Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64153 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta:: Manajemen Pembangunan, LAN, 1997
551.523 ANW p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Fujita Olivia
"Salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki potensi panas bumi adalah wilayah “WS”. Secara umum, tolak ukur keberhasilan dalam menentukan target eksplorasi adalah menemukan zona yang memiliki tingkat temperatur dan permeabilitas yang tinggi. Zona dengan temperatur tinggi berasosiasi dengan keberadaan sumber panas, sedangkan zona dengan permeabilitas tinggi berasosiasi dengan keberadaan struktur patahan yang mengandung fluida. Fokus pada penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi struktur patahan di wilayah panas bumi “WS” melalui analisis model data gravitasi dan magnetotelurik. Analisis tersebut nantinya dikorelasikan dengan informasi geologi dan geokimia untuk hasil yang lebih komprehensif. Singkatnya, metode gravitasi digunakan untuk meneliti anomali percepatan gravitasi bumi akibat adanya perbedaan rapat massa batuan penyusun bawah permukaan bumi, sedangkan metode magnetotelurik digunakan untuk menginduksi bumi sehingga dapat mengidentifikasi distribusi resistivitas suatu batuan di bawah permukaan bumi. Hasil pemodelan forward 2D data gravitasi menunjukkan adanya tiga kategori densitas batuan, yaitu densitas 2.40 – 2.60 gr/cc yang diduga sebagai sumber panas, densitas 1.84 – 2.53 gr/cc yang diduga sebagai lapisan penudung, dan densitas 1.21 – 2.31 gr/cc yang diduga merupakan reservoir. Hasil pemodelan inversion 3D data magnetotelurik menunjukkan bahwa terdapat lapisan konduktif yang ditandai dengan warna merah dan diduga sebagai lapisan penudung, lapisan dengan nilai resistivitas sedang yang ditandai dengan warna hijau berada di bawah manifestasi panas bumi dan diduga merupakan reservoir, serta lapisan dengan nilai resistivitas tinggi yang ditandai dengan warna biru pada kedalaman 1000 – 3000 meter lebih yang diinterpretasikan sebagai sumber panas. Berdasarkan model gravitasi dan magnetotelurik, didapati bahwa densitas yang dihasilkan model gravitasi telah sesuai dengan komponen penyusun sistem panas bumi wilayah “WS” yang dihasilkan oleh model magnetotelurik. Hal ini terkonfirmasi melalui batuan penyusun lapisan penudung yang memiliki nilai densitas tidak lebih besar dari densitas sumber panasnya, mengingat lapisan penudung telah mengalami alterasi hidrotermal dan didominasi oleh mineral halloysite dan montmorillonite. Sistem panas bumi wilayah “WS” merupakan gabungan sistem panas bumi vulkanik yang dipengaruhi oleh batuan sedimen, dengan perkiraan temperatur reservoir sebesar 200°C. Dengan demikian sistem panas bumi ini termasuk dalam intermediate temperature system.

One of the areas in Indonesia that has geothermal potential is the "WS" area. In general, the measure of success in determining exploration targets is finding zones that have high temperature and permeability levels. Zones with high temperatures are associated with the presence of heat sources, while zones with high permeability are associated with the presence of fluid-containing fault structures. The focus of this research is to identify the fault structure in the "WS" geothermal area through the analysis of gravity and magnetotelluric data models. This analysis will later be correlated with geological and geochemical information for more comprehensive results. In short, the gravity method is used to examine the anomaly of the earth's gravitational acceleration due to differences in the mass density of rocks making up the earth's subsurface, while the magnetotelluric method is used to induce the earth so that it can identify the resistivity distribution of a rock under the earth's surface. The results of the 2D forward gravity data modeling show that there are three rock density categories: a density of 2.40–2.60 gr/cc, which is suspected as a heat source; a density of 1.84–2.53 gr/cc, which is thought to be a cover layer; and a density of 1.21–2.31 gr/cc, which is suspected to be a reservoir. The results of 3D inversion modeling of the magnetotelluric data show that there is a conductive layer marked in red and thought to be a capping layer; a layer with moderate resistivity value marked in green is under geothermal manifestations and thought to be a reservoir; and a layer with high resistivity value marked in blue at a depth of 1000–3000 meters that is interpreted as a source of heat. Based on the gravity and magnetotelluric models, it was found that the density produced by the gravity model was in accordance with the components of the geothermal system in the "WS" region produced by the magnetotelluric model. This is confirmed by the rocks that make up the cover layer, which have a density value not greater than the density of the heat source, considering that the cover layer has undergone hydrothermal alteration and is dominated by the minerals halloysite and montmorillonite. The geothermal system in the "WS" region is a combination of volcanic geothermal systems influenced by sedimentary rocks, with an estimated reservoir temperature of 200°C. Thus, this geothermal system is included in the intermediate temperature system."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anwari
Jakarta : Manajemen Pembangunan LAN RI, 1997
333.88 ANW p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian Syaifullah
"Indonesia memiliki cadangan panas bumi sebesar 23 GW dan menduduki peringkat ke-dua terbesar di dunia. Saat ini, tenaga listrik yang dihasilkan dari energi panas bumi sebesar 2.3 GW dari target 7,214.5 MW di akhir 2025. Panas bumi memiliki sifat padat modal, kompleks dan risiko, sehingga investasi panasbumi menjadi kurang menarik. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi kelembagaan yang terlibat di pengembangan panasbumi dengan menggunakan pendekatan Stakeholder Analysis, Structural Equation Model (SEM) dan Analytic Hyrarchy Process (AHP). SA digunakan untuk menganalisis power dan interest dari masing-masing kelembagaan. SEM digunakan untuk melihat pengaruh dari setiap kelembagaan panasbumi terhadap kinerja waktu sementara AHP digunakan untuk menganilisis model kelembagaan yang paling sesuai untuk pengembangan panasbumi di Indonesia. Penyelarasan hasil dari pendekatan tersebut didapatkan 14 kelembagaan yang menjadi Keystakeholder dengan bentuk model kelembagaan sentralisasi yang terdiri dari 3 klaster yaitu policy creator, facilitator dan accelerator, hasil ini diharapkan menjadi masukan sebagai model kelembagaan yang robust untuk mendukung penerapan pengembangan panasbumi.

Indonesia has geothermal reserves of 23 GW and is ranked second in the world. Currently, electric power produced from geothermal energy is 2.3 GW from the target of 7,214.5 MW by the end of 2025. This is because geothermal projects are capital intensive, complex, and risk, so investment less attractive. This study aims to evaluate the institutions involved in geothermal development using the Stakeholder Analysis (SA), Structural Equation Model (SEM) and Analytic Hirarchy Process (AHP) approaches. SA is used to analyze the power and interests of each institution. SEM is used to see the influence of each geothermal institution on time performance while AHP is used to analyze the institutional model that is most suitable for geothermal development in Indonesia. The results of this research were obtained 14 institutions key stakeholders in the form of a centralized institutional model consisting of 3 clusters, namely policy creator, facilitator and accelerator. This formulation is expected to be input into a robust institutional model to support geothermal development."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Widjaya Putranto
"ABSTRAK
Eksplorasi merupakan sebuah tahapan yang memiliki resiko tinggi di suatu proyek panas bumi. Salah satu target eksplorasi adalah zona permeabilitas tinggi. Zona permeabilitas tinggi berasosiasi dengan struktur bawah permukaan, seperti struktur patahan di daerah sistem panas bumi. Metode magnetotellurik MT dan gravitasi dapat digunakan untuk mendelineasi keberadaan sebuah struktur. Forward modeling 3D dilakukan untuk mendapatkan karakteristik dari diagram polar, induction arrow, FHD First Horizontal Derivative dan SVD Second Vertical Derivative dari berbagai variasi model sintetik struktur patahan yang selanjutnya diimplementasikan ke data MT riil dan data gravitasi riil. Diagram polar akan sejajar struktur ketika di zona yang lebih konduktif dan akan tegak lurus ketika di zona yang lebih resistif, sudut kemiringan berpengaruh terhadap pemipihan diagram polar. Induction arrow akan menunjukan zona konduktif. Respon dari model sintetik MT tidak bisa membedakan jenis patahan. FHD dipengaruhi kemiringan patahan tetapi tidak dipengaruhi jenis patahan. SVD dipengaruhi kemiringan dan jenis patahan. Hasil dari pengolahan data riil diketahui bahwa struktur patahan didominasi arah Utara-Selatan. Teridentifikasi terdapat 3 patahan dari analisis derivatif gravitasi.

ABSTRACT
Exploration is a high risk stage in geothermal project. One of the geothermal exploration target is a zone of high permeability. The high permeability zones are associated with subsurface structure, like fault structure on geothermal system area. Magnetotelluric MT and gravity methods can be utilized to delineate the existence of fault structure. In this research we made forward modeling for synthetic model MT data and gravity data. 3D forward modeling is carried out to have knowledge about characteristics of polar diagram, induction arrow, FHD First Horizontal Derivative , and SVD Second Vertical Derivative of various synthetic model fault structure to be implemented on real MT and Gravity Data. Polar diagram will be parallel to the strike when in the conductive zone and will be perpendicular to the strike when in the resistive zone, the smaller angle of strike slope form of the polar diagram will be more flattened. Induction arrow could show where the conductive zone. Synthetic model MT responses can not provide information on the type of structure. FHD is influenced by dip the fault but not influenced by the type of fault. SVD is influenced by dip and the type of fault. The results obtained from the real MT and gravity data known that fault structure dominated direction in N S. There are There are 3 fault identified by FHD and SVD methods."
2017
S67040
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gde Iswantara
"ABSTRAK
Energi panas bumi dikenal sebagai sumber energi yang bersih, ramah lingkungan dan
terharukan, namun perkembangannya di Indonesia menghadapi berbagai tantangan.
Keterbatasan pemanfaatan energi panas bumi yang saat ini hanya digunakan untuk
pembangkitan listrik menyebabkan energi panas bumi sulit bersaing pada nilai ekonomisnya.
Kebijakan Energi Indonesia, khususnya sektor kelistrikan hingga tahun 1998, belum adanya
perundang-uridangan / regulasi yang jelas dan kondusif, serta berlanjutnya subsidi pemerintah
terhadap Bahan Bakar Minyak menambah deretan faktor-faktor yang menyebabkan energi
panas bumi kehilangan daya saing.
Indonesia memiliki hampir 40% dari total cadangan panas bumi dunia yang berpotensi
memegang peranan penting sebagai sumber energi pilihan dalam keaneka ragaman energi
untuk memberi nilai tambah dalam menunjang pembangunan Indonesia yang berkelanjutan.
Potensi sebesar itu juga menjadi peluang untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat
keutamaan dalam pengembangan industri panas bumi dunia.
Kebijakan Umum Bidang Energi Indonesia 1998, restrukturisasi pasar kelistrikan
Indonesia dan kenyataan akan adanya ketidak seimbangan antara pasokan dan permintaan
listrik dalam beberapa tahun mendatang yang harus segera diantisipasi, mendorong setup
elemen yang terlibat dalam pengembangan Industri Kelistrikan Indonesia umumnya dan
Industri Energi Panas Bumi pada khususnya untuk menciptakan nilai tambah, daya saing dan
daya tarik dalam berkompetisi pada iklim usaha yang sangat dinamis.
Melalui Karya Akhir ini diharapkan dapat memberi masukan tentang Strategi
Penciptaan Daya Saing dan Daya Tarik Energi Panas Bumi Indonesia, baik yang telah, sedang
dan akan dilakukan serta peluang-peluang dan tantangan-tantangan yang senantiasa
mempengaruhi pengembangan usaha ini di Indonesia. Keseluruhan strategi tersebut berfokus
kepada peningkatan daya saing keekonomian Indonesia, pemanfaatan peluang restrukturisasi
sektor kelistrikan, mengamankan ketersediaan energi Indonesia serta melmdungi lingkungan
hidup demi kepentingan generasi mendatang.
"
2001
T3198
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrita
"Pengembangan energi panas bumi di Indonesia sebagai pembangkit energi listrik, sejak dijalankannya proyek PLTP Kamojang yang merupakan proyek gabungan antara PLN dan PERTAMINA. Energi panas bumi di Indonesia, memang sebagian besar digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik, melalui Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Terkait dengan energi panas bumi ataupun energi listrik yang dihasilkan dari suatu PLTP, yang kemudian dijual kepada PERTAMINA selaku pemegang Kuasa Pengusahaan Panas Bumi, dan kemudian oleh PERTAMINA dijual kepada PLN selaku pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan, telah terjadi beberapa kasus di Indonesia yang sehubungan dengan adanya kontrak jual beli listrik panas bumi tersebut, yang mana yang menjadi pokok sengketa adalah klausula force majeure yang terdapat pada kontrak jual beli energi listrik tersebut. Penelitian ini berusaha memaparkan apakah klausula force majeure tersebut dapat dilaksanakan, dan perlindungan hukum apakah yang dapat diberikan kepada PLN dan PERTAMINA dalam hal dikeluarkannya Keputusan Presiden yang menangguhkan proyek PLTP terkait dengan suatu ESC.
Penelitian memaparkan ketentuan-ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan yang relevan terkait dengan ESC ini.Penelitian ini dari sudut jenisnya merupakan studi kepustakaan (Library Research) yang bersifat yuridis normatif, yaitu penelitian yang menekankan pada penggunaan data sekunder atau berupa norma hukum tertulis. Metode penelitian dilakukan secara kepustakaan yang bersifat yuridis normatif, dengan analisa data secara kualitatif, sehingga menghasilkan data yang bersifat evaluatif-analitis.

Geothermal energy development in Indonesia as electrical energy generation, since the executable Kamojang PLTP project which is a joint project between Pertamina and PLN. Geothermal energy in Indonesia, is mainly used to generate electricity, through a Geothermal Power Plant (PLTP). Associated with geothermal energy or electrical energy generated from a plant, which then was sold to Pertamina as a shareholder, Geothermal Power, and then by PERTAMINA is sold to PLN, as a shareholder Electricity Business Authority, there have been several cases in Indonesia in connection with the contract geothermal power purchase it, which is the subject of dispute is the force majeure clauses contained in the contract of sale of energy power plant.
The research is to explain whether the clauses of force majeure could be implemented, and whether legal protection can be provided to PLN and Pertamina in terms of suspending the issuance of Presidential Decree PLTP projects associated with the ESC key. The study describes the legal provisions and regulations of relevant legislation relating to ESC ini.Penelitian this from the point of its kind is the study of literature (Library Research) which is normative, that is research that emphasizes the use of secondary data or the form of written legal norms. Methods of research done in libraries that are normative, with the qualitative data analysis, resulting in data-analytical evaluative nature."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
T28186
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Taihitu, Paulus Jirre Hacika
"Aktivitas geotermal pada daerah X telah ditemukan melalui keberadaan manifestasi panas bumi yang sangat impresif di beberapa titik. Beberapa penelitian yang dilakukan di daerah ini bertujuan untuk menemukan lokasi dan karakteristik reservoir utama sistem geotermal yang ada di area prospek. Namun, beberapa hasil interpretasi yang ditemukan ambigu dikarenakan penggunaan metode survei yang tidak tepat. Dalam penelitian ini, model konseptual yang terintegrasi dari metode magnetotellurik, geokimia, dan geologi digunakan untuk mendelineasi zona reservoir, karakteristik fluida reservoir, dan temperatur reservoir. Berdasarkan hasil konstruksi model konseptual, reservoir sistem geotermal di daerah penelitian ini ditemukan menggunakan metode magnetotellurik berada tepat di bawah tubuh gunung A. Keberadaan manifestasi fumarol di puncak gunung A, tepatnya di kawah gunung A yang mengalami perluasan ke arah timur laut dan sebagian ke arah barat laut, memvalidasi hasil ini. Temperatur pada reservoir mencapai 310°C, dengan sumber panas yang berasal dari gunung A muda. Area prospek diperkirakan sekitar 24 km dengan top of reservoir pada elevasi 1000 meter. Berdasarkan hasil ini, pengeboran eksplorasi dengan tipe sumur standard hole direkomendasikan untuk memvalidasi hasil eksplorasi 3G (geofisika, geokimia, geologi), yang akan ditajak pada kedalaman 2000 meter.

Geothermal activity in area X has been identified through the presence of impressive manifestations of geothermal activity at several points. Several studies conducted in this area aimed to locate and characterize the main reservoir of the geothermal system present in the prospect area. However, some of the interpreted results were ambiguous due to the improper use of survey methods. In this study, a conceptual model integrated from magnetotelluric, geochemical, and geological methods was used to delineate the reservoir zone, fluid reservoir characteristics, and reservoir temperature. Based on the constructed conceptual model, the geothermal reservoir system in this study area was found to be located precisely beneath the base of Mount A using the magnetotelluric method. The presence of fumaroles at the summit of Mount A, specifically in the Kawah Mount A, which is expanding towards the east-northeast and west-northwest, validates these results. The reservoir temperature reaches 310°C, with the heat source originating from the young Mount A. The prospect area is estimated to be approximately 24 km with a top of reservoir at an elevation of 1000 meters. Based on these results, drilling exporation with a standard hole type is recommended to validate the 3G exploration results (geophysics, geochemistry, geology), which will be drilled to a depth of 2000 meters."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
S. Gunawan
"ABSTRAK
Semen sumur minyak tipe G dengan Aditif Silica Fluor SSA1 telah banyak di pergunakan di berbagai sumur minyak di dunia, dan pada umumnya memuaskan. Di dalam sumur minyak, beton dapat melekat baik dengan selubung baja. Di dalam sumur panas bumi yang memiliki suhu lebih tinggi dari pada sumur minyak, pengaruh pemuaian beton dan logam selubung baja perlu mendapat perhatian. Ketidaksesuaian pemuaian baja dengan beton akan menyebabkan keretakkan betom.
Penelitian ini ditujukan untuk melihat kesesuaian pemuaian baja tipe K 55 dengan semen sumur minyak tipe G pada tekanan atmosfer, pada suhu antara 50° C S.d 200° C. Untuk nengenal sifat pemuaian beton ini beberapa parameter di teliti dengan seksama, yaitu jumlah kanndungan SSA1, perbandingan air terhadap semen (VCR), waktu aduk dan jenis air yang di pergunakan. Hasil penelitian menunjukkan kekurang sesuaian sifat pemuaian baja tipe K.55 dengan beton dari semen sumur minyak tipe G, pada suhu diatas 100° c."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia , 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah
"ABSTRAK
Panas bumi adalah energi terbarukan dan berkelanjutan yang dapat digunakan untuk menggantikan energi fosil di masa depan. Energi panas bumi dapat digunakan, harus memenuhi sistem panas bumi, sistem panas bumi adalah istilah umum yang digunakan untuk membahas interaksi antara sistem batuan dengan suhu air yang tinggi. Indikasi sistem panas bumi biasanya ditandai dengan munculnya manifestasi permukaan, bisa termasuk sumber air panas, fumarol, kolam lumpur dll. Kehadiran mata air panas dan fumarol di kawasan Gunung Ungaran merupakan indikasi kuat potensi panas bumi bawah permukaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui energi panas bumi di bawah permukaan dan membuat model sistem panas bumi berdasarkan analisis survei geologi, geokimia dan geomagnetik. Geologi Ungaran itu sendiri disusun oleh batuan vulkanik Tersier dari Miosen sampai Pleistosen, yang diduga sumber panas di Ungaran adalah sisa-sisa dari kaum muda Holosen Ungaran. Struktur di Ungaran dikendalikan oleh patahan yang mengarah ke barat daya - timur laut, yang merupakan bagian dari struktur keruntuhan, struktur ini diduga sebagai daerah pelepasan, sehingga cairan dan uap dari reservoir keluar melalui zona lemah dan muncul di permukaan. Analisis geokimia dengan pengambilan sampel fluida di Klepu dan Gedongsongo menunjukkan perbedaan, Gedongsongo menunjukkan kadar belerang (alkali) lebih tinggi. Dari peta Geomagnetik yang menunjukkan tingkat magnetik rendah berkisar antara -185 sampai -3,3 nT yang ditafsirkan sebagai sumber panas di Ungaran, setelah menggunakan penyaringan dengan distribusi perpanjangan ke atas sumber panas meluas ke utara Gedongsongo."
Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M) STTA, 2018
600 JIA X:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>