Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105507 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yan Sumaryana
"ABSTRAK
Studi ini membahas hubungan antara variabel dependen orientasi pilihan pekerjaan (OPP) dengan variabel-variabel independen pandangan terhadap status pekerjaan (PSP), pandangan mengenai hakekat kerja (PHK), dan faktor-faktor yang dianggap paling menentukan dalam mendapatkan pekerjaan (FMP). Variabel dependen OPP mengungkapkan jenis-jenis pekerjaan yang diharapkan sebagai pilihan oleh responden penelitian, dalam hal ini adalah sebagian dari para siswa kelas 3 SMA Budi Bhakti Depok. Pekerjaan-pekerjaan tersebut dikelompokkan menja di tiga jenis menurut sektor pengelolaannya, yaitu pekerjaan pegawai negeri, karyawan swasta, dan wiraswasta. Pengelompokan itu bercirikan tinggi-rendahnya tingkat relativitas stabilitas, keteraturan dan kepastian dalam pendapatan dari gaji atau upah yang diperoleh, serta kedudukan dan jabatan yang dipegang. Urutan tingkat relativitas stabilitas, ketraturan dan kepastian itu dari tinggi ke rendah adalah pegawai negeri, karyawan swasta, dan wiraswasta. Variabel independen PSP menelaah pemikiran, perasaan dan isi hati, yang diwujudkan melalui pendapat responden penelitian mengenai hirarki atau tingkatan jenis-jenis pekerjaan yang ada dalam masyarakat, yang pada tingkatan umum tertentu secara normatif diatur atau dikendalikan oleh nilai-nilai dan norma-norma standar yang hidup di dalam masyarakat. Variabel independen PHK mengungkapkan pemikiran, perasaan dan isi hati, yang diwujudkan melalui pendapat responden penelitian mengenai arti dan tujuan bekerja. Sedangkan, variabel independen FMP menunjuk pada pemikiran, perasaan dan isi hati, yang diungkapkan melalui pendapat responden penelitian mengenai faktor-faktor apa saja yang di-. perlukan untuk memperoleh suatu pekerjaan yang diharapkan. Hipotesa dalam studi ini memperkirakan bahwa OPP merupakan fungsi (f) dari PSP, PHK, dan FMP (OPP f(PSP,PHK,FMP)). Dengan kata lain, orientasi pilihan pekerjaan merupakan hasil (output) dari pandangan terhadap status pekerjaan, pandangan mengenai hakekat kerja, dan faktor-faktor yang dianggap paling menentukan dalam mendapatkan pekerjaan. Untuk membuktikan hipotesa tersebut dipergunakan dua uji statistik. Pertama, uji statistik chi-square/khi-kuadrat (X2(D.F.) den6an alpha 0.05 (5%) 95% (X2 , atau interval kepercayaan ). Kedua, uji statistik berdasarkan koefisien korelasi pangkat D menurut Somers, untuk mengukur kekuatan hubungan yang tak siraetrik antara dua variabel yang berskala ordinal. Berdasarkan dua uji statistik itu atas data hasil penelitian, hipotesa dapat diterima; meskipun perlu disertai beberapa catatan. Hasil penelitian menunjukkan, dalam hubungan antara variabel dependen OPP dengan variabel independen PSP, hanya sebagian variabel independen PSP, yaitu pandangan mengenai jenis pekerjaan paling ideal yang memiliki signifikansi untuk. X2 terhadap variabel dependen OPP. Sedangkan sebagian variabel inde- 0.95 penden PSP lainnya, yaitu pandangan mengenai jenis pekerjaan paling dihormati serta berkedudukan tinggi dalam masyarakat, tidak 2 memiliki signifikansi untuk X penden OPP. Pandangan mengenai jenis pekerjaan paling dihormati serta berkedudukan tinggi dalam masyarakat, cenderung tidak berhubungan dengan OPP. Variabel independen PSP hanya bisa diartikan sebagai pandangan mengenai jenis pekerjaan paling ideal, apabila hendak dilihat hubungannya terhadap variabel dependen OPP. Hubungan atau korelasi antara kedua variabel tersebut cukup kuat; hampir 0.6 berdasarkan koefisien korelasi pangkat D menurut Somers. Semakin dipandang ideal suatu jenis pekerjaan, maka pekerjaan tersebut cenderung semakin diharapkan sebagai pilihan. Hubungan antara variabel dependen OPP dengan variabel independen PHK, dan hubungan antara variabel dependen OPP dengan variabel independen FMP, juga signifikan untuk x2 0.95* Akan tetap kedua hubungan tersebut korelasinya kurang kuat; masing masing hanya 0.2 berdasarkan koefisien korelasi pangkat D menurut Somers. Semakin tinggi PHK, dan semakin tinggi FMP, dalam arti semakin banyak faktor-faktor yang dianggap menentukan dalam mendapatkan pekerjaan, maka cenderung mengharapkan jenis pekerjaan dengan tingkat stabilitas yang relatif semakin rendah sebagai pilihan."
1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Jane Savitri
"Adversiry Quotient adalah kemampuan individu untuk berespon terhadap kesulitan yang didasari oleh keempat dimensinya yaitu kontrol, Ownership, Reach dan Endurance
(Stoltz, 1997). Advemily Quonenr rnemberikan pcmahaman baru mengenai apa yang diperlukan siswa untuk mencapai kesukscsan , terutama bagi peningkatan kemampuan
untuk mengatasi hambatan 31811 keaulitan yang dihadapi dalam proses pendidikan maupun tantangan kehidupan . `
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan yang timbul dengan menguji
tiga hipotesis. Metode penelitian yang digunakan yaitu korelasi. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi ( sumbangan yang bermakna ) dari Orientasi Masa Depan dalam bidang pcndidikan dan iklim kelas baik secara bersama-sama
maupun tersendiri atau parsial terhadap Adversify Qumienr siswa, besamya sumbangan yang bermakna tersebut.
Sampel penelitian adalah siswa kelas dua SMUK 2 BPK Penabur Bandung
sebanyak 169 orang. Alat ukur yang digunakan adalah Adversiry Quorienr yang diadaptasi oleh Lesmawati , dari alat ukur yang dikembangkan oleh Stoltz, Orientasi Masa Depan dalam bidang pendidikan hasil modifikasi Victoriana dari tcori Nurmi, dan iklim kelas yang dimoditikasi bcrdasarkan skala iklim kelas dari Trickett dan Mons. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi Multiple Regression dengan metode stepwise.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Orientasi Masa Depan dalam bidang
pendidikan memberikan sumbangan yang bermakna terhadap Adverxi/y Quolienr, bcrbeda dengan iklim kelas yang tidak memberikan sumbangan bermakna terhadap Advenviry Quolienl Namun secara bcrsama-sama , Orientasi Masa Depan dalam bidang pendidikan
dan iklim kelas masih membcrikan sunibangan bcmnakna terhadap Adversity Quotient.
Berdasarkan pengolahan Iebih lanjut diperoleh hasil bahwa aspek perencanaan dan evaluasi dari Orientasi Masa Depan dalam bidang pendidikan membcrikan sumbangan bermakna
terhadap dimensi conrrol, ownership dan endurance dari Adversily Quorienl , sedangkan dimensi Involvement dan Teacher Comm! memberikan sumbangan bemakna bagi dimensi control , owncrzv/tip dan reach dariadversity Quntient
Saran yang dibcrikan pada sekolah adalah berusaha untuk mengembangkan ketiga aspek Orientasi Masa Depan dalam bidang pendidikan secara berkesinambungan dan membekali guru dengan pemahaman /hlvenwry Qfmfiem dan mcrancang aktivitas kelas yang memfasilitasi siswa untuk tcrlibal dan berpartisipasi aktiff Sclain ilu guru berupa unluk
lebih banyak menekankan pengalaman-pcngalaman keberhasilan siswa daripada pengalaman-pengalaman kegagalan mcreka agar keyakinan diri siswa dalam mencapai keberhasilan semakin meningkat.
Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan pula untuk melakukan penulitian mengenai Adversiry Quorien/ pada setting pendidikan yang lain dengan cakupan yang lebih luas. Selain ilu yang dapat ditclili variabcl-variabci Iain yang mungkin mempengaruhi
Adversity Quorienr seperti pengaruh-pcngaruh dari orang tua, guru, teman sebaya dan orang-orang yang memiliki peran penting selama masa kanak~kanak , sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang Adversity Quurient."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Emil Mukti
2004
S3355
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haryono
"Penelitian ini berangkat dari pemikiran bahwa masa remaja merupakan persiapan memasuki masa dewasa dan remaja adalah unsur generasi penerus bangsa, sehingga pembinaan dan pengembangannya perlu ditingkatkan keefektifannya. Di sisi lain remaja sebagai individu yang sedang dalam suatu tahap perkembangan dari rentang hidupnya, memiliki karakteristik yang menuntut pengertian dan perlakuan tersendiri dari semua pihak yang berhadapan dengannya. Untuk itu pemahaman mengenai remaja merupakan hal yang sangat mendasar atau esensial. Dengan dasar pemahaman yang komprehensif diharapkan usaha pembinaan dan pengembangan remaja tersebut dapat berhasil dengan lebih baik, yaitu terciptanya genarasi penerus yang berkualitas dan orang-orang dewasa yang matang dan mandiri.
Penelitian ini mengkaji keterkaitan antara tingkat aspirasi, ketepatan pilihan bidang pekerjaan, dan Sikap terhadap sekolah pada remaja, bagaimana hubungannya dengan status sosial ekonomi orang tua, mengingat keluarga masih merupakan lingkungan utama bagi remaja pertumbuhan dan perkembangan remaja masih belum terlepas dari pengaruh orang tua. Berdasarkan kajian teori diajukan enam hipotesis untuk dibuktikan kebenarannya. Penelitian dilakukan pada remaja akhir dengan rentang usia antara 17 hingga 22 tahun, yaitu siswa kelas tiga SMA Negeri I, III, dan IX di Kodya Semarang - Jawa Tengah tahun ajaran 1991/1992. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: 1. Ditinjau dari tingkat_aspirasi, ketepatan pilihan bidang pekerjaan, dan sikap terhadap sekolah, remaja (khususnya di Kodya Semarang) pada umumnya belum memiliki persiapan yang memadai untuk memasuki masa dewasa. Hereka mamiliki tingkat aspirasi yang cukup tinggi untuk dimensi cita-cita dan hasrat, tetapi sedang untuk dimensi ketetapan hati, ketepatan pilihan bidang pekerjaan dalam kualifikasi cukup, dan sikap yang positif terhadap sekolah sebagai lembaga pendidikan. 2. Tingkat aspirasi dan ketepatan pilihan bidang pekerjaan secara signifikan berhubungan dengan sikap terhadap sekolah, tetapi antara tingkat aspirasi dan ketepatan pilihan bidang pekerjaan tidak menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan. 3. Di antara ketiga aspek perkembangan (variabel) yang diteliti, hanya tingkat aspirasi yang masih menunjukan adanya hubungan seoara signifikan dengan status sosial ekonomi orang tua (hasil analisis Korelasi Sederhana). Tetapi setelah dilanjutkan dengan analisis Korelasi Parsial, ketiganya tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Selanjutnya dengan hasil temuan itu diajukan saran agar ditingkatkan nsaha menumbuhkembangkan tingkat aspirasi, ketepatan pilihan bidang pekerjaan, dan sikap terhadap sekolah pada renaja, dengan mengembangkan situasi dan kondisi yang memungkinkan ketiga aspek itu dapat berkembang secara optimal. Perlu dilakukannya penelitian lanjutan dengan memperluas jangkauan sampel penelitian, menggnnakan alat ukur yang lebih standar, dan metode pengumpulan data sacara terpadu, Serta dimanfaatkannya hasil penelitian ini sebagai salah satu bahan masukan dalam upaya pembinaan dan pengembangan remaja lebih lanjut."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Layalia Fatharani
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai perbedaan
persepsi diri terhadap tingkah laku menyontek pada kelompok siswa kelas 12
berdasarkan kecenderungan orientasi tujuan berprestasi. Pengukuran persepsi
siswa terhadap tingkah laku menyontek menggunakan alat ukur berupa kuesioner
atau self-report yang dimodifikasi dari beberapa alat ukur (Anderman, Grissinger,
dan Westerfield 1998; Bolin, 2004; deLambret dkk.; 2003; Lambret dkk., 2003).
Pengukuran orientasi tujuan berprestasi siswa menggunakan alat ukur Patterns of
Adaptive Learning Scale (PALS) yang dikembangkan oleh Midgley dkk. (2000).
Responden penelitian ini berjumlah 88 siswa kelas 12 SMA yang berasal dari
berbagai sekolah yang berbeda-beda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan persepsi diri terhadap tingkah laku menyontek pada
kelompok siswa berdasarkan kecenderungan orientasi tujuan berprestasi. Skor
persepsi diri terhadap tingkah laku menyontek yang rendah terdapat pada
kelompok siswa dengan kecenderungan orientasi tujuan mastery. Di sisi lain,
kelompok dengan orientasi tujuan performance memiliki persespsi diri terhadap
tingkah laku menyontek yang tinggi. Hasil penelitian sudah sejalan dengan teori
orientasi tujuan berprestasi yang menyatakan bahwa siswa dengan kecenderungan
orientasi tujuan mastery akan cenderung tidak menyontek.
ABSTRACT
This study was conducted to get an idea of the difference of self-perception
towards academic cheating behavior in 12th grade student groups based on
achievement goal orientation tendency. The measurement of self-perception
towards academic cheating using self-report questionnaire that has modified
from some measurement (Anderman, Grissinger, and Westerfield 1998; Bolin,
2004; deLambret et al .; 2003; Lambret dkk., 2003). Student achievement of
goal orientation were measured by Patterns of Adaptive Learning Scales
(PALS) which developed by Midgley etc. (2000). This respondents were 88
high school students in 12th grade from several different schools. The results
showed that there was no difference of mean of self-perception towards
academic cheating on 12th grade group based on achievement goal orientation
tendency. Mean of self-perception towards academic cheating are the lowest in
the group of students with performance goal orientation tendencies. In the Other
hand, group of student with mastery goal orientation tendencies have a high
mean of self-perception towards academic cheating. The results has been
consistent with the achievement goal orientation theory which states that
students with mastery goal orientation tendencies will not tend to cheat."
2014
S60647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginto Saputra
"AIDS adalah kumpulan gejala penyakit oleh karena menurunnya daya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV dan merupakan ancaman manusia dimasa mendatang terutama dinegara-negara berkembang termasuk Indonesia. Siswa SMU merupakan sebagian remaja yang perlu mendapat perhatian karena perilaku mereka akan menentukan nasibnya terutama yang berhubungan dengan penyakit AIDS. Dalam rangka mencari cara yang efektif untuk pencegahan penyakit AIDS yang mematikan ini dibutuhkan data tentang karakteristik, sumber informasi, pengetahuan kap tentang penyakit tersebut, terutama kepada kelompok masyarakat usia muda siswa SMU.
Tujuan penelitian ini ingin mengetahui apakah ada hubungan antara karakteristik, sumber informasi, pengetahuan, sikap dan perilaku siswa terkait HIV AIDS agar dapat memberikan masukan kepada pengelola program upaya pencegahan penularan HIV/AIDS sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun rencana pencegahan atau memperbaiki dan meningkatkan hasil yang telah dicapai selama ini khususnya terhadap siswa SMU Negeri maupun SMU Suwasta di Kota Bogor.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik sebagai gambaran secara umum karena terdapat beberapa keterbatasan waktu, tenaga dan biaya. Adapun penelitian ini menurut waktunya termasuk penelitian Cross sectional. Besar sampel penelitian sebanyak 101 orang, dimana sample diambil secara Quota. Masing-masing variable diteliti ditabulasi dan disajikan secara diskriptif, kesemua variabel independent : karakteristik (umur dan jenis kelamin), pengetahuan, sumber informasi dan sikap dilakukan uji statistic untuk mengetahui apakah ada hubungan dengan variable dependen (perilaku). Khusus untuk variabel umur dilakukan uji t-test independent terhadap perilaku, karena umur tidak dikelompokkan. Sedangkan untuk uji statistic antara jenis kelamin, tingkat pengetahua, sumber informasi dan sikap menggunakan uji statistic Chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara rata-rata umur dengan perilaku berisiko terkait HIV AIDS setelah dilakukan uji t-test independent didapatkan pv 0,964, dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan perilaku berisiko terkait HIV AIDS. Distribusi frekuensi antara jenis kelamin laki-laki 51 orang (5,9 %) berisiko dan (94,1 %) tidak berisiko, perempuan 50 orang (10 %) berisiko dan (90 %) tidak berisiko. Akan tetapi setelah dilakukan uji statistic didapat pv 0,487 yang artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan perilaku berisiko terkait HIV AIDS.
Hasil uji statistic yang dilakukan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku berisiko terkait HIV AIDS didapatkan pv 0,463 artinya tidak terdapat hubungan yang bermanka antara tingkat pengetahuan dan perilaku. Untuk variabel sumber informasi yang diperoleh responden tentang HIV AIDS yang terdiri dari guru, orang tua, tenaga kesehatan, teman, Koran, majalah, televise, radio dan internet setelah dikelompokkan dengan kategori ≥___ 5 baik, dan < 5 dengan kategori buruk, dan setelah dilakukan uji statistic dengan perilaku berisiko terkait HIV AIDS didapat pv 1,0 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antar sumber informasi dengan perilaku berisiko terkait HIV AIDS. Sedangkan hubungan antara variabel sikap dengan variabel perilaku terkait HIV AIDS setalah dilakukan uji statistic didapat pv 0,726 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku berisiko terkait HIV AIDS.
Walaupun setelah dilakukan uji terhadap variabel independent dan variable dependen tidak satupun terdapat hubungan yang bermakna namun secara teori perilaku sangat dipengaruhi oleh factor-faktor tersebut. Perlu kita lihat bahwa dari 101 responden yang diteliti terdapat 8 responden (7,9 %) yang berprilaku berisiko terkait HIV AIDS 5 diantaranya wanita dan 3 laki-laki. Untuk itu kepada pihak penyelenggara sekolah hendaknya bisa bekerjasama dengan dinas (terkait) pengelola program upaya pencegahan penularan HIV/AIDS di Kota Bogor untuk menyusun program penyuluhan AIDS secara periodik dengan menggunakan model/variasi media yang menarik dan selalu mengikut sertakan peran orang tua didalam memberikan informasi AIDS tersebut."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>