Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93538 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S9403
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hutasuhut, Maslina W.
"Kesempatan yang terbuka bagi swasta untuk berperan serta dalam industri televisi
di Indonesia membuka peluang yang luas bagi pendatang baru dan bersamaan dengan itu menciptakan ancaman bagi perusahaan yang Iebih dulu ada dalam industri. Dampak terbukanya kesempatan ini juga terasa bagi masyarakat dan produsen (pemasang iklan. Pilihan yang lebih banyak bagi masyarakat urnuk mendapatkan informasi dan hiburan bertambah dengan meningkatnya jumlah Staslun Penyìaran Televisi Swasta (SPTS). Banyaknya alternatif pilìhan masyarakat ini , mengharuskan pemasang ìklan lebih teliti dalam memlih SPTS agar target pemasangan iklannya tercapai. Input mengenai tingkat popularitas suatu acara dan populasi penontonnya didapat dari rating yang dikeluarkan oleh Survey Research Indonesia) dan data mengenai biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan sejumlah tertentu penonton ( Cou per Million I CPM) merupakan bahan pertimbangan pemulihan SPTS untuk penempatan iklan.
Di sisi lain , anggaran iklan dalam sektor industri akan naik sebagai akibat meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Semakin tìnggi tingkat pertumbuhan ekonomi akan semakin tinggi tìngkat pendapatan domestik bruto yang berarti semakin tinggi disposable income. Karena itu dengan naiknya tingkat pertumbuhan ekonomi Indone sia, pengeluaran iklan perlu ditingkatkan untuk menarik masyarakat membelanjakan uangnya. Sejalan dengan itu. penempatan Ikian di media televisi sejak SPTS melakukan siaran komersial, terus meningkat dan mengurangi pangsa ikian media cetak dan media audio. Kedua peningkatan tersebut yaltu peningkatan belanja iklan dan peningkatan penempatan ikian pada media televisi merupakan hal yang menarik bagi investor baru dan SPTS yang sudah ada. Perebutan ikian inìlah yang menjadi pokok persaingan antara perusahaan dalam industri televisi.
Dalam Karya akhir ini pembahasan dimulai dengan studi literatur, kemudian diikuti dengan industri televisi di Indonesia termasuk didalamnya menganalisis posisi persaingan SCTV dalam industri televisi. Selanjutnya dibahas mengenai internal perusahaan SCTV mulai dari misi, filosofi, Organisasi, posifinoning dan Tujuan Jangka Panjang. Analisis terhadap strategi yang sebaiknya diterapkan oleh SCTV dibahas kemudian diawali dengan melakukan analisis SWOT. Analisis ini berdasar pada mecoda Expert Choice. Penulis menyiapkan angket (kuesioner) bagi seluruh manajer SCTV, kemudian data diolah dengan menggunakan perangkat lunak Expert Choice dengan metoda Proses Hirarkhi Analitis. Hasil yang diperoleh berupa besaran kuan titatif terhadap Kekuatan (Strength), Kelemahan (Weakness), Peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threats), dimana besaran Kekuatan dan Kelemahan diperlakukan seba gai vektor yang berlawanan arah sehingga dapat langsung dijumlahkan untuk menda patkan absis. Perlakuan yang sama diberikan kepada Peluang dan Ancaman, sehingga diperoleh kordinatnya. Analisis terhadap SCTV menghasilkan posisi pada kuadran I dengan Strategi Aggresif.
Analisis berikutnya mengenai core strategy SCTV yang mendasari semua strategi yang akan diterapkan. Dalam hal ini SCTV memilih strategi Differensiasi karena walaupun target pasarnya masyarakat berusia 15 - 40 tahun, pada kenyataannya ada juga acara khusus untuk anak-anak, sehingga pada dasarnya positioning tidak dijalan kan dengan konsisten. Pemilihan alternatif Grand Strategy SCTV kemudian dilakukan dengan melihat posisi persaingan dan kecepatan pertumbuhan pasar. Pemilihan alterna tif strategi dengan cara yang lain dilakukan dengan melihat kekuatan SCTV dan peng gunaan Sumber Daya perusahaan. Dapat dilihat bahwa alternatif pilihan strategi sesuai dengan hasil strategi yang harus diterapkan yang diperoleh dengan analisis SWOT. Alternatif strategi dan kedua pendekatan tersebut kemudian disesuaikan dengan misi, tujuan dan strtegi generik dan diperoleh Grand Strategy Pengembangan Pasar, inovasi, Integrasi Vertikal dan Integrasi Konsentrik. Keempat Grand Strategy ini dapat diterapkan satu demi satu atau sekaligus secara simultan.
Grand Strartegy Pengembangan Pasar perlu diterapkan untuk meningkatkan keunggulan bersaing secara berkesinambungan pada bidang-bidang yang sudah ada. Grand Strategy Inovasi diperlukan untuk menciptakan bidang keunggulan bersaing yang baru, sedangkan Grand Strategy Integrasi Vertikal perlu dilakukan untuk mengurangi tekanan?tekanan yang dialami SCTV dalam industri. Yang terakhir Grand Strategy Dìversifikasi Konsentrik diperlukan untuk memperkuat citra masyarakat terhadap SCTV dan juga sebagai portfolio perusahaan dalain upaya mengurangi risiko usaha."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S9728
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2007
S21436
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bimandri Yosafat
"PT P, merupakan perusahaan startup dalam bidang teknologi. Saat ini perusahaan tersebut sedang mengalami permasalahan yaitu tinggi nya persentase turnover setiap bulannya, terutama di divisi Teknologi dan Customer Service. Secara umum, Turnover pada karyawan dapat disebabkan oleh faktor individual dan faktor di luar karyawan. Salah satu faktor di luar karyawan yang mempengaruhi turnover adalah Kepemimpinan Hamstra et al., 2011. Berdasarkan survei Organizational Blockage Inventory dan structured interview terhadap karyawan PT P, peneliti mengidentifikasi adanya kaitan antara gaya kepemimpinan transformasional pada supervisor dengan intensi turnover karyawan di divisi Teknologi dan Customer Service di PT P. Kepemimpinan supervisor diukur dengan menggunakan kuesioner Multifactor Leadership Questionnaire MLQ dan Turnover Intention Scale digunakan untuk mengukur intensi turnover para karyawan pada divisi tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan negatif yang signifikan antara kepemimpinan transformasional pada supervisor dengan intensi turnover bawahan yang artinya semakin supervisor menerapkan gaya kepemimpinan transformasional, maka intensi turnover pada karyawan pada divisi Teknologi dan Customer Service akan semakin rendah, dan semakin supervisor tidak menerapkan gaya kepemimpinan transformasional, maka intensi turnover pada karyawan pada divisi Teknologi dan Customer Service akan semakin tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti kemudian merancang program intervensi berupa pelatihan kepemimpinan transformasional pada supervisor di divisi Teknologi dan Customer Service, dengan tujuan memperbaiki gaya kepemimpinan mereka yang kelak berdampak menurunkan intensi turnover karyawan di divisi tersebut.

PT P is a startup technology company. Currently, the company has a high rate of turnover every month, especially in Technology and Customer Service division. In general, turnover can be caused by individual factor and external factor. One of the external factor is leadership Hamstra et al., 2011 . Based on Organizational Blockage Inventory survey and structured interview to PT P employees, researcher identified a correlation between transformational leadership style on supervisor with turnover intention employee in Technology and Customer Service division. Supervisor's transformational leadership style is measured by Multifactor Leadership Questionnaire MLQ , and staff's turnover intention is measured by Turnover Intention Scale.
The result of this study indicated a significant negative correlation between supervisor's transformational leadership style and staff's turnover intention, which means if the supervisor do not apply transformational leadership style staff's turnover intention will be increased, and if the supervisor apply transformational leadership style staff's turnover intention will be decreased. Based on this result, researcher create a transformational leadership training intervention program for supervisor to fix their leadership style in order to reduce staff's turnover intention in Technology and Customer Service division.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T47429
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emilia Bassar
"Media televisi di Indonesia bukan lagi sebagai barang yang mewah, tidak seperti ketika penama kali televisi ada di Indonesia. Saat ini, televisi sudah menjadi suatu kebutuhan bagi kehidupan masyarakat Indonesia.
Pertama kali televisi hadir di Indonesia, yaitu pada tahun 1962, bertepatan dengan peristiwa olahraga Asia keempat di Jakarta. Peresmian The 4th Asian Games tersebut bersamaan dengan peresmian penyiaran Televisi Republik Indonesia (TVRI) oleh Presiden Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1962.
Kemudian setelah kurang lebih 27 tahun TVRI siaran `sendiri' di Indonesia, di akhir tahun l 990 -an pemerintah memberikan deregulasi dalam bidang pertelevisian, dimana pemerintah mengijinkan televisi swasta untuk siaran. Hal ini membuat dunia televisi berkembang pesat, yaitu dengan munculnya RCTI sebagai televisi swasta pertama di Indonesia, diikuti Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Andalas Televisi (ANTV), dan Indosiar Visual Mandiri (IVM).
Dengan berdirinya 5 (lima) stasiun swasta tersebut, semakin maraklah media televisi di Indonesia. Faktor daya saing, antara lain sumber daya manusia, fasilitas, teknologi, keuangan, dan strategi, harus menjadi perhatian pengelola televisi. Untuk itu, diperlukan adanya strategi yang tepat, khususnya strategi komunikasi pemasaran yang mempunyai peran dalam menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan/atau mengingatkan khalayak (pemirsa dan klien) akan perusahaan dan produk (program) perusahaan, agar dapat menerima dan loyal terhadap program yang ditawarkan perusahaan.
Analisis hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa strategi komunikasi pemasaran RCTI cukup baik. Hal ini dapat dilihat. antara lain dengan adanya strategi pemasaran yang dirumuskan oleh tim Marketing, kemudian dikoordinasikan dan dikomunikasikan dengan bagian-bagian terkait; program acara yang mendapat rating tinggi berkat adanya Programming Team yang menganalisa program RCTI secara terus-menerus; pelayanan prima kepada klien; dan membuka diri terhadap tanggapan dan saran pemirsa yang diterima oleh Public Relations Department, yang semuanya itu ditujukan guna mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T1149
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Nuryanti
"Dalam penelitian ini menggunakan satu variabel yaitu pelatihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelatihan Officer Development Program (ODP) berdasarkan persepsi peserta pelatihan ODP 2011 pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuatitatif dengan metode survei yang menggunakan teknik total sampling terhadap peserta pelatihan ODP 2011 yang sudah melaksanakan evaluasi lapangan yang berjumlah 52 responden. Evaluasi pelatihan diukur menggunakan evaluasi pelatihan Kirkpatrick melalui tiga dimensi, yaitu reaksi, pembelajaran, dan tingkah laku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan ODP yang dilaksanakan sudah efektif.

This study used a single variable, that is the evaluation of training. The purpose of this study was to determine the evaluation of the training of Officer Development Program (ODP) based on the perceptions of trainee ODP 2011 at PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. This study used a quantitative approach through a survey method that used total sampling technique to the 2011 ODP trainees who already have conducted a field evaluation of the total 52 respondents. Training was measured using the Kirkpatrick training evaluation through three dimensions: reaction, learning, and behavior. The results showed that the ODP training has been efectively implemented."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Astuti
"Penelitan ini adalah sebuah analisis diskursus kritis yang dilakukan dengan menggambarkan
bagaimana kapitalisme media membentuk representasi perempuan dalam "gambar hidup" di televisi
dari segi karakter dan peran. Kasus yang diambil dalam penelitian ini adalah FTV (Film Televisi),
sebuah program yang ditayangkan oleh S01V sejak 4 Oktober 2000A sew memaksudRan program
ini sebagai tontonan altematif di tengah sinetron yang menyesaki daftar acara televisi-televisi swasta
di Indonesia. Sinetron sendiri sering dikeluhkan karena dianggap melanggengkan nilai-nilai patriarkis
di masyarakat.
Representasi perempuan dalam "gambar hidup" selama ini tidak pemah jauh keluar dari
nilai-nilai yang erkandung dalam ideologi gender, yang selama ini membatasi ang gerak
perempuan dalam bentuk pembingkaian yang ber1
Pembingkaian terhadap perempuan tersebut dapat dilihat dari enam sisi, yaitu bingkai fisik, pikiran,
domestik, sosial, peke~aan dan politik. Sebagai benang merah dari keenam bingkai tersebut adalah
bahwa bias gender tersebut merupakan p~ uk kapitalisme yang patriarkis. Ka~italisme ini lah yang
mula-mula menyebabkan munculnya pemb;:mian ke~a secara seksual, d1 mana perempuan
ditempatkan di ruang privat untuk menaukung laki-laki yang ditempatkan di ruang publik. Akibatnya,
laki-laki diidentikkan dengan "pr6duksi" sementara perempuan itientik dengan "konsumsi".
Marjinalisasi perempuan dan bidang produksi dan dominasi sebagai obyek "tontonan• sering menjadi
ideologi utama media massa. ,.
Dalam memahami repr:esentasi perempuan di media massa, ada dua sudut pandang, yaitu
media mumi sebagai cermin dan keadaan masyarakat dan media tidak hanya sebagai cermin, tapi
juga membentuk realitas sosial itu sendiri (Debra Yatim, 1992}. Dalam sudut pandang ini, lewat
proses seleksi, media melakukan interpretasi dan bahkan membentuk realitas sendiri. Hasilnya,
adalah representasi perempuan sebagai subject position yang memiliki makna tersendiri dalam
diskursus. Untuk lebih jelasnya, digunakan Frame of Reference for Studying Mediation milik Dennis
McQuail yang mengemukakan bahwa hubungan media dengan institusi lain mempengaruhi institusi
media dan institusi media tersebut mempengaruhi isi. lnstitusi lain yang dimaksud di sini, dengan
mengambil Marxist Critical Theory adalah institusi ekonomi. Marx berpendapat media massa adalah
alat untuk mengekalkan kapitalisme karena dasar dari masyarakat adalah sistem ekonomi. Teori
Marx ini berhubungan erat dengan teori ideologi Althusser dan teori hegemoni Gramsci. Televisi
sebagai media massa menjadi penting karena karakteristiknya audiovisualnya dan ditonton banyak orang. Oleh karena itu, televisi mempunyai kekuatan untuk menentukan budaya apa yang menjadi
mainstream.
Masalah mengenai media yang seksis ini telah lama menjadi pematian para feminis, yang
menganggap media massa sebagai salah satu batu sandungan bagi gerakan mereka. Feminisme di
dunia dikenal terbagi dalam tiga gelombang. Terakhir, Naomi Wolf, · feminis asal AS,
memproklamiri
-'aliran Feminisme Kekuasaan.
Analisis diskursus kfitis ini lalu dilakukan :dengan melibatkan dua dimensi kembar. Dimensi
yang pertama, yaiju communicative events terbagi dalam tiga tingkatan, yartu teks, discourse practice
dan sociolcu/tural practice. Dimensi ini memandang masing-masing tingkatan tersebut secara umum,
·sedangkan dimensi yang kedua, yartu order of discourse memandang keteri
tingkatan tersebut dalam konteks yang general.
Berdasari
dua episode FTV diperoleh dua macam frame yang sama-sama merombak keenam bingkai
perempuan baik dari sudu fisik, pikiran, sosial, domestik, peke~aan dan politik, serta keluar dari
dikotomi maupun kategorisasiperempuan di media massa, karena menjadi subject position yang
memiliki makna sendiri. Dengan demikian, maka representasi perempuan dalam FTV ini, dari sudut
karakter maupun peran, telah meninggalkan sudut pandang pertama yang menghadiri
.perempuan dalam stereotipenya dan menempatkan dirinya dalam sudut pandang kedua, yang kental
dengan nilai-nilai ideologi feminisme.
Berdasari
sebagai gatekeeper dalam jalinan gatekeeper groups, terjadi yang dinamakan dengan
technologization of discourse, yaitu proses intervensi dalam ruang lingkup discourse praCtice untuk
membentuk hegemoni baru datam institusi atau organisasi yang ber:sangkutan, sebagai bagian dari
usaha secara umum untuk member1akukan restrukturisasi hegemoni dalam praktek institusional dan
budaya.
Sementara itu, analisis pada tingkatan sociocultural practice menunjukkan bahwa dalam
program FTV ini juga terdapat tarik ulur antar13 kepentingan komersil dengan kepentingan idealis.
Sebagai institusi bisnis, stasiun televisi tidak dapat melepaskan diri dari prinsip-prinsip kapitalisme,
namun berdasariketiga tingkatan tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa kapitalisme memang menentukan isi tapi
bl.ikan satu-satunya faktor, Karena masih ada faktor idealisme yang mengimbangi kaprtalisme. Faktor
idelisme ini dapat menghasilkan terobosan baru. Terobosan baru tersebut terwujud dalam
techonologization of discourse. Walaupun hakikat dari technologization of discourse ini adalah
sebagai hegemoni, namun dapat pula sekaligus dimafaatkan untuk kepentingan idealisme tadi.
Dalam kasus ini, technologization of discourse menghasilkan FTV sebagai discourse type baru
Sebagai hasil dari discourse type baru tersebut, dalam teks, terbentuk representasi perempuan, baik
dari karakter maupun peran, yang merupakan dekonstruksi dari representasi yang umum.
Dengan demikian maka ter1ihat bahwa antara kepentingan komersil dengan kepentingan
idealis dapat saling mendukung dan bahwa televisi selaku media yang ditonton banyak orang tidak
hanya dapat menentukan budaya yang menjadi mainstream, namun juga dapat menciptakan budaya
tandingan. Berdasaripula dimanfaatkan untuk menyebar1uaskan nilai-nilai baru, dalam hal ini adalah nilai-nilai feminisme
guna terciptanya representasi perempuan yang manusiawi dalam media massa."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S4065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anis Adinizam
"Kapitalisasi dan komersialisasi nampakya sudah menjadi hal yang tidak bisa dihindari lagi dalam kehidupan saat ini. Kapiltalisasi dan komersialisasi bahkan sudah merasuk dalam sendi-sendi kehidupan beragama. Salah satunya terlihat dengan menjamumya acara-acara "berbau" Islam di televisi ketika memasuki bulan Ramadhan. Alih-alih peduli dengan dakwah Islam, acara-acara Ramadhan di televisi ini justru menciptakan jarak yang semakin lebar dengan dakwah Islam yang ideal karena pihak televisi lebih berorientasi pada keuntungan kapital. Skripsi ini berusaha mengungkapkan bagaimana strategi kapitalisme memanfaatkan ritual puasa ramadhan dan dakwah Islam untuk kepentingan akumulasi modal industri televisi dalam konteks masyarakat Indonesia. Selanjutnya, skripsi ini juga berusaha menunjukkan bahwa strategi-stategi kapitalisme yang bekerja di balik industri televisi tersebut, secara tidak langsung, turut melanggengkan pemahaman umat Islam Indonesia mengenai makna dakwah nilai-nilai ajaran Islam yang belum menyeluruh. Strategi kapitalisme yang umum dipakai adalah komodifikasi, yaitu proses merubah nilai guna menjadi nilai tukar.Dalam konteks penelitian ini, nitai guna ideal televisi yang memiliki potensi yang besar untuk merubah pemahaman masyarakat Indonesia terhadap Islam ke arah yang lebih baik-tidak verbalis dan simbolik semata dengan sadar dirubah menjadi sarana transaksi antara televisi dengan industri-industri prL~duk konsumsi dan gaya hidup hanya untuk mencari keuntungan kapital saja. Peneliitian dengan pendekatan kualitatif dan perspektif kritis ini mengambi! tiga episode program Ramadhan Sahur Kita di SCTV sebagai unit analisis. Alasannya, SCTV dengan program Sahur Kita-nya adalall stasiun televisi di Indonesia yang mempelopori acara ramadhan di televisi dengan format full hiburan dan komedi namun masih terus bertahan tiap tahunnya .sampai saat ini Metode analisis utama yang akan dipakai untuk membedah tiap epsode Sahur Kita adalah analisis kritis wacana. Dengan kerangka Analisis Kritis Wacana Norman Fairclough skripsi ini berusaha mengaitkan konteks mikro yang dilihat melalui konstruksi yang terjadi dalam teks acara Sahur Kita dengan konteks makro masyarakat yang lebih luas Padci level mikro, teks acara Sahur Kita akan dianalisis menggunakan teknik semiotika pendekatan Ferdinand de Saussure. Teknik ini dipilih penulis karena dapat melihat keterkaitan tanda-tanda simbolis di luar bahasa tertulis, dalam hal ini citra visual yang menjadi karakter program televisi. Selanjutnya. pada level praktik wacana akan dianalisis berdasarkan data yang diperoleh dart wawancara mendalam tak berstruktur dengan pihak pembuat teks dan data-data sekunder yang diperoleh dari studi pustaka. artikel dan internet. Sedangkan level praktik sosial budaya akan dianalisis berdasarkan studi kepustakaan. Analisis intertekstualitas terhadap acara Kopi Darat 103 FM SCTV juga dilakukan untuk melihat adanya kesinambungan idiologis dari pembuat teks pada program televisi yang lain. Hasil analisis dan intepretasi menunjukkan bahwa strategi kapitalisme umum SCTV untuk merubah nilai guna dakwah ritual Ramadhan menjadi nilai tukar (komodifikasi) adalah melalui penope'1gan komoditas (fefishm of commodifies) dan pembentukan kesadaran palsu (false conciousness) yang bekerja lewat strategi pengemasan acara. promosi dan iklan. lsi acara Sahur Kita di kemas menjadi penuh hiburan yang memanfaatkan komedi. musik. video klip. kuis yang semuanya didukung oleh selebriti (komedian). Komodifikasi ini di latar belakangi oleh jumlah penganut Islam Indonesia yang sangat besar sehingga menjadi sumber yang potensial bagi SCTV untuk meraup keuntungan kapital yang besar di tengah-tengah persaingan antar televisi yang semakin ketat. Secara sosial budaya. proses konstruksi dan komodtfikasi dakwah ritual Ramadhan juga bersumber dari pemahaman masyarakat Islam di Indonesia yang masih sangat partikularis. tik simbolik dan patemalistik sehingga acara-acara Ramadhan yang dibuat pembuat teks adalah program Ramadhan yang penuh nilai partikularistik simbolik, dan paternalistik. Lalu, program Ra~adhan yang seperti ini ditangkap khalayak sebagai suatu yang selalu dianggap wajar dan benar (commonsense) Kesimpulannya, televisi di Indoenesia telah sengaja mengeksploitasi rasa- rasa keberagamaan dan ritual-ritual agama Islam-yang notabenenya rnemilki jumlah penganut yang sang at besar-seperti Ramadhan untuk menghasilkan keuntungan kapital yang besar dan memastikan keberlangsungan usahanya. Eksploitasi dan komodifikasi terhadap ritual-ritual Ramadhan ini justru semakin memantapkan struktur pemahaman mengenai dakwah dan nilai-nilai Islam yang tidak komprehensif pada masyarakat Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S3754
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>