Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181593 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jevon Radytia
"Sektor transportasi merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Keberadaan kendaraan, terkhusus kendaraan bermotor dapat mempersingkat waktu tempuh sebuah perjalanan. Namun karena banyaknya jumlah kendaraan yang diproduksi, kerap kali kendaraan-kendaraan tersebut menyebabkan terjadinya kemacetan di berbagai ruas jalan, tidak terkecuali jalan tol.
Jalan tol merupakan jalan yang dibuat khusus untuk kendaraan beroda empat atau lebih. Sistem transaksi tiket pada pintu tol mengkondisikan kendaraan untuk berhenti. Pada saat volume kendaraan sedang dalam keadaan tinggi, tidak jarang pintu tol ini menjadi area kemacetan. Dampak buruk yang diakibatkan kemacetan tersebut adalah penurunan kualitas udara. Pekerja pengumpul tol diduga menjadi orang-orang yang terkena dampak negatif akibat adanya pencemaran ini.
Salah satu parameter pencemar di udara yang berbahaya dan diemisikan oleh kendaraan adalah NOx. Karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap konsentrasi NOx pada udara ambien di sekitar pintu tol dan melihat risikonya terhadap kesehatan para pekerja pengumpul tol. Pengukuran NOx pada udara ambien menggunakan metode Griess Saltzman sesuai dengan SNI 19-7119.2-2005. Alat yang digunakan untuk mengambil sampel bernama impinger. Pengambilan data dilakukan pukul 06.00-13.00. Konsentrasi NOx terbesar pada penelitian ini adalah 159,94 μg/m3.
Dengan melihat hubungan antara konsentrasi NOx terhadap jumlah kendaraan yang melalui pintu tol, diperoleh nilai korelasi terhadap parameter NO selama 3 hari sebesar 0,21; -0,28; dan 0,51, sedangkan untuk NO2 adalah -0,19; 0,36; dan 0,04. Munculnya korelasi yang sangat lemah disebabkan karena adanya faktor lain yang menentukan jumlah konsentrasi NOx di udara selain kendaraan, seperti faktor alam dan meteorologis.
Penelitian ini mendapati kendaraan jenis kendaraan bermotor penarik atau gandeng atau tempel menjadi kontributor terbesar polutan NOx di udara. Hasil penelitian ini sekaligus menunjukkan bahwa konsentrasi NOx yang diemisikan kendaraan amat dipengaruhi oleh volume silinder kendaraan. Risiko kesehatan terhadap pekerja tol dinyatakan tidak ada karena Risk Quotient (RQ) < 1. Angka RQ tertinggi adalah sebesar 0,50.

Transportation is one of the technology advances that holds a very important function in human's daily activities. The existence of vehicles, especially the motorized vehicles, can greatly shorten the time people need to reach their destination. But then, because there are more and more vehicles been produced these days, frequently they have been causing traffic jams everywhere on the street and the worse part is sometimes it also happen at freeway.
Freeway is especially made for vehicles with four wheels or more. Ticket transaction system on toll gate creates a situation where every vehicle has to stop. When the vehicles volume is in peak situation, sometimes traffic jam could happen at the toll gate. One of the negative effects for this situation is the degradation of air quality. The officers who collect the toll estimated to be the one that suffer the most from the air pollution.
One of the pollutants in the air that emitted by vehicles is NOx. Therefore, there is a need to do the experiment on the concentration of NOx in ambient air around the toll gate and to observe the health risks of the officers that have been exposed to the pollutant.
NOx measurement in ambient air is using Griess Saltzman's method according to SNI 19-7119.2-2005. The name of the equipment that is used for taking the data is impinger. The air sample is taken from 06.00 AM to 01.00 PM. The largest concentration of NOx from this experiment is 159,94 μg/m3.
This experiment shows that heavy duty truck is the biggest contributor of NOx pollutant in the air. It shows that NOx concentration that emitted by vehicles is depending on the volume of the vehicle's cylinder. And also, it is determined that there are no health risks upon the officers because Risk Quotient (RQ) < 1. The highest RQ is 0,5.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1337
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Apranti
"Perkembangan aktivitas penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan mobilisasi yang ditandai dengan adanya peningkatan jumlah kendaraan hingga mencapai suatu tingkat tertentu dimana laju pertumbuhan jalan tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan jumlah kendaraan yang terus meningkat sehingga terjadilah suatu permasalahan yang disebut sebagai kemacetan. Permasalahan tersebut banyak terjadi di kota-kota besar, khususnya di Kota Jakarta. Salah satu upaya untuk menyelesaikan permasalahan kemacetan yang terjadi adalah pembangunan jalan tol.
Ruas jalan tol memiliki sistem pembayaran tarif yang dilakukan pada pintu tol. Pada beberapa pintu tol tertentu, pembayaran tarif tol masih dilayani oleh petugas pintu tol, dimana petugas pintu tol ini bekerja secara rutin. Hal ini menyebabkan petugas pintu tol terpapar oleh emisi kendaraan bermotor. Salah satu diantaranya Total Suspended Particulate (TSP) yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia, seperti ISPA, Bronchitis kronis, penurunan fungsi paruparu, serangan jantung minor, dan lain-lain. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengukuran terhadap besarnya konsentrasi TSP di sekitar pintu tol sehingga dapat dilakukan perhitungan tingkat resiko pemajanan TSP, yang dinyatakan dalam nilai Risk Quotient, terhadap kesehatan petugas pintu tol.
Pengendalian terhadap besarnya nilai konsentrasi TSP dapat dilakukan secara efektif dengan mengendalikan sumber yang paling mempengaruhi besarnya nilai yang terukur. Sumber utama penghasil TSP pada daerah sekitar pintu tol merupakan kendaraan bermotor, sehingga perlu dilakukan identifikasi jenis kendaraan bermotor mana yang paling mempengaruhi dan paling berkontribusi terhadap besarnya nilai konsentrasi TSP yang terukur.
Metode yang digunakan untuk pengukuran konsentrasi TSP adalah metode gravimetri dengan perangkat HVAS, dimana pengukuran dilakukan selama 7 jam, mulai dari pukul 06.00 hingga pukul 13.00. Metode pengolahan data yang digunakan adalah analisis deskriptif, metode regresi linier sederhana dan berganda serta Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). Sedangkan, pengukuran konsentrasi timbal dilakukan dengan metode Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS).
Hasil penelitian menunjukkan jenis kendaraan yang paling mempengaruhi besarnya nilai konsentrasi TSP yang terukur di pintu tol Cililitan 2 adalah kendaraan Golongan II yang merupakan Truk dengan dua gandar. Nilai koefisien determinasi R2 antara volume kendaraan total dengan konsentrasi TSP sebesar 0,123, menandakan bahwa 12,3 % besarnya nilai konsentrasi TSP yang terukur dipengaruhi oleh besarnya volume kendaraan total, dan 87,7 % sisanya dipengaruhi oleh faktor lain, diantaranya suhu dan kelembaban.
Nilai RQ hasil perhitungan menunjukkan para petugas pintu tol masih berada dalam tingkat resiko yang cukup aman akibat pemaparan polutan TSP. Namun, resiko pajanan yang diterima oleh petugas pintu tol tidak hanya berasal dari TSP, tetapi juga dari zat pencemar lain yang dihasilkan kendaraan bemotor, seperti NOx, SOx, HC, dan sebagainya, sehingga diperlukan data konsentrasi zat pencemar lain untuk menghitung resiko kesehatan total yang dialami oleh petugas gardu.
Nilai hasil uji kadar konsentrasi Pb menunjukkan hasil sebesar 0,055 g/Nm3. Hasil konversi nilai konsentrasi Pb untuk pengukuran 24 jam adalah 0,032 μg/Nm3. Nilai ini tidak melebihi baku mutu udara ambien sesuai dengan PP No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Development of people?s activities is bringing on the rise of mobilization that pointed out in an increase number of vehicles up to a certain level where the rate of path growth can not compensate for the increasing number of vehicles, so that there is traffic jam. It usually occurs in many metropolis on the development country, especially in Jakarta. One of effort to solve this problem is highway construction.
Highway payment system is carried out on the highway gate. In many gate, payment is still served by an officer who works in a continous period. This lead the officer to expose by motor vehicle emissions. One of the emission is Total Suspended Particulate (TSP) which is bad for human health, such as respiratory infections, bronchitis, decrease the function of lung, minor heart attack, etc. Therefore, it is important to measure the TSP concentration around the gate so that we can assess TSP exposure risk level, where described in Risk Quotient value, to the officer?s health.
Control of TSP concentration can be done effectively by controlling the source that has the most influence to the magnitude of TSP concentration measured around the gate. The main source of TSP in such area is motor vehicle, therefore it is necessary to identify the type of vehicle which the most influential and most contribute to TSP concentration.
TSP concentration was measured from 06.00 A.M to 01.00 P.M by using Gravimetry method with HVAS Equipment. Lead concentration was measured by Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). The most influential type of vehicle to TSP concentration was determined by descriptive analysis. The relationship between TSP concentration and vehicle traffic volume was assessed by using least square and multiple regression analysis. Whereas TSP exposure risk level in Risk Quotient (RQ) value was assessed using Environmental Health Risk Analysis.
Result of analysis shows the type of vehicle that the most affect the magnitude of TSP concentration measured at Cililitan 2 gate highway is vehicle that belongs to Category II, truck with two axles. Coefficient of determination R2 between total vehicles volume with TSP concentration is 0,123. The value indicates that 12,3 % data of TSP concentration influenced by total vehicles volume, and 87,7% data of TSP concentration influenced by other factors, such as formation of secondary particulate, changes in temperature and humidity, etc.
Result of Risk Quotient (RQ) assessment shows that the officers are still in a safe level from risk due to exposure of TSP. However, the risk of exposure received by the officer not only come from TSP, but also come from the other pollutants, such as NOx, SOx, HC, etc. So, investigating another pollutant concentration data is necessary to calculate the total health risk experienced by the officers.
Measurement of Pb concentration level with AAS method shows the value of 0,055 μg/Nm3. The conversion value for 24 hours measurement is 0,032 μg/Nm3. It is not exceed the ambient air quality standards accordance with government regulation PP No.41/1999 about Air Pollution Control.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1113
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ermawaty Rahmah
"Pencemaran udara ambien dari tahun ke tahun cenderung meningkat, terutama di Propinsi DKI Jakarta yang merupakan daerah industri dan wilayah dengan lalu lintas terpadat di Indonesia Karakteristik dari wilayah tersebut, memungkinkan konsentrasi SO2 dan PM10 udara ambien cenderung meningkat. Dampak dari konsentrasi S02 dan PM10 udara ambien yang tinggi merupakan salah satu dari meningkatnya penyakit saluran pemafasan atas atau disebut juga ISPA. Infeksi saluran pernafasan atas rnerupakan penyakit tertinggi dari sepuluh penyakit di kecamatan Cakung Jakarta Timur.
Wilayah kecamatan Cakung adalah wilayah yang sebagian besamya merupakan kegiatan industri. Dengan banyaknya jumlah industri dan padatnya aktivitas transportasi, diduga meningkatkan zat-zat pencemar, terutama debu atau PM10.
Adapun tujuan skripsi ini adalah untuk mengetahui hubungan konsentrasi S02 dan PM10 udara ambien dengan kasus ISPA di kelurahan-kelurahan yang ada di kecamatan Cakung. Populasi penelitian adalah kualitas udara di sekitar stasiun pemantau kualitas udara Kecamatan Cakung. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan metoda cross sectional yaitu dengan melihat rata-rata harian konsentrasi SO2 dan PM10 udara ambien dengan kasus ISPA pada bulan Januari 2001 sampai dengan bulan Juli 2002.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi S02 pada bulan Januari 2001 sampai dengan bulan Juli 2002 bila dibandingkan terhadap baku mutu udara ambien di wilayah Propinsi DKI Jakarta (Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta N0.55/ tahun 2001) masih berada di bawah baku mutu demikian pula dengan PMI0 bila dibandingkan terhadap baku mutu masih berada di bawah baku mutu. Kasus ISPA tertinggi terjadi di kelurahan Penggilingan sebesar 1.159 kasus, sedangkan kasus terendah di kelurahan Rawa Terate sebesar 251 kasus.
Berdasarkan hasil uji bivariat, hubungan konsentrasi PM1o udara ambien dengan kasus ISPA pada kelurahan-kelurahan yang ada di kecamatan Cakung tidak ada hubungannya secara statistik dengan α = 95%, kecuali pada kelurahan Palo Gebang terdapat hubungan yang kuat (r=0,585) antara konsentrasi PMI0 udara ambien dengan kasus ISPA. Sedangkan hubungan konsentrasi SO2 udara ambien dengan kasus ISPA pada kelurahan-kelurahan yang ada di keeamatan Cakung tidak ada hubungannya, kecuali pada kelurahan Cakung Barat terdapat hubungan yang kuat (r=0,473) antara konsentrasi S02 udara ambien dengan kasus ISPA."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12682
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrew Luis Krishna
"ABSTRAK
Debu total atau TSP adalah jumlah debu total yang tersuspensi di udara dengan ukuran partikel dibawah 100µm. Pajanan TSP yang tersuspensi di udara terutama di udara ambien dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar dan dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia terutama gangguan pernapasan. Salah satu sumber penghasil TSP terbanyak di Indonesia sendiri adalah proyek konstruksi yang sedang banyak dilakukan oleh Pemerintah Indonesia terutama di wilayah DKI Jakarta. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menghitung risiko yang diterima oleh masyarakat terutama pekerja konstruksi terhadap pajanan TSP di udara ambien terhadap munculnya gangguan pernapasan di Proyek Konstruksi Jalan Tol Becakayu. Risiko dihitung dengan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan berdasarkan metode Louvar yang menghasilkan nilai Intake pajanan yang diterima individu per hari berdasarkan nilai konsentrasi pajanan, pola aktivitas individu, dan nilai antropometri. Konsentrasi TSP yang digunakan untuk penghitungan tingkat risiko adalah konsentrasi TSP di tiga titik tertinggi konsentrasinya dan dengan tingkat aktivitas kegiatan konstruksi tertinggi, sedangkan pola aktivitas dan nilai antropometri diukur dengan menggunakan kuesioner pada 56 responden pekerja di wilayah Proyek Konstruski Jalan Tol Becakayu. Hasil perhitungan risiko yang diterima seumur hidup (lifetime) menunjukkan semua titik penelitian berisiko dengan nilai RQ > 1. Diperlukan adanya manajemen risiko untuk meminimalisir dampak negatif yang diterima oleh pekerja dan masyarakat sekitar proyek.

ABSTRACT
Total dust or TSP is the total amount of dust suspended in the air with a particle size below 100μm. TSP Exposure suspended in the air, especially in the ambient air can have a negative impact on the surrounding environment and can cause health problems in humans, especially respiratory disorders. One of the largest TSP source in Indonesia itself is a construction project that is being carried out by the Government of Indonesia, especially in Jakarta. Therefore, this study was conducted to calculate the risks accepted by the population, especially construction workers against exposure to TSP in ambient air to the emergence of respiratory disorder in Becakayu Toll Road Construction Project. Risk is calculated with the method of Environmental Health Risk Assessment based method that returns a value Louvar Intake received individual exposure per day based on the exposure concentration, activity patterns of individuals, and the value of anthropometry. TSP concentration used for the calculation of the level of risk is the concentration of TSP in the three highest point of concentration and the highest activity level of construction activity, while activity patterns and anthropometric values measured using a questionnaire at 56 respondents working in the Becakayu Toll Road Construction Project Area. The result of the calculation of risk acceptable lifetime show all risky research points to the value of RQ> 1. Required a risk management to minimize the negative impacts received by workers and the public about the project."
2016
S64082
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nastiti Soertiningsih Wijarso Karliansyah
"ABSTRAK
Salah satu masalah yang dihadapi kota Jakarta sebagai ibukota negara adalah pencemaran udara dari emisi kendaraan bermotor. Pencemaran udara ini disebabkan tidakseimbangnya pertambahan jumlah kendaraan dengan pertambahan panjang jalan, yang menyebabkan terjadinya kemacetan. Data menunjukkan bahwa pertambahan jalan hanya sekitar 3,5% per tahun, sedang pertambahan kendaraan rata-rata 8,25% per tahun (KPPL DKI Jakarta, 1996: 1-2).
Bergantung kadar dan lama pemaparannya, pencemaran udara dapat mengganggu dan membahayakan lingkungan hidup. Gangguan kesehatan pada manusia, kerusakan tumbuhan dan hewan, gangguan kenyamanan dan estetika, serta kerusakan benda-benda, adalah contoh gangguan yang terjadi akibat pencemaran udara (Kusnoputranto, 1996a: 214).
Salah satu cara pemantauan pencemaran udara adalah dengan menggunakan tumbuhan sebagai bioindikator. Tumbuhan adalah bioindikator yang baik, dan daun adalah bagian tumbuhan yang paling peka pencemar (Kovacs, 1992: 7-9). Klorofil sebagai pigmen hijau daun yang berfungsi dalam kegiatan fotosintesis dan berlangsung dalam jaringan mesofil, akan mengalami penurunan kadarnya sejalan dengan peningkatan pencemaran udara (Mowli et aL, 1989: 54). Jaringan mesofil adalah jaringan pertama yang akan terpengaruh oleh pencemaran udara, di samping perubahan kadar klorofil (Heath dalam Mowli et al., 1989: 53).
Pengaruh pencemaran udara pada daun. dapat dilihat dari kerusakan secara makroskopik seperti klorosis, nekrosis; atau secara mikroskopik (anatomi) seperti struktur sel; atau dari perubahan fisiologi dan biokimia, seperti perubahan klorofil, metabolisme (Mudd & Kozlowski, 1975: 4-5; Darral & Jager, 1984: 334; Steubing dalam Kovacs, 1992: 9-10)..
Atas dasar hal-hal tersebut di atas, telah dilakukan penelitian pengaruh pencemaran udara terhadap daun tanaman peneduh jalan di wilayah Jakarta Selatan.
Penelitian dilakukan di Jalan K.H. Akhmad Dahlan, Jl. Prof Dr. Supomo, SH, Jl. Jenderal Sudirman-Bunderan Senayan; dan Kebun Pembibitan Dinas Pertamanan DKI Jakarta di Cipedak sebagai kontrol. Penentuan lokasi ini didasarkan daerah yang mempunyai data kualitas udara hasil pemantauan Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan (KPPL) DKI Jakarta, dan data tersebut digunakan sebagai data sekunder kualitas udara. Selain itu, kepadatan jalan juga menjadi kriteria pemilihannya dengan menggunakan data hasil pengamatan di lapangan dan data penghitungan Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) DKI Jakarta.
Daun yang digunakan sebagai sampel adalah daun angsana dan mahoni yang ditanam sebagai tanaman peneduh di tepi jalan raya. Dengan menggunakan alat spektrofotometer, kadar klorofil daun dianalisis. Kemudian dilakukan uji Kruskal-Wallis atas hasil kadar klorofil ini untuk melihat perubahan yang terjadi pada masing-masing lokasi. Selain itu, dibuat pula preparat anatomi daun dengan potongan melintang dan permukaan daun, untuk melihat perubahan yang terjadi pada sel-sel akibat pencemaran udara. Atas dasar hasil uji dan analisis tadi dievaluasi hubungan antara kadar klorofil dengan kualitas udara.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diperoleh informasi bahwa:
(1) pada daun tanaman angsana terjadi perubahan sebagai berikut:
a. kadar klorofil a dan b dengan NO, berkorelasi negatif (kenaikan NO, menyebabkan penurunan kadar klorofil),
b. kadar klorofil a dengan SO2 berkorelasi negatif (kenaikan SO2 menyebabkan penurunan kadar klorofil), dan kadar klorofil b dengan SO2 berkorelasi positif (peningkatan SO2 menyebabkan peningkatan kadar klorofil);
(2) pada daun tanaman mahoni terjadi perubahan sebagai berikut:
a. kadar kiorofil a dan b dengan NO, berkorelasi negatif (kenaikan NOx menyebabkan penurunan kadar klorofil),
b. kadar klorofil a dan b dengan SO2 berkorelasi positif (peningkatan SO2 menyebabkan peningkatan kadar klorofil);
(3) terjadi kerusakan secara mikroskopik dan makroskopik pada jaringan daun angsana dan jaringan daun mahoni, akibat NO, dan SO2;
(4) uji Kruskal-Wallis membuktikan kadar klorofil a dan b daun angsana dan mahoni pada keempat lokasi penelitian berbeda nyata;
(5) uji Kruskal-Wallis untuk kualitas udara DKI Jakarta bulan Oktober, November, dan Desember 1996 menunjukkan adanya perbedaan nyata dalam NO, dan SO2.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa:
1. pencemaran udara pada umumnya mengakibatkan terjadinya perubahan pada daun tanaman, baik secara makroskopik, mikroskopik, maupun kadar klorofil;
2. pada daun angsana, hubungan antara kadar klorofil a dan b dengan NO, berkorelasi negatif; hubungan antara kadar klorofil a dengan SO2 berkorelasi negatif, dan klorofil b dengan SO2 berkorelasi positif; pada daun mahoni, hubungan antara kadar klorofil a dan b dengan NO, berkorelasi negatif; hubungan antara kadar klorofil a dan b mahoni dengan SO2 berkorelasi positif;
3. tanaman mahoni mempunyai kemampuan bertahan lebih baik terhadap pencemaran khususnya NOx dan SO2 daripada tanaman angsana;
4. daun tanaman angsana dan mahoni dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran udara, khususnya NO, dan SO2;
5. tanaman angsana dan mahoni yang selama ini telah ditanam di lingkungan perkotaan, memang berfungsi baik sebagai tanaman peneduh jalan dan dapat mengurangi pencemaran udara khususnya NO, dan SO2 ;
6. daun tanaman peneduh jalan dapat dimanfaatkan sebagai bioindikator tahap pertama dalam pemantauan kualitas udara;
7. penelitian bioindikator lainnya masih diperlukan dalam mengidentifikasi pencemaran khususnya pencemaran udara di Indonesia; .
8. tanaman peneduh jalan sangat diperlukan sebagai peneduh jalan, penyejuk dan penyaman, mengurangi pencemaran udara, laboratorium alam, dan estetika.

ABSTRACT
Leaf Damage As Bioindicator Of Air Pollution (A Case Study of Shelter Trees Angsana and Mahoni with Air Pollutants NOx and SO2)One of the problems of Jakarta as the capital of the Republic of Indonesia is air pollution caused by motor vehicles emission. Air pollution is caused by imbalance between vehicles and road growth which cause traffic jams. Data of road growth is about 3.5% per year, and vehicles growth 8.25% per year (KPPL DKI Jakarta, 1996: 1-2).
Air pollution may disturb and create a danger to the environment in accordance with its concentration and time exposure. Human health effect, damage of plants and animals, pleasure and aesthetic effect and damage of property, all of them are examples of the air pollution impacts (Kusnoputranto, 1996a: 214).
Plant as bioindicator is one of the air pollution monitoring methods. Plant is a good bioindicator, and leaf is the most sensitive part of the plant to air pollution (Heck & Brandt, 1977: 161-162; Kovacs, 1992: 7-9). Chlorophyll as green pigment of leaves has a photosynthetic function which takes place primarily within mesophyll cells. The chlorophyll content decreases, in line with the increase of air pollution concentration (Mowli et al., 1989: 54). Mesophyll cells are the first cells which are influenced by air pollutants, in addition to changing chlorophyll contents (Heath in Mowli et al., 1989: 53).
Air pollution effect on leaf can be evaluated through macroscopic symptoms such as chlorosis and necrosis, or through microscopic symptoms such as cell structure changes; or physiological and biochemical changes such as chlorophyll content and metabolism changes (Mudd & Kozlowski, 1975: 4-5; Dural & Jager, 1984: 334; Steubing in Kovacs, 1992: 9-10).
Based on above mentioned phenomenon, a research of air pollution impact on shelter trees leaves was done in Jakarta Selatan District.
Sampling locations of this research were in Jl. K.H. Achmad Dahlan, Jl. Prof.Dr. Supomo, SH., Jl. Jenderal Sudirman - Bunderan Senayan; and at the nursery of Dinas Pertamanan DKI Jakarta as control area. These locations were selected based on air quality monitoring data done by Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan (KPPL) DKI Jakarta, which was used as secondary data. Traffic counts on these locations were monitored by Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) DKI Jakarta.
Angsana and mahoni leaves were used as samples of which the trees were planted as shelter trees along above mentioned roads. Chlorophyll contents were analysed by spectrophotometer. The results were analysed statistically by the Kruskal-Wallis test for chlorophyll content changes. Microscopic symptoms were also analysed through microscopic anatomic preparations of cross sectional and surface view of leaves for identifying the impacts of air pollution. Regression-correlation analysis was carried out to analyze the correlation between chlorophyll content and air quality.
Based on this research, the following informations were obtained:
(1) chlorophyll of angsana leaves changed as followed:
a. chlorophyll a and b with NOx showed a negative correlation (increased NO, caused decrease of chlorophyll concentration);
b. chlorophyll a with S02 showed a negative correlation (increased SO2 caused decrease of chlorophyll concentration), and chlorophyll b with SO2 showed a positive correlation (increased SO2 caused increase of chlorophyll concentration);
(2) chlorophyll of mahoni leaves changed as followed:
a. chlorophyll a and b with NO, showed a negative correlation (increased NOx caused decrease of chlorophyll concentration),
b. chlorophyll a and b with SO2 showed a positive correlation (increased SO2 caused increase of chlorophyll concentration);
(3) NOx and SO2 air pollutants did cause angsana and mahoni leaf tissue damage which were demonstrated microscopically and macroscopically;
(4) the result of Kruskal-Wallis test for different chlorophyll contents of angsana and mahoni leaves of those locations was significant;
(5) the result of Kruskal-Wallis test for air quality of DKI Jakarta in October, November, and December 1996 showed significant difference in NO, and SO2.
Based on this research, the following conclusions were made:
(1) air pollutants generally cause changes of tree leaves, as showed macroscopically, microscopically, and in chlorophyll contents;
(2) chlorophyll a and b of angsana leaves and NO, show negative correlation; chlorophyll a of angsana leaves and SO2 show negative correlation, but chlorophyll b of angsana leaves and SO2 show positive correlation; chlorophyll a and b of mahoni leaves and NO, show negative correlation; chlorophyll a and b of mahoni leaves and SO2 show positive correlation;
(3) mahoni has a better adaptive ability to environmental air pollution, especially NOx and SO2 than angsana;
(4) angsana and mahoni tree leaves can be used as bioindicator of air pollution, especially NO,, and SO2;
(5) angsana and mahoni trees which are grown in urban environment have demonstrated perfect functions as shelter trees and also as reducer of air pollution, especially NOx and SO2;
(6) advantages of using shelter tree leaves as bioindicator may help preliminary air quality monitoring;
(7) further research is needed to link the use of other bioindicators to identify pollution, especially air pollution in Indonesia;
(8) shelter trees are needed as shelter, air cooler, reducer of air pollution, nature laboratories, and aesthetics.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eram Tunggul Pawenang
"Semarang merupakan salah satu kota yang berpotensi mengalami pencemaran udara, karena mempunyai beberapa kawasan industri yang semakin berkembang pesat seperti kawasan industri Kaligawe, Mangkang, Mranggen dan Simongan. Saat ini di Kota Semarang sudah ada pemantau kualitas udara dan faktor meteorologi harian.
Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Semarang diketahui bahwa penyakit yang menempati urutan pertama jumlah kunjungan ke Puskesmas tahun 2000 dan dialami semua kelompok umur adalah gangguan saluran pernafasan 148.975 kasus. Untuk wilayah Kecamatan Pedurungan gangguan saluran pernafasan jumlahnya 13.301 kasus. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian gangguan saluran pernafasan ada bermacam-macam, salah satunya adalah pencemaran udara.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas udara ambien dengan faktor meteorologi, kualitas udara ambien dan kejadian gangguan saluran pernafasan di Kecamatan Pedurungan Semarang. Penelitian ini merupakan studi korelasi yang menganalisis data sekunder kualitas udara ambien dan faktor meteorologi dari stasiun pengamatan Pedurungan dan data kejadian gangguan saluran pernafasan dari Puskesmas Tlogosari Kulon dan Puskesmas Tlogosari Wetan Semarang.
Hasil penelitian menunjukan rata-rata mingguan suhu 27,37°C, kelembaban 75,08%, arah angin 165,72°, kecepatan angin 4,49 m/s, radiasi global 192,48 W/m2. Rata-rata kualitas udara untuk PM10 61,71 gg/m3, SO2 10,15 p.glm3, CO 1,20 mglm3, O3 33,37p.g/m3, NO218,75µg/m3. Jumlah gangguan saluran pernafasan rata rata-rata 246,84 kasus.
Hasil korelasi menunjukan suhu udara bermakna dengan NO2, kelembaban bermakna dengan CO PM10, NO2, O3, arah angin bermakna dengan SO2 dan O3. Kesepatan angin bermakna dengan PM10, CO dan O3, Radisi global bermakna dengan PM10 dan O3. Uji korelasi kualitas udara dengan gangguan saluran pernafasan menunjukan hubungan dengan PM10, SO2 dan O3.
Berdasarkan uji regresi kurva estimasi maka dapat disimpulkan model yang mempunyai hubungan persamaan paling kuat adalah PM10 dengan kejadian penyakit gangguan saluran pernafasan (R2=19%).
Melihat kecenderungan peningkatan pencemaran udara berhubungan dengan gangguan saluran pernafasan maka perlu ditingkatkan kerjasama lintas sektor Dinas Kesehatan Semarang dengan pihak terkait, penanaman pohon, uji emisi, serta penelitian dengan waktu pengamatan lebih panjang.

Semarang is one of the city that potentially to experience air pollution, because Semarang have several industrial area, which grows very fast such as Kaligawe, Mangkang and Simongan. Now Semarang has a air quality monitor and daily meteorological factor.
Based on data from Semarang health profile, we know that which is on the top of the list on health center visitation in year 2000 and experienced by all age is respiratory diseases, with 148.975 cases. There are several factors that cases respiratory diseases, one of them is air pollution.
The purpose of study is to know the correlation between air quality and meteorological factor, air quality and respiratory diseases in Pedurungan District, Semarang. This study is a correlation which analysis secondary data of air quality and meteorological factor from Pedurungan monitoring station, and respiratory diseases case from Tlogosari Wetan and Tlogosari Kul on Health Center.
This study shows that average weekly temperature is 27,58°C, humidity 75,08%, wind direction 162,72°, wind speed 4,49m/s, global radiation 192,48 W/m2. Average air quality for PM10 61,71 µg/m3, SO2 10,15 µg/m3, CO 1,20 µg/m3, O3 33,37 µg/m3, NO2 18,75 µg/m3. Average respiratory diseases case 246,84 (247).
Correlation result shows that temperature is significant with NO2, humidity significant with CO, PM10, NO2 and O3. Wind direction significant with PM10 and O3, wind speed significant with PMI0, CO and O3. Correlation test between air quality and respiratory diseases shows a positive relation with PMI0, O3 and a negative relation with SO2.
Based on regression curve estimation we can conclude a model that the strongest association is PMI0 and diseases case (R2=19%).
Knowing that air pollution increase trends to correlation with respiratory diseases case, we should increase inter sector collaboration between Semarang Health Departement and the other sector, tree plantation, emission test and research with longer time period.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T5816
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Mufrizon
"Pertumbuhan adalah hal yang menarik dalam kebijakan ekonomi dan lingkungan untuk menuju pembangunan berkelanjutan dimana dibutuhkan indikator-indikatornya sebagai sumber informasi. Perubahan ekonomi di Indonesia, membuat indikator keberlanjutan sangat.penting untuk menelaah keluaran di bidang lingkungan yang berkaitan dengan peningkatan konsumsi, pergeseran kondisi pasar, dan makin terbukanya system perdagangan dan investasi. Sehingga dibutuhkan kebijakan lingkungan yang mendukung keluaran lingkungan. Telah menjadi pandangan umum bahwa peningkatan konsumsi lebih lanjut. akan memberikan tekanan terhadap lingkungan, tetapi perlu diketahui pula pada tahap apa sehingga peningkatan tersebut mengharuskan dibutuhkannya proteksi terhadap lingkungan.
Pada sisi lain, data indikator lingkungan yang dibutuhkan dalam melakukan telaah sangat jarang, data yang di dapat dari Biro Pusat Statistik Indonesia memperlihatakan data yang menyebar dan berbeda¬beda, ketiga dibutuhkan data untuk tingkat yang lebih rendah, data makin sulit. Kondisi data yang dihadapai adalah pertama adalah tidak komplit, kedua masih banyak hal-hal panting yang belum terukur dan ketiga masih sedikitnya penelitian sebelumnya.
Dengan data yang diperoleh, penelitian ini mencoba menelaah hubungan antara polusi udara dengan pembangunan ekonomi, dengan mengukur efek dari pertumbuhan ekonomi terhadap tiga indikator pencemaran udara yaitu HC, NOx dan CO. sedangkan indikator bagi pertumbuhan ekonomi menggunakan 7 variabel yang menggambarkan peningkatan konsumsi, pergeseran kondisi pasar, dan makin terbukanya system perdagangan dan inverstasi.
Seluruh data merupakan gabungan dan data kerat lintang (antar individu/cross section) yaitu 26 propinsi di Indonesia dan data urut waktu (time series) yaitu 12 (1989-2000) tahun observasi sehingga digunakan metode estimasi panel data dengan teknik fixed effect model. Sehingga diharapkan mampu menjelaskan hubungan pertumbuhan ekonomi akan memberikan tekanan terhadap pencemaran udara.
Hasil studi ini menunjukkan kondisi pencemaran udara sangat tergantung dari perkembangan waktu, pencemaran udara masih akan terus meningkat. Variabel anggaran belanja lingkungan tidak mendukung upaya pengurangan kerusakan pencemaran udara karena memang kecilnya pengeluaran pemerintah untuk bidang pencemaran udara atau tidak tepat sasaran dari anggaran biaya tersebut. Bedasarkan hasil regresi menunjukan beberapa variabel yang secara nyata turut menyebabkan peningkatan pencemaran udara, sedangkan sebagian lainnya belum memberikan dampak yang negatif terhadap pencemaran udara tetapi perlu diwaspadai, Secara keseluruhan hasil studi ini telah dapat menjawab pertanyaan dan sesuai dengan hypothesis yang diajukan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20050
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liza Puspadewi
"Program Pembangunan Daerah Kota Tangerang bertujuan mengembangkan Kota Tangerang menjadi sebuah kota Industri, Perdagangan dan Pemukiman. Pengembangan ini membawa dampak antara lain pencemaran udara oleh timah hitam (timbal) dari emisi gas buang kendaraan bermotor. Ini sudah menjadi kenyataan dengan hasil pengukuran oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang yang mendapatkan kadar timbal dalam udara ambien dan dalam darah anak usia sekolah sudah melebihi nilai Ambang Batas.
Pemerintah Daerah Kota Tangerang walaupun mempunyai Visi, Misi dan Rencana Strategis sebagai pedoman arah pembangunan dan pengembangan wilayah sampai dengan tahun 2006, ternyata belum mempunyai rencana strategis untuk menanggulangi pencemaran udara oleh timah hitam yang sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyusunan suatu rencana strategis penanggulangan pencemaran udara (timah hitam) oleh emisi gas buang kendaraan bermotor terhadap kesehatan masyarakat dalam kurun waktu 5 tahun antara tahun 2004-2008. Adapun desain penelitian yang digunakan penelitian operasional dengan analisa kuantitatif dan kualitatif.
Data tentang faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal yang berpengaruh terhadap posisi Pemda Kota Tangerang dalam menanggulangi pencemaran udara (timah hitam) oleh emisi gas buang kendaraan bermotor diperoleh dari data sekunder dan wawancara mendalam. Data yang terkumpul dibahas dalam Consensus Decision Making Group (CDMG) yang terdiri dari para pejabat Pemda Kota Tangerang yang terkait dan dilakukan analisa lingkungan (SWOT analisis), Kemudian tahap berikutnya (matching stage), CDMG melakukan analisis dengan TOWS Matriks dan IE Matriks, yang menyimpulkan bahwa dalam penanggulangan pencemaran udara (timah hitam), Pemda Kota Tangerang berada pada posisi Hold and Maintain dengan strategi utama Penetrasi Pasar dan Pengembangan Produk.
Dari berbagai altematif strategi yang dapat difikirkan melalui Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) dapat diidentifikasi strategi-strategi yang paling memungkinkan untuk dilaksanakan, dan disusun dalam suatu rencana program kerja penanggulangan pencemaran udara (timah hitam) untuk jangka waktu 5 tahun ke depan.

Strategic Planning to Overcome Air Pollution by Lead from the Exhaust of Motor Vehicles as a Health Hazard to the Population of the City of Tangerang, year 2004-2008The Regional Development Program of the City of Tangerang envisions Tangerang to develop into an industrial, commercial and residential city. This development brings the implication of air pollution by lead originating from the exhaust of motor vehicles. This implication has become a reality, as proven by measurements carried out by the City of Tangerang Health Service, which shows the concentration of lead in ambient air and in the blood of school age children above normal limits.
Although the government of the City of Tangerang already has vision and mission statements, and a strategic plan as a course of regional development up to year 2006, it has no strategic plan to overcome the effects of air pollution by lead as a public health problem.
This research is carried out to analyze factors affecting the making of a strategic plan to overcome the effects of air pollution by lead for a five year period from 2004 to 2008. The research design used is an operational research with quantitative and qualitative analysis.
Data about the external and internal factors affecting the position of the government of the City of Tangerang to overcome the effects of air pollution by lead was obtained from secondary data and in depth interviews. Data thus obtained was discussed by a Consensus Decision Making Group (CDMG) of city government officials involved in environmental issues, then analyzed using the method of SWOT analysis. Further in the matching stage, the CDMG converts the data into TOWS and IE Matrices respectively, with the resulting conclusion in regard to overcoming the effects of air pollution by lead, the City of Tangerang is in a "Hold and Maintain" position with the main strategies of Market Penetration and Product Development.
From various alternative strategies formulated through Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM), strategies most feasible to implement are adopted as a working plan to overcome the effects of air pollution by lead for the future 5 year period.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12926
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di masyarakat, maka kebutuhan akan mobilitas meningkat. Hal yang paling dipertukan untuk mobilitas adalah suatu sistem transportasi dimana kendaraan bermotor merupakan salah satu komponen utamanya. Dewasa ini kendaraan bermotor sedemikian banyaknya hingga kapasitas jalan yang tersedia di Jakarta sudah tidak bisa memenuhi semua kebutuhan pengguna jalan. Dampak samping akibat kendaraan bermotor adalah emisi gas buang yang mencemari kualitas udara. Saat ini sebagai penyumbang terbesar untuk pencemaran udara di Jakarta adalah sektor transportasi. Dan bila hal ini tidak ditangani secara serius maka kualitas udara di Jakarta akan semakin parah kerusakannya. Zat polutan yang disebabkan emisi gas buang kendaraan bermotor akan masuk ke tubuh manusia bersamaan dengan udara yang kita hirup. Analisa mengenai dampak pencemaran udara akibat kendaraan bermotor perlu dikaji. Analisa tersebut dibandingkan antara baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan dengan konsentrasi udara dalam kondisi eksisting. Penelitian kualitas udara dilakukan di bundara hotel Indonesia Jakarta Pusat pada tanggal 21 dan 26 September 2003 untuk mendapatkan sebuah persamaan hubungan antara dampak pencemaran udara akibat emisi kendaraan bermotor. Konsentrasi pencemar polutan yang melebihi ambang baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah adalah gas N02. Sedangkan gas pencemar lain yang ditinjau yaitu pencemar CO, SO2, dan PM10 masih dibawah ambang batas. Persamaan regresi linear hubungan antara jumlah kendaraan yang melintas (smp) dan konsentrasi pencemar yang terdapat dalam udara pada saat penelitian belangsung, persamaan tersebut menunjukkan bahwa jumlah smp kendaraan yang melintas mempengaruhi kadar pencemar yang terkandung dalam udara."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S35121
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Air polution from vehicle emission becomes a major problem in urban areas,including Jakarta,Indonesia.This vehicle emission worsening ambient air concentration because of incresingle use of diesel engine for urban transportation....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>