Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 235846 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ridho Muhammad Sakti
"ABSTRAK
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa di dalam darah. Ketidakpatuhan terhadap terapi pengobatan pasien DM tipe 2 menyebabkan glukosa darah tidak terkontrol. Pemberian informasi obat dan edukasi booklet merupakan salah satu cara meningkatkan kepatuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas pemberian informasi obat dan booklet terhadap penurunan kadar HbA1c pada pasien DM tipe 2 dari Maret sampai Juni 2017. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental yang dilakukan secara prospektif di Puskesmas Kembangan Jakarta Barat. Subjek penelitian sebanyak 30 pasien dibagi dalam dua kelompok, masing-masing terdiri lima belas pasien yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok intervensi diberikan informasi obat PIO dan booklet sedangkan kelompok kontrol tidak mendapatkan PIO dan booklet. Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar HbA1c. PIO dilakukan pada kelompok intervensi melalui edukasi langsung saat pemberian obat, telepon, layanan pesan singkat, dan booklet. Kadar HbA1c diukur sebelum dan 11 minggu setelah pemberian intervensi. Hasil pengukuran dianalisis dengan menggunakan uji t berpasangan untuk HbA1c. Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan signifikan.

ABSTRACT
Diabetes mellitus DM is a chronic metabolic disorder characterized by elevation of blood glucose concentration. Non adherence to diabetes treatment in type 2 DM patients leads to poor blood glucose control. Provision of drug information and booklet education is one of way to increase adherence. This study was aim to evaluate the effect of give drug information and booklet on decrease HbA1c concentration in type 2 Diabetes mellitus patients from Maret until Juni 2017. This study was experimental method and prospective study conducted at puskesmas Kembangan Jakarta Barat. A convenience sample of 30 patients was divided two groups, there were 15 patients each other in control group and intervention grup. Intervention group was given by drug information and booklet, meanwhile control group without it. The next step is HbA1c concentration measurement. PIO in intervention group through direct education giving drug information, telephone, short message, and booklet. HbA1c concentration was measured before that and 11 weeks after intervention. The measurement results were analyzed using paired t test for HbA1c. The result of the analysis showed that there was significant difference."
2017
S67541
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iin Presetiawati
"Ketidakpatuhan terapi diabetes melitus (DM) dapat menimbulkan komplikasi kronis. Konseling dan booklet adalah bentuk edukasi yang dapat diberikan pada pasien DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas pemberian konseling dan booklet terhadap tingkat kepatuhan melalui penurunan kadar hemoglobin terglikasi (HbA1C) dan penurunan skor kuesioner Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) pada pasien DM tipe 2. Penelitian merupakan pre-experimental yang dilaksanakan secara prospektif di RSUD dr. Adjidarmo pada bulan maret sampai bulan mei tahun 2014. Sampel penelitian adalah pasien DM tipe 2 berjumlah 30 orang yang masuk kriteria inklusi dan eksklusi dan diberikan intervensi konseling dan booklet. Kepatuhan diukur terhadap skor MMAS-8 dan kadar HbA1C sebelum dan sesudah 10 minggu pemberian intervensi. Skor MMAS-8 sebelum intervensi adalah sebesar 2,63±1,50, dan sesudah intervensi terjadi penurunan menjadi 0,7±1,18. Kadar HbA1C sebelum intervensi adalah sebesar 11,31±2,95, dan sesudah intervensi terjadi penurunan menjadi 8,12±2,79. Hasil pengukuran dianalisis dengan menggunakan uji Wilcoxon untuk MMAS-8 dan HbA1C. Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan yang signifikan (p<0,001) terhadap kadar HbA1C dan skor MMAS-8 antara sebelum dan sesudah intervensi, dengan demikian penelitian ini mengindikasikan bahwa pemberian konseling dan booklet efektif meningkatkan kepatuhan pasien DM tipe 2.

Non-compliance on diabetes mellitus medication leads to chronic complications. Counseling and booklet is a form of education that can be given to patients with type 2 diabetes. The Study aimed to evaluate the effectiveness of counseling and booklet on the level of compliance through reduced levels of glycated hemoglobin (HbA1C) and questionnaire scores of Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) in patients with type 2 diabetes mellitus. This study was a pre-experimental prospectively conducted from march to may 2014 at RSUD dr. Adjidarmo. The samples were type 2 diabetic patients were 30 people who entered inclusion and exclusion criteria and given counseling intervention and booklet. Compliance is measured against the MMAS-8 scores and HbA1C levels before and after 10 weeks of administration of the intervention. MMAS-8 scores before and after intervention is 2,63±1,50 and 0,7±1,18. HbA1C levels before and after is 11,31±2,95 dan 8,12±2,79. The measurement results were analyzed using the Wilcoxon test for MMAS-8 and HbA1C. The analysis showed significant difference (p<0,001) of the value of HbA1C and MMAS-8 scores between before and after intervention, this study therefore indicates that the provision of counseling and booklet improve patient compliance with type 2 diabetes."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
T46669
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Anita Natasya
"Diabetes Melitus DM penyakit kronis yang membutuhkan terapi jangka panjang dan intervensi untuk adaptasi perubahan gaya hidup dan pengobatan untuk meningkatkan target terapi. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh konseling oleh apoteker pada perbaikan kepatuhan, kadar HbA1c dan kualitas hidup pasien DM tipe 2 di RSUD Kota Depok. Penelitian dilakukan dengan desain pretest-posttest control group design pada 81 responden dengan alat ukur pill count untuk kepatuhan, pemeriksaan darah untuk kadar HbA1c dan kuesioner EQ-5D-5L untuk kualitas hidup. Karakteristik sosiodemografi dan klinis responden DM tipe 2 di RSUD Kota Depok antara kelompok uji dan kontrol tidak terdapat perbedaan yang signifikan p>0,05 . Pasien kelompok uji menunjukkan peningkatan kepatuhan terapi, penurunan kadar HbA1c dan peningkatan kualitas hidup secara signifikan, sementara pada kelompok kontrol hanya kadar HbA1c peningkatan yang signifikan sementara kepatuhan dan kualitas hidup tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Kepatuhan terapi responden dipengaruhi oleh konseling apoteker secara signifikan. Kadar HbA1c responden dipengaruhi oleh kepatuhan terapi dan pola makan secara signifikan. Kualitas hidup responden berdasarkan nilai deskriptif dan nilai VAS dipengaruhi oleh kadar HbA1c secara signifikan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan konseling oleh apoteker menyebabkan perbaikan pada kepatuhan, kadar HbA1c dan kualitas hidup responden pasien DM tipe 2 di RSUD Kota Depok.

Diabetes Mellitus DM a chronic disease requiring long term therapy and interventions for the adaptation of lifestyle changes and medications to improve therapeutic targets. The aim of this research is to know the influence of counseling by pharmacist on improvement of adherence, HbA1c level and quality of life of DM type 2 patient in RSUD Kota Depok. The research was done by pretest posttest control group design design on 81 respondents with pill count methods for adherence, blood tests for HbA1c levels and EQ 5D 5L questionnaires for quality of life. Sociodemographic and clinical characteristics of DM type 2 respondents in RSUD Kota Depok between test and control group were not significantly different p 0,05 . Patients in the test group showed improved adherence to therapy, decreased HbA1c levels and improved quality of life significantly, while in the control group only HbA1c levels were a significant increase while adherence and quality of life did not show significant change. Adherence of respondents influenced by pharmacist counseling significantly. HbA1c levels of respondents is influenced by adherence of therapy and diet significantly. The quality of life of respondents based on descriptive value and VAS value influenced by HbA1c level significantly. The results of this study can be concluded by the pharmacist counseling led to improvements in adherence, HbA1c levels and quality of life of DM type 2 patients in Depok City Hospital. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
T51627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delila Eliza
"Diabetes Melitus merupakan satu dari 10 penyakit penyebab kematian di Indonesia. Intervensi apoteker melalui telefarmasi menunjukkan adanya perbaikan pada kepatuhan, nilai HbA1c dan kualitas hidup pada pasien. Pada tahun 2020, Covid-19 menjadi pandemi di seluruh Negara. Telehealth mulai banyak digunakan kembali sebagai alternatif pelayanan Kesehatan salah satunya telefarmasi. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektifitas intervensi apoteker melalui telefarmasi terhadap peningkatan kepatuhan pengobatan, perbaikan HbA1c dan peningkatan kualitas hidup pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 (DM Tipe2) di Rumah Sakit Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan desain Non-Randomized Controlled Trial yang melibatkan 70 pasien dengan DM tipe 2 yang dibagi menjadi kelompok intervensi (35 pasien) dan kelompok non-intervensi (35 pasien). Intervensi dilakukan dengan melakukan follow-up melalui telepon yang dilakukan selama 3 bulan dan intervensi diberikan 1 kali dalam sebulan. Karakteristik sosiodemografi dan klinis antar kelompok tidak ada perbedaan yang signifikan (p> 0.05). Intervensi melalui telefarmasi memiliki efektivitas yang signifikan terhadap peningkatan kepatuhan pengobatan dengan OR (95%CI) 7.11 (1.82-27.79) dan terhadap peningktan kualitas hidup pasien dengan OR (95%CI) 4.5 (1.41-14.35). Namun, efektifitas telefarmasi terhadap perbaikan HbA1c pada kelompok intervensi hanya sebesar OR (95%CI) 1.28  (0.48-3.37) yang statistik tidak signifikan (p>0.05). Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa telefarmasi dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam menggunakan obat dan kualitas hidup pada pasien dengan DM Tipe 2.

Diabetes Mellitus is one of the 10 causes of death in Indonesia. Pharmacist intervention through telepharmacy shows an improvement in adherence, HbA1c values and quality of life in patients. In 2020, Covid-19 became a pandemic throughout the country. Telehealth has begun to be widely used as an alternative to health services, one of which is telepharmacy. This study aims to assess the effectiveness of pharmacist interventions through telepharmacy in improvement of medication adherence, HbA1c and quality of life in patients with Type 2 Diabetes Mellitus (Type 2 DM) at Universitas Indonesia Hospital. This study was conducted using a Non-Randomized Controlled Trial design involving 70 patients with type 2 DM which were divided into an intervention group (35 patients) and a control group (35 patients). The intervention is carried out by conducting a telephone follow-up which is carried out for 3 months and the intervention will be given once a month. Sociodemographic and clinical characteristics between groups did not differ significantly (p>0.05). Intervention via telepharmacy has a significant effectiveness (p<0.05) on increasing medication adherence with OR (95%CI) 7.11 (1.82-27.79) and on improving the quality of life with OR (95%CI) 4.5 (1.41-14.35). However, the effectiveness of telepharmacy on HbA1c improvement in the intervention group was only OR (95% CI) 1.28 (0.48-3.37) which was not statistically significant (p>0.05). The conclusion of this study shows that telepharmacy effectively improve patient medication adherence and the quality of life in patients with Type 2 DM."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indana Ayu Soraya
"Sejumlah penelitian telah mengaitkan penurunan fungsi kognitif dengan kepatuhan minum obat. Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) merupakan salah satu faktor resiko dari penurunan fungsi kognitif yang jarang disadari pasien. Oleh karena itu, penulis mencoba menilai pengaruh penurunan fungsi kognitif terhadap kepatuhan minum obat pada pasien DMT2. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang yang dilakukan di Puskesmas Pasar Minggu Jakarta. Fungsi kognitif dinilai dengan kuesioner Montreal Cognitive Assesment versi Indonesia (MoCA-Ina) yang telah divalidasi. Penilaian kepatuhan dilakukan menggunakan kuesioner Adherence to Refills and Medications Scale (ARMS) versi bahasa Indonesia yang tervalidasi dan Pharmacy refill adherence yaitu dengan menghitung Proportion of Days Covered (PDC). Pasien dikatakan patuh jika skor ARMS <12 dan hasil perhitungan PDC ≥80%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan fungsi kognitif berhubungan dengan kepatuhan minum obat yang buruk (p=0,005). Berdasarkan analisis multivariat, pasien dengan fungsi kognitif menurun 3,7 kali menyebabkan ketidakpatuhan minum obat dibanding pasien dengan fungsi kognitif normal setelah dikontrol variabel usia, tingkat pendidikan, kadar HbA1c, dan komorbid dislipidemia.

Several studies have linked cognitive decline with lack of adherence to medication. Type 2 Diabetes mellitus (T2DM) is one of the risk factors for cognitive decline that patients are rarely aware of. Therefore, the aim of this study is to assess the effect of decreased cognitive function on medication adherence in T2DM patients. The study uses a cross-sectional design and was conducted at the Pasar Minggu Primary Health Center, Jakarta, Indonesia. Cognitive function was assessed using a validated Indonesian version of the Montreal Cognitive Assessment (MoCA-Ina) questionnaire. Adherence assessment was made using a validated Indonesian version of the Adherence to Refills and Medications Scale (ARMS) questionnaire and the proportion of days covered (PDC). A patient was considered to be adhere if the ARMS score was <12 and the PDC calculation result was ≥80%. The results of this study showed that cognitive decline was associated with poor medication adherence (p=0.005). Based on multivariate analysis, patients with cognitive decline had 3.7 times greater nonadherence to medication than patients with normal cognitive function after controlling for variables of age, education level, HbA1c levels, and comorbid dyslipidemia."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rahmat Masdin
"Prevalensi penderitas diabetes melitus (DM) di Indonesia mengalami peningkatan terutama di Jakarta mencapai 3,4% di tahun 2018, dan menjadi provinsi dengan prevalensi DM tertinggi di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah pasien tidak rutin meminum obat. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan diperlukan program intervensi oleh farmasis yaitu melalui program Phardiacare berupa konseling, buklet, logbook self-monitoring dan SMS reminder. Tujuan penelitian ini adalah menilai pemberian konseling dan buklet dari program Phardiacare terhadap kepatuhan pengobatan dan luaran klinis pasien DM tipe 2. Penelitian ini merupakan quasi eksperimental selama periode Agustus hingga Desember 2019 yang melibatkan 65 pasien DM tipe 2 di puskesmas Jakarta Timur yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pasien dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi (KI, n=33) yang menerima konseling dan buklet, dan kelompok kontrol (KK, n=32) yang menerima buklet saja. Pada awal dan akhir penelitian pasien menerima kuesioner sosiodemografi dan MAQ serta dilakukan pengukuran luaran klinis. Hasil penelitian menunjukkan KI dan KK memiliki karakteristik yang tidak berbeda signifikan kecuali pada lama penggunaan obat dan konsumsi makanan berisiko DM (p<0,05). Konseling pada program Phardiacare mempengaruhi kepatuhan pengobatan dimana HbA1c pada KI mengalami penurunan hingga kadar terkontrol (p<0,05) dibandingkan KK yang tidak mengalami perubahan. Kepatuhan berdasarkan skor MAQ menunjukkan peningkatan kepatuhan (p<0,05) setelah intervensi. Konseling dari program Phardiacare memberikan pengaruh 7,5 kali lebih besar dalam menurunkan HbA1c (p=0,008). Terhadap luaran klinis sekunder, konseling memperbaiki gula darah puasa, kolesterol total dan LDL (p<0,05). Dengan demikian, konseling pada program Phardiacare dapat mempengaruhi kepatuhan pengobatan dan menurunkan kadar HbA1c pada pasien DM tipe 2.

According to the results of the 2018 Basic Health Research (Riskesdas), 50.4% of diabetes mellitus (DM) patients do not regularly take medication. This can worsen the patient’s condition, so interventions related to DM treatment by pharmacists are needed through counseling and booklets which are expected to increase medication adherence and improve clinical outcomes of the patient. The study was conducted in August-December 2019 involving 65 patients who met the inclusion and exclusion criteria. Patients were divided into 2 groups, namely the Pulogadung Health Center as the intervention group (KI, n=33) which received counseling and booklets, and the Duren Sawit Health Center as the control group (KK, n=32) which received only booklets. The results showed that counseling affected medication adherence with a significant decrease in HbA1c levels (p<0.05) to controlled levels in KI compared to KK. The MAQ score showed an increase in adherence with significant outcomes after counseling. Counseling has a 7.5 times greater effect in reducing HbA1c with a significant value (p=0.008). In addition, counseling gave significant results (p<0.05) in the improvement of fasting blood glucose, total cholesterol, and low-density lipoprotein cholesterol. Thus, counseling can improve medication adherence and reduce HbA1c levels in type 2 diabetes mellitus patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denny Oktadiansyah
"Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. Kepatuhan adalah perilaku pasien dalam minum obat secara benar tentang dosis, frekuensi, dan waktunya yang dianjurkan oleh kalangan tenaga medis yaitu dokter atau apotekernya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kepatuhan minum obat diabetes pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Desain penelitian ini adalah deskriptif, dengan pendekatan cross sectional. Pemilihan sampel dengan cara consequtive sampling pada pasien yang berkunjung ke poli penyakit dalam sebesar 119 responden. Hasil penelitian ini dianalisa menggunakan analisa univariat. Hasil penelitian didapatkan 57,1% responden dinilai patuh dalam minum obat. Hasil penelititan ini diharapkan menjadi data untuk meningkatkan kepatuhan dalam minum obat diabetes melitus.

Diabetes mellitus is a chronic disease that causes multi-system disorders and characterised with hyperglikemia that caused inadequate of production and work of insulin. Medication adherence behavior is taking medication in correct doses, frequency, and time which recommended by the medical personnel. The purpose of this study was to describe the level of diabetes medication adherence in patients with type 2 diabetes mellitus. The design of this study was a cross-sectional. Sample were selected with a consequtive sampling method. One hundred and nine teen type 2 diabetes persons were included in this study. The data were analyzed by using an univariate analysis. The results showed that 57.1% of respondents adhere in taking medication. The study recommends that the improvement of patient adherence in taking medication is a necesity.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56361
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
July
"Diabetes melitus termasuk sepuluh penyebab kematian terbesar di dunia, dengan peningkatan 70% sejak tahun 2000. Kepatuhan menggunakan obat sangat penting untuk mencapai gula darah yang terkontrol pada pasien diabetes melitus. Pemberian insulin umumnya memberikan kontrol glikemik yang lebih baik sehingga meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi komplikasi diabetes, namun pemberiannya menyakitkan, membutuhkan teknik khusus, dan membatasi aktivitas harian pasien. Pemberian insulin pada pasien penyakit saraf memerlukan pertimbangan khusus karena kondisi pasien dapat memengaruhi kepatuhan menggunakan obat. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan pemberian insulin dengan kepatuhan menggunakan obat pada pasien diabetes melitus dengan penyakit saraf, serta pengaruh berbagai variabel perancu. Penelitian observasional ini dilakukan dengan desain potong lintang di sebuah rumah sakit pemerintah di Jakarta Timur pada September 2021-Januari 2022. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe 2 yang mendapatkan antidiabetes minimal 6 bulan. Variabel bebas adalah pemberian insulin, sedangkan variabel terikat adalah kepatuhan yang diukur dengan menggunakan metode subjektif (Adherence to Refills and Medications Scale, ARMS) dan metode objektif (Medication Refill Adherence). Variabel perancu meliputi karakteristik dasar, riwayat kesehatan, dan pengobatan pasien. Berdasarkan metode ARMS dan MRA, dari 175 responden, 28 responden (16,0%) patuh, yaitu 5 responden (8,9%) yang menggunakan insulin dan 23 responden (19,3%) yang tidak menggunakan insulin. Pada pasien diabetes dengan penyakit saraf, pemberian insulin memengaruhi kepatuhan menggunakan obat sebesar 0,374 kali (IK95%: 0,129-1,087) atau pasien yang mendapatkan insulin memiliki kepatuhan 62,6% lebih rendah dibandingkan pasien yang tidak mendapatkan insulin setelah dikontrol oleh iterasi dan perubahan antidiabetes yang digunakan pasien.

Diabetes mellitus is one of the ten leading causes of death in the world, with an increase of 70% since 2000. Medication adherence is very important to achieve controlled blood sugar in patients with diabetes mellitus. Insulin generally provides better glycaemic control thereby improving quality of life and reducing diabetes complications. However, the delivery considered painful, requires special techniques, and limits the patient's daily activities. Insulin administration in patients with neurological diseases requires special consideration because the patient's condition can affect medication adherence. This study aimed to analyze the relationship between insulin administration and medication adherence in diabetic patients with neurological diseases, and the influence of various confounding variables. This observational study was conducted with a cross-sectional design at a government hospital in East Jakarta from September 2021 to January 2022. The sample was type 2 diabetes mellitus patients who received antidiabetics for at least 6 months. The independent variable was insulin administration, while the dependent variable was adherence, measured using subjective methods (Adherence to Refills and Medications Scale, ARMS) and objective methods (Medication Refill Adherence, MRA). Confounding variables included baseline characteristics, medical history, and patient medication. Based on ARMS and MRA, there were 28 of 175 respondents (16.0%) who complied, namely 5 respondent (8.9%) who used insulin and 23 respondents (19.3%) who did not use insulin. Administration of insulin affects medication adherence by 0.374 times (95% CI: 0.129-1.087) than patients who do not use insulin or patients who use insulin have 62.6% lower adherence than patients who do not use insulin controlled by repeated prescription and antidiabetic changes."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariqa Salsabila
"Indikator penderita obat hipertensi berobat teratur dalam IKS (Indeks Keluarga Sehat) wilayah Puskesmas Harjamukti kota Depok di tahun 2022 hanya mencapai 43,5% sehingga program PTM Hipertensi masih menjadi program utama. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran kepatuhan minum obat antihipertensi di Puskesmas Harjamukti dan juga melihat faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor pendorong pada kepatuhan minum obat antihipertensi. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan desain studi potong lintang yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dengan total sampel sebanyak 150 orang pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Harjamukti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 64% pasien hipertensi di Puskesmas Harjamukti memiliki kepatuhan yang rendah dan hanya 16,7% dari total responden yang memiliki kepatuhan tinggi. Perlu dilakukan penyuluhan lebih mendalam terkait alat bantu kepatuhan minum obat, juga membangun sistem pengingat minum obat di Puskesmas Harjamukti.

The indicator for hypertension patients taking regular medication in the IKS (Indeks Keluarga Sehat) area of the Harjamukti Primary Health Care, Depok in 2022 only reach 43.5%, the Non-communicable Disease Hypertension program is still the main program of Harjamukti Primary Health Care. This research was conducted with the aim of knowing the description of patient’s adherence in taking antihypertensive medication at the Harjamukti Primary Health Care and also to see the predisposing factors, enabling factors and reinforcing factors in the adherence to antihypertensive medication. The research method used is quantitative with a descriptive cross-sectional study design. Data collection was carried out using a questionnaire with a total sample of 150 hypertension patients in Harjamukti Primary Health Care working area. The results showed that 64% of hypertensive patients at the Harjamukti Community Health Center had low adherence, and only 16,7% of them are having high adherence. It is necessary to provide more in-depth education regarding adherence supporting tools, as well as establishing a medication reminder system in the Harjamukti Primary Health Care."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>