Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146879 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rondang Marsaulina S.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S7532
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwit Ayu Wulandari
"Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi mendalam tentang persepsi pasangan usia subur terhadap nilai anak yang dikaitkan dengan preferensi fertilitas, khususnya di wilayah pemukiman kumuh perkotaan Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan persepsi pasangan usia subur terhadap nilai anak di wilayah kumuh perkotaan yang menonjol adalah nilai anak secara ekonomis dibandingkan dengan nilai anak secara sosial ataupun psikologis. Tingginya nilai anak secara ekonomis menyebabkan masih tingginya preferensi fertilitas (keinginan akan anak) di wilayah kumuh. Pemberian informasi tentang nilai anak dan sosialisasi tentang perencanaan keluarga masih sangat perlu dilakukan. Program Keluarga Berencana (KB) "2 anak cukup" di wilayah kumuh sangat penting dioptimalkan dan disertai dengan peningkatan pemberdayaan ekonomi keluarga.

The purpose of this study to obtain in-depth information about perception of the productive-age couple against child value that associated with fertility preferences at the slums area, Kelurahan Kampung Melayu, Kelurahan Jatinegara, Jakarta Timur. This study used a qualitative approach. The results showed that the productive-age couple's perception which stands out the most is the economic value of child compared to the social value and psychological value. The high economic value of the child causes fertility preferences (desire for a child) is high at slum area. Provision of information about the value of children and the dissemination of family planning still needs to be done. Government's family planning program "2 anak cukup" in slums area is very important to be optimized and accompanied by increases economic empowerment of the family.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T45314
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sa`adatul Aliyah
"Jumlah lansia yang cukup tinggi ditambah dengan kondisi sosial ekonomi yang rendah membuat Kelurahan Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur menjadi wilayah dengan risiko demensia yang cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kepercayaan lansia mengenai demensia dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi perilaku pencegahan demensia pada lansia sebagai kelompok berisiko tinggi demensia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mengacu pada teori Health Belief Model HBM. Pengambilan data dilakukan pada 14 orang dari kelompok lansia, keluarga, kader, serta petugas kesehatan dengan metode wawancara mendalam. Penelitian ini menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap ancaman demensia yang rendah ditambah kurangnya faktor pemicu seperti sosialisasi demensia menyebabkan perilaku kesehatan lansia lebih ditujukan untuk mencegah penyakit selain demensia, misalnya penyakit jantung, diabetes mellitus, atau hipertensi.

The number of elderly living in Sub district Kampung Melayu, Jatinegara, East Jakarta, added with their low socioeconomic status indicated that that place is at high risk of dementia's prevalence. The objective of the study is to identify elderly's perception about dementia and how it affects their preventive behavior regarding the disease based on Health Belief Model theory. This is a qualitative study using in depth interview to collect data. The data is collected from 14 informants which come from several groups elderly, family living with elderly, and health workers around the area. This study shows that elder's low perceived threats combined with the lack of cues to action such as dementia socialization affect their behavior which focus on preventing other diseases such as heart disease, diabetes mellitus, or hypertension rather than dementia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robertus R. Suhartono
"Penelitian dalam rangka pemuatan tesis bertujuan untuk memahami bagaimana cara orang Cina peranakan mendefinisikan kembali identitas kulturalnya sebagai akibat dari terjadinya perubahan politik pada tahun 1998 yang lebih menjanjikan kebebasan berekspresi. Pendefinisian yang terjadi saat ini merupakan sebuah proses yang bersumber dari serangkaian peristiwa yang mendahului, rnenjadi respon terhadap perubahan pandangan dan sikap pihak luar, dan sebaliknya apa yang terjadi saat ini tidak menjadi titik akhir dari usaha pendefinisian identitas.
Lokasi penelitian ini ada di kawasan Kebon Pala, Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Sejarah pemukiman ini terkait dengan keberadaan pusat ekonomi yang kini dikenal sebagai pasar Jatinegara yang menjadi daya tarik bagi orang Cina untuk menetap dan berusaha di sana. Di wilayah ini pula terdapat beberapa institusi budaya Cina yang pada masa Iampau menjadi salah satu pusat orientasi budaya Cina dan pada masa selanjutnya semakin tersaingi oleh sejumlah institusi pendidikan maupun keagamaan (Kristen) yang telah memberi andil besar pada proses ?peranakanisasi? di sini. Kawasan ini dipilih sebagai lokasi penelitian bedasarkan pertimbangan komposisi orang Cinanya yang mencapai sekitar 30 % sampai dengan 40 % diasumsikan memberi peluang untuk tetap menjaga frekuensi dan intensitas interaksi sosial di antara sesama orang Cina maupun dengan anggota masyarakat lainnya.
Kolonialisme punya andil dalam menciptakan apa yang disebut sebagai ?Masalah Cina?. Melalui politik segregasinya, batas sejarah, sosial, dan budaya di antara orang Cina Indonesia dan pribumi Indonesia bertahan hingga masa kini. Catatan sejarah menunjukkan bagaimana pemerintah dan masyarakat umum (baca: pribumi) ?menciptakan? dan ?memaksakan? batas-batas identitas kepada orang Cina. Sementara di sisi lain, menjadi rentetan perubahan intemal sehagai konsekuensi dari kelidaklengkapan pewarisan tradisi, akulturasi dengan unsur baru, dan berbagai tekanan politik yang harus dihadapi orang Cina. Maka, terbentuklah identitas Cina Peranakan yang terbelah di antara identitas lokal setempat dan idenlitas Cina yang sudah semakin kabur. Identitas Cina-nya bahkan bersifat ambigu karena di satu sisi ingin diperlahankau namun namun di sisi lain ingin disembunyikan dari lingkungan sosialnya. Dalam keterbatasan sebagai akibat dari pembatasan yang dipaksakan pihak luar, maupun pembatasan yang dilakukan oleh mereka sendiri, orang Cina, khususnya Cina peranakan harus selalu mendefinisikan identitasnya dalam rangka beradaptasi dengan lingkungan sosial yang dihadapinya.
Perubahan politik yang diawali pada tahun 1998 menawarkan peluang pada orang Cina Peranakan untuk berani mengekspresikan identitasnya melalui berbagai cara. Namun untuk mencapai tujuan tersebut mereka hams terlebih dahulu mendefinisikan kembali identitas kultural mereka sebagai Cina peranakan. Caranya adalah dengan menafsir ulang sikap pihak luar terhadap keberadaan mereka. Terkait dengan proses penafsiran ulang tersebut, mereka juga harus merujuk kembali referensi identitas kultural Cina yang mereka ketahui: (1) interpretasi pada ideniitas Cina dengan herpgak pada masa lalu yang mereka ketahui; dan (2) interpretasi pada identitas Cina dengan berpijak pada globalisasi budaya Cina yang sedang marak saat ini. Namun satu hal yang pasti, basil pendefinisian ulang pada identitas kultural Cina peranakan masih tetap ditentukan oleh bagaimana cara pandang dan sikap pihak luar kepada mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21938
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Ricki Fauzan
"Tesis ini merupakan hasil penelitian tentang implementasi kebijakan
pembangunan permukiman kumuh yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota
Tangerang. Penelitian ini penting mengingat Kota Tangerang merupakan penyangga
Kota Jakarta dimana pertumbuhan penduduknya yang sangat besar yailu 4,86%.
Tingginya angka tersebut disebabkan laju urbanisasi penduduk dari daerah ke Kota
Tangerang yang cukup besar. Kebanyakan dari mereka datang untuk mencari kerja
sebagai buruh pabrik, mengingat di Kota Tangerang terdapat hampir 1000 buah
pabrik industri, baik berskala kecil, menengah maupun besar. Tingginya jumlah
penduduk tanpa disertai dengan penanganan tata kota yang belum baik menyebabkan
bermunculannya permukiman-permukiman kumuh.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data
deskriptif yang diperoleh melalui studi pustaka, observasi dan wawancara mendalam
(indepth interview) dengan para informan. Sementara itu pemilihan informan
dilakukan secara snowball sampling, informan pertama memberikan petunjuk
tentang informan berikutnya yang dapat memberikan informasi yang tepat dan
mendalam.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan pembangunan
permukiman kumuh yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Tangerang telah mampu
mengubah kampung Sukatani dan Bulak Kambing ini menjadi terlihat lebih baik dari
sebelumnya, baik dari segi kondisi Iingkungannya, peningkatan pendapatan
masyarakatnya, peningkatan pendidikan masyarakatnya dan peningkatan kualitas
kesehatan masyarakamya. Selain itu pula ada perubahan prilaku penduduk untuk
menjaga kondisi lingkungannya tetap bersih dengan mengadakau kerja bakti secara
berkala.
Dalam implementasi kebijakan ini, masyarakat diajak untuk turut serta
memperbaiki kondisi kampungnya mulai dari perencanaan sampai dengan
pelaksanaan semua kegiatan program. Ini berarti mereka tidak diperlakukan sebagai
obyek pembangunan, melainkan sebagai subyek pembangunan yang aktif dalam
berperan serta mensukseskan perbaikan kampungnya. Tanggapan masyarakat sendiri
terhadap kebijakan ini sangat positif sekali. Mereka menyambut baik adanya
kebijakan ini dan siap untuk rnembantu agar dalam pelaksanaan kegiatan
programnya dapat berjalan dengan baik.
Akan tetapi kelemahan daripada implementasi kebijakan ini adalah
kurangnya koordinasi antar aparat terkait di lapangan Serta tidak adanya pembinaan
yang berkelanjutan pasca kebijakan ini berakhir di kedua kampung tersebut. Oleh
karena itu Bappeda selaku instansi yang bertugas sebagai koordinator dinas/instansi
yang terlibat dalam kebijakan ini harus lebih mampu lagi mengkoordinir
dinas/instansi tersebut dengan mengadakan pertemuan minimal 1 bulan sekali selama
implementasi kebijakan tersebut sedang berjalan. Hal ini penting untuk membahas
permasalahan yang terjadi di lapangan agar tidak ada tumpang tindih dalam
pelaksanaan kegiatan program diantara para aparat pelaksana dari berbagai
dinas/instansi tersebut. Sedangkan pembinaan yang berkelanjutan penting
dilaksanakan pasca kebijakan ini berakhir di kedua kampung tersebut untuk
mengantisipasi agar kondisi kedua kampung tersebut tidak kembali kumuh."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T10957
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Janita Ristianti
"Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran perilaku beresiko seks pranikah pada remaja didaerah Slum Kelurahan Kampung Melayu Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja dengan sikap yang kurang baik berpeluang 2,6 kali lebih tinggi untuk memiliki perilaku seksual resiko tinggi dibandingkan dengan remaja yang memiliki sikap yang baik. Remaja yang terpapar media berpeluang 2,4 kali lebih tinggi untuk mencegah perilaku seksual resiko tinggi dibandingkan dengan remaja yang kurang terpapar media. Remaja dengan latar belakang keluarga yang tidak harmonis berpeluang 3,2 kali lebih tinggi untuk memiliki perilaku seksual resiko tinggi dibandingkan dengan remaja dengan latar belakang keluarga yang harmonis dan Remaja yang ada pengaruh dari teman sebaya berpeluang 6,6 kali lebih tinggi untuk memiliki perilaku seksual resiko tinggi dibandingkan dengan remaja yang tidak ada pengaruh dari teman sebaya. Saran bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk meningkatkan dan mengintensifkan program penyuluhan remaja, PKPR dan melatih konselor teman sebaya (peer educator) sebaiknya dilakukan didaerah dengan kepadatan hunian tinggi. Kepada Kantor Kelurahan untuk mengaktifkan organisasi kepemudaan sebagai wadah penyaluran kegiatan positif.

This study aims to know the description of premarital sexual risk behavior in adolescents Slum areas Kampung Melayu, East Jakarta Jatinegara year 2015. This study used a cross-sectional design. The results showed that adolescents with a poor attitude 2.6 times greater chance of having high-risk sexual behavior than youth who have a good attitude. Teenagers who are exposed to media 2.4 times more likely to have high-risk sexual behavior than youth who are less exposed to the media. Adolescents with a family background that is not harmonious 3.2 times more likely to have high-risk sexual behaviors than youth with a harmonious family background and the existing adolescent peer pressure 6.6 times more likely to have risk sexual behavior higher than youth who no influence from peers. Suggestion for the Department of Health and health centers to increase and intesnsive for adolescent counseling program, PKPR and trained peer counselors (peer educators) should be areas with high population density. To the Village Office to enable youth organizations as to facilitate the channeling of positive activity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S61909
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Gunung Setiadi
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S7477
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simorangkir, Victor
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifadi Budiardjo
"Fenornena penduduk miskin yang tinggal di pemukiman kumuh merupakan persoalan global yang terjadi di berbagai belahan dunia terutama di negara - negara dunia ketiga termasuk Indonesia. Menteri Perumahan Rakyat Yusuf Asy'ari menyatakan sampai pada tahun 2005 di Indonesia terdapat sekitar 4.750 hektar perumahan kumuh yang menjadi tempat tinggal 17,2 juta kepala keluarga (Tempo, 21/07/2005. Sebagai upaya dilakukan untuk mengatasi persoalan ini seperti program perbaikan kampung, pembuatan Rumah Sederhana/ Rumah Sangat Sederhana (RS/RSS), pendirian rumah susun dan sebagairtya. Namun hingga saat ini pemukiman kumuh masih menjadi salah satu persoalan krusial di perkotaan dan ironisnya praktek penggusuran tanah diikuti dengan solusi yang memadai masih sering dilakukan untuk mengatasi permasalahan Hasil studi Bandung Institute Governance Studies menyimpulkan terdapat tujuh faktor yang membuat pemukiman kumuh menjadi persoalan yang pelik di Indonesia, yaitu : sulitnya mewujudkan tingkat penyediaan rumah yang layak dan terjangkau; penurunan kualitas lingkungan pemukiman yang signifikan di perkotaan, rendahnya kemampuan -kelompok masyarakat miskin dalam memenuhi- kebutulian perumahan; kelompok masyaxakat miskin seringkali hanya mampu mengakses lingkungan kumuh atau pemukiman liar di kota; tingginya harga tanah di perkotaan; sistem pembiayaan perumahan belum memberikan ruang bagi kelompok miskin dan kualitas kelembagaan bidang perumahan yang belum tertata baik (http:/ /www.bigs.or.id).
Salah satu pemukiman kumuh yang bermasalah di Jakarta adalah pemukiman Penastanggul di bantaran kali Cipinang. Institut Sosial Jakarta (ISJ) sejak tahun 1989 mencoba melakukan pemberdayaan komunitas (community development) untuk meningkatkan kualitas kehidupan komunitas. Selain itu kegiatan ini juga berangkat dari pemikiran bahwa komunitas tersebut sangat rentan terhadap penggusuran
dan berpotensi kehilangan akses terhadap hak- hak dasarnya sebagai warga negara. Dari gambaran di atas, studi ini dilakukan untuk memahami bagaimana proses pemberdayaan komunitas yang dilakukan ISJ. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif ini untuk dapat menangkap berbagai fenomena yang terjadi kemudian dianalisis dengan menggunakan kerangka teori dan konsep yang relevan. Pada bagian akhir penulis mencoba mengelaborasi apa saja rencana tindak lanjut yang dapat dilakukan dalam kegiatan pemberdayaan komunitas tersebut.
Warga yang tinggal di Penastanggul sebagian besar merupakan pendatang dari luar Jakarta dengan pola migrasi bertingkat yang memanfaatkan hubungan kerabat atau rekan satu daerah yang telah tinggal di kawasan tersebut lebih dulu. Mereka umumnya bekerja pada sektor informal dan karena keterbatasan kempuan ekonomi mereka akhirnya mereka tinggal di kawasan tersebut. Akibat status tanah kawasan pemukiman mereka yang "ilegal" mereka dianggap oleh peraerintah sebagai pemukim liar sehingga tidak memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan publik seperti KTP, akses terhadap listrik, air bersih dan sebagainya. Metode yang dilakukan oleh ISJ dalam proses pemberdayaan di Penastanggul meliputi
melakukan integrasi sosial dengan komunitas; melakukan studi komunitas; pembentukan kelompok inti; melakukan pendidikan komunitas untuk mengembangkan kesadaran kritis masyarakat; pengorganisasian komunitas dengan melakukan pertemuan rutin warga untuk mendiskusikan masalah dan mencoba mencari solusinya serta membentuk forum warga; advokasi untuk mendapatkan pengakuan atas keberadaan pemukiman mereka.
Pala pemberdayaan komunitas yang dilakukan ISJ di Penastanggul menggunakan kombinasi model development of community yang menempatkan komunitas sebagai aktor utama dan menekankan pada pengembangan kekuatan warga melalui proses pendidikan dan pengorganisasian dan development with community yang menekankan kolaborasi warga dengan aktor luar melalui berbagai kegiatan. Secara umum proses pemberdayaan komunitas yang difasilitasi ISJ telah berhasil membawa capaian sesuai dengan rencana awal, kehidupan komunitas Penastanggul jauh lebih baik dibandingkan ketika ISJ pertama kali masuk. Hal ini tampak dalam berkembangnya kesadaran warga alas hak - hak dasar mereka, solidaritas dan aktivitas kolektif untuk memecahkan persoalan yang mereka hadapi seperti ketika melakukan advokasi rencana penggusuran pada tahun 1991 serta mengupayakan pengakuan keberadaan pemuidman mereka maupun dalam pembangunan sarana fisik komunitas. Selain itu capain ini juga tercermin dari peningkatan kualitas kondisi fisik pemukiman seperti tata letak bangunan yang lebih teratur dengan sarana dan prasarana publik yang lebih memadai seperti aliran listrik, saluran air bersih, jalan lingkungan beraspal, dan MCK."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22086
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>