Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135841 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Nyoman Suarjana
"Pengelasan dissimilar banyak dilakukan untuk mengoptimalkan kebutuhan aplikasi dan rekayasa dengan pertimbangan ekonomi. Sifat-sifat mekanis dan ketahanan terhadap korosi sambungan las sangat dipengaruhi oleh jenis, ukuran, orientasi dan distribusi struktur mikro sambungan las tersebut. Pengaruh dan perubahan struktur mikro akan dipelajari pada pengelasan dissimilar antara baja karbon A36 dan SS 304 untuk posisi pengelasan 1G, 2G, 3G dengan variasi ketebalan 6 mm, 8mm, 10 mm, 12 mm.
Hasil pengelasan menunjukan bahwa posisi pengelasan dan ketebalan sambungan las mempengaruhi struktur mikro baik pada HAZ maupun inti las-lasan (weld metal). Ukuran, distribusi dan orientasi struktur mikro menjadi lebih halus dan merata dengan naiknya ketebalan sambungan las-lasan. Pada HAZ baja karbon memperlihatkan struktur GB ferrite dominan untuk posisi pengelasan 1G sedangkan untuk posisi 2G dan 3G memperlihatkan adanya struktur widmanstaten ferrite, martensite dan bainit. Pada daerah dekat fusion line dan inti las terjadi perubahan komposisi kimia akibat proses agitasi, konveksi, difusi dan terjadinya makrosegregasi karena penetrasi cairan logam induk baja karbon kedalam inti las (weld metal) dan pembekuan cepat.
Hasil pengujian sifat-sifat mekanik memperlihatkan tegangan tarik putus terjadi pada sisi logam induk baja karbon, hasil test bending menunjukan tegangan yang sangat tinggi pada sambungan las hingga mencapai 887 Mpa dan pengujian kekerasan Vickers menunjukan distribusi kekerasan meningkat pada inti las dan HAZ hingga mencapai nilai HVN 296.9 yakni pada fusion line baja SS 304. Ketahanan korosi khususnya korosi micro-pitting sangat masif terjadi pada bagian inti las khususnya untuk posisi pengelasan 1G dan ketebalan 6 mm dan kurang masif pada HAZ yang secara visual dari foto mikro mengindikasikan pembentukan dan sebaran karbida yang lebih sedikit. Korosi seragam (uniform corrosion) secara galvanik terjadi sangat agresif pada bagian baja karbon.

Dissimilar metal welding was mostly done to optimize the application and engineering requirements with economic considerations. Mechanical properties and corrosion resistance of welded joints were greatly influenced by weld microstructures. Influences and changes in the microstructure will be studied in the welding of dissimilar metals between carbon steel A36 and stainless steel SS304 with variation of welding position 1G, 2G, 3G and weld thickness of 6 mm, 8 mm, 10 mm, 12 mm.
Welding results shown that welding position and thickness of the welded joints influenced the microstructure both in HAZ and weld metal. Size, distribution and orientation of microstructure were finer and more uniform with increasing of welding joint thickness. In HAZ carbon steel, GB ferrite was dominant especially for 1G welding position while for position of 2G and 3G shown other structures such as widmanstaten ferrite, martensite and bainite. In the region near the fusion line and weld metal, the chemical composition changes due to the agitation, convection, diffusion and makrosegregasi caused by penetration of liquid metal carbon steel into the weld pool and quick freezing.
The test results showed the mechanical properties of tensile breaking point occurs in the parent metal of carbon steel, bending test results showed a very high stress on the welding joint up to 887 MPa and Vickers hardness testing showed hardness distribution trend increase in the weld metal and HAZ to achieve value for HVN 296.9 at the fusion line of steel SS 304. Corrosion resistance, especially micro-pitting corrosion occurs denser in the weld metal, especially for welding positions 1G and thickness 6 mm and less dense in the HAZ which visually indicates in micro-photographs, the formation and distribution of carbides is much less. Uniform corrosion by galvanic process happens very aggressive on the carbon steel side.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31482
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Brian Hermawan
"ABSTRAK
Dalam beberapa kondisi lingkungan kerja atau fabrikasi, pengelasan harus
dilakukan dengan posisi yang berbeda-beda. Posisi pengelasan yang dimaksud
adalah pengelasan dengan posisi datar (flat welding, 1G), horizontal (horizontal
welding, 2G), dan vertikal (vertical up, 3G). Tiap posisi pengelasan memiliki
tingkat kesulitan tertentu khususnya karena pengaruh gravitasi pada kolam cairan
las maupun saat transfer material pengisi las dapat mempengaruhi masukan panas
yang dihasilkan. Demikian juga dengan ketebalan material yang di las dapat
bervariasi sesuai dengan kebutuhan desain, yang juga mempengaruhi kecepatan
pendinginan hasil las-lasan. Pada penelitian ini material yang disambung adalah
carbon steel A36 dan stainless steel 304 dengan menggunakan metode pengelasan
GTAW dengan filler ER 309L, kemudian dilakukan pengujian mekanis berupa uji
kekerasan, tarik, dan tekuk untuk mengetahui kualitas dari hasil sambungan las
logam yang berbeda tesebut. Dari hasil pengujian mekanis tersebut didapatkan
kualitas kekuatan tarik dan tekuk dari sambungan las yang dihasilkan cukup baik.
Sementara pada pengujian kekerasan didapatkan hasil kekerasan tertinggi pada
daerah HAZ stainless steel, hal ini akibat adanya endapan karbida khrom di batas
butir HAZ stainless steel. Sementara pada sisi logam carbon steel juga didapat
nilai kekerasan yang meningkat pada bagian HAZ nya, dikarenakan adanya
penghalusan butir dimana ukuran butir yang lebih kecil dan halus memilki nilai
kekerasan yang lebih tinggi. Banyaknya endapan karbida khrom dan kehalusan
butir yang terbentuk dipengaruhi oleh kecepatan pendinginan dan masukan panas
yang dihasilkan. Pada pengamatan struktur mikro hasil sambungan las ternyata
dihasilkan struktur mikro pada kolam las nya berupa struktur ferrite pearlite dan
austenite.

Abstract
In some work environments or conditions of fabrication, welding should
be done in different positions. The meaning of position welding in this study is the
welding of a flat position (flat welding, 1G), horizontal (horizontal welding, 2G)
and vertical (vertical up, 3G). Each position has a certain degree of difficulty of
welding, especially because of the influence of gravity on the liquid weld pool and
weld filler material transfer can affect the heat input. Likewise, the thickness of
material welded can be varied in accordance with design requirements, which
also affects the cooling rate of weld metal. In this study the material that have
joined is carbon steel A36 and stainless steel 304 using GTAW welding method
and ER 309L filler, then performed the mechanical testing of hardness, tensile,
and bending to know the quality of the welded joints of different metals. From the
mechanical test results obtained tensile strength and bending quality of welded
joints produced good enough. While the hardness testing results obtained was the
highest hardness in the HAZ stainless steel area, this is due to chromium carbide
precipitation at grain boundaries in stainless steel HAZ. While on the carbon steel
side also increased hardness values obtained in the HAZ, due to the refinement of
grain where the grain size is smaller and smoother have the higher hardness
values. The amount of chromium carbide precipitate and grain refinement formed
influenced by the cooling rate and heat input was generated. Observation of the
microstructure on the welded joints were generated structure of ferrite pearlite
and austenite in the microstructure of weld pool."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43560
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Togatorop, Juan Rhema Christopher
"Kemajuan teknologi mendorong berbagai industri untuk menggunakan sambungan material baja tahan karat asutenitik AISI 316L dan baja karbon feritik ASTM A36, yang dapat mengoptimalkan kinerja dan mengurangi biaya produksi. Namun, perbedaan material pada dissimilar welding ini pastinya akan memiliki kecenderungan terjadinya korosi galvanik berkaitan dengan potensial elektrokimia dan komposisi kimia yang berbeda. Salah satu metode penyambungan yang umum digunakan adalah pengelasan TIG yang memakai filler metal untuk menyambungkan kedua material. Pada penelitian ini menggunakan tiga jenis logam pengisi yang berbeda, yaitu ER308LSi, ER309L, dan ER316L. Variasi logam pengisi yang digunakan untuk penyambungan kedua material tersebut telah diteliti dan ditelaah hubungannya terhadap perilaku korosi. Untuk mendukung analisis dan pembahasan penelitian, dilakukan pengujian komposisi kimia, pengamatan mikrostruktur, dan pengujian Linear Polarization Resistance (LPR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa logam pengisi ER309L memberikan kinerja korosi yang paling optimal dibandingkan dengan ER308LSi dan ER316L. Analisis hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa komposisi kimia, terutama unsur Cr dan Mo, serta fasa mikrostruktur yang terbentuk pada logam pengelasan berperan penting dalam menentukan perilaku korosi, khususnya pada hasil daerah pengelasan.

Technological advancements are driving various industries to use the joint materials of austenitic stainless steel AISI 316L and ferritic carbon steel ASTM A36 to optimize performance and reduce production costs. However, the material differences in dissimilar welding tend to induce galvanic corrosion due to differing electrochemical potentials and chemical compositions. One commonly used joining method is TIG welding, which employs filler metal to connect the two materials. This study utilized three different filler metals, ER308LSi, ER309L, and ER316L, to examine their effects on corrosion behaviour in the welded joint. Chemical composition testing, microstructure observation, and Linear Polarization Resistance (LPR) testing were conducted to support the analysis and discussion. The results indicated that the ER309L filler metal provided the most optimal corrosion performance compared to ER308LSi and ER316L. The study revealed that chemical composition, particularly the elements Cr and Mo, as well as the microstructural phases formed in the weld metal, play a crucial role in determining corrosion behaviour, especially in the weld area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurdian Kartika Sari
"Wear resistance steel merupakan salah satu high strength alloy dengan nilai kekuatan tinggi. Kombinasi antara kekuatan, kekerasan dan ketangguhan merupakan kelebihan dari HSLA. CREUSABRO ® 4800 merupakan salah satu merek yang bisa digunakan dalam peralatan berat. Tingginya kekerasan menyebabkan material ini rentan terhadap cold cracking. Masalah ini menyebabkan degradasi sifat sifat mekanikal yang menyebabkan menurunnya umur pakai dari peralatan.Pengelasan multilayer dan buttering pada hardfacing dilakukan pada penelitian ini. Beberapa variabel penelitian dilakukan meliputi ada tidaknya pre heat treatment dan kombinasi jenis elektroda pada pengelasan sedangkan untuk hardfacing diberi perlakuan berupa penggunaan jenis elektroda buttering yang berbeda serta banyaknya lapisan buttering.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengamati mikrostruktur dan mengkarakterisasi sampel termasuk ketahanan terhadap korosi pada hasil lasan dan hardfacing. Untuk mengetahui hal ini maka beberapa tes seperti kekerasan, metalografi, SEM, EDAX serta immersion test dilakukan.
Hasil tes menunjukkan bahwa kombinasi 7018 sebagai weld cap dan MG NOX 35 sebagai weld root menunjukkan nilai rata-rata kekerasan tertinggi (422 HV) pada sampel 1, adanya pre- heat treatment pada susunan elektroda lasan yang sama menunjukkan profil kekerasan yang paling stabil yang meningkatkan ketahanan terhadap aus yang baik pada material.
Hasil immersion test menunjukkan bahwa korosi galvanik terjadi pada semua sampel baik lasan maupun hardfacing. Komponen las dengan nilai Cr tertinggi menunjukkan sifat "mulia" berperan sebagai katoda dalam sistem. HAZ sebagai bagian paling lemah dalam sistem mengalami korosi yang parah berperan sebagai anoda dalam sistem. Pengamatn lebih lanjut menunjukkan adanya korosi sumuran pada permukaan MG NOX 35 pada lasan dan ER 309 pada hardfacing dengan lebar sumuran 0,5 sampai dengan 5 mikron.

Wear resistance steel is one of low alloy steel (high strength low alloy) with high strength value. Combination between strength, hardness, and toughness are good points of HSLA. CREUSABRO ® 4800 is common brand in heavy euipment application. High hardness value may induce cold cracking during field applications. This problem decrease the mechanical properties of the material that will decrease the life time of the equipment. Multilayer in welding and buttering in hardfacing are conducted in this research. Some variables in this study are with or without pre heat treatment, different electrode arrangement in welding and differrent buttering electrode and amount of buttering layer in hardfacing.
The aim of the study were observing the microstructure and characterize the specimens including the corrosion resistant of the welding or hardfacing system. To characterize the welding dan hardfacing result some tests are conducted. These tests including hardness, metalography, SEM, EDAX and immersion corrosion test.
The result of the tests shows that even combination of 7018 as weld cap and MG NOX 35 as weld root has highest surface hardness (422 HV) in specimen 1, preheat treatment in similar arragement welding in speciment 4 shows better hardness value profile. In hardfacing, combination MG DUR 3 in three layer butter shows better value profile that will increase the wear resistant of material.
After immersion test it is observed that galvanic corrosion is the common corrosion type that occur in the specimens. Welding component with highest Cr component is the most noble act as cathode in the system. HAZ as weakest part of the system severely corrode become the anode of the system. Further observation shows that micro pitting occur in MG NOX 35 in welding and ER 309 L surface with pitting width between 0,5 to 5 microns.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31818
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Maradong Binsar
"Dari 14 kombinasi parameter pengelasan Titlk pads lembaran Ti-6A1-4V yang menggunalcan besar arus 8500 A dengan memvaziasikan beda gays penekanan elektroda ( dari 0,35 hinggn 0,6 MPa )untu_k 2 waktu penahanan elekiroda ( hold time ) yaitu 20 dem 30 cycle, diglapatkan bahwa kombinasi parameter yang memakai gaya penekanan 0,45 MPa dan hold time 20 cycle, menghasilkan sifat mekanik, fisik dan estetik yang paling baik.
Dengan
Penelitian dilanjutkan dengan meneliti dan mambandingkan sifat ketahanan lelah hasil lasan yang dilas pada parameter optimum di atns dengan variasi besar arus pengelasan. yaitu 8500 dan 8840 A. Pengujian kelelahan djlalculcan sesuai standar CASA I + D - E 198 yang dipakai di IPTN dengan menggunakan pembebanan uniaksial pada mesin SI-ILMADZU. Besar beban yang dig,-unnkan adalah 30 %, 35 % dan 40 % dari kekuatan tari1<-geser lasan, dengan besar rasio R = 0,3 dan pada frekuensi 25 Hz. Dari kurva log S - log N hasil pengolahan dan hasil pengarnatan makro dan mikro terhadap struktur sampel yang telah mengaiami perioatahan lelah, ternyata didapat ketahanan Ielah lasan dengan arus 8500 A lebih baik dibanding Iasan pads 8840 A."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41238
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Nugroho
"Pegas adalah suatu komponen yang berfungsi untuk menerima beban dinamis dan memberikan kenyamanan dalam berkendara. Permasalahan yang sering dialamai leh pegas daun adalah patah akibat beban lebih atau kondisi jalan yang kurang baik. Penanganan pada hal seperti ini adalah penyambungan menggunakan shielded metal arc welding (SMAW). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi arus pengelasan terhadap kekuatan impak, kekerasan dan struktur mikro. Jenis las yang digunakan adalah las SMAW. Variasi arus pengelasan yan digunakan adalah 100 Ampere, 120 Ampere dan 140 Ampere. Jenis kampuh yang digunakan adalah jenis kampuh V. Hasil uji kekuatan impak tertinggi diperoleh pada variasi arus 100 Ampere yaitu sebesar 1,698 J.mm2. Hasil uji kekerasan tertingg diperoleh pada variasi arus 140 Ampere yaitu sebesar 355,338 HVN. Struktur mikro pada daerah las memiliki ukuran buturan yang semakin besar dan struktur perlit yang semakin banyak untuk variasi arus 140 Ampere."
Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M) STTA, 2017
620 JIA 9;2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fauzan
"Torch brazing adalah salah satu metode brazing berdasarkan sumber panas. Metode ini dalam proses penyambungan logam tergolong liquid-solid state thermochemical dan pada umumnya digunakan dalam penyambungan pipa. Proses brazing ini memanaskan logam pengisi hingga mencapai titik leleh tanpa melampaui titik leleh logam dasar yang akan disambung. Logam pengisi akan memberikan sambungan yang kuat pada logam dasar setelah mengalami pendinginan. Pemberian tekanan dan panjang lap joint pada proses brazing akan berpengaruh pada kualitas sambungan. Pada penelitian ini akan diketahui pengaruh tekanan dan panjang lap joint terhadap kekuatan sambungan baja BJ DD2 dan tembaga C12000. Konfigurasi yang paling optimal antara tekanan dan panjang lap joint akan diketahui dari hasil beban tarik dan jarak antar sambungan. Beban tarik dan jarak antar sambungan adalah faktor yang mempengaruhi kekuatan dari sambungan brazing. Semakin besar beban tarik dan semakin kecil jarak antar sambungan akan meningkatkan kekuatan sambungan. Hasil penelitian menunjukkan tekanan memiliki pengaruh lebih besar daripada panjang lap joint terhadap logam tak sejenis menggunakan torch brazing.

Torch brazing is one method of brazing based on the heat source. This method as the process of joining metals in classified as liquid-solid state thermochemical and generally used in the joining pipe. This process heats the brazing filler metal until it reaches the melting point without exceeding the melting point of the base metals to be joined. The filler metal will give strong joining to the base metal after cooling. Giving pressure and length of lap joint in the brazing process will affect the quality of the joining. This research will investigate the effect of pressure and length of lap joint to joint strength of BJ DD2 steel and C12000 copper. The most optimal configuration between pressure and length of lap joint will be known from the result of shear load and joint clearance, which are the factors that affect joint strength of brazing. The bigger shear load and the smaller joint clearance will increase of joint strength. The result shows that the pressure have effect bigger than length of lap joint for dissimilar metal using torch brazing."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58753
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albertus Rianto Suryaningrat
"Penggunaan teknologi mesin vision pada proses pengelasan telah berkembang seiring dengan kebutuhan akan hasil pengelasan yang lebih konsisten dengan proses pengambilan posisi gerak yang lebih cepat. Aplikasi mesin vision untuk melakukan proses analisa obyek dengan pengambilan citra pada benda kerja atau tanpa adanya kontak langsung pada material diharapkan mampu untuk menghasilkan proses yang mudah dan cepat, selama tidak mengurangi sifat keakurasian agar mampu untuk dilakukan pada proses pengelasan. Dengan mengaplikasikan algoritma hough transform untuk pendeteksian garis serta didukung proses pengolahan citra yang baik, maka sekumpulan garis yang berhasil terdeteksi akan dapat dipilih jalur pengelasan yang efisien. Konsep pemilihan jalur pengelasan pada penelitian yang dilakukan adalah dengan membuat kombinasi antara jarak maksimal path terjauh yang dapat ditempuh dilanjutkan dengan pemilihan jarak minimum pada pergantian point to point saat melakukan gerakan non welding. Dari hasil pemilihan jalur pengelasan tersebut kemudian dirubah ke bentuk G-code yang telah dimodifikasi. Hasil penerapan pemilihan jalur pengelasan mampu untuk dilakukan dengan akurasi tidak lebih dari 0,02 mm.

The use of machine vision technology in the welding process has been developed along with the need for more consistent and more qualified welding results. The application of machine vision to perform object an the object itself making the whole processes fast while maintaining the accuracy. In this research, Hough Transform algorithm is used to detect the welding tracks candidate. Afterward, some modifications to the hough transform is carried to enable finding the exact welding tracks. Once the welding tracks are found, welding sequences (welding path) on the welding tracks are then generated by evaluating all the tracks to produce the longest possible welding path with minimum non-welding motion. When all the welding paths are generated, they are then converted to a form of G-code like format which are ready to be sent to the controller unit. The implemented tracks and their appropriate welding path with accuracy not more than 0.02 mm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T28812
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Robert Parulian Hasudungan
"ABSTRAK
Tesis ini membahas perilaku korosi dari pengelasan dissimilar antara baja karbon ASTM A36 dan baja tahan karat SS316L dengan kawat las E309L menggunakan prosedur pengelasan SMAW dan GTAW untuk dibagian root. Plat baja tahan karat dan baja karbon dengan ketebalan 10 mm dan 15 mm dilas, dipotong, diberi perlakuan panas tempering, dilakukan pengamatan mikrostruktur dan kemudian diuji secara elektrokimia. Pengujian secara elektrokimia meliputi uji electro impedance spectra (EIS), Potentiodynamic Polarization, Cyclic Voltametry. Oleh karena inti las baja tahan karat biasanya lemah terhadap korosi terlokalisasi, maka uji celup korosi sumuran ASTM G48 metode A dilakukan demi pengujian menyeluruh perilaku korosi pada pengelasan dissimilar ini. Hasilnya menunjukkan bahwa proses tempering akan meningkatkan ketahanan korosi pengelasan dissimilar. Pengelasan dissimilar tebal plat 15 mm menunjukkan ketahanan korosi yang lebih lemah dibandingkan plat 10 mm, dimana setelah diamati jumlah weld pass yang lebih banyak pada plat 15 mm mempengaruhi struktur mikro dan ketahanan korosi dari pengelasan dissimilar.

ABSTRACT
The focus of this study was addressed to observe corrosion behavior at dissimilar metal welding between carbon steel ASTM A36 and stainless steel 316L with E309L as weld consumables using SMAW and GTAW procedure at root weld. Stainless steel and carbon steel plate of 10 mm and 15 mm thickness were welded, cut, heat treated (tempered), observed for microstructure and then tested electrochemically. Electrochemical testing included electro impedance spectra (EIS), Potentiodynamic Polarization, Cyclic Voltametry. The core welding of stainless steels are known vulnerable to localized corrosion, hence the pitting corrosion immersion test ASTM G48 method was done for a thorough observation of welding dissimilar corrosion behavior. The results showed that the tempering process improved corrosion resistance of dissimilar weld. It was observed that dissimilar welding of 15 mm thickness was more susceptible than plate 10 mm. It is related to the number of weld passes which affect the microstructure and corrosion resistance of the weld dissimilar.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45291
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Sumarno Siradj
"ABSTRAK
Pengelasan gas oksi-acetilene pada baja karbon rendah yang biasa digunakan pada pelat mobil atau pelat-pelat yang lain sering menimbulkan banyak masalah. Yaitu terjadinya hasil las-lasan yang tidak rapi pada kampuh las dan juga sering timbul sifat mekanis yang tidak diharapkan.
Bertitik tolak dari hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian ini dengan menggunakan baja SPCC. Dimana dalam penelitian ini dilakukan perubahan variabel-variabel yang diduga sebagai penyebab terjadinya masalah yang sudah disebutkan diatas, seperti perubahan tekanan oksigen, logam pengisi. Dengan demikian diharapkan masalah yang terjadi dapat dikurangi atau dihindari.
Dari pengujian tari, kekerasan serta struktur mikro dapat dilihat dengan tekanan oksigen 0.05 kg/mm2 dan tekanan asetilene 0.05 kg/mm2 serta menggunakan logam pengisi dengan CE sebesar 0.28% akan diperoleh kekuatan tarik dan kekerasan yang optimal."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>