Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183126 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
S9111
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadari Nawawi
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1993
303.34 HAD k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Handari Nawawi
Yogyakarta: UGM Press, 2012
658.409 2 HAD k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sulikah
"Rumah sakit adalah bagian penting dari sistem pelayanan kesehatan, merupakan transfer pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan.
Efesiensi dan efektifitas pencapaian tujuan organisasi tergantung kepada perilaku dan kemampuan manusia yang mengelola dalam organisasi tersebut. Kemampuan profesional yang dimiliki perawat dapat diperankan secara efektif baik sebagai pelaksana maupun pengelola.
Seorang kepala ruangan adalah pengelola pada tingkat bawah yang menjadi penentu terhadap kuatitas pelayanan keperawatan di suatu rumah sakit. Setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda, ketidaksamaan dalam fisik dan psikis menyebabkan pelaksana maupun pengelola organisasi berbeda satu sama lain, demikian pula terhadap gaya kepemimpinan kepala ruangan dalam memimpin bawahan.
Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik individu perawat pelaksana dan situasi kepemimpinan dan persepsinya tentang gaya kepemimpinan kepala ruangan di RSPAD Gatot Soebroto. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan "cross sectional". Pada penelitian ini diambii sampel perawat pelaksana sebanyak 175 orang sebagai responden. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden.
Analisis data dilakukan dengan uji statistik analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi, analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square untuk mencari hubungan variabel bebas dengan variabel terikat dan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi (ogistik untuk mengetahui variabel bebas yang paling berhubungan dengan variabel terikat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang digunakan oleh kepala ruangan- di RSPAD Gatot Soebroto bervariasi tidak hanya satu gaya kepemimpinan saja melainkan kombinasi ke tiga gaya kepemimpinan tergantung situasi. Kepala ruangan lebih banyak menggunakan kepemimpinan suportif.
Dari hasil analisis bivariat dengan a = 0,05 diketahui bahwa pendidikan tambahan atau pelatihan dengan p value = 0,015, hubungan pemimpin - anggota dengan p value = 0,002, struktur tugas dengan p value = 0,000 , kekuasaan dengan p value = 0,000 mempunyai hubungan yang bermakna dengan gaya kepemimpinan kepala ruangan.
Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik menunjukkan bahwa struktur tugas paling berhubungan dengan gaya kepemirnpinan kepala ruangan dengan p value = 0,000.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan kepada pemimpin RSPAD Gatot Soebroto agar terns melanjutkan pengembangan kuatitas sumber daya manusia keperawatan melalui pendidikan berkelanjutan maupun mengupayakan program-program pelatihan bagi kepala ruangan untuk meningkatkan kinerjanya dalam mendukung tercapainya visi dan misi RSPAD Gatot Soebroto.
Bagi kepala ruangan pertu menetapkan tujuan dan pedoman kerja untuk memudahkan pekerjaan bawahan dengan mempertahankan hubungan dan kerjasama yang balk dengan bawahan.

The Relationship between the Characteristic of Nursing Staff, the Leadership Situation, and Their Perception on the Leadership Style in the Army Gatot Subroto Hospital, Jakarta
A hospital is an important part of health service system, and as an institution to transfer knowledge and technology. To achieve the objectives of the organization efficiency and effectively should based on the behavior and the ability of the manager in organizing all component involved.
The professional capability of the nurses can be function effectively either as a nurse staff or a head nurse. A head nurse is a lower manager or a leader for nurse staff who function as a determinant in maintaining the quality of the nursing service in a hospital. Every nurse has different characteristic and different shape of physical and psychological situation. These can cause differences in nurse staff or leader behaviors in the organization and the leadership style.
Based on the above, the research has been conducted to identify the relationship between the characteristic of the nurse staff, the leadership situation and the precision of the leader ship style in Gatot Soebroto Hospital. The design of the research was descriptive correlational. One hundred and seventy nurses were participated as respondents. Two questionnaires were administered to respondents, and univariate and bivariate analysis were employed to identify the distributions of the characteristic and the relationship between the independent and dependent variables.
In addition, a multivariate analysis with logistic regression test is utilized to identify the relationship between the component of the independent variable and the dependent variable. The result showed that head nurses in Gatot Soebroto Hospital used more than one type of leadership style. They used the style according to the situation. Anyhow, they use supportive leadership more often.
The result of bivariat analysis is p value = 0,015, cc = 0,005, for additional education or training, p value 0,002 for leader - member relationship, also p value = 0,0000 for task structure, p value = 0,0000 for authority. Those have significant relationship with head nurse leadership style. The result of multivariate analysis with logistic regression showed that the structure of the task has significant correlation with p value = 0,0000. Based on the above result, it was recommended to the director of Gatot Soebroto Hospital that it is important to continue the improvement of the qualities including human resources in nursing. It can be done through a continuing education ; and yet, a training program for each head nurse to improve their performance to support the mission and vision of the Gatot Subroto Hospital.
In addition, recommendation also extended a head of nurse, that they need to determine goals and a standardized protocols for nurse staff in a simpler way to maintain a good relationship with the staff."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
T8236
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Wijaya
"Kelompok dengan berbagai indikatornya ternyata memang masih rendah atau kurang efektif, walaupun dalam beberapa indikator tertentu menunjukkan angka yang cukup positif. Demikian halnya terhadap kajian karakteristik kepemimpinan yang efektif belum menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan perilaku kepemimpinan.
Hal ini diukur dari karakteristik consideration, Initiating Structure, Relasi, Visi serta Kemampuan dan Keahlian. Dalam mengelola organisasi khususnya masalah kepemimpinan dimasa yang akan datang diperlukan kemampuan dan keahlian yang memadai seining dengan kemajuan pesat dibidang teknoiogi informasi. Untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan seseorang, diperlukan kemampuan untuk mengakomodasi saran dan keluhan dari bawahan dan senantiasa melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan organisasi. Hanya dalam team work masalah-masalah akan dapat diatasi dengan lebih bijaksana yang memberikan muara terhadap peningkatan efektivitas kepemimpinan."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T16710
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pattirajawane, Herman
"ABSTRAK
Dalam telaah tentang efektivitas kepemimpinan melalui pendekatan teori kontinjensi (situasional), dikatakan bahwa efektivitas pemimpin tergantung atau merupakan kontinjensi dari interaksi berbagai faktor, yaitu: karakteristik pemimpin, anggota, dan.situasi atau lingkungan di sekitar kelompok itu. Dalam pendekatan kontinjensi bisa didapati dua asumsi yang berbeda dalam hal meningkatkan efektivitas kepemimpinan; yaitu:
pertama, lebih mudah mengubah situasi dimana pemimpin itu berada disbanding mengubah gaya kepemimpinannya yang relatif tetap. Karena itu pemimpin harus berusaha mengubah situasi agar sesuai dengan gaya kepemimpinannya.
kedua, lebih mudah mengubah gaya kepemimpinan seorang pemimpin dibanding mengubah situasi dimana pemimpin itu berada. Karena itu pemimpin harus berusaha mengubah gaya dan perilakunya agar sesuai dengan situasi yang ada.
Asumsi pertama bisa ditemukan pada teori kontinjensi Fiedler, yang mengemukakan bahwa efektivitas kepemimpinan ditentukan oleh adanya 'kesesuaian' antara gaya kepemimpinan dengan situasi tertentu. Sebagai contoh pemimpin yang mempunyai gaya 'orientasi pada tugas' akan efektif pada situasi yang sangat terkendali (high control situation) dan juga pada situasi yang kurang terkendali (low control situation).
Situasi tersebut dibentuk oleh kesatuan dari variabel hubungan pemimpin-anggota, struktur tugas , dan derajat keberdayaan kedudukan (position power) pemimpin.
Semakin tinggi atau kuat derajat variabel-variabel situasi itu, semakin tinggi pengendalian pemimpin atas kelompoknya.
Asumsi kedua, bisa didapati pada teori teori kontinjensi lainnya; antara lain: teori situasional Hersey & Blanchard yang menganjurkan pemimpin untuk menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan kematangan anggota dan tingkat kompleksitas tugas serta situasi; demikian juga dengan teori Vroom & Yetton yang menganjurkan bagaimana pemimpin mengadakan penyesuaian dalam pengambilan keputusan dengan melibatkan anggota dalam berbagai situasi. Kemampuan fleksibel ini juga dapat dilihat melalui teori 'self monitoring' yang mengatakan adanya kemampuan individu dalam memantau berbagai situasi kemudian beradaptasi serta menyesuaikan dirinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak rumusan-rumusan teori Fiedler berlaku, khususnya di PT Caltex Pacific Indonesia. Dengan demikian, dapat dijajaki pemanfaatan teori ini untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan. Selain itu ingin diketahui juga sejauh mama peran ciri kemampuan self monitoring pemimpin dalam pengkajian teori Fiedler, dan efektivitas kepemimpinan.
Penelitian ini menggunakan studi kajian lapangan dengan sampel non probability yang tergolong purposive, terhadap 54 subyek yakni para 'penyelia' atau supervisor dengan kelompoknya di PT Caltex Pacific Indonesia.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji binomial menunjukkan, bahwa dari 44 penyelia yang mempunyai 'efektivitas kelompok tinggi' terdapat 25 (56%) penyelia dengan kelompoknya, yang berinteraksi sesuai dengan teori Fiedler. Sedangkan 19 penyelia (44%) tidak menggunakan penerapan sesuai dengan teori Fiedler, tetapi mempunyai efektivitas kelompok tinggi.
Pada 25 penyelia yang sesuai atau in-match dengan teori Fiedler, terdapat 4 penyelia mempunyai gaya 'orientasi pada tugas' dan 16 penyelia mempunyai 'orientasi pada sosial mandiri' atau socio independent, dan 5 penyelia mempunyai gaya 'orientasi pada hubungan'
Selain itu suatu kemampuan 'high self monitoring' (kecendrungan mempunyai gaya fleksibel) ditemukan pada 19 dari 25 penyelia yang sesuai (in-match); dan 14 dari 19 penyelia yang tidak sesuai (out of match) teori Fiedler.
Kesimpulan:
Penelitian ini mendukung teori Fiedler, tetapi hanya bagi penyelia yang mempunyai LPC rendah dan LPC tengah. Penyelia dengan LPC rendah (gaya orientasi pada tugas) akan efektif pada situasi yang terkendali.
Sedangkan penyelia dengan LPC tengah (gaya orientasi sosial mandiri) akan efektif pada situasi yang terkendali dan situasi agak terkendali.
Teori Fiedler tidak didukung bagi penyelia yang mempunyai LPC tinggi (gaya orientasi pada hubungan). Interaksi antara kemampuan self monitoring tinggi dengan situasi lebih berperan dibanding interaksi antara LPC dengan situasi, dalam peningkatan efektivitas kepemimpinan.
Saran-saran:
- Mengadakan pelatihan bagi penyelia yang agak sulit mengubah gaya kepemimpinannya agar bisa mengetahui ciri kepribadian serta kesesuaiannya dengan situasi.
- Mengadakan pelatihan agar penyelia lebih fleksibel dalam gaya kepemimpinan terutama menghadapi situasi yang terus berubah.
- Mengadakan penelitian lanjutan mengenai orientasi, ciri kepribadian, dan perilaku penyelia dalam hubungannya dengan situasi dan efektivitas kepemimpinan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
TAJPBKI
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yongki Yeremia
"ABSTRAK
Atasan atau pemimpin dan bawahan atau pengikut merupakan dua komponen
yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia organisasi. Seorang atasan tidak hanya
memimpin sekelompok individu sebagai pekerja. Seorang atasan adalah pemimpin
organisasi. Demikian pula halnya para bawahan, bukan sekedar para pekerja yang bekerja
secara bersama-sama. Bawahan adalah pada individu yang menjadi bagian dari sebuah
organisasi, yang tidak hanya harus bekeija, tetapi memiliki kepentingan yang lebih luas
terhadap keberadaan organisasi, sebagaimana halnya seorang atasan atau pemimpin.
Efektivitas kepemimpinan seseorang dapat bergantung dari hubungan antara dirinya
dengan bawahan, pekerjaan yang harus dilaksanakan, serta persepsi tentang kekuasaan
manajer. Persepsi bawahan terhadap gaya kepemimpinan atasan atau pemimpin tersebut
dapat mempengaruhi perilaku dari para pekerja terhadap perilaku pemimpinnya dan
bahkan dapat mempengaruhi kinerja atau output dari organisasi serta pencapaian tujuan
organisasi yang banyak ditentukan oleh peran seorang atasan, apalagi bila apa yang
dipersepsikan pada kenyataan terhadap atasannya jauh berbeda dengan ekspektasi atau
apa yang diharapkan oleh bawahan. Perbedaan apa yang dipersepsikan bawahan pada
kenyataannya dalam organisasi dengan apa yang diharapkan atau menjadi ekspektasi
didalam pikiran mereka mengenai atasan mereka dapat menimbulkan konflik dalam diri
mereka dan berpengaruh terhadap sikap, perilaku dan tentu saja produktivitas mereka
dalam bekerja.
Penelitian ini membandingkan disposisi dua kelompok pemimpin dari asal negara
yang berbeda untuk melihat persepsi dan ekspektasi dari para pekerja lokal terhadap gaya
kepemimpinan mereka. Hal ini perlu menjadi perhatian karena pada era globalisasi ini,
dunia kepemimpinan di Indonesia tidak hanya di kuasai oleh pemimpin-pemimpin lokal,
semakin banyak pemimpin asing masuk ke Indonesia sejalan dengan masuknya investasi
dan perdagangan bebas ke Indonesia. Partisipasi dalam kelompok-kelompok kerja lintasbudaya
pun telah menjadi hal yang lumrah terjadi sehari-hari di era globalisasi ini.
Semakin baik dan sesuai perilaku atau gaya kepemimpinan pemimpin yang mereka
persepsikan dan sesuai dengan ekspektasi dan nilai-nilai budaya mereka, maka semakin
besar kemungkinannya untuk mengikuti dan menerima pengaruh kepemimpinan atas
mereka.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitaif dengan
desain Ex Posi Facio Fieid Studi es. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
kuesioner dengan menggunakan kuesioner persepsi dan kuesioner ekspektasi bawahan terhadap gaya kepemimpinan atasan yang telah di susun sendiri oleh peneliti berdasarkan
lima tipe gaya kepemimpinan Managerial Grid dari Blake dan Mouton.
Uji coba kuesioner persepsi dan kuesioner ekspektasi bawahan terhadap gaya
kepemimpinan atasan dilakukan sebanyak dua kali pada partisipan dengan karakteristik
yang sesuai kedua dengan kelompok partisipan penelitian. Kedua uji coba diolah dengan
metode korelasi poin! biserial dan memang masih terdapat beberapa item yang memiliki
korelasi yang masih kurang baik namun telah dapat membedakan kelima gaya
kepemimpinan tersebut.
Uji lapangan dilakukan di CNOOC SES, Ltd, sebuah perusahaan industri minyak
yang berkantor pusat di Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
bawahan memiliki ekspektasi akan seorang pemimpinan lokal maupun ekspatriat dengan
dimensi tugas maupun hubungan yang tinggi dalam memimpin atau gaya kepemimpinan
Team Leader (9,9). Pada kenyataannya, sebagian besar atasan atau pemimpin asing dan
lokal di CNOOC SES,Ltd memang dipersepsikan memiliki dimensi tugas maupun
hubungan.yang tinggi. Hal ini terlihat dengan 56,67% atasan ekspatriat China dan
83,33% atasan lokal dipersepsikan menerapkan gaya kepemimpinan Team Leader (9,9)
oleh para pekerja lokal. Menurut peneliti hasil penelitian tersebut kemungkinan
disebabkan oleh sistem kerja team work yang membuat ciri gaya kepemimpinan Team
Leader (9,9) berlaku pula pada sebagain besar pemimpin di CNOOC SES, Ltd.
Dominansi gaya kepemimpinan ini pada kedua kelompok pemimpin yang berbeda bangsa
juga membuktikan bahwa nampaknya fimctional culiure atau budaya bekerja di CNOOC
SES.Ltd lebih kuat pengaruhnya dari pada budaya nasional masing-masing pemimpin.
Sedangkan dari hasil perbandingan dengan perhitungan Chi-Square disimpulkan bahwa
asal negara atau bangsa atasan (Indonesia dan China) dalam penelitian ini tidak
berpengaruh terhadap kesesuaian persepsi-ekspektasi bawahan terhadap mereka. Namun,
bila dicermati perbedaan kesesuaian persepsi-ekspektasi bawahan yang lebih redah pada
kelompok atasan ekspatriat China dibanding kelompok atasan Indonesia,
mengindikasikan bahwa potential problem antara atasan-bawahan sepertinya memang
lebih besar terjadi pada atasan asing yang berbeda latar belakang budaya. Implikasinya
tingkat kepercayaan dan kekuatan followership terhadap pemimpin lokal pun lebih besar
dibanding terhadap pemimpin asing atau ekspatriat.
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai penelitian awal yang perlu dikembangkan
lagi dengan mengambil sampel yang lebih besar agar dapat digeneralisasikan lagi pada
populasi yang lebih luas. Agar penelitian ini lebih baik, peneliti juga menyarankan untuk
menambah variasi kelompok penelitian pada kelompok pimpinan ekspatriat yang
memiliki ciri budaya nasional yang secara signifikan berbeda dengan Indonesia, seperti
negara-negara barat. Selain itu untuk memperkaya dan memperkuat hasil penelitian
alangkah baiknya jika pada penelitian berikutnya bila memungkinkan dikombinasikan
dengan metode kualitatif."
2004
S3437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizki Noviyanto
"Reformasi birokrasi adalah suatu keniscayaan dalam proses reformasi yang telah bergulir saat ini. Penelitian ditujukan untuk menjawab permasalahan. apakah gaya kepemimpinan yang mendorong terjadinya perilaku koruptif setelah program reformasi birokrasi dilaksanakan. Mengingat program telah dirancang sedemikian rupa dengan tunjangan bagi pegawai yang dibuat sedemikian rupa tingginya. Dalam kesempatan ini penulis mengambil kasus pada Kantor Pelayanan Utama Tipe A Bea dan Cukai Tanjung Priok. Penelitian ini menggunakan dua teori sebagai pisau analisis. Pertama, teori korupsi untuk menganalisis perilaku koruptif di kalangan pegawai Kantor Pelayanan Utama Tipe A Bea dan Cukai Tanjung Priok. Dan kedua, teori kepemimpinan dan teori motivasi untuk menganalisis jenis kepemimpinan yang dipraktikkan di Kantor Pelayanan Utama Tipe A Bea dan Cukai Tanjung Priok. Peneliti menyimpulkan dua hal pada penelitian ini. Pertama, upaya telah dilakukan untuk mencegah perilaku koruptif pada Kantor Pelayanan Utama Tipe A Bea dan Cukai Tanjung Priok. Dan kedua, masih adanya perilaku koruptif di lingkungan Kantor Pelayanan Utama Tipe A Bea dan Cukai Tanjung Priok, dari faktor kepemimpinan disebabkan karena adanya praktik kepemimpinan yang kurang sesuai diterapkan pada lingkungan Kantor Pelayanan Utama Tipe A Bea dan Cukai Tanjung Priok, yakni kepemimpinan yang permisif terhadap perilaku koruptif kecil yang dilakukan, sehingga menyebabkan perilaku koruptif yang lebih besar.

Bureaucracy reformation is a possibility in the process of reformation today. This research is purposed to answer the problem whether the leadership that leads a corruptive behavior after the implementation of the bureaucracy reformation. Since the program, has been designed comprehensively by giving a high compensation for the employee. For this reason, the researcher makes a case study in the Type A Main Service Office of the Cost and Tax in Tanjung Priok. This research uses two theories as the tools of analyses. First, the corruption theory to analyses the corruptive behavior among the employee in the Type A Main Service Office of the Cost and Tax of Tanjung Priok. Second, the leadership and motivation theory for analyzing the leadership style practiced in the organization. The researcher concludes two things from this research. First, there is an effort to avoid the corruptive behavior in the Type A Main Service Office of the Cost and Tax of Tanjung Priok environment. Second, there is still a corruptive behavior in the office caused by the inappropriateness of leadership practice in the institution, which is the permissiveness of the leader toward a small scale corruption that leads to a bigger scale of corruptive behavior."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T 304.34 / 2009 (8)
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Prameswari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
agresi, altruisme, dan locus of control, masing-masing
sebagai variabel bebas, terhadap gaya kepemimpinan
perwira TNI AL. Lebih lanjut, penelitian ini juga untuk
mengetahui bagaimana gambaran tingkat pendidikan, usia,
golongan kepangkatan, dan kondisi tugas dalam
mempengaruhi gaya kepemimpinan perwira TNI AL.
Penelitian ini dilakukan di wilayah Barat yaitu di
Jakarta. darl di Wilayah. Timur yaitu, di Surabaya dari
bulan Februari hingga Juni 1999. Populasi penelitian
ini adalah perwira TNI AL di Indonesia. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan
teknik analisis varians dengan sampel berjumlah 90
orang perwira. Sampel tersebut diambil dengan teknik
random sampling. Empat buah instrumen penelitian yang
digunakan adalah 1) instrumen pengukur agresi; 2)
instrumen pengukur altruisme; 3) instrumen pengukur
locus of Control; dan 4) instrumen pengukur gaya
kepemimpinan perwira TNI AL. Keempat instrumen tersebut
berbentuk kuesioner dan menggunakan skala likert.
Instrumen agresi memiliki 30 butir pernyataan,
instrumen altruisme memiliki 30 butir pernyataan,
instrumen locus of Control memiliki 74 butir
pernyataan, sedangkan instrumen gaya kepemimpinan
memiliki 30 butir pernyataan. Keempat instrumen
tersebut telah memenuhi syarat sebagai alat pengukur,
baik validitas maupun reliabilitas. Teknik analisis
yang digunakan adalah analisis varians dua arah pada
taraf signifikansi x = 0,05. Seluruh analisis di dalam
penelitian ini menggunakan perangkat program komputer
SPSS/PC+ Seri 6.
Penelitian menyimpulkan bahwa agresi mempengaruhi
gaya kepemimpinan perwira TNI AL. Hal itu menunjukkan
bahwa semakin tinggi agresi yang dimiliki perwira maka
semakin cenderung otoriter gaya kepemimpinan yang
diterapkannya. Sebaliknya, semakin rendah agresi yang
dimiliki perwira maka semakin cenderung demokratis gaya
kepemimpinan yang diterapkannya.
Di pihak lain, penelitian, menemukan bahwa altruisme
mempengaruhi gaya kepemimpinan perwira TNI AL. Hal itu
menunjukkan bahwa semakin rendah altruisme yang
dimiliki perwira maka semakin cenderung otoriter gaya
kepemimpinan yang diterapkannya. Sebaliknya, semakin
tinggi altruisme yang dimiliki perwira maka semakin
cenderung demokratis gaya kepemimpinan yang
diterapkannya. Focus of control yang dimiliki perwira
ternyata tidak mempengaruhi gaya kepemimpinan yang
diterapkan perwira TNI AL. Terakhir, penelitian
menyimpulkan bahwa agresi, altruisme, dan locus of
control tidak berinteraksi di dalam penerapan gaya
kepemimpinan perwira TNI AL. Berdasarkan kondisi
tugasnya, perwira TNI AL pada marinir yang memiliki
agresi tinggi cenderung menerapkan gaya kepemimpian
otoriter sedangkan pada agresi rendah ada kesamaan gaya
kepemimpinan. Perwira TNI AL marinir memiliki
kecenderungan gaya kepemimpinan yang otoriter
berdasarkan altruismenya. Perwira TNI AL pada marinir
dengan LOC eksternal cenderung menerapkan gaya
kepemimpinan otoriter sedangkan dengan LOC internal
cenderung demokratis. Perwira TNI AL pada kondisi kapal
dengan agresi tinggi cenderung menerapkan gaya
kepemimpinan otoriter- Perwira TNI AL kondisi kapal
yang beraltruisme tinggi cenderung demokratis Sedangkan
yang beraltruisme rendah cenderung menerapkan gaya
kepemimpinan otoriter. Pada kondisi tugas staff,
perwira TNI AL dengan agresi tinggi cenderung
menerapkan gaya kepemimpinan yang otoriter sedangkan
yang beragresi rendah cenderung demokratis. Perwira TNI
AL pada staff dengan altruisme tinggi cenderung
menerapkan gaya kepemimpinan demokratis sedangkan yang
beraltruisme rendah cenderung otoriter. Perwira TNI AL
pada staff dengan LOC internal cenderung menerapkan
gaya kepemimpinan demokratis sedangan dengan LOC
eksternal cenderung otoriter."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T38562
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>