Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167349 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khairunnisa
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
S3483
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranti Widiyanti
"Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan antara harga diri akademik, kreativitas dengan prestasi belajar anak usia 10-12 tahun. Latar belakang peneliti melakukan penelitian ini berdasarkan rendahnya mutu pendidikan sekolah dasar di Indonesia. Rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat dari salah satu indikator yaitu rendahnya prestasi belajar siswa. Sedangkan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Windham (1990) antara lain adalah karakteristik siswa.
Menurut Ziller (1984), harga diri akademik sebagai salah satu aspek karakteristik siswa dapat mempengaruhi prestasi belajar, begitu pula yang dikemukakan Pujiyogyanti (1985) bahwa banyak siswa yang mengalami kegagalan dalam pelajaran bukan hanya disebabkan oleh tingkat inteligensi yang rendah atau keadaan fisik yang lemah, tetapi dapat disebabkan oleh adanya perasaan tidak mampu untuk melakukan tugas.
Aspek karakteristik siswa lainnya adalah kreativitas. Sebagaimana yang dikatakan oleh beberapa ahli bahwa kreativitas merupakan faktor penting dalam kehidupan. Utami Munandar (1999) mengemukakan mengapa kreativitas begitu bermakna dalam hidup, antara lain karena kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam era pembangunan ini tak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan bare, dan teknologi baru.
Penelitian dilakukan kepada siswa SD kelas tinggi pada satu sekolah dasar di DKI dengan jumlah responden 47 siswa. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan yang signifikan antara harga diri akademik dengan prestasi belajar siswa usia 10-12 tahun.
2. Ada hubungan yang signifikan antara kreativitas dengan prestasi belajar anak usia 10-12 tahun.
3. Besarnya kontribusi antara harga diri akademik, kreativitas terhadap prestasi belajar pada anak usia 10-12 tahun
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tujuh instrumen, yaitu : 1) kuesioner harga akademik, 2) tes kreativitas verbal, 3) hasil raport cawu tiga, 4) tes intelegensi sebagai data pendukung, 5) format observasi Iingkungan sekolah, 6) format identitas siswa dan latar belakang keluarga, dan 7) format wawancara dengan orang tua siswa.
Untuk membuktikan hipotesis diatas, analisis data yang dilakukan menggunakan perhitungan secara statistik dengan teknik yang digunakan adalah product moment pearson, untuk menjawab hipotesis 1 dan 2. Sedangkan untuk menjawab hipotesis 3 yaitu besamya kontribusi variabel harga diri akademik dan kreativitas terhadap variabel prestasi belajar, peneliti menggunakan teknik analisis regresi linear ganda.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer, yaitu program SPSS. Dari hasil analisis tersebut dapat diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara harga diri akademik dengan prestasi belajar anak usia 10-12 tahun. Nilai koefisien korelasi -0.007 (jauh lebih rendah dari batas toleransi 0.5) dengan tingkat probabilitas 0.951 (jauh diatas batas toleransi 0.05). Dengan demikian hipotesis altematif pertama (Ha 1) ditolak, dan hipotesis null pertama (Ho 1) diterima.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara kreativitas anak dengan prestasi belajar anak usia 10-12 tahun, dengan nilai koefisien korelasi 0,579 (berada diatas batas toleransi 0.5) dan nilai probabilitas 0.000. Dengan demikian hipotesis altematif kedua (Ha 2) diterima dan hipotesis null kedua (Ho 2) ditolak.
3. Terdapat kontribusi antara harga diri akademik dan kreativitas terhadap prestasi belajar anak usia 10-12 tahun dengan diperolehnya besaran kontribusi 30.7% dari gabungan variabel harga diri akademik dan variabel kreativitas secara simultan terhadap prestasi belajar.
Dari hasil penelitian ini, maka diperoleh kesimpulan bahwa : Ha 1 ditolak, Ha 2 diterima, dan Ha 3 diterima. Ditolaknya hipotesis alternatif satu, yaitu adanya hubungan yang signifikan antara harga diri akademik dengan prestasi belajar karena diperoleh hasil pada beberapa subyek yang memiliki skor nilai akademik tinggi justru cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah. Hal ini kemungkinan terjadi karena subyek dalam melakukan penilaian harga diri akademik, tidak mengisi berdasarkan keadaan diri yang sebenarnya melainkan berdasarkan, keadaan diri sebagaimana ia harapkan. Faktor penyebab terjadinya hal tersebut dapat disebabkan karena alat ukurnya yang masih memiliki kelemahan baik dalam bentuk, tata bahasa, atau pernyataan-pemyataan yang tidak relevan.
Pembahasan kesimpulan hasil penelitian akan diuraikan dalam diskusi dan diikuti dengan saran-saran yang terkait dengan variabel penelitian, saran praktis, dan saran kebijakan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T18527
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairun Nisa
"Self regulated learning merupakan aspek yang penting dalam kesuksesan akademik siswa. Pada sisi personal, goal orientation diketahui mempengaruhi komitmen seseorang dalam meregulasi dirinya pada proses belajar. Pada sisi kontekstual, classroom goal structure diketahui juga dapat mempengaruhi tinggi rendahnya self regulated learning siswa. Pada masyarakat Indonesia yang cenderung embedded, classroom goal structure sebagai faktor kontekstual diasumsikan memiliki peran yang lebih besar dibandingkan dengan goal orientation. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kontribusi peran goal orientation dan classroom goal structure sebagai terhadap self regulated learning.
Analisis hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan partial correlation. Sebanyak 301 siswa sekolah menengah atas menjadi partisipan dalam penelitian ini. Goal orientation dan classroom goal structure diukur menggunakan adaptasi dari sub tes personal goal orientarion dan perception about classroom goal structure pada alat ukur Pattern of Adaptive Learning Scale. Self regulated learning diukur dengan alat ukur yang dikonstruksi berdasarkan dimensi self regulated learning yang dikemukakan oleh Lindner dan Harris 2002. Ketiga jenis classroom goal structure ditemukan memiliki kontribusi yang signifikan terhadap self regulated learning. Adapun kontribusi goal orientation terhadap self regulated learning hanya didapatkan dari mastery goal orientation saja. Akan tetapi, secara keseluruhan, kontribusi goal orientation ditemukan lebih besar dibandingkan classroom goal structure terhadap self regulated learning.

Self Regulated Learning SRL is an important aspect in determining students 39 success in academic. At the personal side, goal orientation is known to be able to influence how much one puts a commitment in regulating oneself in studying process. At contextual side, classroom goal structure is also known to be affecting the degree of SRL in students. In Indonesia 39 s context which is prone to be more towards embedded culture, classroom goal structure as a contextual factor is assumed to have a bigger role in influencing SRL compared to goal orientation. This research is intended to test how significant is the role of goal orientation and classroom goal structure to SRL.
Research analysis was conducted using partial correlation. 301 high school students in Depok city became the participants in this research. Classroom goal structure and goal orientation were measured by adaptation from sub test perception on classroom goal structure and personal goal orientation using Pattern of Adaptive Learning Scale instrument. Meanwhile SRL was measured using an instrument that was constructed using a theory by Lindner and Harris 2002 . The 3 types of classroom goal structure was found to have a significant contribution to SRL. While contribution of goal orientation to SRL was only significantly found in mastery goal orientation. Nevertheless, overall, the contribution to SRL by goal orientation was found to be higher compared to classroom goal structure."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T46975
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tira Nalvianti Rahmi
"Penerapan kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) di perguruan tinggi saat ini menjadi upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas lulusan di Indonesia. Hanya saja, program MBKM tersebut dapat memberikan tantangan dan kesulitan tersendiri bagi mahasiswa selama mereka menjalaninya. Mahasiswa dinilai memerlukan kemampuan adaptabilitas karier untuk mampu menjalani salah satu tugas perkembangan karier tersebut dengan optimal. Dukungan sosial dan psychological capital dinilai menjadi faktor yang berperan penting dalam mengembangkan kemampuan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran psychological capital dalam memediasi hubungan antara dukungan sosial dan adaptabilitas karier pada mahasiswa yang sedang menjalani program MBKM. Partisipan penelitian terdiri atas 149 orang mahasiswa Indonesia yang sedang menjalani program MBKM. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Career Adapt-Abilities Scale International Form (CAAS-IF), Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS), dan Academic Psychological Capital Questionnaire (A-PCQ) yang sudah diadaptasi dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa psychological capital memediasi secara penuh hubungan antara dukungan sosial dan adaptabilitas karier mahasiswa yang menjalani program MBKM. Semakin tinggi dukungan sosial yang diperoleh mahasiswa, maka akan semakin meningkatkan modal psikologis pada dirinya, yang pada akhirnya akan semakin meningkatkan kemampuan adaptabilitas kariernya.

The implementation of the Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) program in higher education institutions aimed to improve the quality of future graduates in this fourth industrial revolution era. However, the program as students’ new career development tasks provides new challenges and difficulties during their participation. To keep optimizing their performance in such conditions, students need career adaptability. Social support and psychological capital are allegedly the important factors that contribute to enhancing students’ career adaptability. This study aimed to investigate the mediating role of psychological capital in the relationship between social support and career adaptability among students. This study used the Indonesian version of the Career Adapt-Abilities Scale International Form (CAAS-IF), Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS), and Academic Psychological Capital Questionnaire (A-PCQ). The results from 149 college students across Indonesia that are participating in MBKM Program indicated that psychological capital fully mediated the relationship between social support and career adaptability. The more social support that students receive from their surroundings, the more it boosts their psychological capital, which in turn enhances their career adaptability during the MBKM program."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulia Sari Dewi
"Teori Goals orientation menjelaskan kinerja dan proses belajar anak dalam tugas-tugas akademik dan lingkungan sekolah (Pintrich, 1996). Lebih lanjut lagi i^oal orientation menjelaskan alasan-alasan mengapa siswa berusaha untuk mencapai prestasi akademis (Ames, 1992; Dweck & Legget, 1998; Nicholls 1984 dalam Wentzel 1998). Para ahli goal orientation menemukan dua tipe goal yang diadopsi siswa yang dapat mempengaruhi pelibatan siswa dalam tugas yaitu fask-invoh ed orientation dan ego-involved orientation (Nicholls, 1984 dalam Pintrich, 1996) yang memiliki perbedaan dalam memandang kemampuan dan usaha. Siswa yang mengadopsi task-involved oriental ion adalah yang memiliki keinginan untuk memperoleh prestasi atau sukses Nan berasal dari proses belajar melalui minat terhadap pengembangan keterampilan baru, penguasaan terhadap tugas, perbaikan kemampuan dan kinerja-dan menjadikan kemajuan diri sendiri sebagai acuan kesuksesan. Sedangkan siswa yang mengadopsi ego-involved orientation memiliki keinginan mencapai sukses yang berasal dari penilaian orang lain terhadap hasil/performansi pada tugas, hal ini disebabkan oleh keyakinan bahwa hasil/performansi yang tinggi disebabkan oleh kemampuan yang tinggi juga. Dilain pihak kesulitan atau kegagalan adalah hal yang biasa ditemui ketika mempeiajari sesuatu terutama peiajaran matematika. Namun sering kali terjadi bila individu mengalami kegagalan yang berulang-ulang terjadi perubahan performansi berupa kinerja- yang memburuk yang disebabkan oleh keyakinan bahwa hasil yang diperoleh tidak ada hubungannya dengan usaha melainkan dipengaruhi oleh faktor diluarnya, individu yang demikian dikatakan mengalami learned helpless (Diener & Dweck, 1978 dalam Hokoda & Fincham, 1995).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dua tipe goal orienfation dengan pola motivasi learned helplessness. Elliot dan Dweck (1988 dalam Hokoda &. Fincham) menyebutkan bahwa anak-anak yang berpola motivasi helpless memiliki ego-involved orienia/ion, sedangkan anak-anak dengan pola motivasi mastery-oriented memiliki task-involved orientation. Maka dapat ditegakan hipotesis bahwa taskinvolved berhubungan negatif dan sigifikan dengan learned helplessness sedangkan ego-involved berhubungan positif yang signifikan dengan learned helplessness. Selanjutnya dilakukan penelitian terhadap siswa kelas 1 SMP Al-Izhar, Jakarta. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner goal orientation dan kuesioner learned helplessness pada pelajaran matematika. Teknik analisis yang digunakan adalah korelasi Pearson's Product Moment. Dari hasil perhitungan ditemukan bahwa task-involved orientation berhubungan negatif yang signifikan dengan learned helplessness (r=-0,462 los 0,05), sedangkan ego-involved tidak berhubungan secara signifikan dengan learned helplessness.
Dari hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi task-involved orientation kecenderungan helpless dalam pelajaran matematika semakin rendah. Karena perhitungan tidak dapat menunjukkan hubungan yang signifikan dengan learned helplessness peneliti menduga hal ini mungkin disebabkan oleh sampel yang homogen dan tambahan pula pengujian validitas instrumen goal orientation belum pernah diteliti menggunakan kriterion eksternal. Sehingga disarankan untuk penelitian selanjutnya sampel penelitian berasal dari berbagai sekolah agar diperoleh sampel yang heterogen, karena diduga latar belakang sekolah, faktor keluarga dan perlakuan guru mempengaruhi goal orientation. Untuk penelitian selanjutnya dapat berupa pengujian validitas instrumen goal orientation menggunakan kriterion eksternal."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2794
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Sapariningsih
"Sebagai negara berkembang, Indonesia sangat membutuhkan tenagatanaga kreatif yang dapat memberi sumbangan kepada bangsa dan negara. Oleh karena itu, pendidikan harus mampu mendorong pertumbuhan dan perkembangan kreativitas peserta didik (Utami Munandar, 1999). TAP MPR no. 11 / MPR /1993 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara menyebutkan bahwa salah satu tujuan pendidikan nasional adalah untuk menghasilkan manusia Indonesia yang kreatif. Renzulli (1981) menyatakan bahwa kreativitas merupakan salah satu ciri yang harus dimiliki oleh siswa berbakat.
Menurut Roger (dalam Munandar 2002), salah satu faktor yang dapat mendorong tumbuhnya kreativitas adalah locus of control yang internal. Locus of control merupakan salah satu bagian dari kepribadian yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan segala sesuatu yang terjadi di dalam hidupnya (Rotter, 1975). Seseorang dengan locus of control yang internal dapat mengarahkan dirinya sendiri, mempunyai standar dan nilai-nilai sendiri serta dapat mengambil keputusan sendiri. Ciri-ciri tersebut merupakan pendorong tumbuhnya kreativitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara locus of control dan kreativitas pada siswa berbakat yang mengikuti program percepatan belajar.
Subyek penelitian adalah siswa berbakat yang mengikuti program percepatan belajar di SMUN 81 Jakarta. Jumlah sampel sebanyak 30 orang, yang terdiri dari 22 orang wanita dan 8 orang pria. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Alat yang digunakan untuk mengukur locus of control adalah skala locus of control yang disusun oleh Rotter dan alat yang digunakan untuk mengukur kreativitas adalah Tes Kreativitas Verbal yang disusun oleh Utami Munandar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor skala locus of control berkorelasi dengan skor tes kreativitas pada siswa berbakat yang mengikuti program percepatan belajar. Dengan demikian, maka ada hubungan yang signifikan antara locus of control dan kreativitas pada siswa berbakat yang mengikuti program percepatan belajar.
Berdasarkan hasil tersebut, diharapkan agar para orang tua dan guru dapat menciptakan suatu kodisi yang dapat membentuk locus of control locus yang, internal pada diri anak sehingga kreativitas yang mereka miliki dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novani Nugrahani
"
Perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi yang cepat di era
globalisasi ini menimbulkan tuntutan yang semakin besar terhadap adanya
sumber daya manusia yang berkualitas untuk dapat terus mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut. Sumber daya manusia yang berkualitas
dapat diperoleh melalui pendidikan yang baik dan berkualitas pula, terutama
melalui jalur pendidikan formal atau sekolah. Dusek (1996) menyatakan bahwa
sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal, memiliki tugas pokok
untuk membantu peserta didik agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan
keahlian yang dibutuhkan. Sekolah juga merupakan sarana anak untuk
bersosialisasi dengan teman sebayanya dan dengan orang dewasa selain
anggota keluarganya.
Karena peran sekolah yang besar serta lamanya waktu anak yang
dihabiskannya di sekolah, maka hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai
bagaimana sesungguhnya seorang anak mempersepsikan keadaan sekolahnya.
Persepsi siswa mengenai sekolahnya sendiri dapat diukur dengan menggunakan
skala Quality of School Life. Pengukuran Quality of School Life dinilai sebagai hal
yang penting dan memiliki hubungan dengan prestasi akademik yang dicapai
oleh siswa tersebut (Bourke, 1993; Mok & Flynn, 1997).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Quality of School
Life pada siswa dan siswi SMA co-educational dan gambaran Quality of School
Life pada siswa SMA non co-educational khusus laki-laki serta gambaran Quality
of School Life pada siswi SMA non co-educational khusus perempuan. Selain itu,
peneliti juga ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan antara gambaran
Quality of School Life siswa dan siswi pada ketiga jenis SMA tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan juga merupakan
penelitian kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah siswa dan siswi dari SMA coeducational,
SMA non co-educational khusus laki-laki dan SMA non coeducational
khusus perempuan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala Quality of School Life yang merupakan skala tipe Likert.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum, siswa dari ketiga
jenis SMA yaitu SMA co-educational, SMA non co-educational khusus laki-laki
dan SMA non co-educational khusus perempuan merasa sejahtera dengan
Ouality of School Life di sekolah mereka masing-masing. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada gambaran
persepsi Quality of School Life menurut persepsi siswa SMA co-educational, siswa SMA non co-educational khusus laki-laki dan siswi SMA non co-educational khusus perempuan."
2004
S3360
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sentari
"ABSTRAK
Penguasaan bacaan, dalam hal ini recall bacaan, sebagai sarana
memperoleh pengetahuan siswa, dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
strategi belajar. Dalam penelitian ini akan diteliti pengaruh penggunaan strategi
belajar dalam membaca, yaitu strategi yang digunakan untuk mengolah informasi
dalam teks bacaan, sehingga proses penguasaan dan pemahaman bacaan dapat
lebih efektif dan efisien.
fc
Atkinson dan Shifffin (dalam Reed, 1996) menyatakan bahwa salah satu
strategi yang dapat digunakan seseorang dalam memperlajari informasi untuk
memfasilitasi perolehan pengetahuan adalah imaging. Jacob (dalam Sadoski,
1983) menguatkan bahwa kemampuan subyek untuk menghasilkan atau
menggunakan mental imagery untuk memahami bacaan adalah faktor utama untuk
membedakan antara pembaca yang baik dan tidak.
Sehingga, pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah
mengukur sejauhmana penggunaan strategi mental imagery dapat berpengaruh
secara signifikan terhadap recall bacaan dan sekaligus melihat gambaran strategi
mental imagery yang digunakan selama membaca pada siswa SMU Negeri I
Depok.
Teori Kognitif Dual Coding memiliki kapabilitas untuk menjelaskan
tentang mental imagery dalam kinerja kognisi., dimana Dual Coding Theory
membagi sistem kognisi menjadi dua subsistem representasi mental, verbal dan
imagery. Kedua subsistem ini terpisah, tapi terhubung satu sama lain, dengan cara
paralel atau dalam suatu integrasi (Sadoski & Paivio, 1994)
Metode yang digunakan adalah situasi eksperimental dengan
menggunakan disain randomized, two group design, posttest only. Ada dua
kelompok independen, dimana kelompok pertama akan dijadikan kelompok
eksperimen yaitu kelompok yang dilatih menggunakan dan dinstruksikan
menggunakan strategi belajar mental imagery dan melakukan think-aloud selama
membaca; sedangkan kelompok kedua akan dijadikan kelompok kontrol yaitu
kelompok yang tidak dilatih menggunakan strategi tersebut namun tetap melakukan think-aloud selama membaca. Setelah proses membaca selesai, kedua
kelompok diminta untuk melakukan free recall terhadap bacaan.
Data verbatim think-aloud dan pernyataan-pernyataan dalam free recall
dirating ke dalam kategorisasi terlengkap dan reliabel yang pernah ada (Sadoski,
dkk., 1990). Untuk pengolahan pernyataan-pernyataan recall dan verbatim mental
imagery menggunakan teknik pengujian U-Mann Whitney sebagai analisa utama,
dan teknik pengolahan persentase sebagai analisa tambahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa tidak ada satu subkategoripun
yang berbeda secara signifikan dalam hal recall bacaan antara kedua kelompok
independen.
Analisa tambahan menggunakan pengolahan persentase mengindikasikan
ada pebedaan kemampuan menghasilkan free recall bacaan antar subyek dalam
setiap kelompok. Selain itu, ada perbedaan karakter yang menandai proses
pengkodean bacaan selama membaca, yang direpresentasikan lewat hasil free
recall subyek. Karakter pada kelompok eksperimen adalah pada pernyataan recall
yang merupakan kalimat sendiri, dan tidak terdapat pada teks serta masih
berhubungan dan sesuai dengan isi kalimat pada teks; dan pada pernyataan recall
yang merupakan elaborasi dari satu atau beberapa T-unit pada teks.
Sedangkan pada kelompok kontrol, karakter yang menandai proses
pengkodean bacaannya ada pada pernyataan recall yang berhubungan langsung
dengan satu T-unit dengan sedikit kesalahan atau bagian yang hilang, tapi tanpa
merubah makna kalimat pada teks ; pernyataan recall yang merupakan gabungan
dari beberapa T-unit pada teks; dan pada pernyataan recall yang merupakan
bagian dari satu T-unit pada teks.
Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa gambaran strategi
mental imagery kedua kelompok independen berbeda. Dari pengujian signifikansi
didapatkan ada perbedaan yang signifikan pada gambaran strategi mental imagery
antara kedua kelompok. Subkategori yang berbeda adalah pada mental imagery
yang merupakan elaborasi dari satu atau beberapa T-unit, mental imagery yang
merupakan sintesa dari dua atau beberapa T-unit, mental imagery yang termasuk
komponen sintesa, dan mental imagery yang menggunakan modalitas ganda.
Hasil pengolahan persentase mengindikasikan ada perbedaan kemampuan
menghasilkan mental images antara kedua kelompok. Selain itu ada perbedaan
karakter yang menandai proses membaca pada kedua kelompok. Pada kelompok
eksperimen subkategori yang menandai proses membacanya adalah pada mental
imagery yang merupakan elaborasi dari satu atau beberapa T-Unit, mental
imagery yang merupakan sintesa dari satu atau beberapa T-unit, dan mental
imagery yang menggunakan kata-kata sendiri dan tetap konsisten dengan isi
kalimat pada teks.
Sedangkan pada kelompok kontrol, karakter yang menandai proses
membacanya adalah mental imagery yang konsisten dengan isi kalimat pada teks,
dan kategorisasi terhadap mental imagery yang termasuk komponen sintesa.
Untuk penggunaan modalitas dalam mental imagery-nya, subkategori yang
persentasenya cenderung kepada kelompok eksperimen adalah pada modalitas
ganda dan modalitas afeksi. Sedangkan pada kelompok kontrol adalah modalitas
visual dan kinestetik."
2002
S3090
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emil Mukti
2004
S3355
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Farina Salim
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3451
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>