Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127883 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggi Wismumita
"Program ditujukan untuk membuktikan apakah program Direct Instruction dengan dukungan gerakan senam otak dapat meningkatkan kemampuan diskriminasi visual pada anak penyandang disabilitas intelektual sedang. Peningkatan kemampuan diskriminasi visual mencakup: 1) mencari persamaan, 2) mencari perbedaan, 3) mengetahui arah / posisi dari suatu benda, 4) mencari bentuk geometri berdasarkan ukuran, 5) menyusun kata yang memiliki unsur huruf b, d dan p. Program intervensi dilakukan selama 10 hari dengan menggunakan program Direct Instruction, mencakup tahap pendahuluan (introduction), tahap pengajaran, tahap latihan (terstruktur dan mandiri), dan tahap evaluasi. Program ini menekankan adanya tahapan yang diberikan secara hati-hati, pengulangan, dan latihan hingga subyek menguasai kemampuannya dengan baik (mastery). Sementara, komponen utama yang harus tersedia di setiap tahapan yaitu peranan pengajar, analisis tugas, modelling, scaffolding, prompt, umpan balik, dan penguat. Alat bantu yang digunakan khusus bagi subyek yaitu peralatan tiga dimensi dan sandpaper letter, agar memudahkan proses pengajaran bagi subyek yang memiliki brain injury. Mengingat kondisi subyek yang mengalami brain injury, maka program mengikutsertakan pula gerakan senam otak di awal sesi. Tujuannya adalah untuk membangun kerja seluruh otak subyek agar subyek lebih siap dalam menerima pelajaran, memiliki kesadaran mental dan mampu memfokuskan diri selama belajar. Kegiatan senam otak dilakukan selama 15 menit, mencakup empat gerakan dasar dan empat gerakan tambahan. Hasil menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan diskriminasi visual subyek. Setelah program berlangsung, subyek mampu meningkatkan dan mempertahankan kemampuan diskriminasi visualnya, bahkan melampaui kriteria keberhasilan yang harus dicapai, yaitu minimal 80% dari tugas yang diberikan.

The program aimed to see whether the Direct Instruction program with a combination of Brain Gym can enhance visual discrimination skills in moderate intellectual disability children. Improved visual discrimination skills include: 1) find the equation, 2) look for differences, 3) know the direction/position of an object, 4) look for geometric shapes by size, 5) make the word that has elements b, d and p. Intervention program for 10 days using Direct Instruction programs, including the introduction stage, the teaching stage, the stage of practice (guidance and independent), and the evaluation stage. The program emphasizes the repetition of subject matter and exercise to increase the ability to mastery level. Meanwhile, the major components that must be available at each stage are the role of teacher, task analysis, modelling, scaffolding, prompts, feedback, and reinforcement. Material that is used specifically for equipment is the subject of a threedimensional and sandpaper letter, the purpose is to facilitate the teaching of subjects with brain injury. Given the condition of subjects with brain injury, the researches also supported with the Brain Gym. Brain Gym activities conducted at the beginning of each session for 15 minutes. The goal is to build a working whole brain subjects, so subjects can accept the lesson, have the mental awareness and are able to focus while studying. Brain gym activities undertaken include the four basic movements, and four additional movements. The results showed that an increase in visual discrimination skill of the subject. After the program, subject is able to increase and maintain the ability of visual discrimination, even beyond the success criteria that must be achieved, at least 80% of a given task."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31415
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dotulong, Natasya
"Penelitian ini ditujukan untuk membuktikan apakah program Direct Instruction dapat meningkatkan kemampuan menggunakan uang pada anak penyandang tunagrahita ringan. Peningkatan kemampuan menggunakan uang mencakup pengenalan uang, penjumlahan uang dan pengurangan uang sampai Rp10.000. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain subyek tunggal pada siswa tunagrahita ringan. Program diberikan selama tiga minggu dengan menggunakan metode Direct Instruction yang mencakup tahap pendahuluan, tahap presentasi materi dan tahap latihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan menggunakan uang pada subyek setelah program diberikan. Setelah sepuluh hari program dihentikan, subyek juga masih mampu mempertahankan kemampuan menggunakan uang tersebut.

The objective of this research to see whether the Direct Instruction program can enhance the ability to use money in mild intellectual disability children. Improving the ability to use money include the ability to know value of money, addition of money and subtraction of money to Rp10.000,-. This research is single subject design for a student with mild intellectual disability. The research consist of three weeks program using Direct Instruction, including the introduction stage, the material presentation stage, and the practice stage. The result of this study showed that the subject?s ability to use money increase after the program. Ten days after the program, the subject still able to maintain the ability to use money.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35372
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Cahyorinartri
"Anak dengan disabilitas intelektual memiliki keterampilan adaptif yang lebih rendah. Sebelum anak dengan disabilitas intelektual memahami harapan lingkungan, anak diharapkan terlebih dahulu mengenal dirinya sendiri. Representasi diri merupakan penjabaran yang bersifat kontekstual atas diri dan konstruksi kognitif dan sosial. Anak disabilitas intelektual dengan tahap perkembangan praoperasional, biasanya memiliki representasi diri yang merujuk pada ciri-ciri dan perilaku yang dapat diobservasi. Anak dengan disabilitas intelektual juga perlu mengembangkan kemampuannya dalam mengenal dan memahami emosi. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan efektifitas program direct instruction dalam meningkatkan perilaku adaptif melalui representasi diri dan pemahaman emosi pada siswa dengan disabilitas intelektual menengah.Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian kasus tunggal. Subjek penelitian ini adalah seorang siswa dengan disabilitas intelektual menengah (IQ: 49, skala Stanford Binet) dengan usia mental 4 tahun 5 bulan. Program direct instruction belum berhasil meningkatkan perilaku adaptif melalui representasi diri dan emosi pada subjek sebagai anak dengan disabilitas intelektual menengah. Hal ini dipengaruhi keterbatasan intelektual dari subjek sehingga terdapat kemungkinan subjek belum menguasai kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan dalam menguasai keterampilan yang diajarkan. Hambatan lain adalah perkembangan bahasa subjek yang terbatas. Kosa kata yang terbatas juga mempengaruhi kemampuan subjek memaparkan hasil pikiran dan perasaannya.

Children with intellectual disability have adaptive skill lower than others. Before children with intellectual disability realize about social expectation, children wished to understand themselves first. Self-representation is contextual description about themselves and cognitive and social construction. Children with intellectual disability with preoperational developmental stage, usually have self-representation that refer to observable things. They also have to developing emotional understanding. The study aimed to determine effectiveness of direct instruction program to enhance adaptive skill through self-representation and emotional understanding in student with moderate intellectual disability. The design use in this study is a single case experiment. The subject of this study is a student with intellectual disability (IQ: 49, Stanford Binet Scale) with mental age 4 years 5 months. Based on analysis showed that direct instruction program haven?t succeed enhanced self-representation and emotion understanding in student with moderate intellectual disability. It can be influenced by subject?s intellectual limitedness. Another limitedness is subject?s language development and vocabulary limited also influenced subject?s ability to tell her mind, thought and feeling.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41387
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nur Shafriani
"Kesehatan masyarakat menjadi perhatian utama Indonesia untuk menciptakan sumber daya yang berkualitas. Karakteristik kota dengan kepadatan penduduk yang tinggi menimbulkan permasalah kesehatan yang kompleks, salah satunya pada anak usia sekolah. Berbagai masalah kesehatan terjadi pada anak sekolah, salah satunya gangguan konsentrasi anak. Tujuan penulisan karya ilmiah ini yaitu memberi gambaran asuhan keperawatan pada keluarga dengan resiko keterlambatan perkembangan anak. Intervensi unggulan yang dilakukan adalah senam otak pada anak usia sekolah. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan konsentrasi anak usia sekolah. Intervensi peningkatan perkembangan dengan senam otak dilakukan sebanyak 15 kali selama 6 minggu. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa intervensi unggulan yang dilakukan dapat meningkatkan konsentrasi pada anak. Intervensi senam otak disarankan untuk digunakan perawat untuk membantu anak meningkatkan konsentrasi nya sehingga dapat meningkatkan perkembangan anak usia sekolah.

Public health is an important things for created quality resources in Indonesia. High the population in the cities can make complex health problems in all people, which is school-age children. Various health problems occur in school children, such as a concentration defisit disorder. The purpose of this writing is to explain nursing care to the family with risk development delay in children. The main intervention is brain exercise in school-age children. Family nursing care was given within 6 weeks.The result of this intervention is there are increase concentration level in children. Brain exercise intervention is approved to be used by nurses to help children improve childrens development for school. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yantie Andhariswari
"Tugas akhir ini bcrtujuan untuk mengetahui pengaruh program intervensi Self-Instruction Trabzing (SIT) untuk meningkalkan fickuensi penyelesaian PCk€lj88Il Rumah (PR) dan ketelitian kexja yang ditcrapkan pada anak underachiver (anak laki-laki, 8 tahun). Hasil intervensi menunjukkan subjek mampu mengikuri keenam tahap SIT, memahami verbalisasi yang digunakan, dan menerapkannya dalam menyelesaikan PR selama program intenlensi ini berlangsung. Kendala yang dialami selama pelaksanaan intervensi adalah kemerbatasan wakru yang tidak memungkinkan subjek menerapkan SIT menyelesaikan PR di situasi yang sebenamya. Seat intervensi dilakukan, subjek F sedang libur untuk menghadapi ulangan akhir sehingga F tidak memiliki PR Hal itu menyebabkan tujuan akhir dari intervensi ini belum tercapai scpcnuhnys. Berdasarkan hasil intcrvensi, pelaksana progmm menyarankan agar pelaksanaan program SIT menggunakan lebih dari satu jenis PR sehingga penerapan SIT lebih luas pada mata pelajaran lain dan menyempai situasi yang sebenamya dihadapi olch F. Selain itu, pemantauan tcrhadap penggunaan SIT hendaknya tetap dilakukan ketika subjek memasuki tahun ajaran baru dengan menggunakan monitoring book yang melibatkan orangtua untuk tunrt mcmantau subjek dalam menyelesailcan PR.

The aim of this study is to know the effect of Self-Instruction Training (SIT) intervention program to increase homework completion frequency and work precision for undcrachiever child (a boy, 8 years old). The results show that subject able to follow six steps of SIT, understand the verbalization that being used, and apply it in completing the homework during intervention sessions. The obstacles during the intervention was time limitation therefore the SIT can not be applied in the real situation when the subject has a homework from the school. When the intervention is running, subject was not have any homework tasks because there was a holiday that caused the ultimate goal of this intervention cannot be achieved. This intervention result suggests using more than one homework that has to be completed. Besides that, it is better to used monitoring book that involve parents to monitor the used of SIT when subject complete the homework."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34192
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hermawan Kartajaya, 1947-
Jakarta: MarkPlus, 2006
297.57 HER a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Abdullah Gymnastiar
Bandung: MQ Publishing, 2003
297.3 ABD a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Adlina Suryabrata
"Letter-Naming Knowledge merupakan kemampuan dasar yang perlu dikuasai oleh anak usia prasekolah yang dikembangkan dengan pengalaman literasi formal di rumah. Penyediaan pengalaman literasi formal dapat dilakukan oleh orangtua sebagai pemberi instruksi dengan metode direct instruction (DI) maupun oleh media elektronik dengan metode computer-assisted instruction (CAI). DI dan CAI memiliki persamaan berupa perspektif yang mendasari, namun juga perbedaan berupa kualitas pemberian instruksi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode DI, CAI, dan kombinasi keduanya untuk meningkatkan letter-naming knowledge. Untuk mengetahui perbedaan pengauh ketiga metode tersebut, dilakukan penelitian kuasi-eksperimental pada anak usia prasekolah beserta ibu sebagai pemberi intruksi (N=24).
Hasil perbandingan Kruskal-wallis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan peningkatan yang signifikan antara ketiga metode instruksi (chi-square 2.583, sig=0.275) Akan tetapi, hasil analisis tambahan terhadap skor pre-test dan post-test pada masing-masing kelompok menunjukkan bahwa kelompok anak yang diberikan metode DI dan kombinasi DI-CAI mengalami peningkatan skor letter-naming knowledge yang signifikan. Hasil perbandingan antar ketiga metode yang tidak signifikan diduga disebabkan oleh tidak adanya perbedaan dalam kualitas pemberian instruksi baik dalam metode DI maupun CAI.

Letter-naming knowledge is a basic skill that needed to be developed in preschool through formal literacy experience at home with parents as provider or instructor. As the advancement of technlogy, not only human, computer is also able to be instructor to develop letter-naming knowledge. these two type of instructors refer to different instructional method, direct instruction (DI) and Computer-Assisted Instruction (CAI). Both of the instructional method have behavioral and cognitivismn perspective.
This reaserch aims to investigate the difference of effect of instructional method (direct instruction only, computer-assisted instruction only, and combination of both) toward development of letter-naming knowledge in preschool, by conducting a quasi-experimental research with preschool children and mothers as participants (N=24). The data would be analyzed using Kruskal-Wallis.
Result shows that there are no difference of effect of instructional method toward development of letter-naming knowledge (chi-square=2.583, sig=0.275). However, additional analysis of development in each group shows that among the children in three groups differing in instructional methods, only children instructed with computer-assisted instruction method only does not experience inprovement in letter-naming knowledge score significantly. The result was presumably caused by the minimum difference of quality of instructions given in DI and CAI.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63792
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidiarto Kusumoputro
"Perkenankan pula saya mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Indonesia, kepada Bapak Presiden serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberi kepercayaan kepada saya untuk bertugas sebagai Guru Besar Tetap Ilmu Neurologi. Pada kesempatan ini saya memilrh judul pidato:
"Peranan Stimulasi yang Berdasarkan Konsep Spesialisasi Dua Belahan dan Plastisitas Otak pada Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia"
Pembangunan Jangka Panjang Tabap II berlandaskan pembangunan ekonomi dan bertumpu pada peningkatan kualitas hidup dan sumber daya manusia (SDM). Faktor-faktor peningkatan sumber daya manusia terletak antara lain pada aspek ekonomi, kesehatan, pendidikan dan iptek. Peningkatan kesehatan dan pendidikan berarti pula peningkatan kemampuan otak, baik otak yang mengalami gangguan maupun otak yang sehat dan normal.
Dua prestasi manusia yang paling menonjol dalam abad ini adalah "Quantum Cosmology" (sains tentang semesta) dan "Neuroscience" (sains tentang otak). Yang pertama adalah studi tentang awal hidup manusia dan yang kedua tentang perjalanan nasib hidup manusia. Neurosains menjadi begitu pentingnya hingga mantan Presiden Bush dari Amerika Serikat mencanangkan tahun 1990-2000 sebagai "The Decade of the Brain".
Dalam era globalisasi ini -mau tidak mau- Indonesia harus menengok ke dunia luar, antara lain terhadap dekade otak tersebut. Betapa pentingnya otak dapat disimak dari banyaknya masalah yang dapat ditimbulkannya, yaitu sekitar 650 jenis masalah, mulai dari masalah yang berat dan fatal seperti stroke, trauma susunan saraf, dan sebagainya sampai pada masalah pembelajaran dan kesulitan belajar. Semua itu menyebabkan kerugian besar secara sosial dan, ekonomis.
Para pakar neurosains dari berbagai disiplin ilmu mempelajari otak dan masalahnya karena menyadari bahwa otak manusia merupakan struktur hidup yang paling kompleks dalam jagad raya ini. Bayangkan bahwa otak dikemas oleh milyaran sel neuron dan bahwa setiap sel neuron saling berkomunikasi rata-rata dengan 10.000 sel lainnya. Komunikasi itu dilakukan melalui sinyal biolistrik dan kimiawi, dan sampai sekarang telah ditemukan paling sedikit 40 jenis zat kimiawi yang disebut sebagai neurotransmiter (3).
Teknik dan pendekatan canggih yang memungkinkan adanya penelitian langsung tentang mekanisme otak telah membuka cakrawala baru tentang hubungan di antara perilaku (behavior) dan struktur serta fungsi otak manusia. Pengetahuan yang berawal pada tahun 1910 dan disebut sebagai "behaviorism" berkembang pesat dan kini disebut dengan berbagai istilah, seperti Behavioral Neurology, Clinical Neuropsychology, dan Higher Corti-cal Functions. Dalam pada itu Bagian Neurologi FKUI/RSCM menggunakan nama Fungsi Luhur (Fungsi Kortikal Luhur)(10,14,23,25). PeriIaku dalam konteks ini mencakup fungsi bahasa, memori, visuospasial, emosi, dan kognisi (6)."
Jakarta: UI-Press, 1995
PGB 0101
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Aditarahma Imaningdyah
"ABSTRAK
Tujuan : Mengetahui hubungan kadar protein S100 pada pasien cedera otak ringan dan sedang yang diukur secara bertahap pada saat pasien tiba di rumah sakit, beberapa jam pasca trauma, dan sekian hari perawatan di rumah sakit, sehingga dapat digunakan sebagai petanda kerusakan otak.
Latar belakang : Cedera otak menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia karena dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Diagnosis cedera otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis neurologi, dan CT scan atau MRI untuk melihat kerusakan anatomi. Pemeriksaan kadar protein S100 pada pasien cedera otak ringan dan sedang dengan menggunakan bahan serum diperlukan untuk mendeteksi dan dapat untuk mengevaluasi adanya kerusakan otak pasca traumatik.
Metode : Subyek penelitian adalah orang sehat dan pasien cedera otak ringan dan sedang berdasarkan nilai SKG, pemeriksaan klinis neurologi, dan CT scan, yang diambil darahnya untuk pemeriksaan kadar protein S100 pada saat tiba di rumah sakit, 6 jam pasca trauma, 24 jam pasca trauma, dan hari terakhir perawatan. Pemeriksaan kadar protein S100 dalam serum menggunakan Elecsys S100 dengan prinsip ECLIA.
Hasil : Terdapat perbedaan bermakna (p = 0,001) pada semua kadar protein S100 yang diukur saat tiba di rumah sakit, 6 jam pasca trauma, 24 jam pasca trauma, dan hari terakhir perawatan, baik pada pasien cedera ringan maupun sedang. Puncak kadar protein S100 tercapai pada 6 jam pasca trauma pada pasien cedera otak ringan dan sedang. Kadar protein S100 pada pasien cedera otak sedang saat tiba di rumah sakit lebih tinggi secara bermakna dibandingkan pasien cedera otak ringan (median 0,259 μg/L rentang 0,207 – 0,680 μg/L vs median 0,150 μg/L rentang 0,051 – 0,289 μg/L, p = 0,001) dan kadar protein S100 pasien cedera otak ringan saat tiba di rumah sakit lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kadar protein S100 orang sehat (median 0,150 μg/L rentang 0,051 – 0,289 μg/L vs rerata 0,065 ± 0,017μg/L, p = 0,001).
Kesimpulan : Pada pasien cedera otak ringan dan sedang saat tiba di rumah sakit sudah terdapat peningkatan kadar protein S100 secara bermakna dibandingkan dengan orang sehat. Protein S100 dapat digunakan sebagai petanda untuk deteksi dan evaluasi kerusakan otak pasca traumatik.

ABSTRACT
Objective: To identify the relation of protein S100 level in mild and moderate brain injury patient, which is measured repeatedly at admission, few hours post trauma, and few days of hospitalization, thus it can be used as brain injury biomarker.
Background: Brain injury becomes worldwide public health issue since it may cause disability and mortality. The diagnosis of brain injury is made based on clinical neurology examination, and CT scan or MRI, to observe anatomical impairment. Serum S100 protein examination in mild and moderate brain injury patients is needed to detect and evaluate the presence of post traumatic brain injury.
Method: This research subject is healthy people and patients with mild and moderate brain injury, based on their GCS grade, clinical neurologic examination, and CT scan. On these patients, the blood for S100 protein examination is taken at admission, 6 hours post trauma, 24 hours post trauma, and last day of hospitalization. Examination of a serum S100 protein is conducted using Elecsys S100 with ECLIA method.
Result: There is significant difference (p = 0,001) in mild or moderate brain injury patients in all serum S100 protein which is measured at admission, 6 hours post trauma, 24 hours post trauma, and the last day of hospitalization. The peak level of serum S100 protein reached at 6 hours post trauma. Serum S100 protein in moderate brain injury patients at admission is significantly higher than the mild ones (median 0, 259 μg/L range 0,207 – 0,680 μg/L vs median 0,150 μg/L range 0,051 – 0,289 μg/L, p = 0,001), and serum S100 protein in mild brain injury patients is also significantly higher than healthy people (median 0,150 μg/L range 0,051 – 0,289 μg/L vs mean 0,065 ± 0,017μg/L, p = 0,001).
Conclusion: In mild and moderate brain injury patients, serum S100 protein is already significantly increased at admission, compared to healthy people. Serum S100 protein can be used as brain injury biomarker to detect and evaluate the presence of post traumatic brain injury."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>