Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 211734 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuvantinus Effrem W.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5378
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian berjudul “Konstruksi Makna Budaya Merantau di Kalangan Mahasiswa Perantau” ini memilih mahasiswa
perantau asal daerah Minangkabau yang tergabung dalam Unit Pencinta Budaya Minangkabau Universitas Padjadjaran
sebagai narasumber penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemaknaan mahasiswa perantau tentang budaya
merantau, motif mahasiswa perantau untuk merantau, dan untuk mengetahui pengalaman mahasiswa perantau selama
merantau. Karena ingin melihat fenomena rsecara mendalam, maka jenis studi penelitian ini adalah fenomenologi.
Adapun kesimpulan yang di dapat setelah menyelesaikan penelitian ini adalah (1) merantau bagi mahasiswa perantau
adalah sebuah kebiasaan, (2) motif merantau yang
dimiliki oleh seorang mahasiswa perantau dapat mempengaruhi cara mereka berperilaku selama diperantauan, (3) mahasiswa perantau mengalami beragam pengalaman pahit (negatif) dan pengalaman manis (positif) selama
merantau. Saran-saran peneliti adalah (1) merantau memang dapat memperkuat tali silaturrahmi antara keluarga
yang berada di kampung halaman dengan keluarga yang ada di perantauan, (2) motif merantau yang berbeda-beda bagi seorang mahasiswa perantau harus menjadi cambuk untuk mencapai kesuksesan, (3) pengalaman merantau, baik yang positif maupun yang negatif tidak boleh menjadi hambatan dalam mencapai kesuksesan.
Dalam hidup di perantauan, mahasiswa perantau Minangkabau diharapkan dapat berkomunikasi dengan baik
pula dengan masyarakat sekitar (masyarakat sunda)."
384 JKKOM 2:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hyqal Kevinzky
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana proses dan dinamika komunikasi mahasiswa perantauan di UNPAD Bandung dalam beradaptasi, ketika menghadapi culture shock. Culture shock merupakan gejala sosial yang dialami oleh perantau ketika pindah dan mendiami daerah dengan kultur budaya yang berbeda. Penelitan ini menggunakan beberapa konsep dan teori besar di antaranya CAT, KAB, dan Adaptasi Budaya. Penelitian ini menggunakan metode snowball dan purposive sampling dalam pemilihan informannya, kemudian di analisis dengan menggunakan metode analisis tematik. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa terdapat sejumlah kecenderungan seseorang dalam beradaptasi dengan budaya asing di sekitarnya, yang kemudian menentukan pemilihan tipe adaptasinya agar bisa bertahan di perantauan.

The purpose of this research is to see how the process and commucation?s dynamic of the sojourners college student at UNPAD, Bandung during the period of adaptation while they were dealing with culture shock. Culture shock is a social phenomenon experineced by the sojourners college student student when they are moving into a region which is having a different culture. This research uses some of concepts and common theories which are CAT, KAB, and cultural adaptation. This research uses snowball method and purposive sampling in chosing the informants, then the researsh will be analyzed with the method of thematic analysys. Furthermore, this research reveals that there are some tendencies of someone while they are in the process of adaptation with the foreign culture around them, that later on will determine the selection of the type of adaptation in order to survive in the sojourners college student."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Junita Kartono
"Sebagai makhluk sosial, setiap manusia memiliki hasrat dan berupaya menjalin hubungan dengan manusia lain. Kualitas hubungan yang dijalin menentukan sejauhmana hidup manusia menjadi bermakna, memuaskan, dan produktif.
Keintiman dalam hubungan sosial merupakan sumber utama kenyamanan dan pertahanan terhadap krisis sepanjang siklus kehidupan (Sloan & L?Abate, 1985, dalam Turner & Helms, 1991). Relasi yang hangat Sangat dibutuhkan oleh kaum remaja yang mengalami transisi fisik, psikologis, dan sosial. Hubungan yang dekat dan mesra dengan orang lain dapat dijalin melalui pernikahan atau dengan persahabatan. Dalam penelitian ini penulis memusatkan perhatian pada hubungan persahabatan karena persahabatan dapat dijalin oleh berbagai individu dari herhagai tahapan usia dan orang-orang yang telah menikahpun masih membutuhkan kehadiran sahabat.
Persahabatan bukanlah sekedar keadaan, melainkan suatu perasaan yang mendalam dan dapat disadari namun sukar dilukiskan dengan kata-kata (Pogrebin, 1987). Menurut Block (1981, dalam Soekandar, 1989) persahabatan sukar didefinisikan secara tepat karena setiap individu memiliki konsep yang berbeda tentang persahabatan sehingga tidak ada standar yang tepat untuk semua orang.
Untuk memahami persahabatan, diperlukan pengetahuan tentang model atau sistemnya, yang disebut pola persahabatan. Pola persahabatan terdiri dari atribut, proses, dan fase persahabatan. Atribut persahahatan adalah sifat yang menjadi ciri khas atau unsur-unsur yang penting dan saling terkait yang mewarnai persahabatan. Atribut-atribut persahabatan meliputi rasa suka timbal balik, keterbukaan, loyalitas atau komitmen, kepercayaan, kesetaraan dan kemiripan, penghormatan dan kebebasan terhadap sahabat, dan pertukaran bantuan. Yang dimaksud dengan proses persahabatan adalah berbagai pemikiran (kognitif), perasaan atau reaksi emosi (afektif) dan tingkah laku yang terjadi selama berlangsungnya persahabatan. Sedangkan fase-fase persahabatan adalah pembentukan, pemeliharaan, dan pemutusan persahahatan (Hartup, 1975; Pogrebin, 1987: Becker, 1992: Blieszner & Adams, 1992: Fisher & Adams, 1994).
Penelitian ini diadakan untuk memperoleh gambaran lebih luas mengenai atribut dan proses persahabatan. Fase-fase persahabatan tidak diteliti karena akan memakan waktu yang cukup lama-sehingga memerlukan studi longitudinal. Sebagai tambahan, diteliti pula permasalahan utama yang dirasakan oleh para mahasiswa dan mahasiswi perantau, yang akan mewarnai pola persahabatan mereka.
Subjek penelitian ini adalah para mahasiswa dan mahasiswi perantau di Universitas Indonesia, dengan pertimbangan adanya pengaruh usia (Blieszner & Adams, 1992) dan kebutuhan pribadi terhadap pola persahabatan (McAdams, 1982, dalam Brehms, 1991). Dalam hal ini peneliti melihat pentingnya peran sahabat dalam meringankan tekanan-tekanan yang dirasakan oleh para mahasiswa dan mahasiswi selaku kaum remaja yang mengalami berbagai perubahan fisik, emosi, dan sosial. Selain itu, peran sahabat menjadi lebih penting lagi bagi para mahasiswa dan mahasiswi perantau yang dituntut untuk menyesuaikan diri dengan efektif pada lingkungan sosial budaya yang baru dan asing. Kondisi-kondisi lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan budaya yang asing bagi mereka akan menimbulkan kebutuhan-kebutuhan pribadi yang beragam pula, yang selanjutnya akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku mereka dalam kontak sosial, khususnya persahabatan.
Penelitian yang bersifat deskriptif ini dilakukan dengan angket dan wawancara terstruktur. Angket digunakan untuk menggali permasalahan utama yang dirasakan oleh para mahasiswa dan mahasiswi perantau di UI, sedangkan lembar wawancara digunakan untuk memperoleh gambaran tentang atribut dan proses persahabatan. Data-data yang diperoleh dianalisa secara kuantitatif dan kualitatif.
Dari hasil angket DPM diperoleh 3 permasalahan utama yang paling banyak dirasakan oleh para mahasiswa dan mahasiswi perantau ialah :(1) Penyesuaian Studi: (2) Psikologis pribadi; dan (3) Cita-cita karir masa depan. Permasalahan utama yang dirasakan oleh para subjek secara langsung atau tidak langsung memang mewarnai atribut, proses, dan kelangsungan persahabatan mereka.
Berdasarkan hasil wawancara terstruktur, diketahui bahwa yang memhedakan antara sahahat dan teman adalah tingkat keterbukaan, sahabat dipandang sebagai sumber bantuan (fungsi utama), rasa aman, perhatian, menambah wawasan pergaulan, dan tempat pencurahan perasaan. Atribut-atribut persahabatan meliputi (1) rasa suka timbal balik dan kedekatan yang timbul arena adanya keterbukaan, toleransi, perhatian, empati, kepekaan, dan kemampuan bergaul; (2) kesetaraan dan kemiripan yang dianggap penting adalah dalam hal agama, usia, pandangan/visi, hobby, sifat, tingkat sosial ekonomi, keluarga, pendidika, dan kecerdasan; (3) keterbukaan atau pengungkapan diri tampak dalam membicarakan masalah pribadi, studi, keluarg, pergaualan, keuangan, pengalaman sehari-hari, masa depan, dan juga soal-soal keagamaan; (4) kepercayaan merupakan hal yang penting ada dalam persahabatan mereka, dan bentuk-bentuk umumnya adalah menceritakan dan menjaga rahasia, kesiapan membantu, dan ketidajengganan minta bantuan; (5) loyalitas atau komitmen didefinisikan sebagai kepercayaan, keikutsertaan sahabat dalam kegiatannya, dan kerelaan membela sahabat; (6) penghormatan dan kebebasan terhadap pendapat sahabat terwujud dalam anggapan bahwa sahabat adalah penting sebagai salah satu masukan yang kemudian menjadi bahan pertimbangan dalam memutuskan sesuatu, namun tidak sampai mendominasi kehidupan atau menenggelamkan pendapat mereka sendiri; (7) saling bantu yang tampil dalam persahabatan para mahasiswa dan mahasiswi perantau meliputi bantuan dukungan semangat, saran-saran, perhatian, penghiburan, pandangan (dalam agama, dan sebagainya), tenaga , waktu, dan uang.
Sedangkan proses-proses persahahatan adalah (1) proses kognitif yang terdiri dari konsep dan harapan tentang persa- habatan, sahabat, dan diri sendiri: (2) proses afektif berupa merasa bebas mengungkapkan diri, lebih berempati, puas, percaya, berkomitmen untuk meneruskan hubungan (reaksi-reaksi emosi positif), atau acuh tak acuh (reaksi emosi negatif): (3) proses-proses tingkah laku yang mencakup meningkatnya komunikasi, keakraban, pengekspresian afeksi (tingkah laku positif), atau berkurangnya komunikasi dan pertukaran bantuan (tingkah laku negatif).
Secara umum, penelitian ini bertujuan memberikan sedikit sumbangan bagi khasanah penelitian tentang persahahatan yang belum banyak didalami. Secara khusus, penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang atribut, proses, dan kelangsungan persahabatan, serta pengaruh permasalahan utama yang dirasakan oleh subjek penelitian terhadap persahabatannya.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti bagi peneliti lain, menambah pengetahuan pembaca, sebagai awal upaya preventif terhadap permasalahan remaja pada umumnya, dan mahasiswa perantau khususnya, serta mendorong timbulnya ide-ide penelitian baru."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
S2534
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nasution, Karin T.
1997
S2474
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azti Arlina
"Penelitian ini mendekskripsikan proses adaptasi antar budaya pada pasangan yang menikah melalui proses ta'aruf. Setiap individu yang menjalani proses ta'aruf tentu memiliki konsekuensi, seperti adanya ketidakpastian dan suliatnya beradaptasi, ditambah lagi dengan rumitnya pengelolaan konflik. Penelitian ini menggunakan paradigman konstruktivis, dengan pendekatan kualitatif, strategi fenomenologi, serta bersifat deskriptif. Proses pengumpulan data melalui wawancara mendalam, dengan menggunakan teori budaya, adaptasi budaya, konsep diri, pengurangan ketidakpastian, dan konflik. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa latar belakang budaya, seperti latar belakang pendidikan dan asal negara individu memiliki kontribusi dalam proses adaptasi dan pengelolaan konflik.

This Study describes the process og intercultural adaptation in married couples through the ta'aruf process. Every individual does the ta'aruf process certainly have consequences, such as uncertainty, difficulty of adapting and managing conflict. This study uses a constructivist paradigm, with a qualitative approach, the strategy phenomenology, as well as descriptive. The process of collecting data is in-dept interviews, using the theory of culture, cultural adaption, self concept, uncertainty, and conflict. The results of this study that background culture such as educational and country have contribute to the adaption process and conflict management."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dheni Koerniawan
"Metode pembelajaran yang diberikan pada bangku Sekolah Menengah Umum (SMU) berbeda dengan metode yang diterapkan saat duduk di bangku Perguruan Tinggi. Saat memasuki jenjang perguruan tinggi, mahasiswa dituntut untuk terlibat secara aktif dalam belajar mandiri. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi gaya belajar, strategi belajar, dan tingkat adaptasi mahasiswa terhadap perubahan metode belajar yang terjadi. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif sederhana dengan sampel 56 responden mahasiswa regular 2005 FIK UI. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian didapat sebanyak 12 mahasiswa (21,43%) memiliki tingkat adaptasi rendah, 31 mahasiswa (55,36%) tingkat adaptasi sedang, dan 13 mahasiswa (23,21%) tingkat adaptasi tinggi. Mayoritas mahasiswa (43%) mempunyai gaya belajar visual. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk penyusunan Satuan Acara Pembelajaran terkait metode pembelajaran yang digunakan, juga dasar untuk penelitian selanjutnya yang mengkaji hubungan antara pengaruh strategi belajar dan prestasi mahasiswa."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5517
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991
729.24 IND k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Amia Luthfia R. Koestoer
"Dilatarbelakangi oleh tuntutan era globalisasi dan adanya pendapat yang menyatakan bahwa pelajar Indonesia di luar negeri memiliki hambatan untuk melakukan kontak dan bercakap-cakap dengan orang-orang di negara tuan rumah, maka penelitian ini mengkaji kompetensi (kemampuan) komunikasi antarbudaya orang Indonesia yang menetap sementara pada lingkungan pendidikan di Australia. Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan konstruktivism. Metode yang digunakan adalah observational dengan berpartisipasi secara aktif di dalam kehidupan sehari-hari subyek penelitian dan situasi studi.
Konsep kompetensi komunikasi digunakan sebagai alat untuk mengukur kualitas komunikasi seseorang atau sekelompok orang. "Keberhasilan" (effectiveness) dan kelayakan (appropriateness) adalah dimensi yang digunakan untuk menilai kompetensi komunikasi. Jadi, kompetensi komunikasi antarbudaya melihat keberhasilan dan kelayakan komunikasi dan interaksi antara orangorang dari budaya yang berbeda. Keberadaan seseorang pada budaya yang berbeda menuntut dirinya untuk beradaptasi, dan yang mendasari proses adaptasi yang dialaminya adalah proses komunikasi. Melalui komunikasi yang berhasil dan layak, seseorang dapat meningkatkan kontrol terhadap perilakunya dan lingkungannya. Tiga buah dimensi, yaitu the affective process, the cognitive process dan the behavioral process, digunakan untuk "mengukur" kompetensi komunikasi antarbudaya sekaligus digunakan untuk menganalisisnya.
Hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan kompetensi pada konteks sosial formal dan konteks sosial informal. Pada konteks sosial formal para peserta training yang semuanya wanita ternyata cukup kompeten dalam berkomunikasi antar budaya dengan orang-orang Australia. Mereka dapat memenuhi dimensi affective, cognitive dan behavioral. Tapi pada konteks sosial informal, mereka tidak cukup kompeten. Perbedaannya adalah pada atribut message skill, interaction management dan cultural awareness, dimana pada konteks formal atribut-atribut tersebut ditemukan, sedangkan pada konteks informal atribut tersebut tidak ditemukan . Perbedaan yang lain adalah pada konteks formal, atribut appropriate self disclosure tidak ditemukan tapi pada konteks informal justru atribut tersebut dapat ditemukan. Di kedua konteks sosial, atribut-atribut self concept / self esteem, open-mindedness, non-judgmental attitudes, social relaxation, behavioral flexibility dan social skill I emphatic dapat ditemukan.
Perbedaan kompetensi komunikasi antarbudaya apakah subyek penelitian bersama-sama dengan teman sekelompoknya atau seorang diri ketika sedang berkomunikasi dengan orang Australia hanya ditemukan secara terbatas pada anggota kelompok yang kemampuan Bahasa inggrisnya lebih rendah dibandingkan anggota kelompok yang lain. Bagi mereka bantuan anggotaanggota lain dalam kelompok sangat diandalkan untuk berkomunikasi dengan orang Australia."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>