problem. Behavior homosexuality, promiscuity and condom use increase the risk of transmission of syphilis. The purpose of this study was to determine factors - factors related to the infection status of syphilis in men who have sex with men (MSM) in Clinical STI/VCT Puskesmas Pasar Rebo, East Jakarta in 2015.
The study design was cross sectional, with quantitative research and secondary data with a total sample of 227 LSL. The sampling technique using a minimum sample size determination by the formula estimates the proportion based on previous research (38% of positive syphilis infection). Data processing was performed with univariate and bivariate analyzes.
Based on the results of the univariate analysis there are 49% positive MSM with syphilis, 59% of MSM young age (15-30 years), low education level of MSM (SMA) is 61%. MSM who have never used a condom in the past week as much as 68%, and MSM who experiences a number of pairs of more than 2 as much as 73%.
Based on the results of the bivariate analysis of variables related to the status of that age MSM syphilis infection (OR = 2.1 (95% CI; 1.272 to 3.723), condom use (OR 4.8 (95% CI; 1.292 to 17.948), and the number of partners sex (OR = 13.7 (95% CI; 5.831 -31.809).
From the results ofthis study are expected Puskesmas Pasar Rebo could increase counseling activities related to the prevention of syphilis infectionis the use of condoms and sexual activity multiple partners among MSM with to reduce the number of syphilis infections in MSM in Puskesmas Pasar Rebo, East Jakarta., The prevalence of syphilis infection until now a public health problem. Behavior homosexuality, promiscuity and condom use increase the risk of transmission of syphilis. The purpose of this study was to determine factors - factors related to the infection status of syphilis in men who have sex with men (MSM) in Clinical STI / VCT Puskesmas Pasar Rebo, East Jakarta in 2015.The study design was cross sectional, with quantitative research and secondary data with a total sample of 227 LSL. The sampling technique using a minimum sample size determination by the formula estimates the proportion based on previous research (38% of positive syphilis infection). Data processing was performed with univariate and bivariate analyzes.Based on the results of the univariate analysis there are 49% positive MSM with syphilis, 59% of MSM young age (15-30 years), low education level of MSM (SMA) is 61%. MSM who have never used a condom in the past week as much as 68%, and MSM who experiences a number of pairs of more than 2 as much as 73%. Based on the results of the bivariate analysis of variables related to the status of that age MSM syphilis infection (OR = 2.1 (95% CI; 1.272 to 3.723), condom use (OR 4.8 (95% CI; 1.292 to 17.948), and the number of partners sex (OR = 13.7 (95% CI; 5.831 -31.809). From the results ofthis study are expectedPuskesmasPasarRebocould increasecounseling activitiesrelatedto the prevention ofsyphilisinfectionis the useof condoms andsexual activitymultiple partnersamong MSMwithtoreduce the number ofsyphilis infections inMSMinPuskesmasPasar Rebo, East Jakarta.]
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S61885
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Fauzia
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26543
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Maola Noviansyah, Nur Lina
"Hipertensi didefinisikan sebagai suatu peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi primer pada laki-laki usia 45 tahun ke atas di rumah sakik umum daerah Kabupaten Ciamis. Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Hasil penelitian menunjukan jumlah responden yang merokok dengan jumlah >10 batang perhari 69,81% 62,26% responden menghisap rokok dengan cara menghisap dalam, responden menghisap rokok >10 tahun sebanyak 73,50% dan responden yang merokok dengan jenis filter sebanyak 52,83%. Hasil uji stastistik chi square menunjukan bahwa jumlah rokok >10 batang perhari (OR=3,748 CI=1,525-9,215 p<0,05) menghisap rokok dengan cara dalam (OR=3,827 CI=1,653-8,859 p<0,05) menghisap rokok >10 tahun (OR=4,312 CI=1,640-11,343 p<0,05) dan rokok dengan jenis filter (OR=2,963 CI=1,343-,537 p<0,05). Hasil : faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit hipertensi primer pada laki-laki usia >45 tahun yaitu jumlah rokok, lama merokok dan cara merokok. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa jenis rokok, jumlah rokok, lama merokok dan cara merokok merupakan faktor-faktor risiko kejadian hipertensi. Saran penulis pada penderita hipertensi supaya berhenti merokok. "
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Siliwangi, 2005
JKKI 7:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Widyaningsih
"Angka tertinggi kejadian IMS pada LSL adalah di Jakarta, 32,2 % LSL, sementara perilaku pencegahan serta pengobatan IMS pada LSL masih tergolong rendah. Ini menunjukkan bahwa buruknya perilaku pencegahan IMS pada LSL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku pcnccgahan IMS pada LSL baik yang didampingi maupun belum didampingi oleh Yayasan “X” di Jakarta Pusat, tahun 2009. Penelitizm ini mcnggunakan pendekatan kualitatif dan pcngumpulan datan dengan wawancara mendalam dan observasi. Hasilnya ditemukan adanya perbedaan bahwa pengetahuan IMSnya baik, tapi pcrilaku penccgahan IMS masih rendah. LSL dampingan Iebih mudah untuk mengakses informasi dan pelayanan kesehatan. Dari penelitian ini disarankzm perlunya peningkatan penjangkauan LSL yang masih tertutup.

The highest rate of STI on MSM found in Jakarta, namely, 32.2% of MSM, while preventive and treatment behavior for STI on MSM is still at low rate. This research aims to discover the STI preventing action on MSM, both of those have been assisted or not assist yet "X" Foundation in Central Jakarta, 2009. This research utilizes qualitative approach while data collecting conducted through in-depth interview and observation. The result indicates that there is a difference between one's good awareness/knowledge on STI but the preventive behaviour still low. Assisted in MSM are found that easier to access information and health service. Based upon the finding, this research suggested to enhance the efforts to outreach other introvext MSM."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T34232
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anung Respati
"Tingginya prevalensi hipertensi dan stroke pada masyarakat kota Pariaman dan kebiasaan duduk di lapau, sebagai gaya hidup sedentari pada laki-laki, yang dilatarbelakangi budaya. Penelitian dilakukan dengan disain Kasus-Kontrol tidak berpasangan, pada 117 Kasus dan 117 Kontrol, laki-laki berusia 21 - 40 tahun. Kasus dipilih dari orang yang berkunjung ke RSUD Pariaman dan sebuah rumah sakit swasta di Pariaman, sedangkan Kontrol adalah tetangga Kasus dari rumah yang terdekat melingkupi rumah Kasus dan dipilih secara acak (Population based control). Kasus adalah penderita hipertensi ringan tanpa komplikasi yang berkunjung ke rumah sakit pada tahun 2006, dan pada saat wawancara mempunyai tekanan darah sistolik 140 -159 mmHg atau diastolik 90 -99 mmHg. Regresi logistik dilakukan untuk menganalisis hubungan ini.
Terdapat 35,9% responden dari kelompok Kasus beraktivitas rendah dibandingkan dengan 14,S% dari kelompok Kontrol. Pada waktu bekerja terdapat 32,5% responden dari kelompok Kasus dengan indeks rendah dibandingkan dengan 22,2% dari kelompok Kontrol. Terdapat 17,1% responden dari kelompok Kasus dengan indeks olah raga rendah dibandingkan dengan 6,8% dari kelompok Kontrol, dan pada waktu senggang terdapat 24,8% responden dari kelompok Kasus dengan indeks rendah dibandingkan dengan 27,4% dari kelompok Kontrol.
Laki-laki Pariaman usia 21 - 40 tahun dengan tingkat aktivitas fisik rendah mempunyai risiko untuk mengalami hipertensi ringan 4,06 kali lebih besar (OR 4,06 ;95%CI 1,81 - 9,10) dibandingkan laki-laki Pariaman usia 21 - 40 tahun dengan tingkat aktivitas fisik tinggi setelah dikontrol dengan status gizi dan frekuensi kebiasaan makan roti isi.
Aktivitas fisik yang rendah berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi ringan. Kebiasaan duduk di lapau harus diimbangi dengan meningkatkan kebiasaan olah raga Dinas Kesehatan Kota Pariaman didukung jajaran lain terkait perlu lebih mempromosikan upaya peningkatan aktivitas fisik di masyarakat dengan kampanye olah raga dan jalan kaki.

The high prevalence on hypertension and stroke among the people city of Pariaman and the sitting habit in the lapau, coffee stalls, as a sedentary life's style of men that culturally set up. Study is using an impaired case-control design with 117 cases and 117 controls of men aged 21 - 40 years old. Cases are chosen from visitors of General Hospital of the Distric of Pariaman ang of one Private Hospital in Pariaman, while controlsare the cases?neighbours from the closest house which surround the cases? houses and randomly selected (Population based control). Cases are stage I hypertension (JNC 7) patients without any comlpication who visit to hospital on 2006 and while interviewedis having blood pressure of systolic on 140 - 159 mmHg or diastolic on 90- 99 mmHg. Logistic regression is performed to analyze this association.
There are 35.9% of low physical activities among cases' group compare to 14.5% of controls' group. During work time, there are 32-5% of respondents of case group that having low index, while 22.2% of control group. Seventeen point one percent (17.1%) respondent from the cases' group have low sport index compared to 6.8% of controls' group. During leissure time, there are 24.8% respondents irom the cases' group are having low index, while 27.4% of controls' group.
Men in the city of Pariaman aged 21 - 40 years with low level of physical activity have a risk to develop stage I of hypertension 4.06 times greater (OR 4.06; 95%CI : 1.81 - 9.10) than men in the city of Pariaman aged 21 - 40 years with high level of physical activity after being controlled for overweight status and habitual frequency of stuffed bread consumption.
Low physical activity influences the occurrence of 1st stage hypertension. Sitting habit in the lapau must be balanced with more higher habit of exercising. The Health Autority of kota Pariaman, supported by its related components, should increase the promotion on the importance of physical activities of the community, such as a campaign on community exercise and walking.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34528
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putra Fajar Angkasa
"Tes HIV merupakan pintu gerbang awal yang menghubungkan dengan pelayanan pencegahan HIV lainnya. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tes HIV pada LSL merupakan hal yang penting untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang program intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan angka tes HIV. Sebuah studi potong lintang dilakukan dengan menggunakan data STBP 2015 pada 921 LSL. Hubungan perilaku tes HIV diestimasi melalui nilai prevalens odds ratio (POR) dan 95% confidence interval (CI). Dari 921 LSL, 781 (84,8%) LSL memiliki perilaku tes HIV yang baik. Faktor yang berpengaruh secara independen dengan perilaku tes HIV pada LSL adalah umur (aPOR: 3,472; 95% CI: 2,164 – 5,572), tempat tinggal (aPOR: 1,678; 95% CI: 1,136 – 2,478) dan keterpaparan informasi (aPOR: 6,506; 95% CI: 3,821 – 11,077) dengan keterpaparan informasi menjadi variabel yang dominan dalam hubungannya dengan perilaku tes HIV

HIV testing is the initial gateway and links HIV cases to HIV care, support and treatment. Understanding the factors associated with HIV testing among men who have sex with men (MSM) is important to be taken for consideration in the planning of intervention programs that aimed to increase HIV testing rates. A cross-sectional study was conducted using IBBS 2015 data on 921 MSM. Association between HIV testing behavior was estimated through the prevalence odds ratio (POR) and 95% confidence interval (CI). Of 921 MSM, 781 (84.8%) MSM had good HIV testing behavior. Factors independently associated with HIV testing behavior are age (aPOR: 3,472; 95% CI: 2,164 - 5,572), recent living situation (aPOR: 1,678; 95% CI: 1,136-2,478) and recent exposed HIV information (aPOR: 6,506; 95% CI: 3,821 - 11,077) with recent exposed HIV information as a dominant variable in association with HIV testing."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guntur Argana
"Anemia gizi merupakan salah satu dari empat masalah gizi yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, 90% anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat besi. Prevalensi anemia besi pada wanita usia subur (WUS) 39,5%, prevalensi ini tidak berubah dari tahun 1995 sampai tahun 2000. Survei anemia ibu hamil di Kalimantan Selatan 51%, diasumsikan prevalensi anemia pada WUS juga tinggi. Umur 20 sampai 35 tahun merupakan saat yang ideal bagi seorang wanita mempersiapkan diri secara fisik dan mental untuk hamil dan melahirkan sehingga didapatkan bayi yang sehat.
Tujuan penelitian untuk memperoleh gambaran prevalensi anemia dan mengetahui faktor-faktor yang dominan berhubungan dengan kadar Hb pada wanita usia 20 sampai 35 tahun di Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut Propinsi Kalimantan Selatan.
Disain penelitian menggunakan metoda crosssectional dan pengambilan sampel dengan sistematik random sampling. Populasi seluruh wanita umur 20 sampai 35 tahun dan sampel wanita usia antara 20 tahun sampai 35 tahun sebanyak 150 orang. Penelitian diadakan di Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan pada bulan Maret sampai April 2002.
Variabel penelitian yang berhubungan dengan kadar Hb adalah umur, IMT, LILA, konsumsi protein, konsumsi besi, konsumsi vitamin C, frekuensi sumber hem, frekuensi vitamin C, banyaknya gelas teh yang diminum, lama haid, pengetahuan tentang anemia dan pengeluaran per kapita per bulan. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan kadar Hb memakai metode cyanmethaemoglobin yang diperiksa dengan menggunakan spektrofotometer. Batasan anemia bila kadar Haemoglobin (Hb) < dari 12 g/dl dan tidak anemia bila 712 g/dl.
Analisa data yang dilakukan univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian didapatkan prevalensi anemia sebesar 65,3% yang terdiri dari anemia ringan 53,3% dari anemia sedang 12 %.
Pada uji bivariat dengan menggunakan uji regresi linier sederhana didapatkan variabel yang berhubungan bermakna dengan anemia adalah variabel LILA, frekuensi konsumsi vitamin C dan pengeluaran per kapita per bulan ( p < 0,05). Pada uji regresi ganda dengan memasukkan variabel yang mempunyai nilai (p < 0,25), maka variabel yang diikutkan pada uji regresi ganda adalah variabel; Umur, LILA, IMT, konsumsi protein, konsumsi besi, frekuensi konsumsi hem, frekuensi konsumsi vitamin C, pengetahuan tentang anemia, banyaknya gelas teh yang diminum dan pengeluaran per kapita per bulan. Hasil uji regresi linier ganda dengan mengeluarkan satu per satu variabel yang nilai p paling besar didapatkan variabel LILA dan frekuensi konsumsi vitamin C yang berhubungan dengan kadar Hb (p < 0,05 ).
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa prevalensi anemia pada wanita umur 20 sampai 35 tahun di Kecamatan Kintap sudah merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang berat. Untuk itu Dinas kesehatan diharapkan bisa mengadvokasi Bupati dan DPRD Kabupaten Tanah Laut untuk mengeleminasi anemia melalui lintas sektoral, juga untuk program gizi adalah melaksanakan monitoring dan skrining dini pada anemia wanita umur 20 sampai 35 tahun dengan pengukuran LILA, melaksanakan penanaman buah-buah penghasil vitamin C yang dapat meningkatkan absorbsi besi dan meningkatkan kadar Hb.

The Factors that Related to Hemoglobin (HI)) Contains on Women Age 25-35 Years at Kintap Sub-District, Tanah Laut District, South Kalimantan Province, 2002. Nutritional anemia is one of four nutrition problems that faced by Indonesia, 90% nutritional anemia caused by the lack of iron folate. The prevalence of iron folate anemia on fertile-age women as 39.5%, this prevalence was not changed from 1995-2000. The survey anemia on pregnant mother at South Kalimantan as 51%, it assumed that the prevalence anemia on fertile-age women was also high. The age 20-35 is the best age for women to prepare themselves physically and mentally to pregnant and giving a birth, so they will obtained healthy babies.
The objective this study is to obtain the description of prevalence anemia and the factors that the most dominant related to Hemoglobin contents on women aged 20-35 years at Kintap Sub-District, Tanah Laut District, South Kalimantan Province.
The study design was cross-sectional method and the sample taken by random sampling. The population is women age 20-35 years and the number of sample as 150 people. This study is conducted at Kintap Sub-District, Tanah Laut District, and South Kalimantan Province on March-April 2002.
The variable that related to Hemoglobin contents are age, HMI, MUAC, protein consume, iron folate consume, vitamin consume, the frequency of hem source, vitamin c frequency, the number of tea glass that drink, duration of menstruation, the knowledge on anemia and expenses per capita per month. The data collected by questionnaire, physic and laboratory examinations.
Hemoglobin content examined by cyanmethaemoglobin method used spectrophotometer. The burden of anemia when the Hemoglobin contents < 12 g/dl and not anemia if 12 g/dl.
The data analyzed by univariate, bivariate and multivariate. The result of this study showed that the prevalence of anemia as 553°/x, that consist of light anemia as 53.3% and moderate anemia as 12%.
On bivariate test by simple linear correlation regression test obtained that the variable that having significant relationship with anemia was the variable MUAC, the frequency of vitamin C and expenses per capita per month (p <0.05). On double correlation and regression test by entering variable that having value (p<0.25), so those variable that followed on double correlation regression test are as the followings. They are Age, MUAC, BMI, protein consumes, zinc consume, hem consume frequency, frequency of vitamin C, knowledge on anemia, and amount tea that drink and expenses per capita per month. The result of double linear regression test by taking one by one variable that having the biggest p value, it was obtained the variable of MUAC and frequency of vitamin C consume that related to Hemoglobin content (p <0.05).
Based on this study, it concluded that the prevalence of anemia on women age 20-35 at Kintap Sub-District has already serious problem for community health. It is recommended to the Local Health Service to advocate the District and the Provincial Level People's Representative Council of Tanah Laut eliminate the anemia through cross-sector. It also for nutrition program to do monitoring and early screening on women anemia age 20-35 years by MUAC measurement, plant fruit trees that produce vitamin C that could increase the absortion of iron folate, and increase Hemoglobin contents.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T604
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Astrid Farmawati
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S26830
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>