Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200706 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Devina Alfarani
"Penampilan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi setiap orang.
Keinginan untuk tampil menarik ini tidak hanya terpaku pada bentuk tubuh
ramping saja, tetapi juga pada aspek yang lain, seperti rambut dan kulit. Hal ini
berlaku pula di Indonesia. Bila wanita dari daratan Eropa dan Amerika
menginginkan kulit berwarna kecoklatan, wanita Asia pada umumnya, cenderung
menginginkan kulit yang lebih putih dan halus. Sesuai dengan hasil riset dari
Usage & Habit Study tahun 1997 terhadap konsumen di Indonesia, 85% wanita
Indonesia memiliki kulit cenderung coklat, dan 55% wanita Indonesia ingin
memiliki kulit lebih putih ("Swa", 7 - 20 September 2000). Beberapa penelitian
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penampilan menarik (physical
attractiveness) mempunyai korelasi positif dengan konsep diri seseorang (Adams;
Lerner & Karabenick; Lerner; Karabenick; & Stuart; Lerner dan Orlos; & Knapp;
Mathes & Kahn; Simmon & Rosenberg; dalam Pattiasina, 1998). Di lain pihak,
konsep diri seseorang juga merupakan salah satu motivator yang penting dalam
perilaku membeli barang atau jasa (Russell, 1988). Seseorang mengekspresikan
dirinya dengan melakukan aktivitas sehari-hari yang dilakukannya, misalnya
dengan barang dan jasa yang ia beli. Salah satu faktor yang mempengaruhi
intensi membeli adalah sikap terhadap produk. Berdasarkan alasan itulah, peneliti
memutuskan untuk mengetahui apakah konsep diri dan citra produk memiliki
hubungan secara signifikan dengan sikap terhadap produk pemutih kulit pada
konsumen wanita remaja-akhir. Peneliti memilih kelompok remaja karena remaja
merupakan target pasar utama dan dianggap mempunyai orientasi konsumtif yang
paling besar (Loudon & Della Bitta, 1993).
Penelitian dilakukan pada 95 subyek dengan karakteristik remaja wanita,
berusia 18 - 22 tahun, yang merupakan kelompok remaja-akhir (Konopka, dalam
Pikunas, 1976; Santrock, 1998), dengan menggunakan incidental sampling.
Setiap subyek memperoleh dua buah kuesioner, yaitu kuesioner Semantic
Differential dan Fishbein's Attitude Model. Data hasil perolehan dalam penelitian
diolah dengan menggunakan teknik Coefficient Alpha dari Cronbach dan teknik
korelasi Pearson Product Moment, yang terdapat di dalam program SPSS for MS
Windows Release 9. 01.

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini untuk kelompok pemakai produk,
tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara diskrepansi dari tiap jenis
konsep diri dan citra produk dengan sikap terhadap produk. Sedangkan untuk
kelompok non-pemakai konsep diri ideal dan citra produk memiliki hubungan
yang signifikan dengan sikap berhadap produk pemutih kulit dengan korelasi
sebesar 0,546 pads los 0,01 (2-tailed). Begitu pula halnya dengan nilai korelasi
yang signifikan antara konsep diri sosial-ideal dan citra produk dengan sikap
terhadap produk pemutih kulit, yaitu sebesar 0,481 pada los 0,01 (2-tailed). Dari
hasil keseluruhan dapat diambil kesimpulan bahwa, sebenarnya konsumen wanita,
khususnya yang berusia 18-22 tahun, pada dasarnya tidak terlalu meyakini akan
fungsi memutihkan dari kosmetik yang mengandung pemutih kulit ini. Hal ini
berarti iklan yang ada tidak terlalu berhasil dalam membentuk sikap konsumen.
Dengan demikian ada baiknya pihak produsen lebih memfokuskan pada fungsi
lain selain memutihkan kulit misalnya melembabkan, mencegah penuaan dini,
atau mengandung vitamin tertentu.
Saran untuk penelitian selanjutnya, agar memperoleh hasil yang lebih baik,
hendaknya dilakukan pada subyek dengan jumlah yang lebih besar dan
karakteristik yang berbeda. Selain itu hendaknya dilakukan penelitian lebih Ianjut
mengenai pengaruh norma subyektif dan perceived behavioral control dalam
kaitannya dengan sikap terhadap produk, sehingga dapat dilihat bagaimana
hubungan antara konsep diri dan citra produk dengan intensi membeli produk
pada konsumen dan perilaku membelinya."
2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lavinia Budiyanto
"Konsep diri individu mempengaruhi tingkah lakunya dalam berbagai situasi. Diskrepansi yang terjadi antara konsep diri aktual dengan konsep din ideal dapat mempengaruhi seseorang dalam bertingkah laku. Dalam bertingkah laku, individu didorong oleh motivasi. Motivasi terdiri dari motif afiliasi, motif kekuasaan, dan motif berprestasi. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara diskrepansi konsep diri aktual dan konsep din ideal dengan motif berprestasi pada para remaja putri yang mendatangi agensi-agensi modelling untuk menjadi fotomodel. Penelitian ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa kuatnya motif berprestasi individu berhubungan dengan rendahnya diskrepansi antara konsep diri aktual dengan konsep diri ideal individu tersebut, sehingga hipotesis alternatif yang diuji berkorelasi negatif.
Sampel penelitian ini diambil dari populasi remaja putri berusia 18 sampai 21 tahun, pernah mendatangi dan mendaftar menjadi anggota agensi-agensi modelling, serta bertempat tinggal di DKI Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan alat tes berupa kuesioner dengan tiga bagian, yaitu konsep diri aktual, konsep diri ideal, dan motif berprestasi. Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis secara kuantitatif. Hipotesis alternatif diuji signifikansinya pada l.o.s. 0,05 dengan perhitungan dua arah.
Para responden memiliki konsep diri aktual yang baik atau sehat, karena grafik distribusi statistik konsep diri aktual para responden normal (tidak skewed). Para responden juga memiliki konsep diri ideal yang baik atau sehat, karena walaupun grafik distribusi statistik tidak normal {skewed ke kiri) namun ini merupakan hal yang normal karena semakin kecil nilai konsep diri pada alat pengumpul data penelitian ini berarti semakin baik konsep diri tersebut. Diskrepansi antara konsep diri aktual dengan ideal para responden merupakan diskrepansi yang normal, karena grafik distribusi statistik normal (tidak skewed). Hal ini berarti konsep diri aktual para responden tidak terlalu jauh dengan konsep diri ideal mereka.
Pola motivasi yang terdapat pada para responden adalah sebagai berikut: 38% responden memiliki motif berprestasi yang kuat; 32% memiliki motif berprestasi yang sedang; dan 30% memiliki motif berprestasi yang lemah. Berarti hanya sepertiga dari responden yang memiliki motif berprestasi yang kuat.
Ada hubungan negatif yang signifikan antara diskrepansi konsep diri aktual dan konsep diri ideal dengan motif berprestasi. Dengan perkataan lain, dengan bertambah kecilnya diskrepansi antara konsep diri aktual dengan konsep diri ideal akan diikuti meningkatnya motif berprestasi pada para responden.
Walaupun diskrepansi konsep diri para responden merupakan diskrepansi yang normal, namun hanya sepertiga responden yang memiliki motif berprestasi yang kuat. Mungkin hal ini menandakan bahwa ada faktor lain yang ikut berperan untuk meningkatkan motif berprestasi, di mana faktor ini tidak terkontrol oleh penulis.
Dalam hal pengambilan sampel, pemilihan responden perlu diperluas dan lebih melibatkan banyak agensi modelling. Selain itu, perlu mengadakan rapport yang baik dengan para responden sehingga mereka mau menjadi responden. Alat pengumpul data yang digunakan sebaiknya menggunakan item-item standar agar lebih akurat. Selain diskrepansi antara konsep diri aktual dengan konsep din ideal, penelitian ini dapat juga dilakukan untuk meneliti diskrepansi antara konsep diri aktual dengan konsep diri sosial dan konsep din ideal dengan konsep diri sosial, serta hubungannya dengan motif berprestasi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2928
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Juliati
"ABSTRAK
Produk barang dan jasa yang beredar di pasaran begitu banyak, dengan merek (brand) yang bervariasi. Keadaan ini menimbulkan persaingan ketat antar produsen untuk memasarkan produknya, diperlukan stxategi yang jitu agar dapat mencapai target pemasaran. Untuk dapat memenuhi hal ini, maka pemasar memerlukan data yang lebih akurat mengenai perilaku konsumen.
Diantara sekian banyak perilaku konsumen, perilaku membeli merupakan perilaku yang menarik imtuk diteliti, karena dengan mengetahui dan memahami perilaku membeli ini, maka pemasar dapat mengarahkan produk beserta mereknj^ sesuai dengan permintaan pasar atau menciptakan adanya kebutuhan teiiiadap produk yang dihasilkan (Solomon, 1994). Bila berbicara mengenai perilaku membeli, maka brand loyalty (loyalitas atau kesetiaan terhadap suatu merek), merupakan suatu pola membeli yang penting (London & Delia Bitta, 1993).
Loyalitas merek sendiri merupakan suatu jenis khusus perilaku membeli j'ang berulang, melibatkan komitmen dan preferensi yang menyebabkan pola pembelian berulang terhadap suatu merek (Zaltman & Wallendorf, 1979). Karena pola pembelian berulang inilah, maka Ada beberapa teori yang mencoba menerangkan loyalitas merek, diantaranya adalab "economics of information" , "perceived risk", dan "image congruence". Dari ketiga teori, maka teori yang dapat lebih luas m^jelaskan loyalitas merek adalah image congruence atau kesesuaian citra, dunana hal utama yang maidasari teori ini adalah bahwa pembeli memiliki citra terhadap din mereka sendiri dan terhadap merek yang mereka beh, dan kecenderungan untuk membeli merek, atau memilih toko yang memiliki citra yang sesuai dengan citra-diri mereka (Horton, 1984).
Peneliti berasumsi bahwa apabUa terdapat kongruensi (kesesuaian) yang tinggi atau diskrepansi (kesenjangan) yang rendah antara konsep-diri dan citra merek, maka akan semakin tinggi pula loyalitas merek. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep-diri dengan pendekatan "multiple component". Konsep-diri ini terdiri dari konsep-diri aktual, konsep-diri ideal, konsep-diri sosial dan konsep-diri sosial ideal.
Dari segi perkembangan, konsep-diri merupakan suatu aspek penting dari remaja. Oleh karena itu, remaja dipilih sebagai sampel penelitian. Selain itu, rem^a merupakan pasar yang potensial. Loyalitas merek sendiri, menurut Aaker (1991) mempunyai 5 (lima) derajat atau level, yaitu : price/switcher buyer, habitual buyer, switching-cost loyal, friends of the brand dan comitted buyer. Jadi, selain akan melihat loyalitas secara keseluruhan, akan dilihat pula loyalitas merek berdasarkan derajatnya.
Dari hasil elisitasi yang diperoleh dari 117 orang responden, temyata pasta gigi merupakan produk yang sering dibeli responden dengan memperhatikan merek. Merek yang digiinakan sebagai wakil adalah Pepsodent dan Close Up. Penelitian ini sendiri merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap 120 orang remaja yang tinggal di Jakarta dan sekitamya (Jabotabek), masing-masing 60 orang yang menggunakan Pepsodent dan 60 orang lainnya yang menggunakan Close Up. Kepada mereka diberikan kuesioner yang terdiri dari data kontrcl, alat pengukuran konsep-diri, citra merek dan alat yang mengukur derajat loyalitas merek.
Dari hasil penelitian, temyata terdapat korelasi negatif yang signifikan antara skor diskrepansi konsep-diri ideal dan citra merek dengan skor total loyalitas merek. Selain itu, juga terdapat korelasi negatif yang signifikan antara skor diskrepansi konsep-diri sosial ideal dan citra merek dengan skor total loyalitas merek. Hasil ini teijadi baik pada subyek penggima Pepsodent maupun Close Up. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan bertambah kecilnya diskrepansi antara konsep-diri ideal dan konsep-diri sosial ideal dengan citra merek akan diikuti meningkatnya loyalitas merek. Hal ini berarti ada kecenderungan dari subyek untuk mengkonsumsi suatu merek untuk mencapai suatu keadaan yang dianggapnya ideal, baik secara pribadi maupun sosial.
Hasil lain yang cukup menarik adalah, bahwa apabila ditelaah berdasarkan derajat loji^litas, maka pada subyek Pepsodent, maka terdapat korelasi yang negatif signifikan antara skor diskrepansi konsep-diri (baik aktual, ideal, sosial dan sosial ideal) Han citra merek Hftnoan loyalitas merek pada derajat switching-cost loyal. Juga, terdapat korelasi yang negatif sigmfikan antara skor diskrepansi konsep-diri (ideal dan sosial ideal) dan citra merek dengan loyalitas merek pada derajat comitted buyer. Dilain pihak, pada subyek Close Up, bila ditelaah berdasarkan derajat loyalitas, maka terdapat korelasi yang negatif signifikan antara skor diskrepansi konsep-diri ideal dan citra merek dengan loyalitas merek pada derajat kedua sampai kelima (habitual buyer, switching-cost loyal, friends of the brand dan comitted buyer). Pada konsep-diri sosial ideal, hanya berkorelasi negatif signifikan pada derajat switching cost loyal. Sedangkan, konsep-diri aktual dan sosial tidak berkorelasi, baik dengan total loyalitas, maupun berdasarkan derajat loyalitas.
Beberapa hal yang menjadi bahan diskusi dan bisa dikembangkan untuk penelitian lebih lanjut adalah penggunaan sampel dari kelonpok usia yang berbeda, pembuatan profil psikografis, pembuatan item-item yang standar untuk mengukur diskr^ansi antara konsqp-diri dan citra merek, serta menggunakan produk dan merek yang lebih beragam."
1997
S2651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Septianti,author
"Kekerasan rumah tangga bukanlah isu yang baru lagi akan tetapi masalah ini jarang diangkat kepermukaan. Struktur sosial masyarakat Indonesia yang secara jelas meletakkan perempuan di bawah laki-laki sangat memungkinkan dan mendorong terjadinya tindak kekerasan yang dilakukan suami terhadap istrinya. Kekerasan ini tidak hanya berdampak pada istri yang menjadi korban kekerasan akan tetapi juga berdampak pada anak-anak yang menyaksikannya. Secara umum anak-anak yang menyaksikan kekerasan di dalam keluarganya biasanya akan mengalami hambatan dalam mengembangkan kehidupan sosial, emosional, psikologis dan tingkah lakunya. Anak-anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak-anak yang berada pada masa perkembangan remaja akhir. Pada masa remaja ini, mereka mengalami kesulitan dengan dirinya sendiri dan mereka juga mengalami kesulitan dengan orangtuanya dan situasi kekerasan yang terjadi di dalam keluarganya akan menambah kesulitan yang dihadapinya sehingga menimbulkan masalah bagi mereka. Peneliti menduganya bahwa remaja akhir dari keluarga yang mengalami kekerasan rumah tangga memiliki konsep diri yang lemah dan harga diri yang rendah bila dibandingkan dengan remaja akhir dari keluarga yang tidak mengalami kekerasan rumah tangga. Untuk mengetahui konsep diri tersebut peneliti menggunakan sebuah alat pengukur konsep diri yang disusun oleh William H. Fitts (1965) yang disebut sebagai Tennessee Self Concept Scale (TSCS). Skala ini terdiri atas 100 buah item pernyataan yang menggambarkan mengenai diri sendiri. Tiap pernyataan mempunyai 5 kemungkinan jawaban berupa skala dari angka 1 sampai 5. Angka 1 berarti pernyataan tersebut sama sekali tidak sesuai dengan keadaan diri subyek, sedangkan angka 5 artinya pernyataan tersebut sangat sesuai dalam menggambarkan diri subyek. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada aspek harga diri antara remaja akhir dari keluarga yang mengalami kekerasan rumah tangga dan remaja akhir dari keluarga yang tidak mengalami kekerasan rumah tangga."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3116
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiana Maya Asmaradewi
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3111
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Danisya Kartohadiprodjo
"Penelitian kali ini bertujuan untuk melihat perbedaan keeratan hubungan antara konsep diri ideal dan konsep diri aktual dengan citra majalah yang menjadi preferensi wanita dewasa muda. Citra majalah diperoleh dari citra pembaca majalah. Terdapat lima majalah wanita yang dilihat di dalam penelitian ini. Jumlah partisipan adalah 68 orang yang keseluruhannya adalah wanita karir berusia 21 sampai 40 tahun. Para responden diminta untuk mengisi skala semantic differential untuk memperoleh konsep diri ideal dan aktual responden. Skala semantic differential juga digunakan untuk memperoleh citra pembaca majalah yang dipersepsikan partisipan. Kemudian, para responden diminta untuk memberikan peringkat majalah yang dipreferensinya. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara konsep diri ideal dengan citra pembaca majalah yang menjadi preferensi utama wanita dewasa muda. Terdapat juga hubungan yang erat antara konsep diri aktual dengan citra pembaca majalah yang menjadi preferensi utama wanita dewasa muda. Namun, hasil penelitian tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada keeratan hubungan konsep diri ideal dan aktual dengan citra pembaca majalah yang menjadi preferensi utama wanita dewasa muda.

The current study was conducted to explore the magnitude difference of the relationship of ideal and actual self concept with the magazine image of young adult female?s preference. The magazine image was derived from the image of the magazine readers. There were five different magazines selected for the study. Subjects consisted of 68 working women, with the age of 21 to 40 years old. Participants were asked to fill out a questionnaire, consisted of semantic differential scales to measure their ideal and actual self concept, and also their perception towards the magazine reader?s image. In addition, participants were asked to rank their preference of the five magazines. Findings of this study suggest that there were a significant relationship between both ideal and actual self concept with the magazine reader image of young adult female?s preference. However, the results did not show any significant difference between the degree of the relationship of ideal self concept and the magazine image of young adult female?s preference and the relationship between actual self concept and the magazine image of young adult female?s preference.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Provita Prima
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara konsep diri akademik dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Sekelompok mahasiswa S1 reguler di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (N = 107) diberikan dua kuesioner self-report. Kuesioner pertama dirancang untuk mengukur konsep diri dalam empat ranah dasar pendidikan tinggi: Membaca tulisan ilmiah, menulis laporan ilmiah, menggunakan komputer, dan membaca atau berbicara bahasa Inggris. Kuesioner lain merupakan adaptasi dari Procrastination Assessment Scale for Students (PASS) (Solomon & Rothblum, 1994) yang mengukur aspek frekuensi dan aspek masalah dari perilaku prokrastinasi dalam tujuh aktivitas akademik. Ditemukan bahwa konsep diri akademik memiliki hubungan yang signifikan dan bernilai negatif dengan prokrastinasi akademik.
Hasil ini mendukung penelitian-penelitian sebelumnya mengenai perilaku mengerjakan tugas pada subyek yang memiliki konsep diri negatif. Hasil-hasil tambahan menandakan adanya hubungan yang lemah dan bernilai negatif antara prokrastinasi akademik dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), tidak adanya hubungan antara konsep diri akademik dan IPK, dan sedikit perbedaan antar angkatan mahasiswa dalam skor konsep diri akademik dan prokrastinasi akademiknya. Untuk penelitian-penelitian selanjutnya, disarankan untuk melihat pengaruh aktivitas akademik berkelompok dan konsep diri sosial terhadap prokrastinasi akademik.

This present study investigated the relationship between academic selfconcept and academic procrastination in college students. A group of undergraduate students (N = 107) from the Faculty of Psychology, University of Indonesia was administered two self-report questionnaires. One questionnaire is designed to measure self-concept in four basic domains of higher learning: Reading scientific papers, writing scientific reports, using computers, and reading or speaking English language. Another questionnaire is an adaptation of Procrastination Assessment Scale for Students (PASS) (Solomon & Rothblum, 1994) which measures the frequency aspect and the problematic aspect of procrastinating behavior in seven academic activities. Academic self-concept was found to be significantly and negatively related with academic procrastination.
This result was supported by previous studies about task-related behaviors in subjects with negative self-concept. Additional results indicated a weak and inverted relationship between academic procrastination and Grade Point Average (GPA), a lack of correlation between academic self-concept and GPA, and a weak difference between college levels in their academic self-concept and academic procrastination scores. Further studies concerning the effects of group academic activities and social self-concept on academic procrastination were advised.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Dewi Apriliawati
"Dalam suatu organisasi tidak bisa lepas dari unsur manusia, baik yang berkedudukan sebagai pimpinan maupun sebagai bawahan faktor sumber daya manusia tersebut mempunyai peran central dalam organisasi. Penelitian ini bermaksud mengungkap kontribusi konsep diri instruktur dan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja instruktur BLK se JABOTABEK Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. PopuIasi penelitian adalah seluruh instruktur BLK se JABOTABEK dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan (angket). Dalam analisis data dilakukan dengan teknik korelasi dan regresi.
Dari penelitian tersebut menunjukkan hasil:
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kepuasan kerja instruktur.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja instruktur.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan budaya organisasi.
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dare budaya organisasi dengan kepuasan kerja instruktur.
5. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, untuk meningkatkan kepuasan kerja, disarankan perlunya pengembangan konsep diri instruktur dan tetap dipertahankannya budaya organisasi seperti kerjasama yang baik di antara sesama pegawai, di antara unit organisasi dan lain sebagainya.
6. Terdapatnya hubungan atau koefsien korelasi tersebut di atas, bukan berarti hanya variable konsep diri dan budaya organisasi yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja instruktur di BLK se JABOTABEK, namun masih ada variabel lain yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja instruktur. Karena itu perlu diadakan penelitian mengenai variable-variabel lain yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja instruktur. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T736
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldevino Jesaja Terloit
"Anak jalanan merupakan sebagian dari anak-anak yang hidup dan tumbuh di negara ini dan menjadi harapan bangsa dimasa yang akan datang. Sebagai generasi penerus, kondisi anak jalanan di Indonesia sangat memprihatinkan. Selain hilangnya perlindungan dari keluarga, penganiayaan-penganiayaan (abuses) yang mereka alami baik di rumah maupun di jalanan sangat beragam, bahkan sudah menjadi kebiasaan atau hal yang biasa. Berbagai tulisan dan penelitian menunjukkan bahwa hilangnya perlindungan dan kekerasan yang dialami anak memberi dampak tertentu terhadap kepribadian mereka. Dampak penganiayaan {abuse) terhadap kepribadian anak jalanan ini yang menarik peneliti untuk melakukan penelitian.
Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada konsep diri anak jalanan khususnya anak jalanan usia remaja, atau secara umum masalah yang ingin dijawab melalui peneltian ini: Bagaimanakah konsep diri anak jalanan usia remaja yang mengalami abuse ?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantjtatif. Alat ukur yang digunakan adalah semantic differential yang terdiri dari 35 pasangan kata sifat bipolar yang dipasangkan pada konsep diri real, konsep diri sosial dan konsep diri ideal. Dari alat ukur tersebut akan diperoleh skor yang menunjukkan apakah konsep diri subyek positif atau negatif. Subyek dalam penelitian ini ada 60 orang yang terdiri 30 subyek yang mengalami abuse dan 30 subyek yang tidak mengalami abuse. Kedua kelompok kemudian diperbandingkan untuk memperoleh gambaran mengenai konsep diri anak jalanan yang mengalami abuse.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada konsep diri real dan konsep diri sosial pada kedua kelompok. Sedangkan pada konsep diri ideal kedua kelompok menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan, artinya kedua kelompok ternyata memiliki konsep diri ideal yang positif. Sedangkan pada perbandingan antara konsep diri real dengan konsep diri sosial pada masing-masing kelompok, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara konsep diri real dan konsep diri sosial pada kedua kelompok. Namun antara konsep diri real dan konsep diri ideal terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok.
Disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada konsep diri real antara anak jalanan yang mengalami abuse dan tidak mengalami abuse. Artinya anak jalanan yang mengalami a bus e cenderung menggambarkan dirinya secara negatif misalnya dengan mengatakan mereka pesimis, tidak menarik, tergantung pada orang lain, tidak berharga, lemah, mudah frustrasi, bodoh, dibenci oleh teman, tidak dicintai oleh keluarga dan sebagainya dibandingkan subyek yang tidak mengalami abuse. Pada konsep diri sosial juga diperoleh hasil yang sama, yaitu anak jalanan yang mengalami abuse meyakini bahwa gambaran orang lain mengenai dirinya lebih negatif dibandingkan anak jalanan yang tidak mengalami abuse. Untuk konsep diri ideal tidak ada perbedaan yang signifikan, artinya baik anak jalanan yang mengalami abuse maupun anak jalanan yang tidak mengalami abuse memiliki konsep diri yang diinginkannya positif. Sedangkan perbedaan antara konsep diri real dengan konsep diri sosial ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsep diri real dengan konsep diri sosial baik pada anak jalanan yang mengalami abuse maupun pada anak jalanan yang tidak mengalami abuse. Namun untuk konsep diri real dengan konsep diri ideal ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara konsep diri real dan konsep diri ideal pada kedua kelompok di atas.
Disarankan agar dalam penelitian selanjutnya, subyek ditambah jumlahnya, subyek perempuan juga diikursertakan, dan dilakukan wawancara untuk menunjang hasil penelitian kuantitatif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trivita Damayanti
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>