Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21680 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Robin Hartanto Honggare
"Skripsi ini membahas peran diagram dalam arsitektur. Dengan menggunakan metode kualitatif dan teknik analisis deskriptif, skripsi ini menunjukkan bahwa diagram digunakan secara bervariasi dan subyektif dalam arsitektur. Lebih lanjut, studi kasus pada karya-karya arsitektur yang menggunakan diagram menunjukkan bahwa peran mutlak diagram dalam bidang arsitektur adalah sebagai bahasa arsitektur, bukan sebagai mesin abstrak. Diagram merupakan sistem tanda visual yang memiliki aksara, yang kemudian membentuk susunan kata dan kalimat untuk menyampaikan maksud penggagasnya, baik sebagai alat eksplanatori maupun alat konseptual.

The focus of this study is to explain the role of diagram in architecture. Using the qualitative method and descriptive analytical technique, this thesis reveals that diagram is used variously and subjectively. Furthermore, the case study on architectural projects which are using diagrams shows the ultimate role of diagram as architecture language, not as an abstract machine. Diagram is a system of visual sign which has its alphabet, then creating an order of words and sentences to deliver the users messages, either as an explanatory or conceptual tools."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1722
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aghita Kruliane
"Skripsi ini meneliti tentang penggunaan bahasa alay yang sedang berkembang di kalangan remaja yang membutuhkan suatu identitas untuk menunjukkan eksistensinya di lingkungan masyarakat. Lalu remaja mulai mencari cara untuk mendapat tempat dalam masyarakat, dengan menggunakan bahasa alay. Dengan teori reception analysis dan paradigma konstruktivis, tujuan penelitian kualitatif ini adalah mendeskripsikan cara berkomunikasi remaja yang menggunakan bahasa alay melalui ragam tulisan dan perilaku non verbal yang terpengaruh dari lingkungan remaja. Unit analisis yang diangkat dalam penelitian ini adalah individu yang menggunakan bahasa tersebut dan pengambilan bahasa yang diambil dari MTV Alay.
This thesis researched the use of alay language among teenagers that requires a sense of identity to show their existence in the community. Then teenagers start looking for a way to take the place in their community by the use of alay language. With the reception analysis theory and the constructivism as a paradigm, this qualitative research aims to describe teenagers ways of communicating by using alay language through variety of writing and non verbal behavior that affected of their neighborhood. The unit of analysis in this research is an individual that uses such language and language retrieval that is taken from MTV Alay."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Purnamasari
"Ragam bahasa keilmuan saat ini menjadi Salah satu unsur penting yang dibahas di perguruan tinggi dalam pengajaran bahasa Jerman bagi penutur asing. Satu dari sekian banyak ciri khas yang kerap ditemukan dalam bahasa Jerman ragam keilmuan adalah pronomina es.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menjelaskan pronomina es dari segi sintaktis dan semantis. Secara sintaktis pronomina es berfungsi sebagai kata ganti, pengisi rumpang, dan bagian dari valensi verba, sementara dari segi semantis dibicarakan pronomina es yang berperan sebagai pemarkah relasi semantis antara anteseden dan pengacunya.
Korpus data berjumlah 90 (sembilan puluh) kalimat diperoleh dari empat buah buku yang mewakili dua bidang ilmu, eksakta dan noneksakta. Dua buku yang mewakili bidang ilmu eksakta adalah teknik dan kedokteran, sedangkan dua buku lainnya mewakili bidang noneksakta, yakni hukum dan linguistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara sintaktis prosentase kekerapan kemunculan pronomina es sebagai kata ganti, sebagai pengisi rumpang atau sebagai bagian dari valensi verba tidak sama antara satu bidang ilmu dengan bidang ilmu lainnya meskipun berada dalam kelompok ilmu yang sama. Pronomina es yang ditemukan dalam ragam bahasa keilmuan bidang teknik dan kedokteran; misalnya. Dalam ragam bahasa keilmuan bidang teknik prosentase kemunculan pronomina es yang berlilngsi sebagai kata ganti hanya sebesar 7,69%, sedangkan dalam bidang kedokteran Sebesar 31%. Sementara berdasarkan analisis semantis diperoleh simpulan sebagai berikut; Secara umum pronomina es yang paling kerap muncul dalam keempat bidang ilmu yang diteliti adalah pronomina es yang secara sintaktis berfungsi sebagai bagian dari valensi verba seperti dalam frasa verbal es regnet 'hujan'. Pronomina es tersebut -mengacu pada von Polenz- tidak memiliki makna secara semantis (Ieeres semanticsubjec) karena tidak membuat rujuk silang dengan nomina atau hal yang berada di depannya atau di belakangnya.
Pronomina es yang memperlihatkan hubungan anaforis antara anteseden dan pengacunya ditemukan paling kerap muncul dalam ragam bahasa keilmuan bidang linguistik. Dalam ragam ini pula pronomina es yang rnemperlihatkan hubungan kataforis paling kerap muncul. Pronomina es yang merupakan pronomina katafor secara sintaklis adalah pronomina yang berfungsi sebagai pengisi rumpang dan memiliki pola-pola kalimat tertentu, seperti Es... Nebensatz, ob... Akan tetapi tidak semua pronomina es yang secara sintaktis berfungsi sebagai pengisi rumpang memperlihatkan hubungan yang bersifat kataforis antara anteseden dan pengacunya. Pronomina es yang tidak memiliki pola kalimat khusus dan hanya merupakan sebuah dummy subject dalam kalimat tidak bermakna secara semantis, karena ia tidak membuat rujuk silang silang dengan lingkungannya.

Scientific language is now becoming one of significant studies which is tought at universities in teaching german for foreign speaker. One of the characteristics mostly found in scientific german is the pronoun es.
This research tried to describe and to emphasize the syntactical and semantical phanomen of the pronoun es. The pronoun es has -according to van der Elst- three syntactical functions as followed: Es as pronoun, es as expletive, and es as part of the verb valence. And es semantically shows the relation between the determiner and its antecedent, anaphoric or cathaphoric.
90 (ninety) sentences as corpus was taken from four scientific books, which represent two group of studies, namely science and social. Technik and medicine were chosen to represent science, and law and linguistics to social.
The result revealed that the frequency of the syntactical function of pronoun es found in four books is not the same one with another, although they are in the same group of study. Those found in technic and medicine for example. Both are science books, but the pronoun es as pronoun is found more in medicine as in technic, 31% to only 7,69%. Semantical analysis on the other hand indicated that the pronoun es, which are meaningless -this pronoun syntactically functions as part of the verb valence- generally found mostly in all four books. The anaphoric relationship is showed mostly in linguistics, so is the cataphoric one. The cataphor pronoun es is that, which functions syntactically as expletive and has particular sentence model, such as Es ... Nebensatz, ob .... Those, which also has the same syntactical iilnction but doesn?t have particular sentence model and it is only the dummy subject of the sentence are meaningless.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T17211
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juliana Silvia Onggani Winata
"Skripsi ini membahas ambiguitas diagram dalam arsitektur dan mengembangkan teori
diagram sebagai kontinuum. Studi ini mengeksplorasi konsep ini dengan
mengembangkan sistem kontinuum Dortdivanlioglu dengan mengajukan kontinua
tambahan untuk kemudian dirancang sebagai sistem kontinuum. Sistem ini kemudian
diterapkan dalam diagram Zaha Hadid melalui pendekatan analisa gambar. Hasil
penelitian menunjukkan kecenderungan sifat fungsional/form-finding/inskriptif dalam
diagram Zaha Hadid, dan potensi untuk sistem kontinuum yang lebih luas dan kompleks
untuk identifikasi diagram lebih lanjut

This undergraduate thesis discusses the ambiguity of architectural diagrams and
attempts to conceptualize the diagram as a continuum. This study approaches this
concept by improving Dortdivanlioglu's continuum system via the proposal of
additional continua to form a continuum system. This continuum system is then applied
to Zaha Hadid's diagram via image analysis. The result of this research shows the
tendency to functional/ form-finding/ inscriptive traits in Zaha Hadid's diagrams and the
potential for a broader and more complex continuum system for further identification
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deuxiene Ahadiningtyas
"Salah satu cabang ilmu filsafat adalah semiotika. Semiotika merupakan ilmu analisis tanda atau studi tentang bagaimana System penandaan berfungsi.
Pada awalnya, semiotika banyak membahas hal-hal yang terkait dengan linguistik. Namun kemajuan dalam ilmu filsafat serta ilmu-ilmu lainnya telah membawa jembatan bagi semiotika untuk berhubungan dengan disiplin ilmu lainnya. Karena pada dasarnya semiotika berbicara tentang tanda secara umum, dan linguistik hanyalah salah satu tanda yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Arsitektur adalah cabang ilmu yang telah membuka hubungannya dengan semiotika. Hubungan itu muncul akibat perkembangan pemikiran para ahli arsitektur yang tertarik dengan filsafat, maupun sebaliknya. Para ahli tersebut melihat arsitektur sebagai sebuah sistem yang sarat akan tanda. Sesungguhnya setiap unit terkecil dari arsitektur mewakili sesuatu yang lain, sesuai dengan prinsip tanda sebagai perwakilan sesuatu, sehingga unit tersebut dapat disebut sebagai tanda.
Tidak hanya arsitektur yang bersifat modem, arsitektur yang merupakan peninggalan bersejarah pun merupakan sistem tanda yang kompleks. Justru sistem tanda yang ada pada akhirnya menjadi acuan untuk menafsirkan makna arsitektur di masa dulu dan kebudayaan yang mereka miliki. Semakin kompleks tanda yang ditemukan, semakin tinggi pula tingkat kebudayaannya. Bahkan beberapa suku di dunia hingga saat ini tetap menggunakan simbol-simbol warisan nenek moyang yang diterapkan pada bangunan dan wilayah pemukiman mereka.
Pengertian tanda dalam arsitektur tidaklah sempit. Tidak hanya terbatas pada hal-hal yang sifatnya simbolis, yang berisi mitos, lambang kebudayaan ataupun kepercayaan. Tanda juga meliputi segala sesuatu yang kasat mala, selama sifatnya masih mewakili sesuatu yang lain. Termasuk konstruksi bangunan yang kadang dinilai tidak memiliki makna.
Berbagai tanda yang ada pada suatu karya arsitektur pada dasarnya membawa misi dari si perancang karya tersebut. Tidaklah mudah menafsirkan makna. Dalam mencari makna tersebut dibutuhkan suatu bentuk analisis yang cermat dengan memperhatikan segala aspek arsitektural yang ada.
Keberadaan semiotika kemudian adalah untuk membantu mencari makna dari berbagai tanda dalam karya arsitektur melalui pendekatan analisis. Analisis dilakukan dengan cermat, memperhatikan berbagai elemen yang terkait, serta melibatkan seluruh pengetahuan yang dimiliki penganalisis tentang arsitektur.
Analisis ini lebih mudah karena dapat mengandalkan informasi yang terbatas dan selanjutnya menuntut intuisi penganalisis dalam mengerjakannya. Memang tidak seluruh tanda dapat diketahui maknanya ataupun sesuai dengan maksud dari si pembuat tanda. Tapi di situlah letak keistimewaan tanda dalam arsitektur, di mana setiap orang memiliki kebebasannya sendiri dalam menerjemahkan suatu karya yang ada. Keanekaragaman tersebut nantinya menjadi suatu kekayaan bagi arsitektur."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48495
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halliday, M.A.K.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press , 1992
401 HAL it (3)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Anggoro Utari
"Salah satu bentuk pengembangan bahan ajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) adalah melalui penggunaan foto sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran. Namun dalam penggunaannya pertanyaan tentang keberterimaan penggunaan foto dan efektivitasnya dalam kegiatan pembelajaran BIPA belum banyak dibahas secara mendalam. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi potensi penggunaan foto sebagai bagian dari bahan ajar bagi pembelajar dan pemelajar BIPA. Penelitian ini mengggunakan metode penelitian kualitatif yang dilakukan melalui sejumlah analisis yang berkaitan dengan semiotika pendidikan seperti analisis komposisi tata letak halaman, analisis gramatika visual dan intersemiosis foto. Selain itu, penyebaran kuesioner juga dilakukan untuk mendapatkan pandangan pengguna bahan ajar sebagai pilihan data. Terdapat beberapa temuan penting dalam penelitian ini. Pertama, pola tata letak elemen dalam tiap halaman beragam. Kedua, foto ditemukan pada kegiatan pembelajaran menyimak, berbicara dan membaca namun tidak ditemukan dalam kegiatan menulis. Ketiga, terdapat lima jenis relasi intersemiosis yang ditemukan dan dua relasi yang paling banyak ditemukan adalah concurence-exemplification dan concurence-clarification. Keempat, pengguna memberikan pendapat positif terhadap foto-foto pada bahan ajar ini dalam membantu pembelajaran. Kelima, pengguna bahan ajar memiliki preferensi untuk menggunakan foto terlebih dahulu dibandingkan teks tertulis pada saat memulai pembelajaran. Beberapa kesimpulan dari temuan tersebut antara lain elemen pada halaman dalam bahan ajar ini disusun dengan cara beragam, foto dan tulisan dalam bahan ajar ini dibangun melalui 5 jenis relasi, dan pengguna bahan ajar memiliki pendapat positif terhadap foto pada bahan ajar dalam membantu pembelajaran. Sejumlah rekomendasi berdasarkan kesimpulan tersebut menekankan pada pentingnya pembuatan kerangka tata letak pada penyusunan bahan ajar BIPA, penyeimbangan jenis foto dan komposisi partisipan, serta penggunaan foto dengan relasi complementarity-augmentation dan concurrence-clarification dalam pembelajaran.

The involvement of photos as part of learning activities in Indonesian language teaching materials for foreign speakers (BIPA) is indicated as an important progress. However, studies on the effectiveness of using photos in Indonesian language for foreign speakers’ teaching material have not been widely carried out. The purpose of this study is to investigate the potential use of photos as part of teaching materials for BIPA teachers and learners. This study employed a qualitative method to examine use of photos and users’ perspectives. The use of photos was examined using educational semiotics frameworks, involving page layout composition, visual grammar and intersemiosis of photos. The viewpoint of the users was obtained through the distribution of questionnaires. The results showed several findings. First, the diverse patterns of layout of elements were found on each page. Second, the photos were only found on three learning activities such as listening, speaking and reading. Third, there were five relationships of photos and written text built in this book. Fourth, the positive viewpoint showed from the user concerning of the photos on this teaching material in scaffold learning. Finally, the users prefer to use photos at the beginning of learning. It can be concluded that, among others, the elements on the pages in this teaching material are structured in a different way, the photos and verbal texts in these teaching materials are built through five types of relationships, and most users of the lesson material have a positive viewpoint for use of photos which is felt to scaffold their learning. It is thus recommended that photos in in BIPA teaching materials are designed based on a specific layout framework, the composition of photo type and participant is balanced, and photos with complementary-augmentation and concurrence-clarification types of visual and verbal relations are used."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Stenisia
"Kehadiran perempuan dalam dunia periklanan tidak hanya terbatas pada iklan-iklan produk kosmetik perempuan tetapi juga kosmetik laki-laki. Perempuan cenderung tampil di iklan-iklan produk yang sesungguhnya tidak ditargetkan untuk perempuan melainkan laki-laki. Iklan produk kosmetik laki-laki menunjukkan posisi dan karakter perempuan melalui penggunaan bahasa verbal dan nonverbal seperti dalam iklan cetak produk Axe Effect. Penelitian ini menggunakan empat belas iklan cetak Axe Effect untuk menyelidiki bahasa verbal dan nonverbal yang mengkonstruksi posisi perempuan dan membangun karakter perempuan. Keempat belas iklan cetak memaparkan bahasa verbal perempuan melalui fitur-fitur linguistik berdasarkan stilistika feminis. Gambar tubuh perempuan sebagai bagian dari bahasa nonverbal memperlihatkan interaksi antara perempuan dengan pembaca sesuai dengan teori semiotika visual. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kehadiran perempuan dalam iklan cetak Axe Effect melalui bahasa verbal dan nonverbal menunjukkan bukti-bukti yang berbeda dari posisi dan karakter perempuan dalam konstruksi patriarki.

Women existence has widely spread either in women's or men's grooming products advertisement. Even women mostly appear in product which is not targeted for themselves unless for men. Men's grooming product portrays women's position and character through verbal and nonverbal languages in Axe Effect printed ads. This research has selected fourteen samples of Axe Effect printed ads to investigate verbal and nonverbal languages which construct women's position and build women's character. These fourteen printed ads have been analyzed women's verbal language through linguistic features based on stylistic theories. Moreover, women body images as nonverbal languages show women-reader interaction based on visual semiotics theory. This research concludes that women existence in Axe Effect printed ads through verbal language and nonverbal language give contrary evidence to women's position and character under patriarchal construction."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43345
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Pappilon Halomoan
"Media massa sebagai regime of looking membentuk penilaian yang didasarkan pada 'yang terlihat'. Hubungan kekuasaan yang terjadi adalah pengaturan tentang bagaimana tubuh harus hadir dan juga dialektika antara tubuh yang hadir dan yang tidak hadir (absence). Konsekuensinya terjadi `normalisasi' dalam representasi. Media massa menentukan siapa yang berada dalam batas `normal' siapa yang kurang normal dan siapa yang melanggar kenormalan. Media massa melakukan kategorisasi terhadap tubuh.
Subjek penelitian ini adalah majalah Kawanku, yang merepresentasikan tubuh dan identitas remaja melalui teks berupa artikel maupun foto-foto di dalamnya. Mitos dan ideologi teks tersebut dibaca dengan menggunakan pendekatan semiotika. Melalui metode semiotika ini, akan diungkapkan identitas ideologis yang dibangun dalam penanda-penanda foto maupun tulisan dan juga ideologi apa yang disampaikan melalui representasi tubuh dalam media tersebut.
Ada tiga bingkai teori yang juga menjadi titik perhatian masalah ini, yakni: (1) Identitas ideologik. Bagian ini berisi uraian tentang praktik mode of address oleh media. Beberapa pendapat Althusser tentang ideologi yang berbentuk ajakan bagi pembaca untuk masuk dalam sistem makna media massa menjelaskan proses ini. (2) Media sebagai name of the father. Mendiskusikan proses pembentukan identitas dalam media massa dengan menggunakan teori psikoanalisis dari Lacan. Bagian ini adalah eksplorasi lebih jauh identitas ideologis. (3)Tafsir tubuh. Berisi gagasan-gagasan Foucault tentang tubuh dan disiplin. Bagaimana bentuk kekuasaan yang terus berubah dalam menangani tubuh. Mulai dari hukuman fisik sampai psikis. Yang utama adalah proses kategorisasi tubuh dalam berbagai bidang.
Kawanku membangun mitos-mitos tentang cantik, remaja, cewek, sehat, yang menuju pada pembentukan ideologi tertentu. Ideologi dengan tujuan naturalisasi makna, penyalahpahaman identitas, dan pembentukan subjek bagi tatanan simbolis majalah tersebut, adalah salah satu bagian dari strategi pengontrolan tubuh. Misrecognition, interpellation dan naturalisation adalah bagian dari strategi pengontrolan dan pendisiplinan terhadap tubuh dan identitas individu. Pengontrolan dan pelatihan membentuk tubuh yang patuh, efisien, efektif dan produktif. Majalah ini mengawasi individu supaya tetap berada dalam bingkai nilai-nilai Kawanku. Penekanan pada suatu bentuk kecantikan tertentu memaksa individu untuk juga membentuk tubuhnya sejalan dengan mitos yang direpresentasikan Kawanku. Dengan pendisiplinan dan pengawasan ini maka roda produksi budaya akan tetap berputar. Tubuh yang sudah siap dan terlatih menjadi komoditi bagi produksi dan konsumsi. Pelatihan dan pengawasan terhadap tubuh yang terus menerus bisa mengantisipasi kekurangan persediaan tubuh. Tubuh menjadi stock dalam proses ini."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T10718
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liestiana Heppy Kurniawati
"Tesis yang berjudul Konotasi Tanda Verbal Bahasa Inggris pada Iklan Nokia Berbahasa Indonesia ini merupakan kajian semiotik kultural Barthes. Objek penelitian ini adalah dua puluh enam iklan Nokia dalam majalah Gogirl, Gadis, dan Hai bulan Januari hingga Juni 2008. Dua puluh enam iklan tersebut terdiri atas sepuluh varian iklan yang kemudian dikategorikan ke dalam lima kelompok. Kategori tersebut didasarkan pada tipe Nokia yang diiklankan (Nokia 5310 dan 5610, Nokia 2600 Classic, Nokia N Series, Nokia N81 dan N81 8GB, dan Nokia Black Edition). Pilihan kategori berdasarkan tipe ini didasarkan pada alasan bahwa setiap tipe memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik tersebut ditonjolkan dalam iklan untuk mengkomunikasikan positioning produk. Dengan demikian, dalam penyajiannya hasil analisis akan dikelompokkan ke dalam lima kategori.
Kajian ini merupakan kajian teks yang didasari oleh teori konotasi Barthes, khususnya kajian tanda verbal bahasa Inggris yang diselipkan di dalam iklan Nokia tersebut. Jadi, tanda verbal bahasa Inggris dalam iklan-iklan Nokia berbahasa Indonesia tersebut dianalisis konotasinya untuk mengetahui citra dan positioning produk yang diiklankan. Analisis data juga didasarkan pada sudut pandang pengiklan dan pembaca iklan. Dengan demikian, penelitian ini akan mengungkap tujuan pengiklan menyelipkan tanda verbal bahasa Inggris pada iklan Nokia berbahasa Indonesia dan persepsi pembaca iklan atas penyelipan bahasa Inggris tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dan analisis yang dilakukan, penelitian ini mengungkapkan bahwa tanda verbal bahasa Inggris yang diselipkan pada iklan Nokia berbahasa Indonesia memberikan citra tertentu pada produk yang diiklankan. Nokia dicitrakan sebagai ponsel yang ?berkualitas?, ?internasional?, ?bergengsi?, dan ?modern?. Citra tersebut menunjang upaya pengiklan melakukan positioning.

Connotation of English verbal signs in advertisements of Nokia is an analysis based on Barthes? cultural semiotics. The objects of this research are twenty six ads in three teenagers? magazines (Gogirl, Gadis, and Hai published from January through June 2008). Those twenty six ads consist of ten variants of advertisements which advertise five types of Nokia, namely Nokia 5310 and 5610, Nokia 2600 Classic, Nokia N Series, Nokia N81 and N81 8GB, and Nokia Black Edition. Each type has different characteristics. These characteristics are the focus in advertisement to communicate products? positioning. Therefore, the presentation of the results of analysis is categorized into five groups, based on those Nokia?s types.
This research is an analysis of text based on Barthes? connotation theory, particularly on English verbal signs in the Nokia ads. Accordingly, the verbal signs are analyzed to obtain their connotations which are used for identifying the products? images and their positioning. In addition, both advertiser and readers? point of view are analyzed to reveal the purpose and the readers? perception of inserting English verbal signs in the Nokia ads.
In accordance with the results of interviews and the analysis, this research shows that the insertion of English verbal signs in bahasa Indonesia advertisements gives particular image on the advertised products. Nokia receives an image as a qualified, international, prestigious, and modern phone cell. Those images, then, support advertiser in communicating product?s positioning.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T26741
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>