Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84354 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitri Fazriyanti
"Skripsi ini membahas puisi-puisi yang dimuat pada koran Al-Manᾱ rah Libya. Penulis menganalisis tiga puisi Ali Abdul Muthalib Al-Hauniy berjudul 1). Angin Revolusi 17 Februari; 2). Libya dan Perubahan; dan 3). Negeriku. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan objektif. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan struktur fisik dan mental (batin) yang terdapat pada ketiga puisi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga puisi mengandung unsur-unsur puisi yang kaya dan bermakna. Dilihat dari segi tema, ketiga puisi mengandung tema yang berkaitan dengan revolusi Libya pada tahun 2011.

This thesis discuss poems published by newspaper Al-Manᾱ rah in Libya. The author analyzes three poems from Ali Abdul Muttalib Al-Hauniy published in the newspaper Al-Manᾱ rah. This study is a qualitative study with the objective approach. The authors choose three poems. There are Winds of Revolution 17 February; Libya and Changes; and My Country. The purpose of this study is to describe the physical and mental elements in these poems. The results showed that the three poems contains rich elements and deep meaning. These poems also shows a significant theme of the revolution as a form of expression of 2011 Libyan revolution."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42814
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Natasha Svetkarini Putri
"Jurnal ini membahas dua puisi representatif karya Heo Nanseolheon (1563-1589) sebagai penggambaran kesedihan dan kemalangan hidupnya setelah menikah. Heo Nanseolheon adalah satu dari sedikit penulis wanita pada periode Joseon. Sebagai keturunan dari keluarga Yangban, hampir seluruh karyanya merupakan curahan hati akan ketidakbahagiaan dan keputusasaannya sebagai seorang istri malang yang harus hidup sesuai dengan pemisahan peran menurut ajaran Konfusianisme yang membuatnya kesepian dan terasingkan. Karya tulisnya yang kebanyakan ditulis dalam Hanja, secara umum menunjukkan gaya penulisannya yang unik. Ia menggunakan banyak ungkapan yang berhubungan dengan alam. Walau demikian, tidak beberapa lama setelah menikah, dapat terlihat bahwa gaya menulisnya sedikit berubah dan ia lebih sering menulis mengenai kesedihannya. Gyuwon adalah puisi yang ia tulis setelah menikah dan berisi tentang keluhannya sebagai wanita Yangban yang telah menikah. Sedangkan Gokja adalah puisi akan duka dan kesedihan Heo Nanseolheon karena kehilangan kedua anaknya.
This journal examines two representative poems written by Heo Nanseolheon (1563?1589) as depictions of her resentment and bitterness of life after marriage. Heo Nanseolheon was one of very few classic female writers during the mid-Joseon period. Coming from a Yangban family, her works were mostly outpourings of her unhappiness and despairs as a miserable wife that had to abide by Confucianism?s separation of roles that left her feeling desolate in solitude. Her literary works that were mostly written in Hanja, usually would show her unique style of writing by using expressions derived from nature. However, shortly after marriage, it is apparent that her writing style had slightly changed as she was more keen on writing sadness over sadness. Both poems in this journal were written after two major events that completely changed her life happened. Gyuwon, a poem she wrote after her marriage, is about her grievance as a married woman of Yangban. Whilst Gokja is a poem written upon her grief and sorrows on losing both her children."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Yayasan Puisi, Jakarta,
404 PUISI
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Saut Raja Hamonangan
"PENDAHULUAN
Budaya Indonesia dalam perwujudannya menunjukkarn keanekaan yang, antara lain, tampak dalam kehidupan bahasa dan sastranya. Di samping bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, terdapat pula bahasa dan sastra daerah yang merupakan sumber memerkaya budaya nasional.
Dengan tetap mempedulikan keanekaan bahasa dan sastra itu, usaha mencari dan menemukan hal-hal yang menunjukkan kesatuan dalam keanekaan juga perlu dilakukan secara berkesinambungan. Upava ke arah itu perlu ditempuh melalui penelitian budaya kita, seperti bahasa dan sastra agar dapat dikenal dan dipahami dengan baik. Selain itu, pengetahuan tentang kebahasaan dan kesastraan itu harus pula dapat diketengahkan ke dalam pergaulan antarsuku sehingga terjadi pengenalan dan pemahaman terhadap hal-hal yang sebelumnya tidak dikenal atau hanya dikenal terbatas oleh suatu masyarakat saja. Dengan cara itu, diharapkan timbul rasa menghargal dan memiliki sesuatu yang sebenarnya memang milik bersama, memahami , mencintai , dan memiliki bersama berbagai aspek budaya itu akan mengukuhkan kita sebagai suatu bangsa, yang pada saatnya diharapkan mampu melahirkari karya-karya, antara lain, dengan modal budaya hangsa sendiri (Rusyana dkk. , 1987:1-2).
Sastra lisan di Indonesia sebagai kekayaan sastra juga merunakan modal budaya bangsa. Sebagaimana dikemukakan oleh Robson (1972:91, sastra lisan - dapat menjadi alat untuk memelihara dan menurunkan buah pikiran suatu suku atau bangsa yang empunya sastra itu. Bahkan, hingga sekarang menurut Charles Winick dalam Rustiana, 1975:125), sastra lisan itu mengandung kehidupan yang terus-menerus mempunyai nilai kegunaan dan masih terdapat dalam budaya masa Wellek dan Warren (1989:48) juga menyebutkan bahwa sastra lisan erat tautannya dengan sastra tertulis. Dengan demikian, sastra lisan, dalam hal ini sastra lisan daerah, yang dewasa ini dianjurkan oleh Pemerintah perlu semakin ditingkatkan penelitiannya agar kekayaan budaya yang terkandung di dalamnya dapat dimanfaatkan.
Dalam kenyataan pada umumnya masyarakat Indonesia dewasa ini kurang memperlihatkan kepeduliannya mengenai segala sesuatu yang tidak modern, apalagi yang bersifat pribumi, termasuk sastra lisan dan sastra lama, kondisi seperti itu, menurut Ikram (1976:7-9), hendaknya tidak sampai berlarut-larut. Penggalian serta pengenalan sastra atau kekayaan tradisional itu jangan sampai ditangguhkan.
Sastra daerah Ratak Toba, sebagai salah satu di antara sastra-sastra daerah di Indonesia, perlu digali dan diselenggarakan menelitiannya secara lebih sungguh-sungguh . Penelitian sastra dalam hal ini hendaknya tidak berarti hanya melakukan inventarisasi (prescriptive), tetapi juga meliputi pengolahan dan penyebarannya. Pengolahan yang dimaksud, antara lain mencakupi usaha dan penyusunan hasil transliterasi, transkripsi, terjemahan, dan penganalisisan karya sastra itu sendiri. Dengan menganalisis struktur akan diketahui bagaimana karya sastra itu diwujudkan dan hasil analisisnya dapat digunakan untuk membantu pembaca dalam mengapresiasi. Dalam kaitan itulah, puisi rakyat Ratak Toba, khususnya umpasa (Baca uppasa) perlu digali dan dimanfaatkan. Upaya penyelamatan umpasa ini bertalian pula dengan kurangnya minat generasi muda dan langkanya penelitian yang pernah dilakukan (lihat Sarumpaet, 1988)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Maha Putri
"Skripsi ini mendeskripsikan lima puisi Wiji Thukul di tahun 1986-1996 yang terdapat dalam kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru. Lima puisi itu berjudul 'Apa yang berharga dari puisiku, 'Peringatan', 'Nyanyian Akar Rumput', 'Satu Mimpi Satu Barisan', dan Aku Masih Utuh dan Kata-kata Belum Binasa'. Dalam skripsi ini, penulis menganalisis struktur instrinsik dapat merepleksikan keadaan yang dianalisis dari segi bahasa pengarang dalam membuat puisi. Penulis juga menganalisis struktur ekstrinsik yang ada dalam puisi, yakni analisis protes sosial yang dijelaskan pengarang. Dalam skripsi ini juga menjelaskan keterkaitan antara struktur instrinsik dan ekstrinsik.

This paper describes the five phoems of Wiji Thukul's poem in 1986-1996 which was taken from the poem collection of Aku ingin jadi Peluru. The five poems titled 'Apa yang Berharga dari puisiku', 'Peringatan', 'Nyanyian Akar Rumput', 'Satu Mimpi Satu Barisan', and 'Aku Masih Utuh dan Kata-Kata Belum Binasa'. In this paper, the writer analyses the intrinsic elementsby investigating social reflection through the research of figurative language and the image of the poems. The writer also analyses the extrinsic elements by investigating the problems toward social protest reflection in the poems Wiji Thukul, and the explanation of the social condition of the author. In other words, the paper explains the relationship between intrinsic and extrinsic elements when a work is created.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56159
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Remy Sylado
Jakarta: Gramedia, 2005
808.81 SYL p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Remy Sylado
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2023
808.81 SYL p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
New York: W.W. Norton, 2000
808.81 Ame
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Padang: Kelompok Penggiat Puisi Padang, 2003
811 Bun
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sapardi Djoko Damono, 1940-2020
"ABSTRAK
Sejauh ini karya-karya Rendra telah banyak dibicarakan para pengamat sastra Indonesia, baik dari dalam negeri rnaupun luar negeri. Banyak di antara pembicaraan itu menitikberatkan pada kehidupan Rendra sebagai pengarang yang banyak terlibat pada berbagai aktivitas politik. Konsekuensinya, porsi pernbicaraan tentang Rendra lebih banyak daripada pembicaraan tentang karya-karyanya. Dalam konteks puisi, orang lebih suka membicarakan bagaimana Rendra membacakan puisinya daripada membicarakan karya-karyanya. Karena itu, segi pencapaian puitik Rendra jarang disentuh.
Penelitian ringkas ini rnerupakan upaya untuk menguraikan berbagai segi pencapaian puitik Rendra berdasarkan sejumlah teks yang pernah diterbitkan sejak tahun 1957 hingga kini menjadi urusan penting dalam pendekatan ini. Di samping itu, penelitian ini juga rnernanfaatkan pengetahuan penulis tentang Rendra untuk membantu tercapainya tujuan tersebut.
Analisis terhadap sejumlah karya Rendra telah rnernbuktikan bahwa ia adalah salah seorang penyair kita yang luput dari ejekan, ars brevis vita longa, "seni. pendek, tapi hidup lama." Ia luput dari ejekan itu karena kesetiaannya pada seni, khususnya puisi, tidak pernah luntur. Hal itu diwujudkan dengan terus mencipta dengan bersandar pada tradisi dan penguasaannya atas peralatan artistik sedemikian rupa sehingga menempatkan dia pada jajaran penyair terkemuka dan terpenting di Indonesia.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>