Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143365 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S8624
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastutik Wiryaningsih
"Terjadi kesenjangan antara kualitas pelayanan publik yang diselenggarakan Pemerintah Daerah dengan harapan masyarakat sebagai konsumen pelayanan publik. Pemerintah Daerah merasa sudah melakukan yang terbaik dalam menyelenggarakan pelayanan publik namun tetap saja masyarakat merasa tidak terlayani dengan baik.
Penelitian ini bertujuan untuk Mengidentifikasi antara kualitas pelayanan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Depok dengan harapan masyarakat tentang kualitas pelayanan yang diterima. Kajian literatur adalah tentang kualitas pelayanan. Tingkat harapan masyarakat terhadap kualitas pelayanan yang diselenggarakan oleh Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup berdasarkan penilaian masyarakat pengguna jasa pelayanan persampahan rata-rata adalah sebesar 79.525 %. Kualitas pelayanan yang diterima masyarakat atas kualitas pelayanan yang diselenggarakan oleh Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup berdasarkan penilaian masyarakat pengguna jasa pelayanan persampahan rata-rata adalah sebesar 58.975 %. Terjadi kesenjangan atas harapan masyarakat dan penyelenggaraan pelayanan di Kota Depok oleh Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup, yaitu sebesar: 79.525 % - 58.975 % = 20.55 %, dengan demikian kesenjangan antara harapan responden dan kualitas pelayanan yang diterima oleh masyarakat di Kecamatan Beji sebesar 20.55 %.
Alternatif saran yang dapat diangkat dalam rangka penyempurnaan dan meningkatkan kualitas pelayanan agar tidak terjadi kesenjangan yang terlalu jauh antara harapan masyarakat dan pelayanan yang diterima oleh masyarakat adalah: Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup segera memprioritaskan pengadaan peralatan yang modern, meremajakan dan memperbaiki alat-alat yang telah rusak agar dapat lebih digunakan secra efektif dan efisien oleh petugas dalam melaksanakan tugas di lapangan, perlu pembekalan pengetahuan dan ketrampilan yang cukup bagi petugas maupun aparat agar lebih profesional dalam menjalankan tugasnya, dengan bekal budipekerti yang luhur, karena masyarakat mengharapkan dengan tingkah laku yang sopan dan bekerja dengan tulus Untuk meningkatkan kualitas pelayanan aparat Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup perlu diberikan reward dan punishment berupa pengakuan prestasi kerja misalnya dengan menjadikan petugas kebersihan yang statusnya honorer menjadi pegawai tetap, dan bagi yang melanggar aturan dan disiplin diberikan sangsi tanpa pandangbulu.

There is differeces between public services service quality which conduct by regional government with user expectations as publik services consumer. Government municuple as operator publik service felt have done the best for conducting public services but people still feel unsatisfy with regional government services.
This research is aim to identify service quality between environmental services of Depok Municiple with community expected in quality services, they have received. Literature analysis is about quality of services. The grade of The grade of community expected to quality of services which operated by Environmental Services is base on community evaluation, on waste service user, with the average expected is 79. 525 %. And received service average 58.975 %. There is 20.55 % gap.
Alternatif advice for perfecting quality service, so there not big gap between community expected and community received. Environmental Service have to priority and procure their tools to be modern tools, renewed, and fixing the broken tools. Environmental Service could used it effective and eficient and also need to add more knowledge and their ability, to be professional. Environmental Service also need rise their polite ability to rise their quality of services, is need to give employer reward and punishment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007.
T19501
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Ulfa Rosyandeli
"Terminal Penumpang sebagai salah satu jenis pelayanan publik di perkotaan dewasa ini belum mampu menciptakan kualitas yang maksimal. Ciri utama dari tiap terminal yang ada di kota-kota besar, adalah kesemrawutan. Hal ini terkait dengan beragam kendala dalam pengelolannya seperti kekurangan daya tampung, sarana dan prasarana terminal yang kurang memadai, serta ketidakdisiplinan dari para pengemudi kendaraan umum itu sendiri. Dampak nyata dari kesemrawutan ini adalah ketidaknyamanan para pengguna jasa transportasi. Mereka tidak dapat mengakses terminal secara penuh, padahal itu hak mereka sebagai warga kota. Terminal Terpadu Depok sebagai salah satu penyelenggara pelayanan publik melibatkan dua pihak dalam pengelolaan sehari-hari, yaitu pihak formal dan nonformal. Pihak formal yang dimaksud yaitu DLLAJ yang bermitra dengan Organda, Pospol dan DKLH. Sedangkan pihak nonformal yaitu paguyuban-paguyuban yang beranggotakan kelompok-kelompok aktivitas di terminal seperti para supir, kernet, calo, timer, hingga pengamen, pemulung dan pengemis. Kedua pihak ini secara bersama-sama sesuai dengan peran dan aturan mereka masing-masing mengelola terminal. Muncul dan berkembangnya pihak nonformal ini disebabkan karena keterbatasan peraturan yang ada dalam suatu pengelolaan terminal, sehingga berkembanglah otonomi-otonomi yang bersifat relatif yang mampu mengakomodir kebutuhan para kelompok aktivitas di terminal. Selain itu, adanya pemahaman bahwa selain sebagai fasilitas umum, terminal adalah tempat untuk mencari nafkah bagi banyak orang, maka ketika peraturan yang ada tidak mampu mengakomodir kebutuhan masing-masing individu atau kelompok tersebut, peraturan lainlah yang kemudian `disepakati' bersama. Pengelolaan kebersihan lingkungan di TTD merupakan salah satu aspek yang tercantum dalam peraturan suatu penyelenggaraan Terminal Penumpang. Penelitian ini bersifat kualitatif. Dengan demikian penulis akan menggambarkan secara keseluruhan pengelolaan kebersihan yang berlangsung di sana. Wawancara dilakukan peneliti kepada para informan, yaitu para petugas kebersihan yang terdiri atas lakilaki dan perempuan dan pihak dari DKLH. Penelitian ini mengungkapkan bahwa terdapat faktor-faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan kerja di lapangan, yaitu mengenai peraturan yang lemah, pengelolaan yang kurang maksimal serta persepsi para petugas terhadap kegiatan memelihara kebersihan itu sendiri yang terwujud dalam perilaku mereka ketika melaksanakan tugasnya. Perbedaan persepsi antara laki-laki dan perempuan didasarkan pada penilaian yang ada di masyarakat mengenai jender, yaitu peran perempuan dalam urusan domestik dan peran laki-laki dalam bidang publik. Perbedaan persepsi ini kemudian berpengaruh pada perbedaan perilaku yang terwujud pada kualitas kerja yang dihasilkan. Petugas perempuan memiliki kualitas kerja yang lebih baik daripada petugas laki-laki. Hasil sapuan petugas perempuan lebih bersih dan rapih daripada petugas laki-laki. Petugas perempuan mempersepsikan menyapu adalah tugas perempuan di rumah sehari-hari, bukan laki-laki, sehingga perempuan lebih terbiasa. Asosiasi yang melekat pada perempuan yaitu bersifat rapih, tekun dan teliti, semakin membuat petugas laki-laki tertekan dengan status sebagai pesapon yang menurut mereka tidak pantas disandang untuk laki-laki. Dengan demikian, nilai-nilai yang berlaku di masyarakat mengenai peran laki-laki dan perempuan masih cukup kuat untuk membentuk konstuksi berpikir dan berperilaku, termasuk dalam ruang lingkup pekerjaan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S4290
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Haryono
"Populasi lansia merupakan salah satu kemajuan bagi keberhasilan dalam meningkatkan kesehatan dan merupakan tantangan yang cukup besar. Penuaan disertai dengan penurunan fungsi dan struktur fisik menyebabkan disabilitas menjadi sangat penting bagi lansia. Disabilitas sangat mempengaruhi kualitas hidup lansia. Banyak faktor yang mempengaruhi disabilitas seperti penyakit kronis, perilaku berisiko dan lingkungan.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran penyakit kronis, factor perilaku, dan lingkungan pada disabilitas dan kualitas hidup lansia peserta posbindu puskesmas Pancoran Mas, kota Depok, tahun 2008.
Design penelitian adalah deskriptif cross-sectional. Sampel penelitian adalah 157 lansia peserta posbindu yang datang ke posbindu. Pengujian statistic menggunakan uji chi-square. Uji reliabilitas kuesioner (test-retest) menggunakan uji korelasi r Pearson. Ukuran frekuensi yang digunakan adalah prevalen.
Hasil penelitian diketahui prevalensi lansia yang tidak aktivitas/OR, hipertensi, diabetes melitus, gangguan sendi, lingkungan fisik dan sosial mengalami disabilitas daripada yang tidak. Prevalensi merokok lebih kecil mengalami disabilitas. Prevalensi disabilitas pada domain 1 kesehatan fisik terbesar pada tingkat kurang, domain 2 kesehatan psikologis pada tingkat kurang, domain 3 relasi social pada tingkat kurang dan domain 4 lingkungan pada tingkat kurang. Secara statistic variabel yang bermakna adalah aktivitas/OR, lingkungan sosial, domain 1 kesehatan fisik, domain 2 kesehatan psikologis dan domain 3 relasi sosial.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis menyarankan untuk mengadakan pelatihan dan mentoring untuk kader berkaitan dengan penyakit kronis, meningkatkan aktivitas/OR, kegiatan sosial dan penelitian lanjutan untuk membuktikan hipotesis."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi ibu terkait ketidakcukupan ASI untuk kebutuhan bayinya adalah pengetahuan tentang menyusui. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan tentang menyusui dengan persepsi ASI tidak cukup pada ibu-ibu di Kampung Lio, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif korelasi dengan jumlah sampel 32 responden yang diambil secara acak. Kriteria responden yang dipilih adalah ibu yang menyusui bayi berusia kurang dari 6 bulan, pengumpulan data menggunakan kuesioner. Secara umum, tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang menyusui dengan persepsi ASI tidak cukup. Akan tetapi, dari hasil uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang ASI dengan persepsi ASI tidak cukup (p value = 0,05). Peneliti merekomendasikan penelitian lanjutan dengan area penelitian yang Iebih Iuas untuk mengurangi bias sehingga dapat digeneralisasikan.

One of factor that influences mother's perceptions about insufficient breast milk for their babies is the knowledge of breastfeeding. The purpose of this research is to identify relationship between with amounts of breastfeeding knowledge about with perception about insufficient breast milk of mothers at Kampung Lio, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. The method used for this research is descriptive correlation with 32 random respondents. The criteria of respondents are breastfeeding mothers whose less than 6 months old baby, data used for this research is collected with questionnaire method. Generally, there are no significant relationships the amounts of breastfeeding knowledge with perception about insufficient breast milk. However, the results of statistical analysis states that there are relationship of the amounts of breast milk knowledge with perception about insufficient breast milk (p value = 0,046; = 0,05). As the researchers, we recommend advanced research with a broader area of research to minimize the bias to be generalized."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Rosy Romadiana
"Penyediaan pelayanan publik yang berkualitas dianggap sebagai salah satu kunci menuju tata pemerintahan yang baik (good governance). Penyelenggaraan pelayanan publik oleh pemerintah kepada masyarakat dilakukan karena sudah merupakan tugas, tanggungjawab dan fungsi pemerintah sebagai pemberi pelayanan (public servant). Salah satu bentuk pelayanan publik yang harus disediakan oleh pemerintah daerah untuk masyarakat adalah pelayanan dalam bidang kesehatan. Pemerintah harus menyediakan pelayanan kesehatan, mengingat pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak dasar yang dimiliki oleh rakyat. Pemerintah dalam pelaksanaannya telah menyediakan puskesmas dan jajarannya (Puskesmas induk, Puskesmas pembantu, dan Polindes) sebagai ujung tombak pemerintah daerah untuk menyediakan pelayanan kesehatan.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Depok berdasarkan Model Servqual yang merupakan suatu model pengukuran kualitas pelayanan yang dikembangkan oleh Zeithaml, Parasuraman, dan Berry. Model SERVQUAL menyebutkan ada lima dimensi kualitas pelayanan yang sensitif untuk mengukur pengalaman konsumen terhadap kualitas pelayanan yang diterima, yaitu: Tangible (nyata/berwujud), Reliability (keandalan), Responsiveness (daya tanggap), Assurance (jaminan kepastian), Emphaty (perhatian).
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini metode survei (kuesioner). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat pengunjung Puskesmas yang menggunakan pelayanan kesehatan di tiga Puskesmas Depok, yaitu Puskesmas Pancoran Mas, Puskesmas Tugu, dan Puskesmas Kemiri Muka dimana telah melakukan kunjungan puskesmas ke puskesmas tersebut dua kali atau lebih. Sampel diambil berdasarkan tehnik sampling non probabilitas, secara accidental/convenient.
Berdasarkan hasil analisa data pada setiap dimensi Service Quality(servqual) didapatkan hasil skor kesenjangan pada semua dimensi yaitu negatif. Oleh karena itu perlu diadakan peningkatan kualitas pada masing-masing dimensi, walaupun secara keseluruhan masyarakat telah menganggap kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas di Kota Depok telah cukup baik.

Providing of the public's quality services it was considered as one of keys to good governance. Organizing public service to community by government is already done because of being their tasks, responsibilities and the functions of government as the services giver (public servant). One forms of the public's service that should be provided by local government for community was the service in health field. The government must provide health services, in view of fact that health service was one of basic rights which are owned by people. The government in his implementation has provided public health centre and his rank (the parent Public Health Centre, the auxiliary Public Health Centre, and Polindes) as the spearhead of local government to provide health care service.
This research had the aim of learning quality of health service in Public Health Centre at Depok City was based on Servqual Model which is a measurement model of quality service that was developed by Zeithaml, Parasuraman, and Berry. The SERVQUAL model mentioned had five dimensions of quality of service that was sensitive to measure consumer's experience towards the quality of service that was accepted, that is: Tangible, Reliability, Responsiveness, Assurance, and Emphaty.
This research was the descriptive study using quantitative approach. The method of data collection in this research was used survey method (questionnaire). The population in this research was visitor's Public Health Centre in three Public health Centre at Depok City, that are Pancoran Mas's Public Health Centre, Tugu's Public Health Centre, and Kemiri Muka?s Public Health Centre which has made visit to this public health centre twice or more. The sample taken based on non-probability sampling techniques, in an accidental manner/convenient.
Based on the results analysis of data in each dimension Service Quality (servqual) was obtained by results score of gap in all dimensions that is negative. Because of that need to be improving the quality of each dimension, although on the whole community regarded the quality of health service that was provided by Public Health Centre in the Depok City was good enough."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T 26230
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Supri Hanjono
"Salah satu setu yang dimiliki Kota Depok adalah Setu Rawa Besar yang berlokasi di pusat Kota. Kondisi kawasan Setu Rawa Besar dari tahun ke tahun semakin menurun kondisi fisiknya, misalnya luas perairannya menyusut akibat pengurugan, pembangunan tempat pemukiman dan tingginya tingkat pencemaran, baik yang dihasilkan oleh masyarakat sekitarnya maupun industri skala rumahan yang berlokasi disekitar setu.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif untuk menghasilkan data tentang partisipasi masyarakat sekitar setu dalam pelaksanaan konservasi beserta hambatan atau faktor-faktor yang mempengaruhinya, yang diperoleh melalui para informan. Pemilihan informan dilakukan dengan "purposif" yang terdiri atas pengurus lembaga, tokoh masyarakat dan wakil yang bermukim di tiga RW, masing-masing RW 14, 20 dan 13. Kegiatan pengumpulan data menggunakan teknik "in-depth interview" dan studi dokumentasi, sehingga saling melengkapi dan dapat menangkap fenomena sosial sebagai bentuk jawaban yang diberikan informan.
Upaya "pelestarian lingkungan" yang pernah dan telah dilakukan berbagai pihak dengan berbagai kegiatan melalui penyadaran masyarakat akan arti penting konservasi, namun disayangkan dalam prakteknya kegiatan yang diklaim sebagai kegiatan "pelestarian lingkungan" tersebut hanya sebatas pada kegiatan proyek padat karya dan pelaksanaan bakti sosial pembersihan setu yang hanya bersifat seremonial saja tanpa adanya kegiatan yang berkelanjutan. Akibatnya pelaksanaan kegiatan "konservasi" tersebut disinyalir kurang mendapat respon dan partisipasi aktif secara penuh dari masyarakat.
Hasil penelitian menunjukan bahwa rangkaian partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan konservasi secara umum dapat digolongkan menjadi dua bentuk. Bentuk pertama bersifat edukatif, yaitu kegiatan sosialisasi, kampanye, aksi bersih kawasan, penghijauan, pelatihan konservasi untuk anak usia sekolah dan pembenahan TPA sampah. Kegiatan yang bersifat edukatif mempunyai tujuan memberikan proses pembelajaran kepada masyarakat akan tujuan diselenggarakannya kegiatan konservasi lingkungan di Setu Rawa Besar. Partisipasi yang dapat diberikan masyarakat dalam kegiatan ini masih terbilang minim, sedangkan bentuknya berupa sumbangan tenaga, pemikiran dan materi, mengingat sasaran dari kegiatan ini adalah warga yang berasal dari golongan ekonomi lemah yang bermukim di sekitar setu . Para partisipan diberi layanan berdasarkan rancangan dan aturan kegiatan yang diselenggarakan. Jumlah peserta yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini Iebib didominasi oleh generasi muda, alasannya mereka lebih mudah menerima pemikiran dan masukan dari pihak Iuar. Dibandingkan dengan warga maupun generasi orang tuanya yang secara umum lebih sulit rnenerima pemikiran dari luar, atau biasa disebut "primitif ' atau kampungan. Kaum muda yang ikut berpartisipasi dibentuk agar dapat mempengaruhi pola pikir keluarga maupun lingkungan di sekitar tempat tinggalnya berdasarkan pengetahuan yang didapat setelah mengikuti kegiatan konservasi.
Bentuk kedua bersifat rekreatif, yaitu lomba dayung perahu atau kano. Kegiatan yang bersifat hiburan selalu ramai diikuti oleh peserta yang ikut berpartisipasi, hal ini sesuai dengan asumsi bahwa hiburan dan rekreasi berlaku bagi segala kelas dan golongan masyarakat. Minat warga yang ingin mengikuti kegiatan tersebut terlihat semenjak penyusunan rencana kegiatan lomba tersebut baru dirancang, mereka turut serta semenjak penyusunan acara lomba, pelaksanaan dan penutupannya. Partisipasi yang terjalin melebihi partisipasi pada kegiatan yang bersifat edukatif (bentuk pertama). Kualitas partisipasi yang lebih baik terlihat dari cara berpartisipasi, partisipan yang dapat menyumbangkan pemikiran maupun dana terutarna dari warga yang tergolong mampu, lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan partisipan yang hanya dapat memberikan sumbangan tenaga saja.
Pelaksanaan kegiatan yang mengandalkan partisipasi masyarakat berkaitan dengan pelaksanaan konservasi di Setu Rawa Besar, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya, meliputi faktor komunikasi, faktor kepemimpinan dan faktor pendidikan. Penjabarannya adalah sebagai berikut : (a) Faktor komunikasi, kurangnya komitmen dalam menjaga kelestarian Iingkungan setu dapat pula disebabkan oleh adanya kecemburuan antar warga sekitar setu terhadap usaha "pengaplingan" wilayah perairan setu untuk budidaya perikanan yang dilakukan oleh warga yang tergolong mampu namun berdomisili jauh dari Setu. (b) Faktor kepemimpinan, masyarakat sekitar setu didominasi oleh pendatang sehingga sangat heterogen Dalam kondisi demikian akan sulit memunculkan sosok pemimpin yang dapat dijadikan panutan karena sebagian dari mereka tidak mau mengakui pemimpin yang tidak berasal dari golongannya walau telah mempunyai kemampuan dan dedikasi terhadap masyarakat Iuas sekalipun. (c) Faktor pendidikan, pendidikan formal yang rendah masih mendominasi masyarakat di sekitar Setu Rawa Besar. Kondisi yang demikian mengakibatkan mereka mempunyai pengetahuan yang minim mengenai pentingnya kegiatan pelestarian Iingkungan, sehingga didikan para orang tua kepada anak- anaknya sedikit sekali menjangkau nilai-nilai pelestarian lingkungan hidup.
Berdasarkan ringkasan hasil penelitian tersebut, maka disarankan untuk mencoba membangun relasi dan bekerja sama dengan berbagai instansi yang terkait dengan program pelestarian lingkungan, misalnya Dinas Pertanian, PU Pengairan, Lingkungan Hidup dan Iainnya, sehingga diharapkan pemerintah Kota Depok akan Iebih peduli terhadap upaya perlindungan aset-aset lingkungan yang dimilikinya. Kegiatan konservasi harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, karena kegiatan apapun yang diselenggarakan dilingkungan masyarakat sekitar setu haruslah sedapat mungkin memiliki nilai ekonomis jika ingin melibatkan atau partisipasi dari masyarakat setempat. Hal yang mendasarinya adalah kondisi masyarakat yang masih serba kekurangan dan dilator belakangi pula oleh pola hidup yang kurang peduli, baik terhadap sesama warganya maupun terhadap kelestarian lingkungan hidupnya sendiri."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T2400
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dwi Mei Kusumo Wardani
"Bank Sampah merupakan suatu program pengelolaan sampah yang sangat dekat dengan masyarakat dimana masyarakat merupakan penggerak utama kegiatan Bank Sampah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitan deskriptif. Partisipasi masyarakat dalam Bank Sampah di Kecamatan Pancoran Mas cenderung pada tahap terapi di tangga non partisipasi Arnstein.
Partisipasi masyarakat sudah ditunjukkan melalui swadaya masyarakat dalam Bank Sampah, tetapi masyarakat masih ketergantungan dan membutuhkan peran pemerintah agar kegiatan Bank Sampah berjalan maksimal. Perlu adanya sistem keterlibatan masyarakat dalam menjalankan kegiatan Bank Sampah yang dituangkan dalam Peraturan Daerah Kota Depok tentang Pengelolaan Sampah.

Waste Bank is a waste management program that is very close to the community where the community is a major driver of activity Waste Bank. This study used a qualitative approach with descriptive type of research. Community participation in the Waste Bank in Pancoran Mas District likely at this stage in the therapy of non participation Arnstein ladder.
Community participation has been demonstrated through independent in Waste Bank, but the community is still dependent and requires the government to run a maximum of Waste Bank activities. Need a system of community involvement in running the Waste Bank as outlined in Regional Regulation on Waste Management Depok.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S45874
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miranda Adriani
"ABSTRAK
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan PelayananKesehatan Gigi Dan Mulut Oleh Ibu Hamil Di Kecamatan PancoranMas Depok Tahun 2018Pembimbing : Dr. Dian Ayubi, SKM, MQIHPenyakit gigi dan mulut memiliki hubungan dengan kehamilan dan resiko kelahiranyang merugikan seperti BBLR, preeklamsia dan kelahiran prematur. Pemeriksaan gigidan mulut saat kehamilan memiliki banyak manfaat bagi ibu dan bayinya, namun, angkautilisasi pelayanan kesehatan gigi dan mulut dari penelitian sebelumnya di Indonesiamasih rendah. Kunjungan ibu hamil di KIA Puskesmas Pancoran Mas tahun 2016sebanyak 2648 kunjungan, namun, di tahun yang sama hanya terdapat 24 kunjungan dipelayanan gigi dan mulut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yangberhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut oleh ibu hamil diKecamatan Pancoran Mas Kota Depok. Penelitian menggunakan desain potong lintangdengan jumlah sampel sebanyak 162 responden. Penarikan sampel menggunakan teknikrandom sampling yang terdiri dari ibu hamil dan ibu yang memiliki anak berusia sampaidengan satu tahun yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas Depok.Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden dan atauwawancara dengan responden. Data dianalisis menggunakan regresi logistik ganda.Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya terdapat 25,9 ibu yang melakukanpemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut selama kehamilan. Variabelkepemilikan asuransi kesehatan p=0,028 , perceived need p=0,009 dan keterpaparaninformasi p=0,026 memiliki hubungan yang signifikan dengan kunjungan ke doktergigi selama kehamilan. Dibutuhkan adanya kebijakan, inovasi program dan strategipreventif untuk meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut olehibu hamil serta meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ibu mengenai pentingnyamenjaga kesehatan gigi dan mulut saat hamil.Kata kunci:Kehamilan, utilisasi, pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

ABSTRACT
Factors Associated With Utilization of Dental Health CareServices Among Pregnant Women in Pancoran Mas District,Depok, in 2018Counsellor Dr. Dian Ayubi S.KM, M.QIHIt has been known that dental and oral health problems are correlated with pregnancyand adverse pregnancy outcomes such as low birth weight, pre eclampsia and pretermbirth. Seeking dental health services when pregnant has many benefits, however,previous studies showed that utilization of dental health service by pregnant womenwere low in Indonesia. In 2016, there were 2648 pregnant women utilized maternal andchild health care in Pancoran Mas Depok Public Health Center, however, only 24pregnant women utilized dental health care. The objective of this study was to identifyfactors related to utilization of dental health services among pregnant women inPancoran Mas District, Depok. This study was conducted using cross sectional designwith a total sample of 162 respondents. Random sampling method was applied forstudy subject selection that consists of pregnant women and mother who has child witha maximum age of one year living in the work area of Pancoran Mas Depok PublicHealth Center. Data collection was done by self administered questionnaires andinterview. Data was analyzed using multiple logistic regression. The results showed thatonly 25,9 visit dental health care services during pregnancy. Health insuranceownership p 0.028 , perceived need p 0.009 and exposure to information aboutcorrelation between dental health and pregnancy p 0.026 have a significantrelationship with dental visits during pregnancy. These findings suggest that policies,innovation programs and prevention strategies are needed to improve dental health careservices by pregnant women and increase the knowledge and awareness of pregnantwomen about the importance of maintaining oral health during pregnancy.Key words pregnancy, utilization, dental health care services"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49870
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>