Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147576 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irnawaty Octavia
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S10244
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S6922
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ingee Dhita Agustin
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26475
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Prolie Rusdekawati Sri SB
"Dengan adanya sistem self assessment dalam perpajakan, wajib pajak mendapat kepercayaan penuh untuk menghitung, menyetor dan melaporkan kewajiban pajaknya. Wajib pajak menjadi aktif, akan tetapi di dalam praktek ternyata tidak semua wajib pajak dapat melaksanakan kewajiban yang dipercayakan pemerintah itu dengan sebaik-baiknya, maka penagihan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan merupakan hal yang sangat penting.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui aspek kebijaksanaan dalam penagihan PBB dan tingkat kepatuhan wajib pajak PBB menurut pendapat kelompok petugas PBB, pakar PBB dan wajib pajak PBB.
Penelitian dilakukan di DKI Jakarta selama 4 bulan (19 April 1999 sld 19 Juli 1999), dengan jumlah sampel 115 responden yang terdiri dari kelompok petugas PBB 35 orang, pakar PBB 40 orang dan wajib pajak PBB 40 orang.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pendapat petugas PBB, pakar PBB dan wajib pajak PBB mengenai aspek kebijaksanaan penagihan PBB termasuk dalam kategori netral. Secara umum pendapat petugas PBB, pakar PBB dan wajib pajak PBB mengenai aspek kepatuhan wajib pajak PBB termasuk dalam kategori netral. Terdapat perbedaan pendapat antara kelompok petugas PBB, pakar PBB dan wajib pajak PBB mengenai aspek kebijaksanaan dalam penagihan PBB. Selain itu, terdapat perbedaan pendapat antara kelompok petugas PBB, pakar PBB dan wajib pajak PBB mengenai tingkat kepatuhan wajib pajak PBB. Menurut pendapat petugas PBB, pakar PBB dan wajib pajak PBB terdapat hubungan antara kebijaksanaan penagihan PBB dengan tingkat kepatuhan wajib pajak PBB."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahrul Alam
"Peningkatan penerimaan dalam negeri dari sektor pajak adalah sesuatu yang wajar karena secara logis jumlah pembayar pajak dari tahun ke tahun akan semakin banyak sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan penerimaan dari sektor minyak dan gas cenderung menunjukkan penurunan akibat cadangan sumber alam yang semakin lama semakin terbalas.
Dalam system self assessment, salah satu fungsi pemerintah adalah pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan, berdasarkan ketentuan yang digariskan dalam Peraturan Perundang Undangan.
Untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan Pasal 29 Undang - Undang No. 10 Tahun 2000. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan memberi wewenang kepada Direktorat Jenderal Pajak (DIP) untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dan menegakkan Peraturan Perpajakan (Law Enforcement) melalui pemeriksaan. Sehubungan dengan hal tersebut, kecakapan dan pengetahuan fiskus mengenai peraturan-peraturan perpajakan yang berlaku sangat diperllukan dalam rangka mengoptimalkan potensi-potensi penerimaan dari Wajib Pajak.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tingkat pengetahuan fiskus mengenai kewajiban perpajakan Wajib Pajak orang pribadi dan masalah-masalah yang dihadapinya serta menjelaskan pengetahuan fiskus mengurai peraturan-peraturan pajak yang secara langsung maupun tidak langsung mengatur tentang kewajiban perpajakan Wajib Pajak orang pribadi.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptifdan analisis statistik dengan teknik korelasi, dengan sampel sebanyak 36 responden (fiskus) dari 40 responden (fiskus) di dalam populasi.
Hipotesis yang diajukan adalah "terdapat hubungan positif antara tingkat pengetahuan fiskus dengan kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi dalam memenuhi kewajiban perpajakan".
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif antara tingkat pengetahuan fiskus dengan Kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Hal ini terlihat dari nilai t sebesar 14,152 yang nilainya lebih besar dari nilai t sebesar 2,034 yang berarti Ho ditolak dan H,.diterima. Terdapat korelasi yang sangat kuat antara tingkat pengetahuan fiskus dengan kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi dalam memenuhi kewajiban perpajakan yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,9247 dan koefisien determinasi 85,51 %."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12447
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahira Syafana Kuswanto
"Sebagai penyakit menular paling mematikan di Indonesia, faktanya angka kematiannya karena TB semakin meningkat karena tingkat kepatuhan pasien yang masih tinggi perlu ditingkatkan. Penelitian ini ingin mengetahui apakah status sosial ekonomi memiliki pengaruh terhadap kepatuhan dan bagaimana model keyakinan kesehatan sebagai Variabel moderator memiliki pengaruh dalam meningkatkan hubungan pada pasien TB. Dengan jumlah peserta MDR sebanyak 30 pasien TB dari RSUP Persahabatan sebagai pusat pelayanan respirasi dan rujukan nasional, peneliti
menggunakan analisis regresi dengan menggunakan Korelasi Pearson dan PROSES Makro menurut model Andrew Hayes 1. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada temuan bervariasi, dimana SES tidak berpengaruh signifikan terhadap MA (t =
0,098; p> 0,05), interaksi kerentanan dengan SES (t = -0,5707; p> 0,05), keparahan dengan SES (t = -.8018; p> 0.05), dan hambatan dengan SES (t = -1.2823; p> 0.05) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan pengobatan. Sedangkan interaksi menguntungkan dengan SES (t = -2,5661; p <0,05) dan self-efficacy dengan SES (t = -2,8028; p <0,05) memiliki hubungan negatif yang signifikan terhadap kepatuhan pengobatan.

As the deadliest infectious disease in Indonesia, the fact is that the death rate due to TB is increasing because the level of patient compliance is still high. This study wanted to find out whether socioeconomic status had an influence on adherence and how the health belief model as a moderating variable had an effect on improving the relationship between TB patients. With the number of MDR participants as many as 30 TB patients from Friendship Hospital as a national center for respiration and referral services, researchers using regression analysis using Pearson Correlation and PROCESS Macro according to Andrew Hayes' model 1. The results of the analysis show that there are variable findings, where SES does not have a significant effect on MA (t = 0.098; p> 0.05), the susceptibility interaction with SES (t = -0.5707; p> 0.05), the severity of with SES (t = -.8018; p> 0.05), and resistance with SES (t = -1.2823; p> 0.05) did not have a significant relationship with treatment adherence. Meanwhile, the beneficial interaction with SES (t = -2.5661; p <0.05) and self-efficacy with SES (t = -2.8028; p <0.05) had a significant negative relationship with treatment adherence."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Martiana
"Pendahuluan: Kelompok LSL merupakan salah satu kelompok beresiko dengan persentase tertinggi dengan peningkatan yang cepat untuk HIV . Terapi satu-satunya yaitu ARV untuk menurunkan mortalitas, mengalami kendala tentang kepatuhan konsumsi obat. Pengetahuan tentang ARV, stigma, dan keterbukaan status HIV pada kelompok LSL dinyatakan sebagai penghalang dari kepatuhan terapi ARV.
Metode : Cross sectional study pada 175 ODHA LSL. Hasil: Mayoritas responden memiliki pengetahuan ARV baik 76,6 , stigma tinggi 51,4 , keterbukaan status HIV rendah 70,9, dan tidak patuh ARV 52. Pada analisis bivariat ditemukan adanya hubungan yang signifikan pada tingkat pengetahuan dan stigma terhadap kepatuhan ARV p=0,010; p=0,043. Pada analisis multivariat, tingkat pengetahuan menjadi faktor paling signifikan OR=2,817 kemudian stigma OR=0,510.
Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlu dilakukannya intervensi untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang terapi ARV dan mencegah internalisasi stigma. Keterbukaan status HIV tetap menjadi hal penting untuk memberikan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyebaran HIV.

Introduction The MSM group is one of the highest risk groups with the fastest increase in HIV . The only therapy for HIV, antiretroviral therapy ART to reduce mortality is having difficulty to maintanance the adherence. Knowledge of ART, stigma, and disclosure of HIV status is known as barriers prior ART adherence.
Method Cross sectional study with 175 PLWH MSM. Results The majority of respondents had good ART knowledge 76,6, high stigma 51,4, low disclosure 70,9, and non adherence to ART 52. In bivariate analysis, there was significant correlation in ARV knowledge and stigma to ART adherence p 0,010 p 0,043. In multivariat analysis, knowledge of ARV became the most significant factor OR 2,817 and stigma OR 0,510.
Suggestions from this study are necessary to increase patient rsquo s knowledge about ART and prevent stigma internalization. The disclosure of HIV status remains important part of providing health care and HIV prevention.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51422
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yohanes Bahari
"ABSTRAK
Studi ini didasari pemikiran bahwa industrialisasi yang dilaksanakan akhir-akhir ini di Indonesia telah dan akan berpengaruh terhadap perubahan sosial masyarakat. Struktur hirarkhi dan status sosial dalam masyarakat yang tadinya berdasarkan atas garis keturunan (ascribed) secara perlahan-lahan diatur berdasarkan prestasi atau achievement. Faktor yang berperan penting sebagai chanel dalam perubahan tersebut adalah pendidikan dan ketrampilan serta status pekerjaan pertaman karyawan di samping status social orang tua sendiri. Diasumsikan bahwa mereka yang berasal dari latar belakang status social menengah dan atas berasal dari latar belakang status sosial menengah dan atas (middle class occupation dan elite) mempunyai peluang yang lebih besar untuk mencapai pekerjaan-pekerjaan berstatus tinggi dibanding dengan mereka yang berasal dari latar belakang status sosial rendah (lower class).
Bertolak dari pemikiran tersebut maka studi ini berusaha membahas masalah pencapaian status sosial pekerja industri khususnya yang berkaitan dengan proses transmisi posisi orang tua kepada mereka (mobilitas intergenerasional) dan pencapaian status sosialnya dari status pekerjaan pertamanya ke status pekerjaannya yang sekarang (mobilitas intergenerasional). Pada dasarnya secara keseluruhan studi ini bermaksud untuk mengetahui sejauh mana faktor status pekerjaan orang tua, tingkat pendidikan, tingkat ketrampilan dan status pekerjaan pertama karyawan berpengaruh terhadap pencapaian status sosialnya.
Dari hasil survei terhadap 124 responden karyawan di tiga industri kayu yang terpilih sebagai sampel menggambarkan pencapaian status sosial karyawan sudah cenderung berdasarkan achievement. Dengan kata lain bahwa sistem sosial masyarakat industri yang diteliti sudah lebih bersifat terbuka.
Berdasarkan hasil analisis yang lebih terpenrinci dengan menggunakan analisis jalur (path analisys) ditemukan secara signifikan ke empat variabel bebas telah berpengaruh terhadap variabel terikat. Temuan seperti ini menunjukkan bahwa pencapaian status sosial karyawan tidak lain merupakan pengaruh agregat dari keempat variabel bebas tersebut. Namun jika dilihat dari konstribusi yang diberikan oleh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya maka ternyata variabel tingkat pendidikan dan status sosial pekerjaan pertama karyawanlah yang berpengaruh lebih besar terhadap pencapaian status sosialnya dibanding dengan variabel status sosial pekerjaan orang tua dan tingkat ketrampilannya.Temuan lain yang menarik dalam studi ini adalah adanya pengaruh variabel lain terhadap pencapaian status sosial karyawan disamping pengaruh keempat variabel bebas yang telah ditetapkan. ini menunjukkan bahwa selain keempat variabel bebas yang telah ditetapkan masih ada variabel lain yang perlu diperhitungkan pengaruhnya terhadap pencapaian status sosial karyawan. Hal lain yang ditemukan dalam penelitian ini adalah tidak signifikannya pengaruh status pekerjaan orang tua terhadap status pekerjaan pertama karyawan, dan tingkat pendidikan terhadap tingkat ketrampilan karyawan. Konsekuensinya model empirik yang ditemukan menjadi tidak sama dengan model hipotetik yang ditetapkan dalam model analisis, karena ada beberapa jalur pengaruh yang harus dihilangkan.
Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem sosial masyarakat industri yang diteliti telah cenderung bersifat terbuka. Hal ini ditunjukkan kuatnya pengaruh tingkat pendidikan dan status sosial pekerjaan pertama karyawan terhadap pencapaian status sosialnya dibandingkan pengaruh status sosial pekerjaan orang tuanya. Dengan demikian maka pendidikan dapat dianggap sebagai alat yang membantu terjadinya mobilitas pekerjaan karyawan terutama dalam menseleksi dan mengalokasikan orang-orang ke dalam hirarkhi pekerjaan tertentu."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Kusumandari
"ABSTRAK
Penelitian ini menguji pengaruh kontrol-diri (K-D), persepsi ketersediaan
uang (PKU), jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi (SES), dan tingkat usia terhadap
perilaku pembelian impulsif (PPI) pada remaja. Responden adalah 243 laki-laki dan
perempuan, berusia 12-17 tahun, masih bersekolah, menerima uang saku dari
orangtua, tidak bekeija untuk mendapatkan uang, dan berasal dari tingkat sosial
ekonomi tinggi atau rendah. Alat pengumpul data berupa alat ukur kontrol-diri hasil
adaptasi dan modifikasi dari Self-Control Scale, alat ukur perilaku pembelian
impulsif dan alat ukur persepsi ketersediaan uang yang dibuat dalam rangka
penelitian ini. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa kontrol-diri,
persepsi ketersediaan uang, dan jenis kelamin secara bersama-sama berpengaruh
terhadap perilaku pembelian impulsif pada remaja. Hasil t-test menunjukkan: (1)
Remaja perempuan memiliki K-D yang secara signifikan lebih tinggi dari pada
remaja laki-laki. (2) Ada perbedaan PPI, K-D, dan PKU yang signifikan antara SES
yang berbeda, Remaja SES tinggi memiliki PPI dan PKU yang lebih tinggi dari pada
SES rendah, tetapi memiliki K-D yang lebih rendah. (3) Remaja awal memiliki PPI
dan PKU yang lebih rendah secara signifikan dari pada remaja pertengahan, tetapi
memiliki K-D yang lebih tinggi. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah metode
pengumpulan data dianjurkan untuk tidak hanya self-report, dan remaja akhir
disertakan sebagai responden sehingga bisa mewakili remaja secara keseluruhan.

ABSTRACT
This research test influence of self-control, perceived money availability,
sex, social economic status (SES), range of age to impulsive buying behavior on
adolescence. Respondent are 243, consisting of boys and girls, from 12 to 17 years
old, students, received pocket money from parent, didn’t work to salary, and came
from high or low social economic status. Self-Control Scale, perceived money
availability scale, impulsive buying behavior scale used to collect data. The result of
multiple regression statistical analysis shows that self-control, perceive money
availability, and sex have significant influence to impulsive buying behavior on
adolescence. T- test shows: (1) Adolescence girls have self-control higher than
adolescence boys, significantly. (2) Adolescence from high SES have impulsive
buying behavior and perceive money availability higher than adolescence from low
SES, significantly, but have lower self-control. (3) Early adolescence have impulsive
buying behavior and perceive money availability lower than middle adolescence,
significantly, but have higher self-control."
2008
T37651
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>