Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190012 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sisca Ellyanto
"Penelitian ini menganalisis mengenai tingkat partisipasi perempuan Jepang dalam dunia kerja dan kaitannya dengan bankonka di Jepang. Jumlah bankonka di Jepang terus mengalami peningkatan dan salah satu penyebabnya adalah meningkatnya jumlah perempuan yang memasuki dunia kerja. Pada masa sebelum perang, perempuan hanya bekerja sebagai kazoku roudousha (pekerja keluarga) dan tidak memperoleh penghasilan. Namun, hal tersebut berubah setelah masa Perang Dunia II, jumlah perempuan yang menjadi koyousha (pegawai) pun meningkat. Dengan meningkatnya koyousha, perempuan pun menjadi semakin mandiri secara finansial. Hal ini menyebabkan perempuan enggan untuk menikah karena mereka dapat menghidupi diri mereka sendiri dan mereka tidak ingin kehilangan kebebasan. Hasilnya, mereka lebih memilih karir daripada membangun sebuah keluarga dan jumlah bankonka pun meningkat.

This research analyzed the rate of participation of Japanese women in the labor force and its relation to bankonka in Japan. The number of bankonka in Japan is increasing and one of the reasons is the increasing of the number of working women. In the period before the war, women worked just as kazoku roudousha (family workers) and they have no income. However, this condition changed after World War II, the number of women who become koyousha (wage employee) increases. By the increasing of koyousha, women became more financially independent. This causes women are reluctant to marry because they can sustain themselves and they do not want to lose their freedom. Thus, they prefer career instead to build a family and the number of bankonka increases."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43646
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Azmi Zain
"Skripsi ini mengkaji tentang faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi keputusan perempuan menikah untuk bekerja dalam lima kelompok umur (seluruh wanita menikah dalam usia kerja, 15-24, 25-35, 36-45, dan 46-60 tahun). Studi ini menemukan bahwa pendidikan dan upah suami secara signifikan mempengaruhi kemungkinan perempuan menikah di Indonesia untuk memasuki angkatan kerja. Determinan lain seperti jumlah anak dan umur memiliki korelasi yang tidak signifikan terhadap probabilitas partisipasi angkatan kerja. Selanjutnya, beberapa tahan dalam teori family life cycle terjadi di Indonesia yang mempengaruhi faktor sosial ekonomi. Penelitian ini juga memberikan informasi mengenai ketimpangan dan permasalahan budaya terkait pernikahan pada usia kerja dini untuk penelitian selanjutnya guna meningkatkan partisipasi angkatan kerja perempuan.

This undergraduate thesis examines the socio-economic factors that affect married women’s decision to work within five age groups (working age, 15-24, 25-35, 36-45, and 46-60). The study finds that education and husband’s wage significantly impact the likelihood of married women in Indonesia to enter the labor force. Other determinants such as number of children and age have insignificant correlation to probability of labor force participation. Furthermore, family life cycle theory occurs at some stages in Indonesia that affects the socio-economic factors. This research also provides information regarding inequality and cultural problems regarding marriage at the earliest of working age for further research to increase women’s labor force participation."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Femina Sagita Borualogo
"
ABSTRAK
Angka fertilitas di Jepang saat ini rendah dengan Total Fertility Rate (TFR) pada tahun 1993 mencapai 1,46. Di antara negara-negara maju, Jepang termasuk negara yang memiliki angka fertilitas terendah.
Banyak hal yang melatar belakangi rendahnya angka fertilitas ini, seperti bergesernya nilai anak di dalam keluarga, pertumbuhan ekonomi. Namun salah satu penyebab yang sangat menonjol adalah gejala penundaan pernikahan (bankonka). Gejal.a ini melanda wanita muda di seluruh Jepang. Umur rata-rata pertama menikah wanita muda Jepang pada tahun 1994 adalah 26,2 tahun. Apabila dikonsentrasikan hanya pada kota besar seperti Tokyo maka akan didapati angka 28 tahun.
Bankonka disebabkan oleh semakin terbukanya kesempatan wanita untuk terjun ke dunia kerja dan semakin besarnya kesempatan melanjutkan pendidikan ke tingkat pendidikan tinggi.
Dengan terjadinya perubahan-perubahan dalam dunia kerja dan dunia pendidikan, wanita muda Jepang cenderung menunda pernikahannya. Mereka yang melanjutkan ke pendidikan tinggi, cenderung untuk tidak menikah selama masih kuliah. Setelah lulus pun, mereka bekerja terlebih dahulu untuk beberapa tahun. Kemudian ada yang memutuskan untuk menikah dan ada juga yang tidak. Mereka yang menunda pemikahannya disebut bankonka (kecenderungan menunda pernikahan), sedangkan yang terus tidak menikah disebut shogai mikon (seumur hidup tidak menikah).
"
1998
S13676
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Erra Rismorlita
"Usia Rata-rata Pertama Menikah wanita Jepang termasuk urutan tertinggi kedua didunia. Fenomena ini dimulai pada pertengahan tahun 1970-an seiring dengan pertumbuhan ekonomi Jepang yang maju pesat, sehingga membuka peluang bagi wanita untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, serta meniti karir dibidang-bidang pekerjaan profesional. Kepuasan hidup yang diraih melalui kemandirian secara ekonomi dan spiritual ini mengubah pandangan mereka terhadap perkawinan. Menikah menjadi suatu pilihan individu, dan mereka babas untuk menentukan dan memilih kapan, dimana dan dengan siapa mereka akan menikah.
Penelitian ini mengkaji dan menganalisis terjadinya fenomena penundaan usia kawin pada wanita Jepang tahun 1970-2000. Adapun pembahasannya meliputi latar belakang, faktorfaktor penyebab, dampak , serta upaya-upaya yang dilakukan pemerintah."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T12062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Silvia
" Pernikahan merupakan suatu momen dalam hidup bagi setiap orang. Bahkan dianggap sebagai hal yang penting dan sakral bagi sebagian besar orang. Sebelum Perang Dunia ke II penduduk jepang memiliki pandangan bahwa pernikahan dianggap sebagai suatu hal yang sangat penting, bahkan digunakan sebagai alat memperbesar luas wilayah dan strategi politik maupun perang. Namun, seiring perkembangan zaman, pandangan tersebut berubah. Terutama bagi kaum perempuan di Jepang. Pasca perang dunia ke II hingga abad 21 sekarang, perempuan jepang berpandangan bahwa pernikahan hanya membuat diri mereka terikat sehingga membatasi kebebasan mereka untuk melakukan apa yang mereka inginkan termasuk bekerja dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pandangan tersebut memunculkan fenomena baru di Jepang. Fenomena tersebut disebut 晩婚化(bankonka). Bankonka merupakan kecenderungan perempuan jepang untuk menunda pernikahan. Bankonka menyebabkan beberapa masalah sosial di Jepang terutama masalah populasi. Dengan mencari perubahan makna pernikahan di Jepang dan mengkaji sudut pandang wanita Jepang pada saat ini terhadap pernikahan, diharapkan mendapatkan pemahaman mengapa fenomena Bankoka ini terjadi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan dengan pengumpulan data sekunder. Setelah itu, Kesimpulan ditarik berdasarkan data sekunder yang terkumpul.

Marriage is a moment in the life for everyone. Marriage being an important thing and sacred for many peoples. Before world war 2 the Japanese peoples have a view that marriage is being more important thing, and using for increasing the region and politic strategy as well as ar. However, over the times that view has changed. Especially for women in Japan. Post world war 2 to the 21st century now, Japanese women have a view that marriage is only making themselves bound there by limiting their freedom to do what they want, including work and continue their education to a higher level. View raises new phenomenon is called bankonka. bankonka is a woman tendency of Japanese woman to delay marriage. Bankonka caused some social problem in japan, especially the population problem. By looking for changes in the meaning of marriage in japan and study japanese female perspective of this time of the marriage, expected to gain an understanding of why this phenomenon occurs bankonka. methods used in this research is data collection method of secondary literature. After that, the conclusios drawn based on secondary data collected."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Pranindiska Nurlistyo Naistana
"Hidup bersama orang tua atau mertua adalah hal yang umum di Indonesia dan memengaruhi partisipasi kerja perempuan yang cenderung lebih banyak terlibat dalam pekerjaan rumah tangga dan perawatan dibandingkan laki-laki. Kehadiran orang tua/mertua di rumah tangga memberikan spillover dan crowding out effect pada partisipasi kerja perempuan menikah. Fenomena ini dapat dijelaskan melalui Teori Produksi Rumah Tangga Becker. Penelitian ini menggunakan data Susenas Tahun 2022, dan metode logistik biner serta multinomial logistik, menemukan bahwa hidup bersama orang tua/mertua meningkatkan peluang perempuan menikah untuk bekerja, bekerja di sektor formal, dan memiliki jam kerja yang panjang. Namun, hidup bersama orang tua/mertua yang membutuhkan perawatan menurunkan peluang bekerja, bekerja di sektor formal, dan mengurangi jam kerja mereka.

Living with parents or in-laws is common in Indonesia and affects women's labor force participation, as women tend to be more involved in household chores and caregiving compared to men. The presence of parents/in-laws in the household creates spillover and crowding out effects on the labor force participation of married women. This phenomenon can be explained through Becker's Household Production Theory. Using data from the 2022 Susenas and employing binary logistic and multinomial logistic methods, this study finds that living with parents/in-laws increases the likelihood of married women working, working in the formal sector, and having excessive working hours. However, living with parents/in-laws who require care decreases the likelihood of working, working in the formal sector, and reduces their working hours."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferika Melati
"ABSTRAK
Tren partisipasi angkatan kerja perempuan di Indonesia tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan, sementara kepemilikan jumlah anak setiap perempuan mengalami penurunan. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa hubungan diantara keduanya adalah negatif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dampak anak terhadap partisipasi angkatan kerja perempuan kawin di Indonesia sepanjang 1979-2017. Data yang digunakan adalah data Susenas 1979, 1992, 1998, 2008, dan 2017. Metode analisis yang digunakan adalah regresi binomial probit. Hasil analisis deskriptif menunjukkan kecenderungan penurunan yang tajam pada paritas perempuan kawin di Indonesia, namun tidak diimbangi dengan peningkatan partisipasi angkatan kerja. Hasil inferensial menunjukkan bahwa pada tahun 1979-1998 secara konsisten paritas memberikan pengaruh dengan arah negatif dan magnitude yang sangat kecil terhadap partisipasi angkatan kerja perempuan kawin, sementara pada tahun 2008 dan 2017 pengaruh paritas tidak lagi signifikan. Faktor yang paling besar mempengaruhi partisipasi angkatan kerja perempuan kawin adalah pendidikan.

ABSTRACT
Female labor force participation trend in Indonesia did not show a significant increase, while the number of children per woman decreased. Various studies found that the relationship between them is negative. This study aims to know the difference of children effect on the labor force participation of married woman in Indonesia during 1979 2017. This study uses Susenas data from 1979, 1992, 1998, 2008, and 2017. The analysis method used is binomial probit regression. Descriptive analysis results show a sharp decline trend in married women parity in Indonesia, but not accompanied by increasing labor force participation. Inferential results show that parity had a very small negative effect on the participation of female labor force, while in 2008 and 2017 the parity effect was no longer significant. The biggest factor affecting the participation of the married women workforce is education"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T50855
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Akbarwati
"This study examines the correlation between women’s employment and individual household members’ food security. It demonstrates that the trade-offs between women’s decision to enter the workforce and family members’ food security may depend on other factors such as household’s buying power, the existence of men’s employment within the household, and individual’s age. By utilizing the Indonesian longitudinal dataset from the Indonesia Family Life Survey (IFLS) data at the individual level and binary logistic method, this study’s results show a positive correlation between having at least one woman working in one’s household and one’s food security status. The heterogeneity analysis results clarified that employment can benefit not only the well-being of women themselves but also enhance the food security of all members of her household, without any significant difference on the income and expenditure group of the household or whether there are working men in the household.

Studi ini mengkaji korelasi antara pekerjaan perempuan dan ketahanan pangan masing-masing anggota rumah tangga dan menunjukkan bahwa trade-off antara keputusan perempuan untuk memasuki dunia kerja dan ketahanan pangan anggota keluarga mungkin bergantung pada faktor-faktor lain seperti daya beli rumah tangga, keberadaan laki-laki. pekerjaan dalam rumah tangga, dan usia individu. Dengan memanfaatkan data longitudinal Indonesia dari data Indonesia Family Life Survey (IFLS) pada tingkat individu dan metode logistic biner, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara memiliki setidaknya satu perempuan yang bekerja di rumah tangga dan status ketahanan pangan seseorang. Analisis heterogenitas menunjukkan bahwa memiliki pekerjaan tidak hanya memberikan manfaat bagi kesejahteraan perempuan itu sendiri tetapi juga meningkatkan ketahanan pangan seluruh anggota rumah tangganya, tanpa adanya perbedaan yang signifikan pada kelompok pendapatan dan pengeluaran rumah tangga tersebut atau apakah terdapat laki-laki yang bekerja di rumah tangga tersebut."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnawati Dewi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana probabilitas perempuan dalam menentukan preferensi antara bekerja dan menikah yang dilakukan secara bersama-sama, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan menggunakan data dari Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2012. Keputusan partisipasi kerja pada seorang perempuan sangat berkaitan erat dengan keputusannya dalam status perkawinan. Status perkawinan perempuan telah diketahui akan mempengaruhi keputusan perempuan dalam berpartisipasi di pasar kerja. Metode yang digunakan adalah model sequential probit, dimana masing-masing keputusan dilakukan secara berurutan menurut model probit biner.
Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan perbandingan karakteristik daerah tempat tinggal dan tingkat pendidikan, di dapatkan bahwa probabilitas terbesar seorang perempuan dalam menentukan pekerjaan dan perkawinanya adalah probabilitas perempuan bekerja dan menikah dengan pendidikan Perguruan Tinggi dan tinggal di daerah perkotaan yaitu sebesar 65.39 persen. Sedangkan probabilitas terkecil adalah probabilitas perempuan yang tidak bekerja dan tidak menikah yang tinggal didaerah perkotaan dengan pendidikan SD yaitu sebesar 0.004 persen.

This study aims to determine how the probability of women in determining her preferences between work and married and the factors that influence it, using data from the National Socioeconomic Survey (Susenas) in 2012. Decisions on a female labor forcr participation is closely related to the decision in marital status. Marital status would influence a woman's decision to participate in the labor market. The method used is sequential probit models, where each decision made in sequence according to a binary probit model.
The results showed that by comparison the characteristic of the residence and level of education, found that the greatest probability is the probability of working and married women with education Universities and live in urban areas in the amount of 65.39 percent. While the smallest probability is the probability of women who do not work and are not married who live in urban areas with primary education that is equal to 0.004 percent.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T42877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Lukitasari
"Gap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki dan perempuan cenderung stagnan dalam 3 dekade terakhir, berbeda dengan kondisi banyak negara lain yang semakin mengecil. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh pembangunan ekonomi terhadap partisipasi angkatan kerja perempuan di Indonesia dalam kurun waktu 1986- 2018. Berbeda dengan penelitian yang ada di Indonesia sebelumnya yang banyak melihat kondisi mikro yang mempengaruhi perempuan untuk masuk dalam angkatan kerja, penelitian ini melihat kondisi makro yang terjadi di Indonesia dengan menggunakan metode balanced panel data. Penelitian dilakukan di 26 provinsi yang sudah ada di Indonesia sejak tahun 1986.
Hasil penelitian menunjukkan pembangunan ekonomi berpengaruh pada TPAK perempuan dengan membentuk pola U. Partisipasi perempuan tinggi saat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita sangat rendah, selanjutnya peningkatan share lapangan usaha primer dalam PDRB akan menurunkan partisipasi perempuan, namun saat share lapangan usaha sekunder dan tersier meningkat perempuan akan kembali masuk dalam pasar kerja meskipun hasilnya tidak signifikan. Kondisi tersubut disebabkan banyak provinsi di Indonesia langsung langsung berpindah ke lapangan usaha tersier dari lapangan usaha primer. Peningkatan penduduk perkotaan akan menurunkan partisipasi angkatan kerja perempuan. Sedangkan meningkatnya TFR, persentase perempuan berpendidikan tinggi, dan rata-rata upah mendorong perempuan untuk masuk dalam angkatan kerja.

Gender gap between female and male labor force participation rate tend to stagnant in the past three decades, contrary to many other countries which just narrowed the gap. This study attempts to identify the effects of economic development to female labor force participation in 1986-2018 in Indonesia. Vice versa to other previous research in Indonesia that use micro analysis to find condition that affects female join the labor force, this study use macro conditions by using balanced panel data method. The research focus in 26 provinces have existed in indonesia since 1986.
The results show economic development has significant effect on female labor force participation and form a UShaped pattern. Female labor force participation is high when the gross regional domestic product (GRDP) is low. Increasing share of primary sector in the GRDP will decrease female participation, but when the share of secondary and tertiary sector are advance, women will re-enter the labor market, though it is insignificant. It could be caused by directly moved from primary to tertiary sector in many provinces. An increase of urban dwellers will reduce female LFPR. While increase in Total Fertility Rate (TFR), percentage of female with high educated and wage rate encourage female into the labor force."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T54950
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>