Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27321 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Karina Rahmadia Ekawidyani
"Anak sekolah menghabiskan sebagian besar aktivitas sehari-hari di
sekolah. Mereka memerlukan asupan gizi yang cukup untuk pertumbuhan,
pemeliharaan tubuh, dan aktivitas sehari-hari. Makanan jajanan dapat memenuhi
sebagian kebutuhan gizi mereka, walaupun keamanannya masih diragukan
karena mengandung kontaminan kimia. Studi ini menilai kontribusi makanan
jajanan terhadap asupan gizi dan pajanan kontaminan di antara anak-anak
sekolah di Kecamatan Senen. Studi ini merupakan studi potong lintang dengan
metode pengambilan contoh secara purposif untuk sekolah dan acak untuk siswa
kelas 4 dan 5 SD. Beberapa metode yang digunakan antara lain wawancara
terstruktur, daftar ceklis makanan, 3 hari recall 24 jam, pengukuran antropometri,
dan analisis kimia kontaminan. Makanan jajanan berkontribusi sekitar seperlima
hingga sepertiga terhadap asupan gizi sehari. Kontaminan yang ditemukan
adalah formaldehid, siklamat, dan timbal. Sebagian subjek terpajan formaldehid
(9.2% jika menggunakan batas aman WHO, 77.6% jika menggunakan batas aman
BPOM) dan siklamat (11.8%) di atas batas aman individual mereka.

Abstract
School children spent most of their daily activity at school. They need
adequate nutrient to provide their growth, body maintenance and daily activities.
Street food can provide some nutrient for their daily need, although its safety is
still doubtful due to presence of chemical contaminants. This study assessed the
contribution of street food to nutrient intake and contaminant exposure among
school children in Senen subdistrict, Jakarta, Indonesia. A cross sectional study
was done with purposive sampling of school and students from grade 4-5 selected
randomly. Several methods were used, such as structured interview, food
checklist, repeated 24 hour recalls, anthropometric measurement and chemical
analysis of contaminants. Street food contributed about one fifth to one third to
nutrient intake. Contaminants found in this study were formaldehyde, cyclamate
and lead. Some subjects were exposed to formaldehyde (9.2% using WHO cutoff,
77.6% using NADFC cutoff) and cyclamate (11.8%) above their individual safety
level."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T31032
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitha Dwita Putriani
"Tujuan dari studi ini adalah untuk membandingkan status gizi dan
penyakit infeksi pada anak usia 12-59 bulan antara kelompok yang menerima
dosis penuh dan yang menerima setengah dosis/tanpa kapsul vitamin A di
perkotaan miskin Paseban. Studi cross sectional ini, 429 anak direkrut melalui
sampel random sederhana dan purposive sampling. Status gizi dan prevalensi
penyakit infeksi antar grup tidak berbeda secara signifikan. Studi ini menemukan
pemanfaatan pelayanan kesehatan di posyandu, keterpaparan informasi mengenai
suplementasi vitamin A dan pengetahuan pengasuh yang lebih baik mengenai
vitamin A lebih tinggi ditemukan pada anak kelompok dosis penuh dibandingkan
kelompok setengah dosis/tanpa kapsul vitamin A.

Abstract
The aim of study was to compare nutritional status and infectious diseases
among children aged 12-59 months old betwen groups receiving full doses and
half/no dose of vitamin A capsules in urban poor Paseban. This cross sectional
study, 429 were recruited through simple random and purposive sampling.
Nutritional status and prevalence of infectious diseases between groups were not
significantly different. This study found that utilization of health services in
posyandu, exposure about vitamin A supplemantation from caregivers and better
knowledge of cargeivers on vitamin A were higher found among children in full
doses group compared to those in half/no dose group."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T31026
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Aidil Adhawiyah
"Masalah gizi terbagi menjadi masalah gizi makro dan mikro. Masalah gizi makro adalah masalah gizi yang disebabkan karena kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi dan protein. Bila terjadi pada anak balita maka akan mengakibatkan marasmus, kwashiorkor atau marasmik-kwashiorkor dan selanjutnya akan terjadi gangguan pertumbuhan pada anak usia sekolah. Anak usia sekolah yang menderita kekurangan gizi juga memiliki kekurangan gizi mikro (micronutrient) zat besi dan seng (zinc), hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan potensi intelektualnya.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dikumpulkan oleh Departemen Gizi Fakultas Kedokteran UI tahun 2008 pada penelitian 'Micronutrient Status After Milk Supplementation in Urban-Poor Schoolchildren in Jakarta and Solo' dan penelitian oleh Yuniarty (2008) 'Status Gizi Anak Sekolah Usia 7 -9 tahun di Daerah Miskin Perkotaan Jakarta Setelah Penghentian Susu Fortifikasi' yang dilaksanakan pada bulan agustus 2007 sampai dengan bulan Mei 2008. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan uji regresi generalized estimating equation (GEE).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan berat badan dan tinggi badan anak pada anak yang diberi intervensi, tidak ada perbedaan status gizi antara anak yang diberi susu fortifikasi dengan anak yang diberi susu tanpa fortifikasi, dan status gizi pada anak yang diberi susu fortifikasi dan susu tanpa fortifikasi tidak dipengaruhi oleh asupan makanan, penghasilan orang tua, jumlah anak dalam keluarga, pendidikan ibu dan kebiasaan minum susu. Disarankan, untuk mengetahui efek pemberian susu fortifikasi zat besi dan seng terhadap status gizi diperlukan waktu penelitian yang lebih lama dan menggunakan sampel anak yang mempunyai gizi baik maupun buruk.

Nutrient problem comprises of macronutrient and micronutrient. Macronutrient problem is caused by lack of or imbalance between energy and protein. When it happens to children it will cause marasmus, kwashiorkor or marasmic-kwashiorkor and result in growth interference. Children in the school period who suffer from lack of nutrient will also suffer from lack of micronutrient iron and zinc, which would influence their physical and intellectual potential growth.
This research utilizes secondary data which collected by Nutrient Department of Medical Faculty of UI year 2008 on the research of 'Micronutrient Status After Milk Supplementation in Urban-Poor Schoolchildren in Jakarta and Solo' and research by Yuniarty(2008) 'Nutrient Status for Schoolchildren Ages 7-9 years old in Urban-Poor Jakarta after the Discontinuance of Fortified Milk' (Status Gizi Anak Sekolah Usia 7-9 tahun di Daerah Miskin Perkotaan Jakarta Setelah Penghentian Susu Fortifikasi) which carried out on August 2007 until May 2008. The data was analyzed using regression test 'Generalized Estimating Equation' (GEE).
Result of those studies show that the weight and height of the children who were given intervention were increasing, with no nutrient status differences between the children who were given fortified milk and the children who were given unfortified milk. The nutrient status is not influenced by food, parenting income, total children in family, mother education or milk drinking habit. It is suggested though, that a longer and more extensive research using a wider sample of children with good and bad nutrient status is needed to find out how iron and zinc in fortified milk would affect the nutrient status in children.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T28384
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Kurnia Rabbani
"Gizi kurang sering dialami anak. Ini perlu perhatian karena menyangkut mutu generasi muda. Gizi buruk sering berakibat kematian. Kemiskinan sering dijadikan alasan penyebab gizi kurang. Semakin parah jika ditambah dengan adanya pengeluaran rokok.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan besar pengeluaran RT untuk rokok dengan status gizi balita pada RT miskin di kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor 2016.
Desain penelitian kasus kontrol, kasus adalah RT miskin yang memiliki balita (12-59 bulan) gizi kurang (Z-score < -2SD). Kontrol adalah RT miskin yang memiliki balita gizi baik (nilai z-score >-2 SD s/d 2 SD). Pemilihan kontrol dengan teknik simple random sampling dari desa yang sama dengan kasus. Analisis menggunakan regresi logistik ganda.
Hasil analisis adanya interaksi antara pengeluaran rokok dengan riwayat penyakit infeksi terhadapa status gizi. RT dengan pengeluaran rokok tinggi berisiko memiliki balita gizi kurang 8 ? 9 kali dibandingkan balita dalam RT dengan pengeluaran rokok rendah setelah mengontrol variabel riwayat penyakit infeksi, OR 8,86 (95% CI 4,01-19,58). Karena kemiskinan sudah membatasi RT dalam pemenuhan kebutuhannya ditambahlagi dengan adanya pengeluaran untuk rokok oleh sebab itu perlu peningkatan upaya promotif akan pentingnya gizi dan efek rokok dengan melibatkan semua sektor terkait serta tindakan tegas pemerintah dalam pengendalian tembakau.

Malnutrition often happened by children. It needs attention because it involves the quality of the young generation. Malnutrition is often fatal in child. Poverty often become a reason for the caused of malnutrition. It more severe with the cigarette expenditure.
The purpose of this study to determine the relationship of the family expenditures for cigarettes with nutritional status of the children in poor family in the Bojong Gede subdistrict, Bogor district, 2016.
Design study is case-control. Cases are poor family that have a children (12-59 months) with malnutrition (Z-score ≤ -2SD). Controls are poor family that have children (12-59 months) with good nutrition (Z-score >-2 SD). Selection of the control by simple random sampling from the same village with the case. Analysis using multiple logistic regression.
The results is OR 8,86 (95% CI 4,01-19,58) its mean family with high cigarette expenditure has a risk 8-9 times to make children have malnutrition compared children in poor family with lower cigarette expenditures after controlling infectious diseases variable. Need to increase promotional about the importance of nutrition and the effects of smoking by involving all relevant sectors. The central government can raise taxes on tobacco and cigarette prices and restrictions on cigarette advertising. Must be committed to the local regulations about the region without cigarettes, to actually apply punishment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46552
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Roswita
"Indonesia sebagai negara berkembang dan memiliki masalah kesehatan utama yang disebabkan oleh malnutrisi. Malnutrisi memiliki efek jangka panjang bagi perkembangan anak. Kurangnya peran wanita dapat menyebabkan hasil negatif terhadap status gizi Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengaruh pengambilan keputusan perempuan terhadap gizi anak. Regresi linier dan logistic model dengan jeda waktu dan data dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) tahun 2007 dan 2014 digunakan dalam penelitian ini. Hasil dari model OLS menunjukkan keterlibatan ibu dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga dalam bagiannya dalam pengeluaran makanan memiliki korelasi yang lemah baik dalam meningkatkan status gizi anak dan menurunkan kejadian anak stunting dengan menggunakan model logistik biner. Namun demikian, studi ini menemukan temuan menarik bahwa pengambilan keputusan ibu dalam rumah tangga memiliki pengaruh yang berbeda tergantung pada wilayahnya. Hasil menunjukkan bahwa menangani perempuan sebagai intervensi kelompok sasaran dengan melibatkan suami/laki-laki dengan pengetahuan gizi, dan dukungan keuangan untuk memajukan peran perempuan dalam pengambilan keputusan yang berkontribusi pada hasil gizi yang lebih baik untuk anak-anak (mereka).

Indonesia is a developing country facing major health problems caused by malnutrition. Malnutrition has a long-term effect on children's development. The lack of roles of women may lead to negative outcomes on children's nutritional status. This study aims to explore the relationship of maternal decision-making on child nutrition. Linear regression and binary logistic with time lag and data from the Indonesia Family Life Survey (IFLS) of 2007 and 2014 are used in this study. The OLS model's result indicates that maternal decision-making in the household in their share in the food expenditure has a weak correlation in increasing children's nutritional status and leading stunted children's experience using the binary logistic model. However, this study reveals the interesting finding of maternal decision-making in household influence differently depending on the area. Results suggest that addressing women as targeting groups intervention and involving men in nutritional knowledge, skills, and financial backing for advancing women's role in decision-making contributes to better nutritional outcomes for (their) children."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusi Fitriyanti
"ABSTRACT
Status gizi balita tetap kurus walauapun sudah mendapatkan PMT. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui Pemberian Makanan Tambahan dan faktor apa sajayang berperan terhadap perbaikan status gizi balita penerima program PMT diKota Tanjungpinang. Jenis penelitian adalah case control dengan tehnikprobability sampling. Sampel penelitian sebanyak 44 responden yang terbagimenjadi 2 kelompok yaitu 26 kasus dan 18 kontrol. Data dianalisis menggunakanuji Chi square. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermaknaantara pendidikan ibu p=0,010, OR=6,66 dengan CI 95 =1,74-25,43 , danpendapatan keluarga p=0,026, OR=5,23 dengan CI 95 =1,40 ndash; 19,51 . Variabelyang tidak berhubungan PMT dapat dihabiskan balita p=1,000, OR=1,19 denganCI 95 =0,24-5,76 , yang menghabiskan PMT p=0,20, OR=2,56 dengan CI95 =0,66-9,96 , penyakit infeksi p=0,577, OR=0,58 dengan CI 95 =1,40-9,51 ,pengeluaran pangan keluarga p=0,240, OR=0,33 dengan CI 95 =0,07-1,65 ,perilaku pemberian makan p=1,00, OR=0,83 dengan CI 95 =0,23-2,89 , ASIEksklusif p=0,417, OR=2,00 dengan CI 95 =0,59-6,77 , waktu akses kepelayanan kesehatan p=0,314, OR=0,47 dengan CI 95 =0,11-1,89 , modatransportasi ke pelayanan kesehatan p=0,697, OR=0,63 dengan CI 95 =0,13-2,96 dan kelengkapan imunisasi p=0,009, OR=1,47 dengan CI 95 =0,42-5,12 dengan status gizi balita yang mendapatkan PMT di Kota Tanjungpinang tahun2017.

ABSTRACT
Nutritional status of infants are remain thin even though they have gotSupplementary Feeding Program. This study aims to determine theSupplementary Feeding Program and factors that play a role to improve thenutritional status of children under five years who receiving SupplementaryFeeding Program in Tanjungpinang. A case control method, with a probabilitysampling technique, was carried out in this study. As many as 44 respondentswere divided into 2 groups 26 cases group and 18 control group . The data wereanalyzed by using Chi square test. The study revealed two findings. First, therewere significant correlation of Mother education level p 0,010, OR 6,66 with CI95 1,74 25,43 , and family income p 0,026, OR 5,23 with CI 95 1,40 19,51 . Second, there were no correlation of supplementary feeding can be spent p 1,000, OR 1,19 with CI 95 0,24 5,76 , who spent the supplementaryfeeding p 0,20, OR 2,56 with n CI 95 0,66 9,96 , infectious disease p 0,577, OR 0,58 with CI 95 1,40 19,51 , family food expenditure p 0,240,OR 0,33 with CI 95 0,07 1,65 , feeding behavior p 1,00, OR 0,83 with CI95 0,23 2,89 , exclusive breast feeding p 0,417, OR 2,00 with CI 95 0,59 6,77 , time of access to health services p 0,314, OR 0,47 with CI 95 0,11 1,89 , means of transportation to health services p 0,697, OR 0,63 with CI95 0,13 2,96 and complete immunization p 0,009, OR 1,47 with CI95 0,42 5,12 with nutritional status of children under five who gainsupplementary feeding program in Tanjungpinang City 2017."
2017
S68036
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Anitya Iskaningtyas
"ABSTRAK
Skripsi ini merupakan penelitian cross sectional yang bertujuan membentuk model prediksi VO2max untuk anak usia 10-11 tahun. Pada penelitian ini juga dilihat hubungan antara jenis kelamin, status gizi, asupan gizi, dan aktivitas fisik dengan nilai estimasi VO2max. Penelitian dilakukan dengan tes berjalan 1 mil yang melibatkan 111 siswa kelas 4 dan 5 di SDN 1 Tersobo, SDN 2 Tersobo dan SDN 3 Tersobo. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai VO2max pada perempuan (39,77 ml/kg/menit) lebih rendah dibandingkan laki-laki (50,67 ml/kg/menit). Variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan VO2max pada penelitian ini adalah jenis kelamin, status gizi (IMT/U dan TB/U), asupan kalsium, aktivitas fisik, denyut nadi, dan waktu tempuh tes. Hasil analisis multiregresi menunjukkan variabel yang dominan adalah jenis kelamin, denyut nadi dan waktu tempuh dengan persamaan model prediksi VO2max = 123,49 + (6,10 x jenis kelamin) - (0,17 x denyut nadi) - (3,11 x waktu tempuh tes). Status gizi yang baik, asupan kalsium yang cukup dan aktivitas fisik secara teratur diperlukan untuk mencapai nilai VO2max yang baik.

ABSTRACT
The primary purpose of this cross sectional study was to develop VO2max prediction model for the 10-11 years children. This study also examined the correlation of sex, nutritional status, nutritional intake, and physical activity with VO2max. The sample was 111 (male = 48; female = 63 girls) elementary students from SDN 1 Tersobo, SDN 2 Tersobo, and SDN 3 Tersobo. VO2max was measured by one mile walk test. The mean value of VO2max was higher in male students than female students (male = 50,67 ml/kg/minute; female = 39,77 ml/kg/menit). By bivariat analysis, sex, nutritional status (BMI/U and height/U), calcium consumption, and physcial activity was significanly related to VO2max. Multiple regression analysis to estimate VO2max from one mile walk test was this following model : VO2max = 123,49 + (6,10 x sex) - (0,17 x heart rate) - (3,11 x walk time). Good nutritional status, adequate intake of calcium and increase physical acivity are required to improve VO2max."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S1917
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Joseph Prasetyo
"Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius di negara berkembang termasuk Indonesia. Hasil RISKESDAS tahun 2013 menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi anak balita yang stunting adalah 37,2% dan anak usia 5-12 tahun memiliki prevalensi 30,5%. Banyak faktor yang dapat menimbulkan terjadinya stunting, salah satunya nutrisi. Salah satu komponen nutrisi yang penting dipenuhi untuk pertumbuhan anak adalah asupan protein.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran subjek penelitian berdasarkan karakteristik sosiodemografi, indikator TB/U, dan asupan protein serta mengetahui ada tidaknya korelasi antara asupan protein dan intikator TB/U.
Penelitian ini menggunakan metode potong lintang dengan data sekunder dari penelitian primer yang berjudul “The effect of Frisian Flag GUM 456 ((isomaltulose enriched and mineral and vitamin fortified) on cognitive performance parameters in young children (5-6 years old)”. Subjek penelitian yaitu anak usia 5-6 tahun yang berdomisili di Jalan Kimia, Jakarta Pusat. Data asupan protein didapatkan dengan menggunakan instrumen semi-kuantitatif food frequency questionnaire (FFQ) dan data antropometri tinggi badan diukur dengan alat pengukur mikrotoise.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 20% subjek penelitian memiliki persentil TB/U kurang dari 5 (stunted) dan masih terdapat beberapa subjek (8,6%) yang memiliki asupan protein kurang dari AKG. Namun, tidak terdapat korelasi bermakna antara asupan protein dan indikator TB/U (p=0,903).

Stunting is one of serious health problems in developing country including Indonesia. Result from RISKESDAS 2013 shows that Indonesia has a prevalence of stunting toddlers 37.2% and prevalence of 5-12 years old stunting children 30.5%. There are many factors contributing to stunting, including nutrition. One of essential nutrients for children growth is protein.
The aim of this study is to know subject distribution based on characteristic of sociodemography, height-for-age index, protein intake and corelation between protein intake with height-for-age index of 5-6 years old children in Jakarta.
This study uses cross-sectional design of secondary data from primary study with title “The effect of Frisian Flag GUM 456 ((isomaltulose enriched and mineral and vitamin fortified) on cognitive performance parameters in young children (5-6 years old)”. Subject is 5-6 years old children who lives in Jalan Kimia, Jakarta Pusat. Protein intake is measured by semi-quantitative instrument food frequency questionnaire (FFQ) and antropometric body height is measured by microtoise.
The results show that there are 20% subject who have height-for-age (H/A) index below 5th percentile and 8.6% subject have protein intake less than AKG. Nevertheless, there is no significant correlation between protein intake and height-for-age (H/A) index (p=0.903).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaime Theophania
"Tingkat literasi gizi menggambarkan derajat seseorang memiliki kapasitas untuk memperoleh, memproses, dan memahami informasi dasar. Literasi gizi terdiri dari 3 bentuk, yaitu fungsional, interaktif, dan kritikal. Tingkat literasi gizi yang rendah pada ibu balita dapat berdampak pada praktik pemberian makan yang keliru kepada anaknya. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengukuran literasi gizi pada ibu balita, dan mengetahui perbedaan proporsi faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pentingnya dilakukan pengukuran literasi gizi pada ibu balita agar dapat diketahui tipe intervensi terkait gizi apa yang cocok dilakukan untuk sasaran di lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan desain cross-sectional. Penelitian dilakukan dengan cara door-to-door membagikan kuesioner ke rumah-rumah ibu balita yang dibantu oleh ibu kader. Jumlah responden yang didapatkan adalah 100 responden, yang tersebar di 3 kelurahan yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan tingkat literasi gizi responden secara umum masih kurang. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan literasi gizi kritikal bermakna berdasarkan tingkat pendapatan keluarga, dengan nilai p=0,004 dan nilai OR=3,42.

Nutritional literacy level describes the degree of capacity to acquire, process, and understand basic nutrition information. Nutrition literacy consists of 3 forms, namely functional, interactive, and critical. Low nutritional literacy rates in underfive mothers can have an impact on the erroneous feeding practices. This study aims to measure nutritional literacy in pre school children mothers, and to know the difference in the proportion of factors that influence it. The importance of measuring nutritional literacy in underfive mothers is to know what type of nutrition related intervention is appropriate for the target in the study sites. This research is done with quantitative approach and cross sectional design. The research was done by door to door distributing questionnaires to the homes of mother to mother assisted by mothers cadres. The number of respondents obtained is 100 respondents, spread over 3 different urban villages. The result of the research shows that the level of nutritional literacy of respondents in general is still less. The results showed that there was significant critical nutritional literacy difference based on family income level, with p value 0,004 and OR 3,42. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jill Ayu Dewanti
"ABSTRAK
Tujuan dari studi potong lintang dengan sampel 241 anak usia 6-23 bulan ini adalah menilai kesepakatan antara diet minimum yang dapat diterima dan kecukupan zat gizi. Purposive sampling dilakukan di Puskesmas Aren Jaya dan Jati Bening. Kemudian, pengambilan sampel secara acak dilakukan untuk menganalisa kesepakatan. Hasil menunjukkan bahwa lebih dari setengah dari populasi telah diperkenalkan makanan padat, semi-padat atau makanan lembut, tetap diberikan ASI setelah 1 tahun (78,5%), mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi/yang diperkaya zat besi ( 63,4%), mengkonsumsi beranekaragam makanan (66,6%) dan memenuhi frekuensi makan (98,4%). Namun, hanya 47,7% dari anak-anak tersebut memenuhi diet minimum yang dapat diterima. Masih terdapat banyak anak yang tidak memenuhi asupan zat besi, kalsium dan seng. Sementara itu di tingkat populasi, masih banyak anak yang tidak memenuhi EAR untuk mikronutrien kecuali vitamin A. Hal ini diduga bahwa jumlah zat besi, kalsium dan seng yang dikonsumsi pada anak-anak tersebut tidak memenuhi rekomendasi. Kesepakatan dengan level moderat (Se 0.7) didapat dari diet minimum yang dapat diterima dalam memperkirakan ketidakcukupan energi, protein dan asupan lemak pada anak-anak usia 18-23 bulan dengan PPV ≥ 0.8. Penelitian ini mengkonfirmasi bahwa metode diet minimum yang dapat diterima dalam memperkirakan ketidakcukupan asupan energi, protein dan lemak pada anak-anak berusia 18-23 bulan dapat diterapkan di level individu dan populasi.

ABSTRAK
The objective of this cross sectional study with an eligible sample around 241 children aged 6-23 months was to assess the agreement between minimum acceptable diet and the adequacy of macro and selected micronutrients. Purposive sampling was done in Aren Jaya and Jati Bening Primary Health Care. Meanwhile, simple random sampling was conducted to obtain the eligible sample to analyze the agreement. Over than a half of the respective population was introduced by solid, semi-solid or soft food, continued breastfed after 1 year (78.5%), consumed iron rich or iron fortified food (63.4%), met the minimum dietary diversity (66.6%) and met the minimum meals frequency (98.4%). However, only 47.7% of children met the minimum acceptable diet. More than a half of children with in adequate intake of iron, calcium and zinc while as well as in the population level, the proportion below EAR was high for micronutrients except vitamin A. It was presumed that the quantity intake of iron, calcium and zinc among children was inappropriate. Moderate agreement (Se 0.7) was found in the minimum acceptable diet in estimating energy, protein and fat intake inadequacy among 18-23 months of age both breastfed and non-breastfed children with PPV ≥ 0.8. This study confirmed that the minimum acceptable diet could be an alternative method in estimating energy, protein and fat intake inadequacy among 18-23 months of age in both individual and population setting"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>