Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146376 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dhani Puji Lestari
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S7265
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Murti Rinta Budiwati
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S7150
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Lanjut usia (lansia) mengalami berbagai penurunan fungsi tubuh. Penurunan
fungsi tubuh ini memberi pengaruh pada kemampuan lansia untuk melakukan
aktivitas sehari-hari. Keluarga merupakan kelompok sosial yang unik yang diikat
bersama oleh ikatan generasi, emosi, saling memberi, punya tujuan, orientasi
altruistik dan ada kepemimpinan (Bentler et. al, 1989). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh intensitas kunjungan keluarga terhadap peningkatan
motivasi melakukan aktivitas harian pada lansia yang tinggal di panti werda.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif dengan
mengambil responden sebanyak 24 orang lansia yang diambil dengan cara simple
random sampling di Sasana Tresna Werda Yayasan Karya Bakti Ria
Pembangunan Jakarta Timur. Setelah data dianalisa dengan uji Fisher Exact
diperoleh nilai P =1,45 dan ini lebih besar dari nilai a, yang digunakan yaitu 0,05.
Hasil analisa data ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh intensitas
kunjungan keluarga terhadap peningkatan motivasi lansia melakukan aktivitas
harian. Dari penelitian ini diharapkan muncul penelitian lebih lanjut yang akan
meneliti tentang faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan motivasi lansia
dalam melakukan aktivitas sehari-hari."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5085
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Pensiun mampunyai tujuan agar Iansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua,
namun dengan pensiun seseorang akan kehilangan penghasilan, kehilangan peran dan
identitas, kedudukan , kegiatan sehari-hari, status dan otoritas (wibawa), kehilangan hubungan
dengan kelompok, dan harga diri. Hal ini merupakan suatu kehilangan yang amat dirasakan
oleh lansia tersebut. Jenis kehilangan yang terjadi dapat berupa : kehilangan orang yang
bermakna, kehilangan milik pribadi, kehilangan kesehatan, dan kehilangan pekerjaan. Untuk
menghadapi proses kehilangan, semua individu membutuhkan mekanisme koping. Koping
yang akan digunakan sangat tergantung pada beberapa aspek seperti usia dan jenis pekerjaan,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, dukungan keluarga, dan motivasi juga oleh kepribadian
dan pengalaman hidup seseorang. sehingga akan berakibat terhadap penggunaan koping oleh
lansia untuk menghadapi setiap masalah.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan antara jenis kelamin, tingkat
pendidikan, dan dukungan keluarga terhadap koping Iansia terhadap pensiun, di sasana tresna
werdha yayasan karya bhakti ria pembangunan Jakarta Timur.
Desain dan metodelogi penelilian ini adalah cross sectional dengan jenis penelitian
deskriftif perbandingan dengan uji statistik Chi - Square . Sampel penelitian berjumiah 20 dari
26 yang diambil secara total sampling. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah
kuesioner.
Hasil penelitian ini dengan kesimpulan ada perbandingan yang bermakna pengaruh
antara jenis kelamin terhadap koping Iansia dengan pensiun ( p : 0,035 ), tidak ada
perbandingan yang bermakna pengaruh tingkat pendidikan terhadap koping lansia dengan
pensiun ( p : 0,550 ), dan tidak ada perbandingan yang bermakna pengaruh antara dukungan
keluarga terhadap koping lansia dengan pensiun ( p : 0,342 ). Penelitian merekomendasikan
pada penelitian selanjutnya untuk menggunakan sampel yang lebih memadai pada populasi
lansia yang heterogen."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
TA5155
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adiantini Kusumawati
"Teori degeneratif pada lanjut usia menjadi acuan bagi perancangan lingkungan bangunan rumah tinggal lanjut usia yang sehat dan nyaman. Di Jakarta, Panti Sasana Tresna Werdha merupakan salah satunya.
Teori iklim mikro dan pertukaran panas dapat dijadikan acuan untuk menghasilkan lingkungan bangunan rumah tinggal yang sehat dan nyaman. Pada kondisi iklim Jakarta, kenyamanan termal penghuni menjadi lebih krusial.
Analisis penulisan ini merupakan hasil pengamatan dan pengukuran termal terhadap ruang tidur dan ruang sosialisasi dari dua buah Panti Sasana Tresna Werdha di Jakarta yang bertujuan untuk meninjau pengaruh Iingkungan bangunan rumah tinggal lanjut usia terhadap kesehatan dan kenyamanan termal penghuni.
Berkaitan dengan kesehatan, ternyata kenyamanan termal bagi lanjut usia cenderung tidak sama dengan tingkat kenyamanan golongan usia lain."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S47899
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathimah Hafizhoh Karimah
"ABSTRAK
Artikel ini membahas tentang preferensi tempat tinggal lansia di Panti Werdha. Studi sebelumnya memperlihatkan bahwa lansia lebih memilih untuk tinggal bersama anggota keluarga mereka untuk mendapatkan dukungan sosial dan kualitas hidup yang baik. Padahal, Panti Werdha sebenarnya juga dapat menyediakan hal-hal tersebut dengan lebih baik melalui fasilitas-fasilitas yang dimilikinya. Dari kondisi tersebut, artikel ini kemudian akan melihat alasan lansia yang tinggal di Panti Werdha karena preferensi untuk tinggal disana yang masih jarang. Studi-studi sebelumnya menjelaskan bahwa preferensi tempat tinggal lansia dapat dilihat dari aspek internal dan eksternal pada lansia. Namun, studi-studi sebelumnya memiliki kelemahan karena hanya berfokus menjelaskan pada satu aspek tersebut. Artikel ini melihat bahwa preferensi tempat tinggal lansia di Panti Werdha dapat dijelaskan melalui berbagai aspek pada lansia. Artikel ini kemudian berargumen bahwa proses pemilihan tempat tinggal lansia secara mendalam dapat dilihat melalui pemaknaan mereka terhadap Panti Werdha ketika memutuskan untuk tinggal disana. Pemaknaan lansia penting untuk dilihat sebagai dasar rasionalitas mereka dalam berpikir ketika memutuskan dan memilih tinggal di Panti Werdha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kecocokan rasionalitas yang dibangun oleh Panti Werdha dengan tujuan yang dimiliki oleh lansia ketika memutuskan untuk tinggal disana. Melalui studi kasus pada tujuh lansia di Panti Werdha, penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

ABSTRACT
AbstractThis article discusses the elderly 39 s living arrangement preference at Panti Werdha. Previous studies showed that the elderly prefered to live with members of their families in order to get social supports and better quality of life although Panti Werdha can actually provide better social supports and better quality of life through facilities that it owns. Referrring to that situation, this article is concerned about the reasons why the elderly choose to live at Panti Werdha since the preference to live there is still rare. Previous studies explained that the preference of living arrangements of the elderly can be seen from the internal and external aspects of the elderly. However, previous studies have weaknesses because it only focuses explain on one particular aspect. Moreover,this article argues that the elderly 39 s residential preference can profoundly be observed through their sensing on Panti Werdha once they decide to live there. This elderly 39 s sensing is essential in observing their logical rationality when they decide and choose to live at Panti Werdha. The research findings show that rationality developed by Panti Werdha match the elderly 39 s objectives when they decide to live there. Through case studies on seven elderlies at Panti Werdha, this research employs qualitative methods."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Sari
"Masa lanjut usia, hampir selalu identik dengan berbagai macam perubahan yang mengarah pada kemunduran. Perubahan-perubahan yang dialami lansia pada aspek fisik, kognitif, sosial dan emosional sering berpengaruh terhadap kehidupan pribadi mereka. Keadaan kesehatan yang buruk, ingatan yang makin berkurang, kehilangan peran dalam pekerjaan; kehilangan pasangan hidup atau teman sejawat, merupakan contoh-contoh perubahan yang membuat mereka sering merasa tidak berharga, tidak berguna dan kurang menghargai diri sendiri. Lebih jauh lagi hal ini mempengaruhi keterlibatan dan pola interaksi mereka dengan lingkungan sekitarnya.
Selain itu masalah kesenjangan pengalaman antar generasi muda dan tua sekarang ini, tampaknya membuat kedudukan lansia yang pada masyarakat tradisional dulu merupakan sumber berkat dan restu, menjadi memudar. Menurut penelitian Berg dkk,1981 (dalam Schultz & Moore, 1982) keadaan ini sering menyebabkan lansia mengalami kehilangan 'kepercayaan diri serta lebih jauh lagi mengalami keterasingan dari teman-teman dan keluarga. Keadaan-keadaan tersebut diatas, menurut Schultz & Moore (1984) menimbulkan keterasingan sosial (social isolation) diantara para lansia sehingga mereka mengalami kesepian.
Dari poll pendapat yang dilakukan Haris dkk (dalam Schlutz & Moore, 1984) diperoleh hasil bahwa kesepian merupakan "masalah yang serius" menurut para lansia 65 tahun keatas. Demikian pula penelitian Schultz & Moore (1984) menunjukkan bahwa hampir seluruh subyek penelitian berusia 55-75 tahun mengalami kesepian (taraf sedang) dan hanya 10% yang mengatakan tidak pernah mengalami kesepian. Dengan berasumsi bahwa penelitian-penelitian tersebut dilakukan di Barat dengan kondisi budaya yang berbeda dengan di Indonesia, timbul keinginan penulis untuk meneliti keadaan tersebut di Indonesia, khususnya Jakarta. Adanya pergeseran pola keluarga (dari keluarga luas ke keluarga batih) yang banyak melanda kota-kota besar termasuk Jakarta, menimbulkan berbagai pilihan tempat tinggal bagi para lansia yang tinggal di kota-kota besar. Walaupun sebagian besar lansia di Indonesia tinggal bersama keluarga mereka dirumah, namun penyediaan sarana panti werdha yang memenuhi berbagai fasilitas memungkinkan lansia memilih tempat tinggal bagi mereka sendiri.
Dalam usaha mengetahui gambaran kesepian pada lansia di Jakarta, penulis akan membandingkan variabel tersebut pada kondisi lingkungan tempat tinggal lansia, yaitu lansia yang tinggal di rumah (dengan keluarga) dan lansia yang tinggal di panti werdha. Adapun subyek penelitian yang diambil berusia 60-80 tahun dan masih sehat, dalam arti belum mengalami senilitas, mengingat pengambilan data dilakukan dengan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kedua kelompok tidak terdapat ?lansia yang mengalami kesepian tingkat tinggi (chronic loneliness). Sedangkan gambaran kesepian pada lansia yang tinggal di panti werdha menunjukkan sebagian besar mengalami kesepian tingkat sedang (situational loneliness) dan hanya sebagian kecil tergolong tingkat rendah (transient loneliness). Sementara lansia yang tinggal di rumah lebih banyak yang tergolong tingkat rendah (transient loneliness) dibandingkan tingkat sedang (situational loneliness).
Hasil ini menunjukkan bahwa pada kondisi masyarakat Indonesia, hubungan dan interaksi yang terjalin dalam keluarga masih belum dapat digantikan dengan hubungan sesama teman sebaya sehingga mereka yang tinggal di panti lebih merasa kesepian walaupun mereka berkumpul dengan teman seusia yang cenderung memiliki minat dan ide yang sama. Demikian juga tidak adanya lansia yang tergolong chronic loneliness menunjukkan bahwa rasa penghargaan dan penghormatan terhadap lansia yang dianggap "sesepuh" tampaknya masih berpengaruh sehinqqa dimanapun mereka berada kebutuhan akan hal-hal tersebut cukup terpenuhi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulpida Rizki
"Depresi merupakan masalah umum yang terjadi pada lansia. Tingginya tingkat depresi dapat mempengaruhi kualitas hidup. Spiritual merupakan salah satu kebutuhan dasar lansia yang dapat digunakan sebagai strategi koping dalam menghadapi depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesehatan spiritual dan depresi pada lansia di Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan Cibubur Jakarta Timur. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan melibatkan 37 lansia yang dipilih melalui total sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kesehatan spiritual dan depresi dengan p value 0,340 (p > 0,05), akan tetapi lansia dengan kesehatan spiritual tinggi lebih berisiko rendah untuk mengalami depresi. Pemberi pelayanan di Sasana Tresna Werdha perlu mempertahankan dan meningkatkan pelayanan kesehatan spiritual sebagai salah satu upaya untuk mengurangi gejala depresi pada lansia.

Depression is a common problem which can occur in older adult. High level of depression can affect quality of life. Spiritual is one of basic needs that can be used as coping strategy to solve depression.This study aimed to determine the relationship between spiritual health and depression in older adult in Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan Cibubur East Jakarta. The study design was cross sectional, involved 37 older adult who were selected through the total sampling.
The result of this study indicated that there was no significant relationship between spiritual health and depression with p value 0,340 (p >0,05), therefore older adult with high spiritual have low risk of suffer depression. Health providers in Sasana Tresna Werdha need to maintain and improve spiritual services in order to reduce the symptoms of depression in older adult.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63464
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henuhili, Supiyani
"Lanjut usia sering mengalami gangguan mental berupa Gangguan Depresi dan Ansietas, Demensia, dan lain-lain. Telah dilakukan penelitian proporsi gangguan mental pada lanjut usia terhadap 79 lanjut usia yang tinggal di Sasana Tresna Werda Yayasan Karya Bakti Ria Pembangunan Cibubur dari bulan Januari 2004 sampai dengan April 2004.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan proporsi gangguan mental pada lanjut usia yang tinggal di Sasana Tresna Werda Yayasan Karya Bakti Ria Pembangunan (STW-YKBRP) Cibubur.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain cross sectional terhadap 79 subyek penelitian berusia antara 62 - 102 tahun, dengan menggunakan instrumen CIDI versi 1.1.
Hasil : Pada penelitian ini ditemukan 46,8% mengalami gangguan mental pada lanjut usia yang tinggal di STWYKBRP Cibubur, yang terdiri dari Gangguan Depresi (20,2%), Sindrom Gtak Drganik (17,7%), Gangguan Camas Menyeluruh (3,8%), Gangguan Nyeri Somatoform (2,5%), Sindrom Ketergantungan Tembakau (1,3%) dan Skizofrenia (1,3%).
Simpulan : Gangguan mental terbanyak pada lanjut usia yang tinggal di STW-YKBRP Cibubur adalah Gangguan Depresi.

Elderly was known to be vulnerable to multiple pathology, including mental disorders, such as Depression and Anxiety Disorders, Dementia's and etc.
Objective: The study was done among the elderly residence of Sasana Tresna Werda Yayasan Karya Bakti Ria Pembangunan (STW-YKBRP) Cibubur to determine the proportion of mental disorders.
Method: The cross sectional study was done to 79 elderly aged between 62 - 102 years, residence of STW-YKBRP Cibubur, using CIDI version 1.1 to determine the proportion of existing mental disorders.
Result : The proportion of mental disorders of the 79 subject were as follows 46.8% elderly at STW-YKBRP Cibubur suffered from mental disorders, 20.2% suffered Depressive Disorder, 17.7% suffered from Organic Brain Disorder, 3.8% suffered from General Anxiety Disorder, 2.5% suffered from Somatoform Pain Disorder, 1.3% suffered from Nicotine Dependence Disorder, and Schizophrenia 1.3%.
Conclusions: Depression Disorder was the most predominant mental disorders in the elderly at STW-YKBRP Cibubur.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T58458
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tatiek Sukesi
"Meningkatnya jumlah populasi lanjut usia disebabkan karena perbaikan gizi masyarakat. menurunnya tingkat kematian ibu dan angka fertilitas. Keadaan tersebut mengakibatkan angka harapan hidup dari umur 66,6 tahun laki-laki dan 69 tahun perempuan diproyeksikan dapat mencapai lebih dari 70 tahun pada tahun 2000.
Dari total penduduk Indonesia saat ini 6.8% berusia 60 tahun. Perubahan secara alami yang terjadi pada penduduk lanjut usia, dimana secara fisik kemampuannya mengalami kemunduran, serta peran di dalam masyarakat juga mulai menurun. Akibatnva akan mengalami krisis pada dirinya terutama apabila tidak disiapkan sebelumnya.
Dinamika pembangunan dan tingkat pendidikan mengakibatkan lanjut usia memilih Panti Werdha sebagai rumah lanjut usia, hal ini dipandang sebagai suatu kesatuan komunitas lansia. Lanjut usia yang tinggal di Panti Werdha pada umumnya mengalami status gizi kurang ataupun status gizi lebih, hal ini disebabkan karena fungsi organ-organ tubuh menurun serta adanya penyakit degeneratif dan pola makan. Pada umumnya lansia memilih makanan yang lunak dan rendah serat serta kalori tinggi, mengakibatkan kelebihan kalori, gemuk atau obesitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi lanjut usia di Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan Jakarta. Pengumpulan data-data dilakukan dengan metode wawancara dengan menggunakan data primer. Pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar pinggang dan pinggul.
Rancangan penelitian adalah cross sectional dengan jumlah sampel 66 responden yang berumur lebih dari 60 tahun tidak menderita sakit berat yang dinyatakan oleh dokter atau petugas kesehatan, tidak sedang menderita dimensinya. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariate dengan menggunakan uji tabulasi silang dan analisis regresi logistik. Analisis dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS for Window versi 10.10.2000 untuk mengetahui kiasifikasi masing-masing variabel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi lanjut usia di Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin, status kawin, status pekerjaan, lama tinggal, ketuhan, status kesehatan. Dari semua variabel yang diteliti, ternyata yang berperan besar terhadap status gizi adalah jenis kelamin laki-laki mempunyai kecenderungan 6 kali (OR = 6.649) lebih baik status gizinya dibandingkan dengan perempuan pada umur lebih dari 60 tahun, Status kawin mempunyai kecenderungan 4 kali (OR = 4.021) lebih baik status gizinya dibandingkan dengan yang lansia yang tidak kawin.
Status kerja mempunyai kecenderungan 13 kali (OR = 13.001) lebih baik status gizinya dibandingkan dengan lansia yang tidak bekerja pada umur lebih dan 60 tahun setelah dikontrol dengan variabel lainnya. Dengan demikian ketiga variabel tersebut mempunyai hubungan yang signifikan dengan status gizi.
Memperhatikan hasil penelitian tersebut bahwa status pekerjaan lanjut usia di Sasana Trisna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan berperan besar terhadap status gizi maka diperlukan penelitian lebih lanjut balk dilakukan di Sasana Trisna Werdha tingkat swasta rnaupun pemerintah sebagai uji banding lebih lanjut.
Daftar bacaan : 40 (1986-2000)

The increasing number of populations of the elderly is due to better communal nutrition, decreased rate of mother's mortality, and fertility. Such a condition generates life expectancy from 66.6 years of age in men and 69 years of age in women that can be projected to achieve more than 70 years of age by the year 2000.
Of the current total Indonesian population, 6.8% are 60 years of age. Natural change occurs in the elderly where their capacity and social roles degrade physically that it will lead to their self-crisis if not prepared previously.
Dynamics of development and educational levels make the elderly choose Panti Werdha as their group home as being viewed from a continum of the elderly community. The elderly that live in Panti Werdha generally experience malnutrition or over-nutrition due to their declining organic functions, degenerative diseases and food-consumption style. In general, the elderly prefer soft and lower-fibre and highly-contained calorie food that it may cause over-calorie or obesity.
This research aims to identify factors related to nutrition status of the elderly in Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan Jakarta. Data set are collected by interview method with primary data, measurements of height, weight, hip and incomperence.
The research design is cross-sectional in manner which includes a number of 66 respondents of 60 years of age that do not suffer from serious diseases according to the medical examination by doctor, health-personnel of which they do suffer from their dimensions. Data analysis includes analyses of univariate, bivariate and multivariate by making use of cross-tabulation test and logistic regression analysis.
Results of research indicate that the nutrition-status of the elderly in STW Ria Pembangunan has a significant correlation among age, gender, marital status, work-status. duration of stay, complaint, health status. Of all the researched variables, the fact shows that nutrition status is greatly affected by male-gender with six time tendency (OR = 6.649) better than that of female-gender over 60 years of age. Marital status has 4 time tendency (OR = 4.021) better in their nutrition status than that in the unmarried elderly.
Work status includes 13 time tendency (OR = 13.001) better in their nutrition status than that in the unemployed elderly of over, 60 years of age after being controlled with other variables. Therefore, these three variables have significant correlation with the nutrition status.
Taking the results of research into account, it appears that the work status of the elderly in Sasana Trisna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan largely effects the nutrition status that it needs more research into Sasana Trisna Werdha at private or public level as a further comparative-test.
Reference : 40 (1986-2000)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T7930
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>