Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144423 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khairina
"This thesis concern about information how advocacy program by a midwife is well done in RS Hermina Depok. The information consist of how the obstetrician services by midwife, how provocation by a midwife to the characteristics of pregnant women, how service in the other units, how the relationship between midwife advocacy and the decision of a patients to give birth in RS Hermina Depok. The research of this thesis has done in better way and quantitative approach. An advocacy program has a tendency to decide on childbirth. An advocacy program of a midwife only asked about condition of pregnancy and a midwife rarely to explain the hospital facility to the pregnant mothers. The description of service image by obstetrician of the respondents (a mother who is advocated) by a midwife, the characteristics consist of the average of age of patient is 30 years, education level is university graduate, working, payment by out of pocket (herself), the give birth more than 1 times, family income average Rp.7.960.000, independent social influence, ease accessibility. In this case difference decesion of patient to give birth is good service and poor service of the hospital. Advocacy of midwives have a tendency to decide of childbirth in RS Hermina Depok o 3.4 times compared than the assumption of low advocacy by midwife.

Tesis ini membahas bagaimana program advokasi bidan di jalankan di RS Hermina Depok, bagaimana layanan dokter kebidanan oleh bidan, bagaimana karakteristik ibu hamil yang di advokasi oleh bidan, bagaimana pelayanan di unit lain, bagaimana hubungan advokasi bidan dengan keputusan pasien untuk melahirkan di RS Hermina Depok. Penelitian ini dilakukan secara krosceksional dan pendekatan kuantitatif. Program Advokasi bidan memiliki kecenderungan untuk memutuskan persalinan. Program Advokasi Bidan yang sering dijalankan adalah menanyakan usia kehamilan dan yang jarang dilakukan adalah menjelaskan fasilitas RS kepada Ibu Hamil. Gambaran persepsi layanan Dokter Kebidanan pada responden (ibu yang diadvokasi) oleh Bidan adalah Baik dengan Karakteristik umur rata-rata 30 tahun, Tingkat pendidikan diatas D3, bekerja, dengan Biaya sendiri, bersalinan Lebih dari 1 kali, penghasilan Rp 7.960.000, tidak mendapatkan pengaruh sosial, Aksesibiliti mudah. Terdapat perbedaan keputusan persalinan yang menganggap pelayanan RS Baik dan kurang baik. Advokasi bidan memiliki kecenderungan untuk memutuskan persalinan di RS Hermina Depok sebesar 3,4 kali dibanding yang mengganggap advokasi bidan rendah."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30279
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riduwan
"Cakupan K4 menggambarkan tingkat perlindungan yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada ibu hamil. Pencapaian cakupan K4 di Kabupaten Bengkulu Selatan tahun 2012 sebesar 84,17%, ini jauh dibawah target. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi cakupan K4 oleh bidan di desa di Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2012. Desain penelitian adalah cross sectional. Sampel adalah seluruh bidan di desa di Kabupaten Bengkulu Selatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, variabel yang berpengaruh adalah lama kerja, pembinaan kelompok KIA, dan sarana. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi program KIA perlu ditingkatkan kualitasnya. Bidan perlu dibekali alat yang lengkap dan sesuai standar.

Coverage of K4 describes the performance of midwives at the village level. Achievement of K4 coverage in South Bengkulu in 2012 was 84,17 %. Below the target. This study is aiming at determining the factors that effect the coverage of K4 by a midwife in South Bengkulu. This cross sectional study covered all midwives in South Bengkulu as samples.
The study revealed that length of employment, coaching for MCH groups and equipment were significantcy related to the K4 achivement. Implementation of the monitoring and evaluation of MCH programs need to be improved. Midwives need to be equipped with a complete set of tools and standards.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35329
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vonny Hamzah
"Setelah berdiri sekitar 80 tahun, pimpinan Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan pada tahun 1999 ingin merubah citranya dari Rumah Sakit Bersalin bagi golongan menengah ke bawah menjadi Rumah Sakit Bersalin untuk semua lapisan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut Rumah Sakit Bersalin Jakarta harus merancang strategi yang tepat pada waktu yang akan datang dengan meningkatkan mutu layanannya. Dengan mutu layanan yang baik pasien akan merasa puas dengan layanan yang diberikan di Rumah Sakit Bersalin.
Untuk meningkatkan mutu rumah sakit bersalin tidaklah mudah karena terkait dengan banyak hal. Baik tidaknya mutu sangatlah dipengaruhi sumber daya Rumah Sakit Bersalin yaitu antara lain tenaga, pembiayaan dan teknologi yang digunakan.
Tenaga medis dan non medis merupakan sumber daya manusia yang perlu diperhatikan untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan, disini mereka berkedudukan sebagai pelanggan internal bagi pihak Rumah Sakit Bersalin. Dalam pendekatan TQM, kualitas ditentukan oleh pelanggan dan TQM diarahkan pada suatu tujuan utama yaitu terciptanya kepuasan pelanggan, termasuk kepuasan pelanggan internal. Untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat kepuasan pelanggan internal maka harus dilakukan survei kepuasan kerja.
Penelitian ini dilakukan dengan desain potong lintang, populasinya adalah bidan yang langsung melayani pasien dengan asumsi bahwa kepuasan kerja bidan yang langsung melayani pasien sangat panting diukur mengingat kinerja dan mutu layanan yang diberikannya secara langsung dapat mempengaruhi kepuasan pasien. Sampel yang diambil sebanyak 49 orang dan merupakan total populasi yang ada. Penelitian berlangsung dari bulan Februari - Maret 2000.
Kepuasan kerja diukur dengan melihat aspek-aspek kebutuhan akan existence, relatedness, dan growth, menurut teori ERG yang dikemukakan oleh Alderfer (Robbins, 1998) dan dihubungkan dengan faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu karakteristik individu (umur, pendidikan, status perkawinan, dan masa kerja), karakteristik pekerjaan (penghasilan/gaji dan jam kerja), kondisi fisik dan kepemimpinan atasan (tim keperawatan, bidan kontrol dan kepala ruangan) (Wexley dan Yulk, 1977). Pengukuran kepuasan kerja dilakukan dengan metode summation score.
Dengan uji korelasi ditemukan adanya hubungan yang positif dan bermakna secara statistik antara masa kerja, penghasilan, kondisi fisik dan kepemimpinan dari kepala ruangan dengan kepuasan kerja. Hubungan yang negatif dan bermakna secara statistik didapatkan antara jam kerja dengan kepuasan kerja. Kepuasan kerja tertinggi adalah kepuasan dari aspek kebutuhan akan keterikatan dengan rerata 73%.
Faktor yang mempunyai hubungan yang kuat dengan kepuasan dan dapat digunakan untuk memprediksi kepuasan bidan adalah jam kerja, kepemimpinan dari kepala ruangan dan kondisi fisik. Dalam mengekspresikan ketidakpuasannya bidan memiliki reaksi voice yaitu secara aktif dan konstruktif berusaha memperbaiki keadaan, termasuk memberikan saran-saran perubahan, mengadakan diskusi dengan tim keperawatan. Hal ini terlihat dari saran yang diberikan terhadap pengaturan jam kerja dan kondisi fisik dari Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan.

Midwife's Working Satisfaction in Budi Kemuliaan Maternity Hospital of Central Jakarta 2002After being established 80 years ago, Director of Budi Kemuliaan Maternity Hospital, in 1999 wanted to change its image from segment of Middle and Low Hospital into all segments (Low - Middle - Middle up). To reach this, management of hospital should design the right strategy for the future by promoting the service quality so that patients will be satisfied with their services.
It is not easy to promote the service quality of maternity hospital since it relates to many factors. Its good and bad service is influenced by the resources of hospital such as: manpower, financing and technology applied. Medical manpower and non medical manpower are the resources that should be attended to increase the service quality, in other words, they become internal customer for Maternity Hospital. In TQM approach, Quality orientates to customers. TQM focuses in the main objective that is the existence of customer satisfaction, including internal customer. In this case, to obtain the illustration of internal customer satisfaction, there must be performed the study of working satisfaction.
The population of this study is midwife who immediately serves the patient. It is very important to evaluate the performance and service quality given by the midwife which is able to influence the satisfaction of patient?s right away. The total sample of respondent is 49 persons and the method used is the design of Cross Sectional. This research lasted from February - March 2002.
Working satisfaction is surveyed by examining aspects of need such as existence, relatedness and growth based on the theory of ERG, illustrated by Alderfer (Robbins, 1998) and related to the factor influencing the working satisfaction. Those are individual characteristics (age, education, marital status and the length of service), working characteristic (salary and duration of working), physical condition and supervisor leadership (Wexley and Yulk, 1977). Next, it will be surveyed by using Summation Score Method (Robbins, 1998)
The result of research, there are statistically the positive correlation among length of service, salary, physical condition and leadership of room chief. The working satisfaction is verified by using the correlation test and the result is that there is positive correlation. It means that the above factor is increasing, Midwife is more satisfied too. Statistically negative correlation is resulted from working hours and satisfaction. The longer, the working hours are used by Midwife, the more unsatisfied. The satisfaction of relatedness need becomes the highest satisfaction by 73%.
The strongest factor relating to the satisfaction are consecutively working hour, leadership of room chief and physical condition. Those factors are able to predict the working satisfaction for Midwife in Budi Kemuliaan Maternity Hospital Center of Jakarta in 2002. In expressing her unsatisfaction, Midwife reacts by reproducing the voice which the advices of changing by conducting the discussion with Midwife team, it is shown from the advices given for the working time and physical condition of Budi Kemuliaan Maternity Hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10688
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Pinantari Hanum
"Sebagai negara berkembang, Indonesia menghadapi masalah kependudukan yaitu jumlah dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Untuk mengatasi hal itu sejak tahun 1970 dimulai Program Keluarga Berencana, dengan tujuan menurunkan angka kelahiran sampai 50% nya pada tahun 2000 melalui upaya penurunan fertilitas. Salah satu upaya untuk menurunkan fertilitas adalah dengan pelayanan kontrasepsi. Tingkat pemakaian kontrasepsi di Indonesia sebesar 57% dengan pemilihan alat kontrasepsi dari urutan terbanyak hingga paling sedikit digunakan adalah suntik, pil, AKDR, norplan, dan metoda operasi (sterilisasi).
Sebagai dampak krisis moneter, harga obat/alat kontrasepsi menjadi mahal khususnya pil dan suntikan, maka AKDR menjadi altematif alat kontrasepsi yang harganya relatif murah, efektif dan praktis untuk mencegah dan mengatur kehamilan. Besamya minat masyarakat pada AKDR terus meningkat, tetapi angka putus pakainya juga meningkat.
Tingginya angka putus pakai pada AKDR di Kota Bogor sebesar 18,65% lebih tinggi dari angka nasional yaitu 12,3%, sehingga perlu dilihat penyebabnya. Dari hasil penelitian diketahui salah satu faktor penyebabnya adalah masalah kepatuhan bidan dalam menerapkan prosedur yang ditetapkan. Penelitian tentang kepatuhan bidan dalam menerapkan baku klinis, dilakukan secara cross sectional dengan sampel sebanyak 77 orang bidan atau total populasi bidan di 23 Puskesmas yang tersebar di Kota Bogor.
Untuk mengetahui kepatuhan bidan dalam menerapkan Baku klinis, dilihat dari faktor pengetahuan, sikap, pelatihan, masa kerja, kelengkapan sarana dan supervisi.
Hasil penelitian menunjukkan variabel yang memiliki hubungan bermakna (p < 0,05) adalah pengetahuan dan supervisi. Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan, terungkap bahwa bidan yang berpengetahuan lebih akan lebih patuh dibandingkan dengan yang berpengetahuan kurang. Selain itu juga supervisi, bidan yang disupervisi lebih patuh daripada bidan yang tidak disupervisi.
Melihat hasil diatas, untuk perbaikan maka perlu dikaji kembali materi dan metoda pelatihan serta penerapan baku klinis pemasangan AKDR CuT 380 agar angka putus pakai kontrasepsi akibat efek samping dapat diturunkan.

As a developing country, Indonesia faces inhabitant problem i.e. high number of population and high population growth. To solve the problem, Family Planning program has been implementing since 1970 for the purpose to reduce the number of birth as much as 50% in year 2000 by decreasing fertility. One among the efforts to decrease the fertility is by giving service for contraception. The degree of the use of contraception in Indonesia is 57% where using injection is the most use and than followed by using pill, AKDR, implant and then the less is by using operation method/sterilization.
Due to the impact of crisis monetary where the price of medicine/contraception parts became expensive especially for pill and injection, hence AKDR became an alternative of contraception part because it has relatively lower price. Technically, AKDR is more practical, effective and economical to prevent and organize pregnant. People became more interest and the use of AKDR was increased, but the number of the drop out was also increased.
High number of the drop out of AKDR at Bogor is 18.65% which is higher than the drop out number of the national figure of 12.3°/x. Therefore, it is necessary to find out the cause. From the study, it is revealed that one among the factors causing this high number is the compliance factor of the midwife in implementing the procedure.
The study for the discipline of the midwife in implementing the clinical standard is performed with cross-sectional way with the number of sample as much as 77 (seventy seven) midwifes from the total population of midwife from as much as 23 Puskesmas located in Bogor city. In order to know the compliance of midwife in implementing the clinical standard, the study is performed on the followings factors: knowledge, attitude, training, work experience, availability of facility as well as supervision. The study indicates that the variable which has meaning correlation (p<0.05) is the knowledge and the supervision.
Based on the correlation between the knowledge and compliance, it is revealed that midwifes who have more knowledge will have more compliance compare those who has less knowledge. Other than that is supervision, where midwifes who get supervision will have more compliance than those who do not get supervision.
Based on the above finding, for the correction and improvement, it is necessary to review the material and method of the training as well as the implementation of the clinical standard of the installation AKDR CUT 380 in order to reduce the number of contraception drop out that caused by side effect.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T2565
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abul Hayat
"Dewasa ini pembangunan kesehatan masih ditandai dengan tingginya angka kematian ibu (AKI} sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk menurunkan angka kematian ibu sampai ke batas yang paling rendah, pemerintah telah menempatkan bidan desa ke seluruh tanah air. Salah satu tugas bidan tersebut ialah meningkatkan peran serta masyarakat. Pada tahun 1988 kinerja alokasi waktu bidan di desa dalam peningkatan PSM 80% masih kurang, yaitu 6 - 7 jam setiap bulan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kinerja alokasi waktu bidan di desa dalam peningkatan PSM di Kabupaten Aceh Timur.Kinerja alokasi waktu yang dimaksudkan pada penelitian ini ialah jumlah jam kegiatan per bulan, dikatakan baik bila jumlah jam kegiatan > 30 jam per bulan, dikatakan sedang bila jumlah jam kegiatan 7,5 - 29,9 jam per bulan dan dikatakan kurang bila jumlah jam kegiatan < 7,5 jam per bulan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel penelitian adalah bidan di desa yang bertugas di Kabupaten Aceh Timur. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sistematik random sampling dengan jumlah responden 61 orang yang dilaksanakan pada bulan November 1999.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 37,7% kinerja alokasi waktu bidan di desa tergolong baik, 29,5% sedang dan 32,8% kurang. Faktor umur, lama bekerja dan tempat tinggal mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kinerja alokasi waktu bidan di desa. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kinerja alokasi waktu bidan di desa dalam peningkatan PSM dengan hasil kategori baik lebih tinggi dari hasil kinerja kategori sedang dan kurang.Penelitian ini menyarankan untuk penempatan bidan di desa pada masa yang akan datang perlu memperhatikan dan mempertimbangkan tingkat kedewasaan dan kematangan. Bagi bidan yang menetap di desa dengan kinerja baik, perlu diberikan fasilitas pemondokan yang layak huni. Bagi bidan yang telah lama bekerja disarankan dalam jangka pendek mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan kinerja dalam peningkatan PSM. Pada jangka menengah bagi bidan yang mempunyai kinerja baik diberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan (AKBID). Pada jangka panjang bagi bidan yang mempunyai kinerja baik diusulkan untuk menjadi pegawai pemerintah.

The Factors Related Village Midwives Time Allocation Performance on Community Participation Development at District of East Aceh, on 1999The current achievement of health development programs is still marked with Mother Mortality Rates (MMR), which are 390 per 100 thousands live birth. Therefore to decrease the rate, government has made a policy on midwives placement at village in all over Indonesia. One of the midwives' responsibilities at village is developing community of participation. In 1998, the performance of the midwives achieved less than target was 80%, which were 6 to 7 hours each month. This study had objective to describe which the village midwives performance on community participation development in District of East Aceh. The indicator used of the performance is total hours spent in a month for community development activities. If the total hours of activity is greater or equal than 30 hours per month, the performance is excellent, if the total hours of the activity is equal to.7.5 to 29.9 hours per month, then it is good, otherwise those with less than 7.5 hours per month is considered unsatisfactory performance. This study used cross sectional design. The unit of analysis is village midwives who currently work in East Aceh District. Sampling method is systematic random sampling with sample of 61 midwives.
Some important results showed that only 37.7% of respondents have excellent performance, 29.5% are good, and 32.8% are considered unsatisfactory performance. Variable of age of midwives, length of placement, and placement area are variables significantly related to the performance. The study recommends that midwives placement at villages should consider the maturity of midwives themselves. Be should provided appropriate placement facilities such as house to stay. Furthermore, those midwives with length of works more than 3 years can be suggested to follow refreshing training on community development to enhance their motivation. This study who suggests in the mid and long term period that midwives who have excellent performances should be recommended to continue their education to Midwives Academy (AKBID). Furthermore, they can also be promoted as permanent civil servant.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T2765
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zafril Luthfy R.A.
"Dalam rangka mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka pelaksanaan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) perlu terus dipantau dan di evaluasi dari berbagai aspek.
Salah satu aspek yang cukup penting dan banyak konstribusinya dalam menopang keberhasilan program KIA adalah aspek manajemen program KIA yang dilakukan oleh Bidan di Desa. Meskipun pemerintah telah melakukan terobosan dengan penempatan bidan di seluruh pelosok desa tanah air, namun hasilnya sampai sekarang belum sesuai dengan harapan, termasuk di Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Barat.
Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pelaksanaan manajemen program KIA oleh Bidan di Desa, dan faktor-faktor yang berhubungan.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Barat. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional dengan unit analisis Bidan di Desa (individu) yang telah bertugas lebih dari dua tahun dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara Sistematic Random Sampling, sebanyak 100 sampel.
Variabel-variabel yang diteliti meliputi variabel dependen yaitu fungsi-fungsi pelaksanaan Manajemen Program KIA (Perencanaan, Penggerakan dan Penilaian), sedangkan variabel independen adalah umur, status perkawinan, tempat tinggal, lama bertugas, pelatihan, dukungan masyarakat, bimbingan teknis, umpan balik, hasil kerja dan saran kerja.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Pelaksanaan Manajemen Program KIA oleh Bidan di Desa di Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Barat, proporsinya sama antara yang baik dan yang kurang baik. Dengan uji Chi-Square, diketahui hanya ada satu faktor yang secara statistik berhubungan dengan pelaksanan manajemen program KIA yaitu umur (X2 6,723 p= 0,009).
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada Departemen Kesehatan RI agar penempatan dan pemberian tugas Bidan di Desa harus memperhatikan faktor umur, kepada Kepala Seksi KIA Dinas Kesehatan, para Kepala Puskesmas dan Bidan Pengelola Puskesmas, agar mengingatkan serta menegaskan kembali pentingnya melaksanakan manajemen program KIA oleh Bidan di Desa, selalu melakukan bimbingan teknis dan segera memberikan umpan balik hasil kerja Bidan di Desa. Sedangkan untuk peneliti selanjutnya disarankan agar penelitian ini terus dilanjutkan dengan metode yang lebih tepat dan variabel-variabel yang lebih spesifik serta akurat.

The Factors Related to the Application of Management of Mother and Child Health Care Program by Village Midwife in West Aceh District Years 1998In disrreasing Maternal Mortality Rate (MMR) and Infant Mortality Rate (IMR) as one of the effort in the human resource improvemant, the implemantation of Mother and Child Care must be monitored and evaluated on several aspects.
One of the aspect that is necessary and will contribute to success of break through Mother and Child Care program in village midwife. While government have done by distributing in village midwife, but the result still for from expectation as to get discriptian of the including that in Aceh District.
Related to these problems this research has an objective management of the program of Mother and Child Care by midwife, and the related factors.
This research is done in Aceh West District, Aceh Province, using Cross Sectional design with analisys unit in village Midwife (individual) as who have worked more than two years and sample have done with Simple Random Sampling sum 100 samples.
The variables who researched involve dependent variable by the function of the Aplication of Management Mother and Child Health Care program namely planning, actuating , and evaluation, independent variables were age, marriage status, resident, task, training, community support, technical guidance, job feed back and infrastructure.
The research conclution that the Aplication of Management of Mother and Child Health Care Program by Village Midwife in West Aceh, the same proportion between good and not so good_ By the Chi-Square statistics exam, known that age was a factor related with aplication management mother and child health care program (X2=6,723
According to the research, recommended for Health Department Republic of Indonesia in order to placement and giving job to village midwife must be concider age factor. Head of mother and child care health, section, head of public health center and midwife commitee, in order to remain and will focus how necessary application of Mother and Child care by midwife, always do technical guidance and job feed back with midwife resulted in village. While for researcher this research could continued with several method which more effective and specific variables and so accurate.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T3980
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sri Haryanti Sutantini
"Berdasarkan SDKI 1997, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup (target nasional: 125 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup (target nasional adalah 15 per 1000 kelahiran hidup), ini menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat serta arus terhadap pelayanan kesehatan masih rendah, khususnya kesehatan ibu dan anak.
Untuk menurunkan AKI dan AKB telah dilakukan berbagai upaya diantaranya adalah memudahkan pelayanan kesehatan yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dengan menempatkan bidan di desa.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kinerja bidan di desa dalam pelayanan kesehatan ibu dan neonatal dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja serta faktor yang paling dominan. Dengan memakai indikator K1, K4, linakes, KNI dan KN2. Kinerja baik bila cakupan K1 > 95%, K4 > 90%, Linakes 85%, KNI > 80% dan KN2 7 80%.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lampung Barat dengan menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional. Sampel penelitian adalah seluruh bidan di desa yang bertugas di Kabupaten Lampung Barat yang berjumlah 94 orang.
Analisis data meliputi analisis univariat, analisis bivariat dengan uji Chi Square untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik untuk melihat faktor yang paling dominan berhubungan dengan kinerja bidan di desa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi kelompok bidan di desa yang memiliki kinerja kurang lebih besar dibandingkan bidan di desa yang memiliki kinerja baik. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel pengetahuan, sarana, penghasilan tambahan dan supervisi mempunyai hubungan bermakna dengan kinerja bidan di desa dan yang tidak mempunyai hubungan bermakna adalah umur, status perkawinan, masa kerja, dukungan pimpinan dan dukungan masyarakat. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel pengetahuan, penghasilan tambahan dan supervisi merupakan faktor dominan yang dapat menentukan hubungan variabel independen dengan kinerja bidan di desa. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan kinerja bidan di desa adalah variabel pengetahuan.
Setelah diketahui faktor faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan di desa, maka dapat diformulasikan berupa saran saran sebagai berikut: Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat yaitu membuat kebijakan memberikan insentif kepada bidan di desa dan bidan PTT yang berprestasi dapat diangkat sebagai pegawai negeri sipil. Bagi Dinas Kesehatan mengadakan pelatihan fungsional dan manajemen sosial approach, merencanakan supervisi yang berkualitas, mempermudah pemberian lain praktek bidan, mengusulkan penambahan tenaga bidan di desa sesuai kebutuhan, bidan di desa yang berprestasi diusulkan sebagai bidan di desa teladan. Bagi Puskesmas memberikan pembinaan secara periodik dan intensif serta mengadakan monitor dan evaluasi. Bagi bidan sendiri mengadakan pendekatan kepada masyarakat, memanfaatkan peran aktif dukun bayi, melaksanakan kerja sama lintas sektoral dan berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya.

The Factors Related to Village Midwife Performance in Health Service for Maternal and Neonatal in West Lampung Regency 2002Based on the SDKI 1997, Maternal Mortality Rate (MMR) in Indonesia is still high, which is 334 per 100.000 living birth (national target: 125 per 100.000 living birth) and Infant Mortality Rate (IMR) is 25 per 1.000 living birth (national target is 15 per 1.000 living birth). These describe the level of public prosperity and access to health service is still low, especially for the health of mothers and children.
To decrease the MMR and 1MR various efforts have been undertaken. One of them is to facilitate health service that could reach the public through placement of midwives in villages.
The objective of this study is to get a description regarding the operation of midwives in villages concerning the health service for mothers and neonatal, and the factors which relate to the operation and the most dominant factor, using K I , K4, l inakes, KN1 and KN2 indicators. The operation is good when the scoop is 1(1 y 95%, K4 ? 90%, Linakes ? 85%, KN1 ? 80%, and KN2 ? 80%.
This study is carried out in West Lampung Regency using a cross sectional study plan. The samples of the study are every villages midwives who are in duty in West lampung Regency which consist of 94 people.
The analysis consist of univariat analysis, biovariat analysis with chi Square test to find out the relationship between the independent variable with the dependent variable and multivariate analysis with logistic regression test to find out the most dominant factor which is related to the operation of midwives in villages.
The result of the study shows that the midwives group proportion in villages which has less operation is higher compared to midwives in villages which has good operation. The result of bivariat analysis shows that the variable of knowledge, facilities, additional income, and supervision has significant relationship with the midwives operation in villages; and variables which have no significant relationships are age, marital status, work period, support from the superior or the public. The result of multivariate analysis shows that the variables of knowledge, additional income, and supervision are the dominant factors which could determine the relationship between the independent variable with the operation of midwives in villages. The most dominant variable related to the operation of midwives in villages is knowledge.
Once the factors which are related to the operation of midwives in villages have been identified, then the following suggestions could be formulated: For the District Government of West Lampung Regency is to make a policy that would give incentive for the village midwives and PTT midwives who have good track record could be raised as civilian government officers. For the Health Board is to make social approach management training and functional training, plans a good supervision, facilitate midwives working permit, proposes to increase the midwives according to the needs, village midwives who have good track records is proposed as the best midwife. For the Public Health Centers are to give education periodically and intensively and also to monitor and evaluate their progress. As for the midwives themselves are to make an approach to the public, using the active role of traditional midwives, undertake cross sector cooperation and try to improve their own knowledge.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T13032
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alex Iskandar Hajar
"Indikator dalam menilai derajat kesehatan suatu negara dapat dilihat dari Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dimana Indonesia dalam hal ini menempati urutan ke 3 dibawah Kamboja diantara 10 Negara-negara ASEAN dan urutan ke 5 dibawah RRC diantara 10 negara-negara di Asia. Dalam permasalahan tersebut Departemen Kesehatan dihadapkan pada fenomena yang kontradiktif di satu pihak AKI dan AKB harus diturunkan dan dipihak lain formasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk pengangkatan bidan sebagai salah satu personil yang memiliki kompetensi dalam menurunkan angka tersebut sangat terbatas, sehingga dibuatlah suatu upaya terobosan, berupa pengangkatan tenaga bidan dengan status Pegawai Tidak Tetap (PTT) yang ditempatkan di desa-desa. Dengan demikian maka terdapat dua jenis tenaga bidan di lingkungan Depatemen Kesehatan dengan status yang berbeda. Sebagai suatu kebijakan pemerintah maka penulis menganggap perlu diteliti untuk dijadikan sebagai bahan kajian.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2001 dengan responden meliputi seluruh bidan yang ada di Daerah Kabupaten Lampung Utara (sebanyak 168 orang, terdiri dari 71 bidan PNS dan 97 bidan PTT). Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah Derskriptif dengan rancangan Cross Sectional sedangkan teknik pengumpulan data, untuk data primer adalah dengan menggunakan kuesioner terbuka (open ended question) sedangkan untuk data sekunder berupa laporan kegiatan program KIA dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Utara.
Dari penelitian yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil-hasil sebagai berikut : Bila dilihat secara perkelompok yaitu kelompok bidan PNS dan bidan PTTdari semua variabel yang ada (umur, masa kerja, status perkawinan, penghasilan, pelatihan dan supervisi) tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan. Akan tetapi bila dilihat secara gabungan atau dengan tidak melihat status kepegawaiannya apakah bidan PNS atau bidan PTT maka variabel yang berhubungan adalah variabel umur, masa kerja, penghasilan dan supervisi). dengan p value < 0,05 Sedangkan variabel yang tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.adalah status perkawinan.
Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini, maka disarankan : Kepada institusi berwewenang, perlu adanya penambahan insentif hingga mencapai jumlah rata-rata (Rp. 884.000.-) sehingga diharapkan dapat memberikan daya ungkit terhadap para bidan dalam penampilan kinerjanya sesuai dengan standar demikian juga untuk pelatihan dan supervisi hendaknya perlu lebih ditingkatkan.
Kepada penyelenggra Program Pendidikan bidan, hendaknya para calon bidan dibekali dengan kompetensi yang lebih berorientasi pada kualitas sehingga bidan yang dihasilkan memang telah cukup mampu dalam menangani masalah kebidanan.
Kepada bidan-bidan senior, diharapkan bersedia untuk mebagi pengalaman dan pengetahuan (transfer of knowledge) baik bentuk formal melalui diskusi ilmiah (seminar). Sedangkan untuk bidan yunior, agar senantiasa mau mengembangkan diri sehingga dapat menambah wawasan, khususnya dalam masalah KIA karena bidan merupakan tenaga terdepan dalam upaya penurunan AKI dan AKB.
Kepada peneliti lain, selain dengan pendekatan kuatitatif juga digunakan pendekatan kualitatif sehingga hasil penelitian yang diperoleh tidak hanya dapat menjelaskan/ membuktikan secara statistik tetapi juga dapat mengungkapkan secara kualitas (lebih mendalam) mengenai temuan-temuan dari penelitian yang dilakukan. Selain itu, dalam melakukan penelitian serupa hendaknya menggunakan metoda khususnya alat pengumpul data (instrument) dan variabel yang lebih tajam sehingga mampu menggali fenomena yang ada secara lebih akurat.

Comparative analysis of Civil Servant (PNS) and Non Permanent Employee (PTT) Midwife's performance and determinant factors in North Lampung Regency, 2001Maternal and Neonatal Mortality is important indicator for assessing health degree of the third rank next to Cambodian in maternal and neonatal mortality among Mean countries and fifth among 10 Asia countries. Determinant of health has difficult situation to cope with problem because quota for civil servant (PNS) midwife, with have importance role and competence in reducing maternal and neonatal mortality, is limited so government make an alternative which is the recruitment of non permanent midwife and placed every village. This different status of midwife has been analyzed in this research comparatively.
This research carried out from February to April 2001 with respondents is all midwives in North Lampung Regency (168, 71 is PNS 97 is PTT) This descriptive research using cross sectional design, primary data using open ended question and secondary data is reported activity of mother and child division (ILIA) program of public health center in North Lampung regency.
The results of this research are: there is no significant difference between permanent employed midwives and non permanent employed midwives in every variable (age, experience, marital status, salary, training and supervision), but if not separated by status or included to a group, age, experience, salary, training and supervision have significant relationship (p < 0,05), while marital status has no significant relationship.
Based on this finding there are two suggestions, first which strategically proved by statistic, second, operationally based on individual or public survey which are: First the authority, should raise the incentive for midwife and to midwife education program more quality oriented than quantity which mean more stalled midwife, second to senior and good skilled midwife have to transfer their knowledge to other midwife by formal or non formal.
To another researcher is better using qualitative approach, so the results not only explained statistically but reveal quality of these findings and using another method and variables."
2001
T2568
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Wahyuni Harini
"Masalah kesehatan di Indonesia yang masih menjadi prioritas untuk ditangani adalah rawannya kesehatan ibu dan anak, yang ditunjukkan dengan masih tingginya angka kematian bayi yaitu 54 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup atau tertinggi diantara negara-negara ASEAN. Status kesehatan ibu dan anak ini terancam lebih menurun akibat krisis ekonomi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997, karena menurunnya daya beli masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan.
Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) adalah salah satu terobosan untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan memberikan dana dan imbalan secara langsung kepada Bidan di desa (BDD) untuk operasional pelayanan kebidanan kepada keluarga miskin.
Dengan dana dan imbalan tersebut diharapkan kinerja BDD akan meningkat, karena sebetulnya tanpa adanya program JPS-BK pun ibu hamil dari keluarga miskin juga menjadi tanggung jawabnya. Namun evaluasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor menunjukkan hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Mengingat keadaan tersebut diatas maka perlu kiranya untuk mengetahui bagaimana kinerja BDD dalam pelayanan kebidanan program JPS-BK dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja tersebut di Kabupaten Bogor.
Penelitian merupakan penelitian deskriptif dengan desain "cross sectional", analisa bivariat dengan metode simpel regresi. Penarikan sampel dengan sistematik random sampling.
Hipotesa yang diajukan adalah terdapat hubungan antara variabel umur, status perkawinan, status kepegawaian, pengetahuan, kemampuan, sikap, motivasi, tanggung jawab, jumlah dana, imbalan dan pembinaan dengan kinerja .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja tertinggi mencapai 92,5%, terendah 8 % dan rata-rata 45,06 %. Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa variabel pengetahuan, kemampuan, tanggung jawab, jumlah dana, imbalan dan pembinaan secara statistik mempunyai hubungan yang bermakna dengan kinerja, di mana variabel kemampuan dan imbalan mempunyai korelasi yang cukup besar (r =0,747 dan r =0,796).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesa yang menyatakan pengetahuan, kemampuan, tanggung jawab, jumlah dana, imbalan, dan pembinaan secara statistik terbukti berhubungan secara bermakna dengan kinerja. Oleh karena itu disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor khususnya Seksi Kesehatan Keluarga untuk meningkatkan pembinaan, dan untuk Departemen Kesehatan agar memberikan dana operasional serta imbalan seperti pola JPS-BK pada tahun-tahun mendatang dalam rangka meningkatkan kinerja BDD.

The main of health problem in Indonesia is the health disturbances of mothers and children, as indicated by higher infant mortality rate, namely 54 per 1000 of life-birth and maternal mortality rate, namely of 390 per 100.000 life-birth, thus being the highest death-rate in the ASEAN countries.
Above mentioned health condition are threatening because the economic crisis in Indonesia since mid 1997 caused a decrease in people buying power to obtain medical service including midwife service.
Social Safety Net in Health (JPS-BK) is one of government break-through to solve mentioned problems by providing funds and incentive directly to the village midwife to enable her to treat the poor. Hopefully this system will increase the midwife performance. In fact, even without the JPS-BK program the matemality care is their responsibility. However, the evaluation by Bogor Health District did meet the expectation.
Considering with the situation above therefor it is necessary to study how about midwife service performance through social safety net in health program in Kabupaten Bogor.
The research is descriptive study with cross sectional design, using bivariate analysis and simple regression method. Sample drawing by systematic random sampling.
The proposed hypothesis is the existing relationship between varied ages, marriage status, official status, knowledge, capability, attitude, motivation, responsibilitiy,total funds, incentive and supervision.
The results of research showed that the highest performance is 92,5%, the lowest is 8% and the average is 45,06%. Bivariate analysis results show that variabel of knowledge, capability, responsibility, total of fund, incentive and supervision,are statistically significant relationship with performance.
Thus is concluded that it is proved that the hipothesis states that knowledge, capability, responsibility, total funds, incentive are significantly relationship with performance. Some recommendation for Bogor Health District is particular to Familly Health Section to increase the supervision and for Health Department to provide for operational funds and incentive as shown in JPS-BK program for the coming years to increasing midwife performance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T16747
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soetimah
"Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang tugas sehari-harinya terlibat langsung pada pelayanan kebidanan terutama dalam pelaksanaan pertolongan persalinan. Pekerjaan ini mempunyai risiko tinggi terhadap kemungkinan penularan berbagai penyakit, termasuk HIV/AIDS. Salah satu upaya untuk memberikan perlindungan baik kepada klien maupun kepada bidan sendiri adalah dengan melaksanakan tindakan pencegahan infeksi melalui cuci tangan, sebelum dan sesudah melakukan tindakan, menggunakan sarung tangan ketika melakukan tindakan, menggunakan larutan antiseptik untuk persiapan sebelum tindakan, melakukan langkah﷓langkah proses pencegahan infeksi pada peralatan setelah digunakan dengan melakukan dekontaminasi, pencucian, sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi dan mengelola sampah dengan baik dan benar (IBI, UNFPA, BKK13N, 2000).
Berdasarkan konsep World Health Organization (1994): The Four Pillars of Safe Motherhood dalam upaya penyelamatan ibu dan bayi, Departemen Kesehatan antara lain menerapkan pelayanan kebidanan dasar melalui pertolongan persalinan aman dan bersih. Hal ini dilaksanakan dengan mengenal standar minimal tiga bersih yang meliputi bersih penolong, bersih alat dan bersih tempat/lingkungan, untuk mencegah terjadinya penularan penyakit atau infeksi bagi petugas atau bidan yang bekerja baik di Rumah Sakit, Puskesmas, maupun di unit-unit pelayanan kesehatan lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengaruh pelatihan berdasar kompetensi terhadap kepatuhan bidan melaksanakan pencegahan infeksi pada pertolongan persalinan normal dihubungkan dengan faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang. Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan pengamatan langsung di Puskesmas yang dilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Juni Tahun 2004.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum sepenuhnya bidan patuh melaksanakan pencegahan infeksi terdapat (57,3%) tidak patuh, belum semua bidan dilatih pencegahan infeksi (56,1%), pengetahuan tentang pencegahan infeksi masih kurang (58,5%), sikap terhadap pencegahan infeksi masih belum positif (52A%), umumnya lama kerja lebih dari 10 tahun (82,9°/o), ketersediaan alat dan bahan yang tidak lengkap (39%), bekerja tanpa SOP (73,2%) responden berpersepsi ada dukungan atasan (93,9%) dan dukungan teman (92,7%). Hampir semua bidan mendapat dukungan terhadap pelaksanaan pencegahan infeksi dari atas (93,9%) dan dukungan dari teman (92,7%).
Hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik ditemukan faktor yang mempengaruhi kepatuhan melaksanakan pencegahan infeksi adalah pelatihan (OR=2,583), pengetahuan (OR=3,010) dan sikap (OR=2,962).
Memperlihatkan hasil penelitian peneliti menyarakankan adanya kebijakan peningkatan jumlah bidan yang dilatih, peningkatan supervisi, melengkapi alat dan bahan PI, pengadaan dan sosialisasi penggunaan SOP.
Daftar Pustaka : 23 (1985 - 2002)

The Effect of "Training Based on Interest" to Midwife Compliance Executing the Infection Prevention in Normally Give Birth Help on RB Puskesmas East Jakarta Subdistrict in the Year 2004Midwife is one of the health energy which daily duty involved directly io midwife service especially in the execution of giving birth. This job has a high risk to the infection of many kind of disease, including HIV/AIDS. One of the strive to give good protection whether to client or midwife is by executing the infection prevention by washing hands, before and after doing things, using glove when doing things, using antiseptic for the preparation before action, doing infection prevention process steps to tools after being used by doing decontamination, wash, sterilization or high level disinfection and distributing waste with well and right (IBI, UNFPA, BKKBN, 2000).
In pursuant to the World Health Organization concept (1994): The Four Pillars of Safe Motherhood in doing some effort for rescuing mother and her baby, Health Department applying basic midwife service through a safe and healthy give bind It conducted by knowing the 3 minimal clean standards which are clean help, clean tools, and clean environment/society, to prevent the disease infection or infection for worker or midwife which is working well in Hospital, Puskesmas, and also in other health care units.
This research aim to get a picture of training influence based on competition to midwife compliance in doing the infection prevention in normally give born help relate to predisposition factor, possible factor, and lasing factor. This research is a descriptive research with cross sectional design. Data obtained through the questioner spreading and direct observation in Puskesmas which is executed on May until June in the year 2004.
Research result show that not yet all midwife obediently doing the infection prevention there's (57,3%) not obedient, not yet all midwife trained infection prevention (56,1%), the lack of knowledge about infection prevention (58,5%), not yet posing a the attitude to infection prevention (52,4%), work longer than 10 years in common (82,9%), the availability of tools and substance not complete (39%), work without SOP (73,2%), respondent perception that there's a support from government (93,9%). and friend support (92,7%). Almost all the midwife got support with the infection prevention from above (93,9%) and support from all friends (92,7%).
The result of multivariate analysis with logistic regression testing found factor which influencing the obedience in doing infection prevention are training (OR=2,583), knowledge (OR=3,10I) and attitude (OR=2,962).
Showing the result researcher advising a midwife improvement in quantity policy which is trained, supervision improvement, tools equipping and PI substance, Levying and socialization in using SOP.
Bibliography: 23 (1985-2002)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12824
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>