Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160666 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asiroh
"Mutu pendidikan di suatu institusi pendidikan, harus merujuk kedelapan standar nasional pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Beberapa indikator mutu pendidikan adalah: Kualitas peserta didik baru yang diterima, Kualifikasi dan Kompetensi Guru, Kecukupan Peralatan Praktek, ketersediaan buku pelajaran, ketepatan waktu belajar mengajar, keterlaksanaan pengawasan, kepemimpinan kepala sekolah, dan persentase kelulusan.
Dunia pendidikan SMK belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat, fenomena ini ditandai dengan rendahnya mutu lulusan, Kualitas lulusan pendidikan kurang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja dan pembangunan, serta keadaan yang kontras antara SMKN 1 Losarang dengan SMK Cendikia Bangodua, terutama sumber daya fisik, Kompetensi dan Kualifikasi guru. Selain hal tersebut juga karena prestasi SMKN 1 Losarang hingga tingkat Nasional, dan 3 kali bertrut-turut meraih nilai UN tertingi se Jawa Barat sedangkan Nilai UN SMK Cendikia tahun 2011 terendah. Dalam tesis ini menganalisis bagaimana Mutu kedua satuan Pendidikan tingkat SMK di Indramayu, yaitu Mutu Pendidikan SMKN 1 Losarang dan SMK Cendikia Bangodua Indramayu. Dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif atau mix method.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mutu SMKN 1 Losarang sudah cukup baik, terutama ketepatan waktu belajar mengajar guru. Lingkungan dan sumber daya fisik dan kualifikasi dan kompetensi guru antara SMKN 1 Losarang dan SMK Cendikia Bangodua cukup kontras, sumber daya fisik dan kualifikasi dan kompetensi guru pada SMKN 1 Losarang cukup memuaskan, sedangkan sumber daya fisik dan kompetensi dan kualifikasi guru di SMK Cendikia Bangodua Indamayu masih kurang memuaskan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan pada SMK tersebut diharapkan agar kompetensi guru serta sarana dan prasarana yang menunjang proses belajar mengajar dapat dioptimalkan lagi.

The quality of education at an educational institution, should refer to the eight national education standards which include content standards. Namely process, competency, facilities and infrastructure, management, funding, and standards of educational assessment. Some indicators of the quality of education are: The quality of new students accepted, teacher qualifications and competencies, sufficiency practice equipment, textbook availability, teaching and learning timeliness, implementation of supervision, principal leadership, and the percentage of graduation.
Vocational education can not fully meet the expectations of society, the phenomenon is characterized by low quality of graduates, quality of graduate education less according to labor market needs and development, as well as the contrast condition between state vocational high school 1 Losarang and vocational high school Cendikia Bangodua, especially physical resources, competencies and qualifications of teachers. In addition it is also because the achievement state vocational high school 1 Losarang and vocational high school Cendikia Bangodua gains the National level, and 3 times continuosly gets the highest score among the vocational school in west java while Cendikia Bangodua gets the lowest. This thesis to analyzes how the quality of both of the vocational school using both quantitative and qualitative or mix-method.
The results of the study showes that the Quality of state vocational high school 1 Losarang 1 Losarang already quite good, especially the timeliness of teachers? teaching and learning procces. The environmental and physical resources and the qualifications and competence of teachers between state vocational high school 1 Losarang and vocational high school Cendikia Bangodua, are still quite a contrast, physical resources and the qualifications and competence of the teachers at state vocational high school 1 Losarang quite satisfactory, while Cendikia Bangodua still less satisfactory. To improve the quality of education at the vocational school is recomanded that the competence of teachers and facilities that support teaching and learning process should be improved.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T29766
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pitoyo
"Kualitas pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Pemerintah Indonesia selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuan guru untuk meningkatkan keberhasilan siswa. Salah satu usaha pemerintah adalah dengan menerapkan kebijakan program Better Education Through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading (BERMUTU).
Penelitian ini bertujuan menganalisis implementasi kebijakan program BERMUTU di Kabupaten Brebes. Dalam menganalisi obyek penelitian, peneliti menggunakan kajian unsur-unsur yang berperanan dalan implementasi kebijakan publik yang digagas oleh George C. Edwards III yaitu communication, resources, disposition, serta bureaucratic structure.
Pendekatan yang dipakai adalah post-positivisme. Obyek penelitian adalah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Inggris di Kabupaten Brebes dalam mengimplementasikan kebijakan program BERMUTU. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam implementasi kebijakan program BERMUTU di Kabupaten Brebes, keempat unsur Edwards III telah dipenuhi oleh pelaksana kebijakan di Kabupaten Brebes, meskipun tidak sempurna. Peneliti menemukan unsur-unsur lain yang mendukung implementasi kebijakan BERMUTU di Kabupaten Brebes yaitu unsur geografis dan unsur beban kerja guru.
Berdasarkan hasil penelitian, untuk meningkatkan kualitas implementasi program BERMUTU direkomendasikan agar pembuat kebijakan (1) memperhatikan kebutuhan riil guru, (2) mengadakan rekrutmen staf, (3) memberikan kelengkapan sarana ICT, dan (4) membentuk kelopok kerja untuk daerah terpencil serta Pemerintah Daerah Kabupaten Brebes agar mengadakan program pemerataan guru.

The quality of education is determined by the quality of teachers ability in applying the teaching and learning process in class. The Indonesian government always takes some efforts to improve teachers' ability to increase students' achievements. One of the efforts is applying the Better Education Through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading (BERMUTU) program.
The objective of this study is to analyze the implementation of BERMUTU program in Brebes Regency. In analyzing the object of the study the researcher uses the four elements proposed by George C. Edwards namely communication, resources, disposition, and bureaucratic structure.
The researcher uses post-positivism approach. The object of the is Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) of English Subject in Brebes Regency in implementing BERMUTU program. The result of this study shows that the implementation of BERMUTU program in Brebes Regency has fulfill the four elements of Edwards III although it is not really perfect. The researcher foud other elements or factors that support the implementation of the public policy. They are geographical element and teachers' burdens element.
Based on the result of the study, to improve the quality of BERMUTU program implementation, the researcher proposes some recommendations to the policy maker to (1) accommodate teachers needs, (2) apply staff recruitment, (3) fulfill the ICT equipments, (4) form a special group of implementers for the remote area, and to the Brebes Regency Government to take even distribution of teachers to overcome teachers burdens problem.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
T29762
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan Subhan
"Sertifikasi Guru adalah program penting dalam meningkatkan kualitas Pendidikan Nasional. Implementasi adalah kunci sukses sebuah program. Kegagalan dalam melaksanakan program berarti kegagalan dalam mencapai tujuan dari program tersebut.
Fokus penelitian ini adalah untuk menganalisa pelaksanaan kebijakan sertifikasi guru di SMA Negeri 1 Jatibarang dan SMA Negeri 1 Juntinyuat Kabupaten Indramayu dengan menggunakan faktor-faktor interaktif yang digagas oleh George C. Edward III yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi yang berperan dalam pelaksanaan kebijakan. Keberperanan empat faktor tersebut sangat bermakna bagi implementasi kebijakan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui analisis deskriptif dengan model studi kasus. Subyek penelitiannya adalah pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu, kepala sekolah, guru dan staf tata usaha SMA Negeri 1 Jatibarang dan SMA Negeri 1 Juntinyuat Kabupaten Indramayu. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi kebijakan sertifikasi guru di SMA Negeri 1 Jatibarang dan SMA Negeri 1 Juntinyuat Kabupaten Indramayu telah memenuhi empat unsur Implementasi Kebijakan Publik model Edward III walaupun belum sempurna. Komunikasi dan Struktur Birokrasi adalah unsur yang paling lemah dalam pelaksanaan kebijakan sertifikasi guru. Penyampaian informasi terganggu oleh banyaknya tingkatan dalam struktur organisasi dan informasinya yang ada kurang jelas bagi guru yang telah tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi. Lemahnya unsur Struktur Birokrasi karena SOP yang ada tidak konsisten dan bisa berubah setiap waktu. Dialog interaktif antara pelaksana kebijakan dengan guru sebagai sasaran program adalah sebuah alternatif solusi untuk komunikasi yang tersendat. SOP yang konsisten adalah hal mutlak yang harus ada agar tidak membuat bingung para guru calon peserta sertifikasi.

Teacher Certification is an important program to improve the quality of National Education. The implementation of the program is the key to success. Failure to implement the program means failure to achieve the goal.
The focus of this research is to analyze the implementation of Teachers Certification Policy at Public Senior High School 1 Jatibarang and Public Senior High Public School 1 Juntinyuat in Indramayu Regency by using interactive factors affecting policy implementation which were proposed by George C. Edward III namely communication, resources, dispositions, and bureaucratic structure. The role of the four factors has a big meaning for policy implementation.
This research is qualitative through descriptive analysis of case study. The subjects of the research are Education Board officers of Indramayu, school principals, teachers and administration staff of Public Senior High School 1 Jatibarang and Public Senior High School 1 Juntinyuat in Indramayu Regency. The technique used for data gathering was through interviews and literature study.
The result of this study shows that the implementation of Teachers Certification Policy at Public Senior High School 1 Jatibarang and Public Senior High School 1 Juntinyuat in Indramayu Regency has fulfilled the four elements of Edrward III model of Public Policy Implementation even it's not perfect yet. Communication and Bureaucratic Structure are the poorest elements that have been carried out through the implementation. The transmission of the information was interfered by many levels of organizational structure and the information also still lack of clarity both for certified teachers and uncertified teachers. The weakness of Bureaucratic structure was because the SOP wasn?t consistent and can change at any time. Interactive dialogue between policy implementers and teachers as the target of the program is an alternative solution for interfered communication. The consistency of SOP is a must so that the candidates of teacher certification program won?t be confused anymore."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T29765
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yosi Nurira Adriyanto
"Salah satu penyebab kurangnya kesadaran lingkungan adalah ketidakpedulian manusia bahwa pembangunan yang terjadi sekarang berkelanjutan atau tidak. Untuk mencegah berkurangnya fungsi alam, manusia harus mempunyai kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan. Upaya mendukung keberlanjutan lingkungan hidup melalui pendidikan dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan konsep Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB). Model PPB atau ESD belum banyak dikembangkan untuk mendukung keberlanjutan.
Tujuan riset ini adalah memberikan analisis kesadaran lingkungan ditinjau dari lingkungan belajar dalam upaya mewujudkan pembangunan untuk keberlanjutan di Indonesia dengan evaluasi potensi sekolah di Sekolah Menengah Atas penerima Adiwiyata. Wawancara dilakukan kepada 12 guru termasuk pimpinan sekolah, serta dilakukan kuesioner kepada 417 siswa dari dua SMA penerima Adiwiyata di Jakarta.
Hasil wawancara menunjukan bahwa sekolah penerima Adiwiyata mempunyai potensi untuk melaksanakan ESD,  namun kesadaran lingkungan di sekolah tersebut belum menunjukkan hasil yang terbaik. Model ESD yang dikembangkan diharapkan mampu mendukung program ESD untuk kehidupan yang keberlanjutan.

One of the causes of the lack of environmental awareness is human ignorance that the current development is sustainable or not. To prevent the loss of natural functions, humans must have awareness and concern for the environment. Efforts to support environmental sustainability through education are carried out by the United Nations (UN) with the concept of Education for Sustainable Development (PPB). The PPB or ESD model has not developed enough to support sustainability.
The purpose of this research is to provide an environmental awareness analysis in terms of the learning environment to realize development for sustainability in Indonesia by evaluating the potential of schools in Adiwiyata recipient high schools. Interviews were conducted with 12 teachers, including school leaders, and conducted questionnaires with 417 students from two Adiwiyata recipient high schools in Jakarta.
The interview results show that Adiwiyata recipient schools have the potential to implement ESD, but environmental awareness in these schools has not shown the best results. The ESD model developed is expected to be able to support the ESD program for sustainable living. 
"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
T54730
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safari
"Tujuan studi ini adalah menjawab pertanyaan apakah ujian nasional dapat menjadi pemersatu bangsa dan apakah hasil UN dapat mencerminkan mutu pendidikan secara nasional. Metode penelitian ini menggunakan metode survei. Populasi penelitian ini adalah pelaku pendidikan di Banda Aceh Provinsi Aceh tahun 2014, dengan sampel sebanyak 78 responden yang terdiri dari 24 siswa SMAN dan 27 siswa MAN, 19 guru SMAN dan MAN, 8 pejabat di lingkungan Dikbud termasuk kepala sekolah SMAN dan MAN. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh hasil, pertama, responden yang menyatakan setuju UN sebaga pemersatu bangsa adalah 79,5%, sedangkan responden yang menyatakan tidak setuju adalah 20,5%. Kedua, responden yang menyatakan bahwa hasil UN dapat mencerminkan mutu pendidikan secara nasional adalah 59%, sedangkan responden yang menyatakan tidak adalah 41%. Berdasarkan hasil studi disimpulkan bahwa Ujian Nasional sudah menjadi perekat bangsa dan mencerminkan mutu pendidikan walaupun belum maksimal."
Depok: Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas, 2015
370 JPK 21:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tiza Meidrina
"Teacher efficacy dan sikap terhadap pendidikan inklusif merupakan salah satu hal yang dianggap akan memengaruhi keberhasilan pendidikan inklusif. Variabel Teacher efficacy maupun sikap guru terhadap pendidikan inklusif juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu pengalaman mengajar guru. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara teacher efficacy dengan sikap terhadap pendidikan inklusif di sekolah dasar inklusif swasta yang ditinjau dari pengalaman mengajar guru. Sebanyak sembilan puluh tujuh guru SD inklusif swasta di Jakarta dan Depok dijadikan sampel dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan alat ukur Teacher's Sense of Efficacy Scale (TSES) untuk mengukur teacher efficacy dan Multidimensional Attitudes Towards Inclusive Education Scale (MATIES). Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan positif antara teacher efficacy dengan sikap guru terhadap pendidikan inklusif (r (97)=321, p<.01). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi keyakinan guru akan kompetensinya sebagai pengajar maka semakin positif sikap guru terhadap pendidikan inklusif. Di sisi lain, hubungan antara kedua variabel ketika ditinjau dari pengalaman mengajar bervariasi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan teacher efficacy (F(94)= .212, p>.05) maupun sikap guru (F(94)= .335, p>.05) pada guru dengan kelompok pengalaman mengajar yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa guru dengan pengalaman mengajar yang berbeda memiliki keyakinan yang sama akan kompetensinya sebagai pengajar dan memiliki sikap yang sama terhadap pendidikan inklusi.
It has been argued that teacher efficacy and attitude towards inclusive education have positive effect for the successful of inclusive education. Both teacher efficacy and attitude towards inclusive education are influenced by teaching experiences. This study is aimed to analyze the relationship between teacher efficacy and teacher attitude toward inclusive education reviewed by teaching experiences in private elementary school in Jakarta and Depok. 97 private elementary teachers are involve in this research. This quantitative study uses Teacher?s Sense of Efficacy Scale (TSES) to measure teacher efficacy and Multidimensional Attitudes Towards Inclusive Education Scale (MATIES) to measure teachers attitude. The result reveals that there is significant positive correlation between teacher efficacy and teacher attitude towards inclusive education (r (97)=321, p<.01). it shows that when the teachers have high efficacy about their competence so the more positive their attitude towards inclusive education. In the other side, the relationship between two variables when reviewed by teaching experiences are various. This study also shows there is no differences in teacher efficacy (F(94)= .212, p>.05) and teacher attitude (F(94)= .335, p>.05) for the teacher with different teaching experiences. This study reveals that teacher with different teaching experiences have same belief about their competence as a teacher and have same attitude toward inclusive education."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65096
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anas Rupaedi
"Tesisi ini membahas tentang peranan pengawas sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan di Kabupaten Indramayu. Latar belakang penelitian ini adalah adanya ketidaksetabilan mutu pendidikan di SMK Kabupaten Indramayu dan Pengawas Sekolah belum melaksanakan perannya secara maksimal sebagai inspecting, advising, monitoring, reporting, coordinating, performing leadership. Tujuan penelitian ini yang pertama adalah untuk mengetahui bagaimana kesenjangan peran pengawas di SMK Kabupaten Indramayu saat ini. Tujuan kedua adalah untuk mendapatkan gambaran tentang upaya apa yang dilakukan untuk menghilangkan kesenjangan peran pengawas sekolah di SMK Kabupaten Indramayu tersebut.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data campuran atau mix method. Teknik pengumpulan data kualitatif digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang pertama. Teknik pengumpulan data secara kuantitatif digunakan untuk menjawab kedua pertanyaan penelitian. Informan terdiri dari kepala dinas pendidikan, korwas, pengawas, kepala sekolah, komite, dan kepala sekolah. Pengumpulan data kuantitatif melalui pemberian angket kepada tujuh puluh lima responden terpilih.
Kesimpulan penelitian ini pengawas sekolah Kabupaten Indramayu belum berperan secara maksimal sebagai supervisor, sebagai advising, sebagai monitoring, sebagai reporting, sebagai coordinating, dan performing leadership sesuai dengan Tupoksi pengawas. Saran yang bisa diberikan adalah Tugas pokok dan fungsi pengawas harus dijalankan dan berpedoman pada Permenpan No.21 Tahun 2010, sehingga gap atau kesenjangan peran yang terjadi selama ini dapat dibangun kembali dengan suatu kebersamaan dan semata-mata tugas Negara yang mulia, yaitu mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Termasuk di dalam Permenpan tersebut bahwa intensitas kehadiran pengawas pada sekolah binaan harus lebih ditingkatkan kembali agar tidak ada jarak diantara kita, sehingga keberadaan dan kehadiran pengawas sangat dirindukan sebagai supervisor, advising, monitoring, reporting, coordinating, performing leadership.

The aims of this tesis is about the role of school supervisor in increasing education quality in Indramayu regency. The background of this thesis is about there isn't instability of quality at Vocational High School in Indramayu and the supervisor don't implement their role maximally yet as inspector, advisor, monitor, reporter, coordinator, performer on leadership. The first aim is for knowing how the role gap at Vocational High School in Indramayu Regency for now. The second aim is to get description about an effort to neutralize of the role supervisor gaps.
This research use qualitative method by using mix method. The collecting qualitative data used for answering the first research. The collecting quantitative data used to answer the second research. Informans comes from the head of national education in Indramayu, supervisor coordinator, supervisor, headmaster, and school committee. The collecting quantitative data used questioner to seventy respondent.
This research concludes that school supervisor in Indramayu regency don't do yet maximally as supervisor, advisor, monitor, reporter, coordinator and performer on leadership based on seven obligation of supervisor. The suggestions are seven obligation have to do based on Permenpan No.21 2010 year, so the gap or the role can be built again together based on state obligation , that is to educate our children. In Permenpan no. 21 2010 year that the present intensity of supervisor have to increase again. So that there isn't space between supervisor and teacher, by this existence that the present of supervisor will be missed as supervisor, advisor, monitor, reporter, coordinator and performer on leadership based on seven obligation of supervisor.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T30224
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suwaebah
"Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Indramayu (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional / RSBI) dan SMK Negeri 1 Sindang Kabupaten Indramayu (Sekolah Reguler). Penelitian ini merupakan penelitian Supervisi akademik dengan model observasi, yaitu dengan menemukan kuantitas dan kualitas antara standar yang ditetapkan dengan pelaksanaan supervisi akademik di SMK Negeri 1 Indramayu dan SMK Negeri 1 Sindang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan menggunakan metode wawancara mendalam terhadap Pengawas Pendidikan, Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru Produktif dan Guru Adaptif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kuantitas dan pembelajaran tentang supervisi akademik yang dilakukan di SMK Negeri 1 Indramayu dan SMK Negeri 1 Sindang di Kabupaten Indramayu.

This research is implemented in SMK Negeri I indramayu (international school stubs / RSBI) and SMK Negeri 1 Sindang Indramayu District (Regular School). This research is Supervision of akademik with the observation model, by finding quantity and quality of the standards set and the implementation.of the Academic Supervision in SMK Negeri I Indramayu and SMK Negeri I Sindang. This research used a qualitative deskriptive method, by using interview to superintendent ofEducation, principal, vice pricipal, productive teachers and Adaptive teachers. The result showed there were differences in quantity and learning about Academic Supervision that implemented in SMK Negeri I Indramayu and SMK Negeri I Sindang in the districk Indramayu."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T29763
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Ainina Novara
"Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara teacher efficacy dengan strategi pengajaran pada guru Sekolah Dasar Inklusif Swasta. Penelitian ini dilakukan pada 11 SD Inklusif Swasta di Jakarta dan Depok. Total responden dari penelitian yakni 70 guru SD Inklusif Swasta. Penelitian ini menggunakan alat ukur Teacher?s Sense of Efficacy Scale (TSES) untuk mengukur teacher efficacy dan The Bender Classroom Structure Questionnaire (BCSQ) untuk mengukur strategi pengajaran inklusif. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara teacher efficacy dengan strategi pengajaran pada guru di SD Inklusif Swasta (r (70)= .247, p<0.05).
Hal ini menunjukkan bahwa semakin yakin guru terhadap kemampuan dirinya maka guru akan semakin sering menggunakan strategi pengajaran yang beragam. Selain itu, peneliti juga melihat perbedaan teacher efficacy dan strategi pengajaran dilihat dari pernah atau tidaknya guru mengikuti pelatihan. Ditemukan tidak ada perbedaan teacher efficacy (t(68)= -.026, p>.05) dan strategi pengajaran (t(68)=.188,p>.05) pada kelompok guru yang pernah dan tidak pernah mengikuti pelatihan. Hal ini menunjukkan bahwa baik guru yang pernah mengikuti pelatihan maupun guru yang tidak pernah mengikuti pelatihan memiliki keyakinan yang sama mengenai kemampuan dirinya untuk melakukan pengajaran dan menggunakan strategi pengajaran inklusif yang sama di kelas.

The objective of this research is to examine relationship between teacher efficacy and teaching strategy on teacher in private inclusive primary school. This research is conducted in 11 private inclusive primary school in Jakarta and Depok area, with total respondent of 70 teachers. Teacher?s sense of efficacy scale (TSES) and the The Bender Classroom Structure Questionnaire (BCSQ) are administered to measure teacher efficacy and inclusive teaching strategy respectively. Significant positive correlations found between teacher efficacy and teaching strategy on teacher in private inclusive primary school (r (70)= .247, p<0.05).
This shows that teachers with high self efficacy are more often employing different teaching strategies. Differences in the correlation between teacher efficacy and teaching strategy are observed from whether the teacher had training before. No differences are found in the correlation between teacher efficacy (t(68)= -.026, p>.05) and teaching strategy (t(68)=.188,p>.05) on teacher who have and have not received training. This shows that both teacher with and without training have the same self efficacy to do teaching and to employ inclusive teaching strategy in the class.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63655
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Entin Suhartini
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi guru pada SMK RSBI di Kabupaten Indramayu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan unit analisis penelitiannya adalah guru pada SMK RSBI di Kabupaten Indramayu yaitu guru pada SMK Negeri I Indramayu dan SMK Negeri I Losarang. Jumlah responden penelitian adalah 104 dari 124 guru. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis faktor dan analisis regresi ganda dengan metode stepwise. Berdasarkan analisis faktor terhadap 7 variabel penelitian yang diajukan, maka terbentuklah 13 faktor. Faktor yang dijadikan variabel terikat adalah kompetensi guru dan variabel bebasnya adalah Pendidikan dan Pelatihan (X1), Supervisi Pengawas (X2), Motivasi (X3), Kepemimpinan Kepala Sekolah (X4), Kerjasama guru (X5), Profesionalisme Guru (X6), Inovasi (X7), Pengetahuan Pedagogik (X8), Kecerdasan Sosial (X9), Standar Kerja (X10), Pekerjaan Sampingan (X11) dan Iklim Sekolah (X12). Dari hasil analisis regresi ganda ditemukan empat variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap kompetensi guru yaitu motivasi, pedagogik guru, profesionalisme guru dan iklim sekolah. Pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap kompetensi guru sebesar 61,5%. Ada delapan variabel yang tidak berpengaruh terhadap kompetensi guru yaitu supervisi pengawas, diklat, kepemimpinan kepala sekolah, kerjasama guru, inovasi, kecerdasan sosial, standar kerja dan pekerjaan sampingan.

This research is conducted to know factors that influence teacher competency of SMK RSBI in Indramayu. The research applied quantitative approach. The population of the research is teachers at SMK Negeri 1 Indramayu and SMK Negeri 1 Losarang Indramayu. The number of sample is 104 from 124 teachers. The statistic analysis that applied in this research, using factor analysis and multiple regressions analysis by stepwise method. Based on factors analysis of seven research variables emerged 13 factors which have been analyzed. The dependent variable of the research is teacher competency,and the independent variables are Training (X1), The Supervision of school supervisor (X2), Motivation (X3), Leadership of Head Master (X4), Teacher collaboration (X5), Teacher professionalism (X6), Inovation (X7), Teacher Pedagogic (X8), Social Intelligence (X9), Work standard (X10), Part Time Job (X11), School Climate (X12). Multiple regression analysis have proved that there are four variables which contribute significantly in influencing teacher competency : motivation, teacher pedagogic , teacher professionalism, and school climate. Those four variable had significantly influencing teacher competetency 61,5%. There are eight variables which don?t have significantly influence to teacher competency : the supervision of school supervisor, training, leadership of head master , teacher collaboration, innovation, social intelligence, work standard, and part time job."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T29787
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>