Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105774 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Griya Ratri Putri
"Keberadaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mampu mendongkrak dan mempercepat pertumbuhan perekonomian di negara kita. Namun, jumlah UKM di Indonesia masih rendah karena menjadi wirausaha masih belum menjadi pilihan bagi masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan dewasa muda. Padahal ini merupakan salah satu upaya penyerapan tenaga kerja yang paling memungkinkan di tengah semakin bertambahnya jumlah angkatan kerja. Ditambah lagi, informasi yang memadai mengenai edukasi keterampilan berwirausaha oleh media massa, jumlahnya masih sedikit. Media massa, khususnya radio, mayoritas lebih memilih mengangkat hiburan dan musik. Usulan program talk show radio ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan alternatif informasi bagi pendengar yang ingin berwiraswasta.
Mind Your Own Business merupakan program talk show radio yang berisi konsultasi seputar dunia wirausaha dan bisnis. Program ini menyasar kalangan dewasa muda yang akan memulai bisnisnya. Dalam program ini pendengar juga dapat berkesempatan untuk merealisasikan idenya dalam segmen kompetisi ide bisnis. Perkiraan anggaran produksi yang dibutuhkan untuk program ini per episodenya kurang lebih adalah Rp 715.000.

The existence of Small Business Enterprise (SBE) can boost up our national economic growth. However, the amount of SBE is still small because becoming an entrepreneur is not popular here, especially among young adults in Indonesia. In fact, entrepreneurship could be the possible way to solve unemployment problem since the number of labor is increasing day by day. Moreover, a lot of mass media, especially radio, prefer to present entertaiment and music rather than business topic.
"Mind Your Own Business" is a radio talk show program that presents business consultation for young adult entrepreneurs who want to start up their business. The listeners also have the opportunities to get the capital by joining business plan competition. The estimation for production cost is about Rp 715.000 per episode.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Filia
"Disertasi ini mengkaji nilai budaya wakimae yang terdapat dalam performa stimulus-respons bahasa Jepang. Wakimae dimaknai sebagai nilai atau norma yang diharapkan untuk dipatuhi anggota komunitas Jepang. Wakimae seperti apa yang secara konkret terdapat dalam bahasa Jepang dijelaskan dalam penelitian ini melalui pemarkah-pemarkah linguistik. Tujuan penelitian ini adalah menemukan struktur dan fungsi ujaran stimulus bahasa Jepang terkait nosi wakimae. Dalam disertasi ini, struktur dan fungsi ujaran stimulus bahasa Jepang diasumsikan berkaitan dengan wakimae yang dipegang masyarakat penutur bahasa Jepang. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan metode kualitatif dengan sumber data percakapan tayang bincang Asaichi di televisi NHK Jepang. Sejumlah tiga puluh episode tayang bincang tersebut digunakan sebagai sumber data. Alasan pemilihan sumber data tersebut ialah: (i) percakapan tidak diatur dan tidak diedit, tiap-tiap partisipan tutur diberi keleluasaan untuk berbicara, (ii) pembawa acara lebih dari satu orang dan berganti-ganti, (iii) topik perbincangan bervariasi sehingga dapat diperoleh berbagai konteks percakapan. Wakimae yang tercermin dalam stimulus dapat dilihat dalam konstruksi ujaran bahasa Jepang, yaitu: (i) konstruksi dalam ujaran tuntas secara sintaktis (syntactically finished utterance), dan (ii) konstruksi dalam ujaran taktuntas secara sintaktis (syntactically unfinished utterance). Secara garis besar, ujaran stimulus terbagi menjadi dua tipe: (i) stimulus pertanyaan, dan (ii) stimulus nonpertanyaan. Stimulus pertanyaan memiliki fungsi/tindak sosial: (1) meminta informasi, (2) meminta konfirmasi, (3) memberikan pendapat, (4) memberikan pendapat dan meminta persetujuan, (5) meminta konfirmasi dan informasi, (6) memberikan pendapat dan meminta informasi, (7) memberikan pendapat dan mengajak, dan (8) memberikan pendapat, meminta persetujuan dan informasi. Stimulus nonpertanyaan ditemukan dalam fatis. Gambaran wakimae dalam respons dapat dilihat dalam dua tipe respons: (i) respons jawaban dan (ii) respons nonjawaban. Ujaran yang mengandung wakimae melibatkan konsep peran (nosi tachiba), in group-out group (nosi uchi-soto) dan teori teritori informasi (joohoo no nawabari riron). Hasil penelitian menunjukkan bahwa wakimae yang direalisasikan dalam bukti-bukti linguistik bertujuan untuk memelihara hubungan yang selaras dan harmonis. Hubungan yang selaras dan harmonis diutamakan dalam upaya memelihara kerja sama antarpenutur komunitas Jepang.
This dissertation examines a cultural value called wakimae found in the stimulus-response performance in Japanese language. Wakimae is understood as a value or norm that is expected to be adhered to among Japanese community members. Wakimae concretely found in Japanese is described in this study using linguistic markers. The objective of the study is to find the structure and function of stimulus utterance in Japanese related to the notion of wakimae. In this dissertation, the structure and functions of stimulus utterance in Japanese are assumed to be associated with wakimae which is adhered to among Japanese language speakers. To achieve the objective, this study uses the qualitative method to analyze conversations taken from Asaichi talk show aired on NHK TV in Japan as the data. Thirty episodes of the talk show are used as the data. The reasons for selecting the data are: (i) the conversations are not scripted nor edited, as each participant can speak freely, (ii) there is more than one host and these hosts take turn in the talk show, (iii) the conversation topics vary so the contexts obtained are various. Wakimae which is reflected in the stimulus can be seen in the construction of utterances in Japanese language, namely: (i) the construction of syntactically complete utterance, and (ii) the construction of syntactically unfinished utterance. Broadly, an utterance stimulus can be classified into two types: (i) question stimulus, and (ii) non-question stimulus. The question stimulus has social functions/actions of: (1) asking for information, (2) asking for confirmation, (3) giving an opinion, (4) giving an opinion and asking for an approval, (5) asking for confirmation and information, (6) giving an opinion and asking for information, (7) giving an opinion and inviting, and (8) giving an pinion, as well as asking for an approval and information. The non-question stimulus is found in a phatic expression. Wakimae in a response can be illustrated in two types of response: (i) answer response and (ii) non-answer response. The answer response involves the concept of role (the notion of tachiba), in group-out group (the notion of uchi-soto) and the theory of territory of information (joohoo no nawabari riron). The result shows that wakimae realized in the linguistic evidence has the purpose to maintain a harmonious relationship. This harmonious relationship is a priority in the effort to maintain cooperation among speakers in Japanese speaking community"
2017
D2437
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meidita Kusuma Wardhani
"ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk menjelaskan pemicu tawa dalam percakapakan humor antara David Letterman dan John Oliver pada gelar wicara Late Show with David Letterman yang ditayangkan pada 29 Januari 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis percakapan (Conversation Analysis (CA)). Penelitian ini menunjukkan bahwa di dalam percakapan yang mengandung pemicu tawa, terdapat beberapa pelaku percakapan yang terlibat dengan peran dan kontribusi masing-masing. Kemudian, ada empat bentuk pemicu tawa yang ditemukan, yaitu penggunaan kata-kata tertentu, simile, dialog dalam dialog, dan gabungan dialog dalam dialog dan penggunaan kata. Keempat bentuk pemicu tawa tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya karena adanya konteks yang relevan. Hal ini menunjukkan bahwa konteks memiliki kedudukan penting dalam memicu tawa.

ABSTRACT
The purpose of this study is to illuminate triggers of laughter found in a conversation between David Letterman and John Oliver in a talk show, Late Show with David Letterman on January 29th, 2015. This study is conducted using qualitative method and Conversation Analysis (CA) approach. It shows that in the conversation, there are some participants who have certain roles and contributions. It also shows that there are four types of triggers of laughter found in the conversation which are the use of certain words, simile, dialog in dialog, and the combination between dialog in dialog and the use of certain words. Those types of triggers of laughter can function well because of relevant context. It means that context plays a prominent role in making people laugh"
2016
T46145
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tengku Saffita Amelia S.
"Meningkatnya jumlah radio siaran swasta niaga di jalur FM ditambah dengan munculnya televisi swasta menjadikan persaingan antar radio siaran swasta semakin ketat dalam memperebutkan angsa iklan. Masing-masing radio perusaha untuk menarik khalayak pendengar yang menjadi sasarannya melalui program-program yang menarik. Melalui program-program yang menarik tersebut diharapkan akan terjadi peningkatan jumlah pendengar sehingga pada gilirannya akan menarik minat sponsor untuk menyiarkan iklannya di radio tersebut.
Salah satu acara yang diandalka untu menarik minat pendengar adalah acara kuis berhadiah. Dengan mengasumsikan bahwa tawaran hadiah akan menjadi faktor penarik minat pendengar maka acara kuis berhadiah ini seringkali menjadi acara andalan bagi radio siaran swasta
maga.
Studi ini ingin melihat sikap khalayak pendengar Radio DMC, sebagai salah satu radio siaran swasta niaga dijalur FM, terhadap lima acara kuis berhadiah yang menjadi acara andalan, yaitu kuis Rock & Roll, Chez Gado-Gado, Kupel 3 in 1, Tek Tok dan Jakasia. Dengan mengetahui sikap khalayak pendengar terhadap acara kuis berhadiah tersebut sekaligus dapat diperoleh garnbaran evaluatif sejauh mana acara kuis berhadiah tersebut telah berhasil mencapai sasarannya sebagai media promosi. Studi ini merupakan studi deskriptif dengan menggunakan teknik semantik diferensial sebagai alat untuk mengukur sikap. Sikap responden terhadap acara kuis berhadiah diukur melalui lima atributnya, yaitu: gaya penyiar, suasana yang diciptakan, materi kuis, hadiah yang disediakan serta hiburan. Untuk: tiap atribut ditetapkan empat ajektif berupa pemyataan bipolar (dua kutub) dengan skala 7, yang oapat menggambarkan apakah responden memiliki tanggapan
yang positif (favorable) atau ah negati (Unfavorable) terhada atribut yang bersangkutan. Untuk me dukun serta mernpertajam data kuantitatif digunakan diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion!FGD) terhadap beberapa sampel terpilih. Hasil penelitian terhadap sejumlah 52 responden yang dijadikan sarnpel dari studi ini
memperlihatkan adanya sil(ap yang pos.tif dari responden terhadap acara kuis berhadiah di radio DMC (skor: 4.21). Dari lima kuis yang ditel:iti ku·s Kupel 3 in 1 memperoleh sko yang tertinggi
(5.16) sedangkan yang memperoleh skor terendah adala kuis Rock & Roll ( 4.61 ).
Atribut yang paling mendapat tanggapan positif dari responden adalah atribut suasana yang diciptakan oleh penyiar (skor: 5.35), artinya, secara umum responden menyukai kesan akrab, santai, komunikatif dan menyenangkan yang terasa pad a acara kuis berhadiah.
Hal lain yang menarik sebagai temuan studi ini adalah bahwa gaya penyiar yang dipilih oleh responden sebagai prioritas utama dalam rnendengarkan suatu acara temyata menjadi atribut yang mernperoleh skor yang paling rendah dalam pengukuran sikap responden. Dari sini dapat dikatakan bahwa atribut yang dianggap paling penting belum tentu, dalam kenyataannya, akan
menjadi atribut yang paling mendapat tanggapan positif dari responden.
Dari gambaran sikap responden yang cenderung positif terhadap acara kuis berhadiah dapat dikatakan bahwa acara kuis berhadiah yang disiarkan oleh radio DMC sebagai salah satu kegiatan promosi dapat dikatakan cukup berhasil"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
S4094
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pribadi Hadhi
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan apakah penggunaan teacher talk di kelas bahasa Inggris untuk anak-anak sudah sesuai dengan prinsip-prinsip teacher talk untuk pemelajar anak-anak, yaitu teacher talk, teacher questions, dan teacher feedback. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan ancangan kualitatif. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teacher talk dapat dilihat dari dua aspek yaitu jenis mode dan interactional feature. Jenis mode dan interactional feature yang sesuai dengan prinsip-prinsip teacher talk untuk pemelajar anak-anak yaitu the materials mode, the skills and systems mode, the classroom context mode, referential question, extended learner turn dan corrective feedback. Sedangkan jenis mode dan interactional feature yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip teacher talk untuk pemelajar anak-anak yaitu the managerial mode, display question dan extended teacher turn. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan teacher talk di kelas bahasa Inggris untuk anak-anak tidak sepenuhnya sesuai dengan prinsip-prinsip teacher talk untuk pemelajar anak-anak. Oleh karena itu, pengajar sebaiknya memperhatikan penggunaan teacher talk yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip teacher talk untuk pemelajar anak-anak demi mencapai tujuan pemelajaran.

ABSTRACT
The focus of this study is the appropriateness of teacher talk used in a young learner English as a Foreign Language (EFL) classroom in accordance with the principles of teacher talk for young learners, namely: teacher talk, teacher questions, and teacher feedback. This design of this study is a case study that applies qualitative approach. The instrument used to collect the data is classroom observations. The results of this study show that teacher talk is seen through two aspects: mode and interactional feature. Some modes and interactional features are appropriate with the principles of teacher talk for young learners, namely the materials mode, the skills and systems mode, the classroom context mode, referential question, extended learner turn and corrective feedback. However, the other modes and interactional features are not appropriate with the principles of teacher talk for young learners. They are the managerial mode, display question and extended teacher turn. In sum, teacher talk used in a young learner EFL classroom is not fully appropriate with the principles of teacher talk for young learners. The teacher in a young learner EFL classroom, then, should take into account about her use of teacher talk to achieve the institutional goals.
"
2016
T45283
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardianti Ningsih
"ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh situasi dimana dalam gelar wicara
memiliki sebuah tuntutan utama yang harus dicapai yaitu bagaimana informasi bisa
diperoleh sebanyak-banyaknya dari bintang tamu.Untuk itu, pembawa acara dituntut
untuk memiliki keahlian yang terkait dengan bagaimana memilih strategi bertanya,
menyesuaikan topik, serta memilih kata yang mampu memicu respons dari bintang
tamu.Tujuan penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi bertutur yang
menghasilkan respons jawaban yang relevan. Penelitianinimerupakan penelitian
kualitatif. Data diperoleh dengan menggunakan teknik simak melalui perekaman dan
transkripsi data.Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik
padan. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan memerhatikan tindak tutur langsung
dan tidak langsung, memerhatikan penggunaan strategi kesantunan, memerhatikan
relevansi jawaban dengan pertanyaan. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan
TTTL dan TTL sama-sama efektif digunakan dalam memeroleh jawaban yang
relevan, namun harus disertai dengan penggunaan strategi kesantunan.Sementara itu,
faktor topik pembicaraan serta bintang tamu sangat memengaruhi pemilihan strategi
kesantunan.Oleh karena itu, penggunaan strategi kesantunan menjadi titik tolak
paling utama yang menentukan berhasil atau tidaknya pemerolehan jawaban yang
relevan.

ABSTRACT
This research is based on the situation where talk show has the main aim to be
aicheved; it is to require the information as much as possible from the guess stars.
Combining to this aim, the host is expected to have an ability in which how they
choose speech strategies to give the question, mathching the strategies used with the
topic, and how they choose the words which has the ilocusionary force. The aim of
this research is to formulate the speech strategy which is successful achieve more
information and relevant with question given. This research is qualitative research.
The data obtained by refer technique through recording and transcriptions data. The
data analyze by coherent technique. The qualitative approach is done by pay attention
to the direct and indirect speech act, the relevancy of the respons and question, and
politeness strategies. The data finding shows that both of direct and indirect speech
act are effective to use to acquire the relevant response. However, both of them
should be accompanied by politeness strategies. Meanwhile, the topic and guests are
the factors which influence the politeness strategies used. Therefore, politeness
strategies used is the main point which determines the relevancy of guest's responses."
2017
T47979
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roberts, R.S.
Jakarta: Elex Media Komputindo, 1981
R 384.5 Rob k
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Andriani
"ABSTRAK
Tayangan televisi merupakan sebuah bentuk hiburan yang ditonton setiap harinya oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun sesungguhnya tayangan televisi merupakan bagian dari hiperrealitas, sebuah lapisan kehidupan dimana batas antara kenyataan dan kepalsuan menjadi kabur. Sadar atau tidak sadar, tayangan televisi menjadi produk yang terus dikonsumsi oleh masyarakat sehingga produksi tayangan televisi pun semakin berkembang. Dengan tuntutan tersebut, tayangan televisi dibuat dengan berbagai metode untuk menghasilkan tontonan yang menarik. Arsitektur memiliki peran dalam produksi tayangan televisi. Melalui desain set, arsitektur disimulasikan sehingga dapat membangun dan memperkuat tayangan televisi yang diproduksi.
ABSTRACT
Television show is a form of entertainment watched everyday by most Indonesians. However, television shows actually belong to hyperreality, a layer where the border between reality and artificiality is blurred. Conciously or not, television show becomes a product that keeps being consumed by people, thus developing the production of television shows. With that kind of demand, television shows must be produced in various methods to have interesting results. Architecture plays a role in television production. Through set design, architecture is simulated so it can build and strengthen television products."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fenty Effendy
Jakarta: Media Indonesia, 2015
791.457 2 FEN m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Puspa Pratiwi
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara sport-confidence dan self-talk pada atlet bulutangkis. Sport-confidence adalah kepercayaan atau tingkat keyakinan yang individu miliki terhadap kemampuannya untuk meraih keberhasilan dalam bidang olahraga (Vealey, 1986). Sementara itu, self-talk adalah dialog pribadi, diucapkan lantang ataupun tidak, yang digunakan atlet untuk menginterpretasikan perasaan dan persepsinya, meregulasi dan merubah evaluasi dan keyakinannya, serta memberikan instruksi dan reinforcement untuk dirinya sendiri (Hardy, Gammage, & Hall, 2001). Sebanyak 97 atlet bulutangkis menjadi partisipan dalam studi ini dengan mengisi kuesioner. Sport-confidence diukur dengan menggunakan sport-confidence Inventory-4 (SCI-4) yang disusun oleh Vealey & Knight (2002), sedangkan pengukuran self-talk menggunakan Self-Talk Questionnaire (S-TQ) yang dikembangkan oleh Zervas, Stavrou, & Psychountaki (2007). Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara SC-physical skills and training, SC-cognitive efficiency, dan SC-resilience dengan ST-motivasional dan ST-kognitif.

This research is conducted to find the relationship between sport-confidence and self-talk among badminton athletes. Sport-confidence was defined as the belief or degree of certainty individuals possess about their ability to be successful in sport (Vealey, 1986, P. 222). Meanwhile, self-talk was defined as a dialogue, a small voice in one?s head or said loud, in which the individual interprets feelings and perception, regulates and changes evaluations and convictions, and gives him/herself instruction and reinforcement (Hardy, Gammage, & Hall, 2001). 97 badminton athletes participated in this study by completing the questionnaires. Sport-confidence was measured by sport-confidence Inventory-4 (SCI-4) created by Vealey & Knight (2002) while, self-talk was measured by Self-Talk Questionnaire (S-TQ) created by Zervas, Stavrou, & Psychountaki (2007). The result of this research shows that SC-physical skills and training, SC-cognitive efficiency, and SC-resilience positive correlated significantly with ST-motivational and ST-cognitive."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60111
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>