Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136092 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahadi Yuliasmono
"ABSTRAK
Globalisasi yang mengusung tema besar liberalisasi ekonomi dan mekanisme pasar
besar telah menyatukan dan mempercepat kegiatan perekonomian di seluruh dunia
dengan mengurangi berbagai biaya dan tarif yang menjadi barrier bagi perdagangan
internasional. Seiring dengan itu, modal dan investasi asing termasuk dari sektor
bisnis ritel, bergerak cepat mencari tempat yang dianggap dapat mendatangkan
keuntungan semaksimal mungkin, dan salah satu tempat itu adalah negara Indonesia,
negara yang pada akhirnya harus membuka diri dan menerima kehadiran peritel asing
dengan sjumlah kebijakan dan regulasi yang membawa implikasi atau dampak postif
maupun negatifnya, terutama yang menyangkut erksistensi pasar tradisional, sektor
UMKM, dan sektor tenaga kerja.

Abstract
The theme of globalization and economic liberalization of the market mechanism has
to unite and accelerate economic activity around the world by reducing the various
costs and tariffs become barriers to international trade. Along with that, capital and
foreign investment, including from the retail business sector, to move quickly to find
a place that is considered to be profitable as possible, and one where it is the state of
Indonesia, a country which in turn should open up and accept the presence of foreign
retailers with a number of policy and regulatory implications as well as negative or
positive impact, particularly with respect to the existence of traditional markets,
SME sector, and labor sectors."
2012
T30501
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Nur Ramadhani
"Dalam perkembangannya dewasa ini, Ritel telah menjadi salah satu bidang usaha yang diminati oleh investor, baik lokal maupun asing. Persaingan ketat antara peritel lokal dan peritel asing, termasuk waralaba lokal dan asing, memaksa peritel lokal dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk membenahi diri agar dapat bersaing dan sejajar dalam usaha pasar ritel. Kondisi ini tentunya merupakan hal yang positif bagi masyarakat luas sebagai konsumen yang diuntungkan dari persaingan tersebut dan sekaligus memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional secara makro serta mendukung usaha Pemerintah terkait dengan penciptaan lapangan dan penyerapan tenaga kerja. Pemerintah sebagai Regulator dan penentu kebijakan memiliki peran yang sangat penting demi terciptanya iklim persaingan usaha yang sehat dan perlindungan terhadap UMKM. Oleh karena itu ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku harus dapat memberikan jaminan dan kepastian hukum, iklim persaingan usaha yang sehat dalam rangka menarik modal investor, baik dalam maupun luar negeri, serta perlindungan bagi pelaku usaha nasional.

In its recent development, Retail has become one of the most sought after line of business by local and foreign investors. Fierce competition between local and foreign retailer, including local and foreign franchise, has forced local retailer as well as Micro, Small and Medium Enterprise (UMKM) to make business improvement and reform in order to compete and align themselves in the Retail market competition. This condition is certainly a positive thing for the public as consumers who profited by such competition and sufficiently contributes for the national economy as well as element of support for the Government in its effort to create job opportunities and fight against unemployment. The Government is one of the crucial key player in this equation as the State Regulatory and policy-maker, to ensure healthy business competition and the protection of UMKM in Retail market. Therefore, the prevailing laws and regulations must provide certainty of law, promote healthy business competition atmosphere in order to attract both local and foreign investors, as well as the protection of national businesses."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S45510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, G. P. Washinthon
"Industri ritel modern yang berkembang pesat saat ini sedikit banyak akan mempengaruhi struktur pasar dan persaingan di Industri tersebut. Perkembangan yang begitu pesat selain diakibatkan oleh perubahan perilaku berbelanja masyarakat, juga diakibatkan oleh perubahan kebijakan pemerintah pada industri tersebut. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 yang lalu, bisa disebut sebagai awal dari perubahan yang secara menyeluruh pada industri ritel modern Indonesia.
Mengacu kepada kesepakatan antara pemerintah Indonesia dan IMF, maka pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan keppres No.99 Tahun 1998 yang selanjutnya diperbaharui dengan Keppres No.96 Tahun 2000 tentang Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan persyaratan tertentu bagi penanaman modal. Dengan terbitnya keppres ini membuat pemodal-pemodal asing dalam Industri ritel tertarik untuk berivestasi di Indonesia. Industri ritel yang semakin diramaikan oleh pemodal asing, mengacu kepada salah satu teori pada Organisasi Industri mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan dalam struktur (structure), perilaku (conduct) dan kinerja (performance) industri ritel modern.
Atas dasar hal diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola hubungan antara struktur, perilaku terhadap performance pada perusahaan ritel modern yang sudah gopublik yang merupakan bagian dari industri ritel modern. Oleh karena kondisi makro ekonomi juga turut menentukan intensitas industri ritel modern, maka pada penelitian ini juga akan melibatkan indikator makro ekonomi sebagai salah satu yang mempengaruhi kinerja industri ritel modern. Indikator yang digunakan adalah tingkat inflasi dan PDB Indonesia.
Banyaknya perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri ini baik dalam bentuk perusahaan berbadan hukum maupun perusahaan perseorangan, akan mengakibatkan kesulitan untuk mendapatkan data yang diperlukan. Olen karena kesulitan tersebut, maka penelitian ini hanya dibatasi pada perusahaan-perusahaan ritel modern yang sudah go-publik.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah, dengan membuat model persamaan regresi linear berganda yang dianalisa dengan metode kuadrat Lerkecil biasa (method of ordinary least square, OLS), dengan menggunakan program Eviews 3.0 sebagai alat Bantu pengolahan data. Data yang digunakan untuk masing-masing variabel, baik variabel bebas maupun terikat adalah data dalam bentuk time series yang dibuat dalam triwulanan, untuk periode waktu dari triwulan pertama tahun 1998 sampai dengan triwulan tiga tahun 2005.
Secara umum hasil yang diperoleh adalah bahwa struktur dan perllaku perusahaan mempengaruhi performans dengan sifat yang sama pada seluruh perusahaan yang diteliti, tetapi dengan besaran yang berbeda-beda. Sementara variabel makro tidak semua secara signifikan mempengaruhi kinerja (performance) perusahaan. Ada kinerja yang dipengaruhi oleh tingkat inflasi dan PDB, ada juga yang tidak sama sekali. Yang menarik dan membutuhkan kajian lebih lanjut adalah, bahwa variabel struktur (pangsa pasar) justru lebih besar mempengaruhi kinerja perusahaan pada perusahaan-perusahaan yang memiliki pangsa pasar terkecil. Sementara pada perusahaan dengan pangsa pasar paling besar, variabel struktur (pangsa pasar) hanya mempunyai pengaruh yang kecil dalam menentukan variasi kinerja (performance) perusahaan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20544
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Verolika
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas pengaruh interaksi konsumen terhadap staff dan self service technology (SST) pada bisnis ritel. Penelitian sebelumnya
"menunjukan bahwa hubungan langsung interpersonal service quality berpengaruh positif terhadap retail patronage intention. Peelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana mekanisme interaksi konsumen terhadap staf dan STST dapat berkontribusi pada perusahaan. Pene;itian ini mengambil studi kasus bisnis ritel bioskop CGV Blitz Grand Indonesia yang menyediakan layanan self-service technology (SST) kepada konsumennya. Dengan mengambil sampel penelitian sebanyak 100 responden, data tersebut diolah menggunakan structural equation modelling. Hasil penelitian menunjukan bahwa interaksi konsumen kepada staff (Interpersonal service quality) memiliki pengaruh positif terhadap retail patronage intentios.

ABSTRACT
This thesis discusses the influence of consumer interactions on the staff and self service technology (SST) in the retail business. Previous research
"Shows that the direct connection of interpersonal service quality positive effect on retail patronage intention. Peelitian aims to understand how the mechanisms of interaction of consumers towards staff and STST can contribute to the company. Pene; itian this case study retail business of cinema CGV Blitz Grand Indonesia that provide services self-service technology (SST) to their customers. By taking a sample of 100 respondents, the data is processed using structural equation modeling. the results showed that the interaction of the consumer to the staff (Interpersonal service quality) have a positive influence on the retail patronage intentios.;"
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahari Hadistian
"Penelitian tentang pengaruh pentingnya kemampuan digital serta inertia terhadap perubahan strategi UKM sektor ritel belum banyak dilakukan. Data dikumpulkan dari 157 UKM yang ada di Jakarta. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kemampuan digital dan perubahan strategi dimana perubahan strategi juga menjadi pengaruh yang signifikan terhadap kinerja UKM. Namun inertia  tidak signifikan dalam memoderasi kemampuan digital dengan perubahan strategi. Hal tersebut dikarenakan UKM tidak memiliki struktur yang jelas sehingga menghilangkan faktor inertia melakukan perubahan. Hasil juga menunjukkan bahwa akses serta perilaku digital harus di ciptakan untuk meningkatkan kemampuan digital dimana secara tidak langsung membuat UKM mendapatkan kinerja yang optimal.

Research on the influence of the importance of digital capabilities and inertia on changes in SME strategy in the retail sector has not been widely conducted. Data were collected from 157 SMEs in Jakarta. The results show that there is a positive relationship between digital capabilities and strategy change where strategy change is also a significant influence on SME performance. However, inertia is not significant in moderating digital capabilities with a change in strategy. This is because SMEs do not have a clear structure thus eliminating the inertia factor of making changes. The results also show that digital access and behavior must be created to improve digital capabilities which indirectly make SMEs get optimal performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Gunarti
"Isu yang banyak berkembang di tengah masyarakat adalah pertumbuhan pasar modern (dalam hal ini hypermarket asing) yang seolah-olah mematikan usaha kecil. Banyak dari pelaku dunia usaha skala kecil mendapat imbas langsung dengan kehadiran pasar modern seperti hypermarket.
Permasalahan yang muncul yaitu lemahnya posisi tawar dari pemasok terhadap peritel besar sehingga mengakibatkan perilaku yang tidak adil bagi pemasok tersebut (abuse of dominant position). Kekuatan pasar (market power) yang dimiliki peritel asing menimbulkan ketergantungan hagi para pemasok untuk masuk ke gerai mereka.
Dominasi peritel asing terhadap pemasok dilakukan melalui cara hubungan usaha jual beli produk yang menggunakan sistem jual putus. Hubungan usaha tersebut dituangkan dalam perjanjian tertulis yang dinamakan National Contract yang memuat syarat perdagangan (trading terms) yang dapat dinegosiasikan dengan pemasok, antara lain listing fee, fixed rebate, minus margin, term of payment, reguler discount, common assortment cost, opening cost/new store.
Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam penelitian ini akan dilakukan kajian terhadap kompleksitas strategi aliansi yang dilakukan peritel asing dan bagaimana pengaruhnya terhadap tingkat konmihnen kedasama pemasok UKM sebagai mitra dalam membangun bisnis ritel di Indonesia.
Hubungan antara strategi aliansi dengan komitmen kerjasama diungkapkan oleh Caughlan et al (2001:316). Menurut Caughlan di dalam strategi aliansi, dua atau lebih organisasi yang memiliki hubungan (hukum, ekonomi atau interpersonal) di antara mereka akan memiliki persepsi terhadap kepentingan pribadi yang berkaitan dengan kerjasama mereka. Di dalam aliansi dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, termasuk di dalamnya hubungan yang erat (close relationship), rekanan (partnerships), hubungan kepemerintahannya (relational governance), hybrid governance, vertical quasi-integration, dan komitmen kerjasama (committed relationship). Di dalam industri distribusi, aliansi antara perusahaan diwujudkan dalam sebuah wujud komitmen yang tulus (genuine commitment). Artinya komitmen muncul ketika sebuah perusahaan merasakan hubungan kerjasama yang tidak terbatas. Sehingga, komitmen kerjasama merupakan sebuah wujud yang dihasilkan dari aliansi yang dibentuk dari dua atau lebih organisasi.
Penelitian yang dilalcukan dengan tujuan untuk menganalisis pelaksanaan strategi aliansi peritel asing dengan komitmen kerjasama pemasok lokal skala UKM, dilakukan dengan menggunakan metode survey kepada 100 responden pemasok lokal skala UKM yang berlokasi di DKI Jakarta.
Sedangkan teknik penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada responden dan dianalisa dengan analisis statistik korelasi Product Moment dan Regresi untuk mengetahui derajat hubungan dan tingkat pembahan variabelnya.
Analisis Hasil Penelitiannya yaitu:
1. Pelaksanaan strategi aliansi yang dilakukan oleh peritel asing begitu kompleks dan memberatkan pemasok yang berskala kecil. Artinya peritel asing belum memiliki konsep strategi aliansi kepada UKM dalam membangun bisnis ritel di Indonesia. Peritel asing menempatkan mitra bisnisya (dalam hal ini adalah UKM) bukan sebagai mitra strategik yang turut mendukung pertumbuhan dan pengembangan bisnis retail di Indonesia. Melainkan mereka hanya menempatkan UKM sebagai bagian kecil sebagai pemasok sebagai rangkaian hubungan jangka pendek saja;
2. Tingkat komitmen kerja sama pemasok UKM kepada peritel asing telah cuknp tinggi. Namun konsep kerja sama yang dijalankan saat ini belum memberikan hasil yang baik bagi UKM;
3. Pelaksanaan strategi aliansi yang dijalanlcan oleh Peritel Asing memberikan hubungan dan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat komitmen kerjasama UKM kepada Peritel Asing. Semakin baik pelaksanaan strategi aliansi yang diterapkan peritel asing maka akan semakin tinggi tingkat komitmen kerjasama yang akan dilakukan pemasok skala UKM, dan demikian sebaliknya. Sehingga saat ini pemasok kecil dalam menjalankan kerjasama dengan peritel asing dengan unsur keterpaksaan karena kurangnya jalur pemasaran produk mereka, bukan karena mereka memang berkeinginan untuk menjalin kerjasama dengan peritel asing.

A popular opinion currently evolving within our community is that foreign hypermarkets are to blame for taking businesses away from small scale retailers. Many small scale retailers suffers significant loss in their revenues due to this.
Other problems arises from this is the weakening of suppliers bargaining position relative towards major suppliers resulting in a phenomena called the abuse of dominant position. Market power possessed by foreign retailers created a high dependency of suppliers on foreign retailers demand.
The domination of foreign retailers towards their suppliers takes form in the written purchase agreement called National Contract signed by both parties which incorporate negotiable trading terms covering listing fee, fixed rebate, minus margin, term of payment, regular discount, common assortment cost, opening cost/new store and penalty.
In relation to the fact outlined above, this study is aimed to identify strategies adopted by foreign retailer and their impact on the level of partnership commitment of SME scale suppliers.
The relationship between alliance strategy and partnership commitment was introduced by Caughlan et al (2001:316). According to Caughlan in an alliance, two or more organizations having relationship with one another (legal, economic or interpersonal) will possess perception of their own self interest in relation to their partnership. Alliance can be forged into a variety of forms including close relationship, partnership, relational govemance, hybrid govemance, vertical quasi-integration and commited relationship. In the distribution industry, alliance between companies take the form of genuine commitment, a commitment that is born when a company felt the need to establish and maintain an unlimited partnership with its counterpart. Therefore partnership commitment is the product of an alliance forged between two or more organizations.
This research is aimed to analyze the implementation of an alliance strategy initiated by a foreign retail company and its impact on the company?s SME scale supplier?s partnership commitment. The research is conducted using a survey method with a sample of 100 local suppliers located within DKI Jakarta.
The results of this are describe as follows :
(1) The implementation of alliance strategy by the company is perceived to be complex and burdening by small and medium scale suppliers. This entail a lack of alliance strategy concept applicable in Indonesia. Foreign retailer placed their small and medium scale suppliers not as strategic partners in developing its business in Indonesia but merely as suppliers who play a small and relatively short term role;
(2) Partnership commitment of small and medium scale suppliers towards their foreign counterpart receive a signiticant score, meaning that most small and medium scale suppliers possess a high level of commitment in developing partnership with foreign retailers, although the partnership concept currently exist does not yield a significant retmns to the small and medium scale suppliers;
(3) A significant relationship and influence exist between the implementation of alliance strategy by a foreign retailer and the partnership commitment level of a small and medium scale suppliers. The better implementation of alliance strategy by foreign retailer the higher the level of commitment relationship by Small Medium Enterprise Supplier and vice versa. However at present the small supplier is doing business with foreign retailer because the lag of distribution channel not because they want to have bussiness relation with foreign retailer.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendar P. Susanto
"Usaha atau bisnis ritel di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat beberapa tahun terakhir ini, dengan berbagai jenis format serta jenisnya, termasuk minimarket. Hal ini sebagai akibat dari adanya perkembangan usaha manufaktur dan peluang pasar yang cukup terbuka, maupun upaya pemerintah untuk mendorong perkembangan bisnis ritel. Besarnya pasar minimarket menjadikan dua pemain utama, Indomaret dan Alfamart, semakin mengukuhkan sayapnya di bisnis ini. Indomaret dan Alfamart berusaha mendekatkan diri ke konsumen lewat tempattempat potensial dari sisi kelayakan bisnis. Talc bisa dipungkiri, persaingan Indomaret dan Alfamart memang jelas terlihat dan makin sengit ketika banyak dijumpai gerai mereka yang berdempetan. Di mana ada Indomaret, di situ ada pula Alfamart seperti kasus yang terjadi di Indomaret dan Alfamart di Jalan Salemba Tengah, Jakarta. Dari sisi layanan, keduanya menjadikan gerai-gerainya bukan hanya sebagai tempat belanja belaka, tapi juga menawarkan layanan dan kualitas produk yang Iebih bail( dibandingkan pasar tradisional.
Proses atau tahapan belanja pelanggan dimulai ketika seorang pelanggan mengenali suatu kebutuhan yang tidak terpuaskan. la mencari informasi tentang bagaimana cara mencukupi kebutuhan itu dengan cara mengevaluasi berbagai sumber alternatif barang dagangan. Setelah mengevaluasi barang dagangan yang ditawarkan oleh ritel, pelanggan tersebut dapat memutuskan suatu pembelian atau memutuskan untuk pergi ke riteI lain untuk mengumpulkan lebih banyak informasi. Akhirnya pelanggan mengambil keputusan belanja, menggunakan produk tersebut dan kemudian memutuskan apakah produk tersebut memuaskan kebutuhan mereka. Menurut teori consumer decision making process, konsumen mempunyai tahapantahapan dalam membuat keputusan pembelian suatu produk di mana tiap tahapan mempunyai faktor-faktor dan variabel-variabel yang mempengaruhinya. Pengetahuan tentang tahapan, faktor, dan variabel yang mempengaruhi pembuatan keputusan belanja di gerai ritel sangat diperlukan untuk memberikan arah bagi kedua retail yang berdampingan tersebut untuk menentukan rencana pemasaran yang dilakukan agar konsumen memutuskan tetap belanja di gerai mereka masing-masing.
Berdasarkan pada kasus Indomaret dan Alfamart diatas sangat menarik untuk diketahui proses pengambilan keputusan belanja konsumen terhadap kondisi dua gerai yang berdampingan tersebut. Oleh sebab itu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang memiliki pengaruh signifikan dan besar pengaruhnya pada proses pengambilan keputusan (decision making process) berbelanja di kedua gerai tersebut. Demikian juga persamaan regresi yang akan terbentuk yang dapat membantu masingmasing ritel dalam menentukan strategi pemasarannya.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa semua variabel-variabel independent dengan faktor-faktor yang dependent ternyata telah memenuhi persyaratan signifikansi yang artinya dalam tahap proses pemilihan retail, konsumen selalu melalui tahap-tahap pengenalan kebutuhan kemudian pencarian informasi kemudian evaluasi alternatif dan akhirnya membuat suatu keputusan untuk melakukan pembelianikonsumsi, meskipun pembelianikonsumsi yang dilakukan sebenarnya termasuk kategori low involvelment. Dengan adanya kenyataan bahwa setiap tahap di dalam model ini panting, maka dalam strategi pemasaran yang akan dilakukan, tetap harus memberikan perhatian yang berimbang terhadap masing-masing tahap dalam consumer decision making process sehingga dapat mencapai hasil akhir yang diinginkan yaitu keputusan konsumen untuk memilih gerainya masing-masing. Didapatnya besar pengaruh (regression weight) dari setiap faktor dari setiap gerai, memungkinkan retail untuk melihat dominasi dari tiap-tiap faktor sehingga dapat diambil strategi pemasaran yang tepat terhadap faktor-faktor yang diutamakan. Dari persamaan-persamaan regresi yang terbentuk dari. - kedua gerai, untuk memaksimumkan hasil dari strategi pemasaran kedua gerai perlu memilih variabellfaktor yang memiliki koefisien yang terbesar, namun dengan memaksimumkan satu variabellfaktor saja tidak berarti variabel yang lain ditinggalkan karena semua variabellfaktor pada model consumer decision making process adalah signifikan dan saling berkorelasi satu dengan yang lainnya.

Retail businesses in Indonesia are increasing rapidly in these several years, with all kinds of formations and types, including minimarket. These were come along as the effect of manufactures business development and open market chances, also the government's efforts to support retail business. The Iarge size of minimarket competition makes two most leading player, Alfamart and Indomart tries to spread their wings in this business. Indomart and Alfamart try to get close to the customer through potential places and business settlement. Can not be denied that competition between Indomart and Alfamart is getting clearly seen and more complicated when there are so many Indomart and Alfamart store were found built side by side_ When there is Indomart, we can also found Alfamart next to it, like the case on Salemba Tengah, Jakarta. From service side, both of them made their store not just as common market place, but also offer better services and product quality compared to traditional market.
Customer's shopping process or steps begin when a customer identified unsatisfactional needs. She seeks information about how to fulfill those needs by evaluating many groceries alternatives. After evaluating offered groceries by retail, this customer can decide to do buying process or move to other retail to gather more information. Finally, customer makes a shopping decision, using those products and then decides whether those will fulfill their needs. According to customer's decision making process theory, customer have stages in product decision making, where in each stage have several factors and variables that effecting the decision making process. Knowledge about stages, factors, and variables which effecting those decision making to shop in retail store are needed mostly to give directions to both retailers which side to side, to determine marketing plan needed in order to make their customer stay shops in their retail stores.
Based on Indomart and Alfamart case above, it is very interesting to know the shopping customer decision making process through those side to side retail stores. For that reasons, research were conducted to find factors that have significant influences and big effects on the shopping decision making process in both stores. And also the regression formula which will be formed that can helpful for each retailer in determining their marketing strategies.
From the research result can be seen that all independent variables with dependent factors has fulfilled significant requirements, which mean in choosing retail process, customers always through introduction of needs stages and continues with information's seeking, and alternatives evaluations and finally making a decision to buy or consume, although the buying were basically include in low involvement categories. With realities that in each stage in these models are important, then the marketing strategy applied still need to give balanced attentions concerning each stage in consumer decision making process so it can lead to expected goal achievement which is consumer satisfaction to choose their own stores. The size of regression weight effect from each factor in each store, give a chance for retailers to see dominations of each factors so the best marketing strategy can be applied in primary factors. From the regressions formula which formed from both stores, to maximize the result of the marketing strategies, both stores need to choose variables/factors that have biggest co-efficient, but with maximize only in one variable/factor does not mean that all the rest variables were abandoned because all variables in consumer decision making process are significant and correlated one with others."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19726
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Din, Rasshied
London: Conran Octopus, 2000
725.21 DIN n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hestyana Dyah Kuntari
"Para pengembang kembali bersemangat untuk membangun berbagai proyek properti, seperti perumahan, apartemen, dan pusat perbelanjaan (mal dan pusat perdagangan) sejak tahun 2000 setelah sektor properti di Indonesia sempat terpuruk akibat hempasan krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998.
Jumlah pusat perbelanjaan (mal dan pusat perdagangan) yang dibangun para pengembang sejak tahun 2000 hingga saat ini selalu tumbuh. Selain dipicu kegairahan sektor konsumsi yang menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi selama lima tahun terakhir, hal ini juga disebabkan masih tingginya kepercayaan para pengembang terhadap prospek bisnis ritel di Indonesia. Bergairahnya bisnis properti tersebut tidak lepas pula dari dukungan pihak perbankan dalam membantu pendanaannya. Meskipun masih belum semudah sebelum masa krisis dalam mengucurkan bantuan, beberapa bank besar telah secara konsisten menyalurkan kreditnya ke sektor properti, terutama dalam bentuk kredit konstruksi dan kredit real estat untuk proyek-proyek yang dinilai prospektif.
Bertumbuhnya jumlah pusat perbelanjaan akibat ekspansi para pengembang ini secara umum akan menguntungkan konsumen karena dengan semakin banyaknya pusat perbelanjaan, konsumen akan dihadapkan pada semakin banyak pilihan tempat berbelanja. Persaingan yang semakin ketat antar pusat perbelanjaan dan juga antar pengecer akan menguntungkan konsumen, karena pusat-pusat belanja tersebut akan berusaha semakin keras untuk menarik konsumen dengan memberikan pelayanan yang lebih baik. Namun sebaliknya, dari sudut pandang pengembang, timbul kekuawatiran mengenai kemungkinan terjadinya kelebihan pasokan pusat perbelanjaan (terutama pusat perdagangan).
Pesatnya pertumbuhan pembangunan pusat perbelanjaan tidak hanya terjadi di Jakarta, namun juga meluas ke wilayah-wilayah di sekitar Jakarta, terutama kawasan-kawasan permukiman yang merupakan kawasan yang berkembang seiring dengan perkembangan Jakarta. Depok, sebagai salah satu kawasan permukiman di selatan Jakarta dipandang sebagai ladang potensial pusat perbelanjaan. Berbagai pengembang mencurahkan sumber dayanya untuk membangun berbagai pusat perbelanjaan modem di Depok.
Grup ABC, salah satu pengembang properti yang telah memiliki sejarah keberhasilan dalam mengembangkan kompleks perumahan, mengembangkan sebuah kompleks hunian di daerah Sawangan, Depok yang berjarak kurang lebih 5 km dari Margonda Raya. Seperti halnya dengan kompleks hunian lain yang dikembangkannya, Grup ABC berencana untuk melengkapi kompleks hunian tersebut dengan berbagai fasilitas yang dianggap penting bagi penghuni. Salah satunya adalah fasilitas pusat belanja. Selain melengkapi kompleks perumahan yang dikembangkannya sehingga meningkatkan nilai kompleks tersebut, Grup ABC memandang bahwa lokasi yang cukup jauh dari pusat keramaian Depok masih memberikan peluang berkembangnya sebuah sebuah pusat belanja sehingga mereka mempertimbangkan untuk membangun trade center XYZ.
Untuk mengambil keputusan apakah harus membangun proyek pusat perdagangan tersebut atau tidak, Grup ABC harus menganalisa kelayakan proyek, terutama dari segi finansial, untuk mengetahui apakah proyek tersebut mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan, dan lebih jauh lagi apakah proyek yang direncanakan sejalan dengan strategi dan operasi perusahaan.
Penilaian kelayakan finansial investasi proyek XYZ dilakukan dengan capital budgeting. Seluruh informasi mengenai lingkungan bisnis perusahaan menjadi dasar pengambilan berbagai asumsi yang diperlukan dalam analisis. Langkah pertama yang dilakukan dalam analisis capital budgeting adalah menentukan relevant cash flow, yaitu serangkaian arus kas tertentu yang harus dimasukkan ke dalam perhitungan untuk pertimbangan pengambilan keputusan. Sedangkan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk merima atau menolak proyek tersebut, digunakan teknik discounted cash flow dengan metode Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Profitability Index (PI), serta dengan dilengkapi dengan metode discounted payback period.
Berdasarkan analisis yang dilakukan, proyek pembangunan trade center XYZ layak untuk dikerjakan oleh Grup ABC karena dari analisis tersebut diperoleh Net Present Value positif yang berarti bahwa proyek akan mampu meningkatkan nilai perusahaan, selain juga proyek mampu memberikan tingkat pengembalian investasi yang lebih besar dari biaya modal, serta pengembalian yang lebih pendek daripada umur produktif proyek.

Companies in property industry have started to develop aggressively various kinds of property products such as housing residents, apartments, office buildings, and shopping centers in 2000, after the fall of the industry all together with the economic crisis happened in 1997-1998.
The number of shopping centers developed has been increasing since the year of 2000. The trend is supported by the consumptions sector which has been the motor of economic development in last five years that is seen as a promising retail business future by developers_ Finance institutions also have an important role in financing the projects. Even though banks are still consistent in tight credit policy, several big banks have been continuously financing property industry through construction credit and real estate credit for prospective projects.
The increasing number of shopping centers will give benefit for the customers since they will have more choices. The more intense competition between shopping centers and between retailers requires the players to provide better services to attract customer. On the other side, the increasing number of shopping centers raises a concern of over supply.
The rapid growth of shopping centers development does not only happen in Jakarta but also in areas surrounding, i.e. the residential areas which develop simultaneously with the development of Jakarta. Depok, a residential area south to Jakarta is viewed as a potential location to develop shopping centers. Many property companies have started to invest their resources to build modem shopping centers in the area.
ABC Groups, a property company whose success history in developing housing residents, develop a housing complex in Sawangan, a 5 kilometers away from Margonda Raya, Depok The company planned to complete its housing complex with prominent facilities including a shopping center. They planned to develop XYZ trade center. More than just for completing the housing complex that will increase its value, ABC Group saw an opportunity to develop a shopping center for the location is far enough from other shopping centers.
Before deciding whether to go on with the project or not, ABC Group should analyze its feasibility, especially in financial term to determine whether the project will increase the firm's value and align with the company 's strategic and operation.
Feasibility analysis of investment on XYZ trade center is done by applying capital budgeting theories based on assumptions developed from all information about its business environment. First step in capital budgeting is to define relevant cash flow which is a series of cash flow which should be taken into account in decision making. The discounted cash flow method for Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), and Profitability Index (PI methods) completed with the discounted payback period method, are used as the basis to make a decision whether ABC Group should accept or reject the project.
From the analysis, XYZ trade center is feasible to be developed by ABC Group for the analysis resulted in positive Net Present Value. Positive Net Present Value means that the project will increase value of the firm. The conclusion is supported by the higher Internal Rate of Return of the project than its cost of capital, and the project's payback period is shorter than its economic life.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18299
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ross, Michael D.H.
London: MacDonald, 1960
658.87 ROS o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>