Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156522 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Widyaningtyas
"ABSTRAK
Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan antara masa kanak-kanak dan
dewasa yang penuh dengan perubahan-perubahan baik secara fisik maupun
emosional. Terjadinya perubahan-perubahan tersebut membutuhkan
masa
secara
penyesuaian diri baik dari pihak remaja maupun dari pihak orang tua (Papalia &
Olds, 1998). Kegagalan kedua belah pihak dalam menyesuaikan diri mereka
terhadap perubahan yang terjadi, dapat membawa remaja pada tingkah laku yang
beresiko tinggi (Papalia & Olds, 1998; Santrock, 1998; Tumer & Helms, 1995).
Salah satu sebab yang selalu dipertimbangkan sebagai penyebab remaja terlibat
dalam perilaku beresiko tinggi adalah faktor keluarga, yaitu keluarga yang dipenuhi
dengan konflik, parenting practice yang kurang atau tidak konsisten, dan
hubungan antar anggota keluarga yang tidak harmonis.
Beberapa ahli mengatakan bahwa ketidakharmonisan orang tua dapat
digolongkan sebagai tahap awal dari suatu proses perceraian (Hohannon dalam
Tumer & Helms, 1995; Ahrons dalam Carter & McGoldrick, 1989). Tahap
tersebut meliputi perceraian emosi di antara pasangan suami-istri. Dari banyak
penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa
ketidakharmonisan hubungan orang tua membawa dampak yang negatif bagi anak.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti
lebih lanjut tentang masalah-masalah yang dihadapi remaja sehubungan dengan
ketidakharmonisan hubungan orang tua serta dukungan sosial yang dibutuhkan
oleh remaja agar akibat negatif yang diasosiasikan dengan ketidakharmonisan
hubungan orang tua, dapat dihindari.
Penelitian ini menggabungkan kedua pendekatan yang biasa digunakan
dalam penelitian-penelitian psikologi, yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Metode pengambilan data yang digunakan pun mencerminkan kedua pendekatan yang digunakan, yaitu melalui kuesioner dan wawancara mendalam yang ditunjang
dengan observasi.
Dari penyebaran kuesioner diperoleh hasil bahwa masalah utama yang
sering menyebabkan konflik diantara ayah dan ibu subyek adalah masalah ideologi
peran jender dan diikuti dengan masalah keuangan. Selain itu juga ditemukan
bahwa pasangan yang mempunyai masalah perselingkuhan, biasanya juga
mengalami masalah lain yang cukup banyak dalam dimensi-dimensi yang lain.
Sedangkan dari wawancara dan observasi kepada 3 orang subyek yang orang
tuanya mengindikasikan ketidakharmonisan hubungan orang tua, diperoleh hasil
bahwa masalah yang dihadapi remaja sebagai implikasi ketidakharmonisan
hubungan orang tua meliputi rentang yang cukup luas, seperti pergaulan yang
salah, ketergantungan yang berlebihan pada pacar, keraguan dalam membangun
hubungan intim dengan lawan jenis, kesadaran akan penderitaan ibu, sering
bertengkar dengan ayah, kebingungan dalam memihak, ibu sering melampiaskan
rasa frustasinya kepada anak-anaknya, dan hubungan dengan ayah yang semakin
menjauh. Dukungan emosional dan dukungan jaringan sosial merupakan dukungan
yang paling banyak diterima oleh subyek, sedangkan dukungan instrumental hampir
tidak didapatkan oleh subyek. Selain itu juga ditemukan bahwa sebagian besar
subyek wawancara mengaku belum cukup puas terhadap dukungan sosial yang
sudah diberikan oleh orang-orang di sekitar mereka. Subyek mengharapkan
dukungan yang tidak hanya bersifat menenangkan tetapi juga dukungan berupa
tindakan yang dapat membuat orang tuanya harmonis kembali. Subyek juga
mengharapkan dukungan orang-orang terdekat mereka, terlebih lagi orang-orang
yang tinggal satu rumah dengan mereka yang mengalami langsung
ketidakharmonisan hubungan orang tuanya, misalnya kakak.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan agar dilakukan penelitian
yang sama terhadap remaja laki-laki. Remaja laki-laki cenderung enggan bercerita
tentang hal-hal yang menggelisahkan hatinya dan justru keengganannya itulah yang
potensial menimbulkan tingkah laku yang agresif. Selain itu penulis juga
menyarankan keterlibatan orang tua subyek dalam penelitian selanjutnya. Hal
tersebut dilakukan perlu sebagai upaya untuk mengerti permasalahan dari berbagai
sudut pandang."
2001
S3053
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Razak Noe`man
Jakarta: Noura Books, 2012
306.874 RAN a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ridhwan
"Penelitian ini membahas kondisi NEET (Not In Employment, Education or Training) di kalangan penduduk muda usia 15-29 di Indonesia yang umumnya rentan memasuki pasar kerja bahkan menghambat transisi kehidupan mereka. Eksistensi pemuda NEET memiliki dampak buruk kepada potensi pemuda itu sendiri sehingga semakin terpinggirkan. Berbeda dengan studi terdahulu yang menekankan penyebab NEET pada latar belakang individu dan kondisi pasar kerja, kali ini pengamatan lebih mendalam terhadap latar belakang keluarga orang tua dengan menggunakan indeks sosial ekonomi orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kecenderungan latar belakang orang tua memengaruhi pemuda berstatus NEET dengan mengunakan data longitudinal individu dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) tahun 2007 dan 2014. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa peningkatan sumber daya orang tua (human capital dan finansial) berupa indeks sosial ekonomi dapat meningkatkan peluang anaknya menjadi NEET dikarenakan dapat mendorong anaknya untuk menahan diri dari pekerjaan atau lebih selektif mencari pekerjaan.

This study discusses the condition of NEET (Not In Employment, Education or Training) among young people aged 15-29 in Indonesia who are generally vulnerable to entering the labor market and even hinder their life transition. The existence of this NEET youth has a bad impact on the potential of the youth itself so that they are increasingly marginalized. In contrast to previous studies which emphasized the causes of NEET on individual backgrounds and labor market conditions, this time a more in-depth look at the family background of parents using the parents socioe-conomic status index. This study aims to determine how parental background trends affect youth with NEET status by using individual longitudinal data from the Indonesian Family Life Survey (IFLS) in 2007 and 2014. The results of this study explain that the increase in parental resources (human capital and financial) with The socio-economic status index can increase the chances of a child becoming a NEET because it can encourage children to refrain from work or be more selective in looking for work."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Neva Mayendi
"Penelitian ini dilatarbelakangi dengan tingginya angka kasus kekerasan seksual pada anak di Kota Batam. Upaya lembaga pemerintah dan non-pemerintah dalam perlindungan anak korban kekerasan seksual adalah dengan menyediakan layanan rehabilitasi sosial. Rumah Faye salah satu lembaga independen di Indonesia berfokus isu perlindungan anak menyelenggarakan rehabilitasi sosial sebagai upaya pemenuhan hak anak korban kekerasan seksual. Rumah Faye mendirikan Rumah Aman (Shelter) dijadikan sebagai rumah perlindungan dan tempat tinggal sementara bagi anak korban kekerasan seksual. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan rehabilitasi sosial pada anak penyintas kekerasan seksual di Rumah Faye serta hambatan-hambatan yang dihadapi selama pelaksanaan rehabilitasi sosial di Rumah Faye. Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Desember 2023. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan studi literatur. Terdapat 6 informan yang terlibat dalam penelitian ini terdiri dari 1 Manajer Program Pusat, 1 General Supervisor, 2 staf pendamping, dan 2 penerima manfaat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan rehabilitasi sosial di Rumah Faye dimulai dari penerimaan pengaduan, identifikasi awal, rencana intervensi dan pelaksanaan intervensi yang berlangsung di Rumah Aman (Shelter). Adapun pada tahap reintegrasi sosial terdiri dari reunifikasi/pemulangan, monitoring dan terminasi. Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan terdiri dari (1) hambatan internal: kondisi penerima manfaat, anggaran lembaga, sarana dan fasilitas lembaga; (2) hambatan eksternal: keluarga, aparat hukum, stakeholder dan jaringan.

This research was motivated by the high number of cases of sexual violence against children in Batam City. The efforts of government and non-government institutions to protect child victims of sexual violence are by providing social rehabilitation services. Rumah Faye, one of the independent institutions in Indonesia, focuses on child protection issues and organizes social rehabilitation as an effort to fulfill the rights of children who are victims of sexual violence. Rumah Faye established a safe house or shelter to serve as a safe house and temporary residence for child victims of sexual violence. The aim of this research is to describe the implementation of social rehabilitation for child survivors of sexual violence at Rumah Faye and the obstacles faced during the implementation of social rehabilitation at Rumah Faye. The research was conducted from March to December 2023. This research used a qualitative approach with descriptive research type. Data collection techniques through in-depth interviews and literature studies. There were 6 informants involved in this research consisting of 1 Central Program Manager, 1 General Supervisor, 2 accompanying staff, and 2 beneficiaries. The research results show that the implementation of social rehabilitation at Rumah Faye starts from receiving complaints, initial identification, intervention planning and implementation of interventions that take place in the Safe House (Shelter). The social reintegration stage consists of reunification/repatriation, monitoring and termination. Obstacles faced in implementation consist of (1) internal obstacles: condition of beneficiaries, institutional budget, institutional facilities and equipment; (2) external barriers: family, legal apparatus, stakeholders and networks."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Syofyanti
"ABSTRAK
Selain ibu, ayah juga memiliki peran yang tak kalah pentingnya dalam
perkembangan anak, diantaranya adalah perkembangan jender. Jender terkait dengan
karakteristik psikologis (maskulin, feminin, dan androgini), bagaimana seharusnya
seseorang bertingkah laku sebagai pria atau wanita (peran jender), bagaimana cara
berinteraksi dan persepsi diri sebagai pria atau wanita (stereotip peran jender), dan
bagaimana seseorang mengidentifikasikan dirinya sebagai pria atau wanita (identitas
peran jender). Terutama bagi anak laki-laki, ayah merupakan model maskulinitas yang
paling terlihat dan paling signifikan tentang bagaimana seorang laki-laki harus bersikap
dan bertingkah laku. Namun menurut Hetherington dan Parke (1993) ada beberapa alasan
yang menyebabkan ayah tidak dapat hadir bagi anak-anaknya yaitu kematian, perceraian,
bepergian dalam jangka waktu lama, ayah yang dikirim ke medan perang, dan ayah pasif
dan kurang perhatian walaupun secara fisik hadir. Penelitian Nash (dalam Benson, 1968)
menyatakan bahwa anak laki-laki yang mengalami ketidakhadiran ayah pada lima tahun
pertama hidupnya seringkali gagal dalam memperoleh sifat-sifat yang maskulin. Hal ini
sejalan dengan penelitian Dagun (1990) yang menyebutkan bahwa anak yang tidak
mendapat asuhan ayah maka ciri-ciri maskulinnya men jadi kabur.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan penghayatan jender pria dewasa
muda yang mengalami ketidakhadiran ayah pada masa kanak-kanaknya (dibawah usia
lima tahun). Subyek dewasa muda diambil dengan alasan bahwa pada tahap usia ini
identitas jender telah terbentuk dan individu telah mengerti apa yang biasa atau tidak
biasa dilakukan oleh pria dan wanita (Baron & Byme, 1997). Bila dikaitkan dengan tugas
perkembangan dewasa muda maka pada tahap ini individu telah mengembangkan
keintiman dalam hubungan interpersonal dan proses pemilihan karir. Penelitian ini juga
akan menjelaskan bagaimana implementasi penghayatan jender dalam hubungan
interpersonal dan proses pemilihan karir pria dewasa muda yang mengalami ketidak
hadiran ayali.
Penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian kualitatif. Metode
pengumpulan data yang dipakai adalah wawancara, observasi, dan Rem Sex Role
Invwentory (BSRJ). Dalam penelitian kualitatif diharapkan suatu gejala dapat dipahami
sebagaimana pengalaman subyek jadi bukan semata-mata kesimpulan yang dipaksakan
peneliti (Bogdan & Taylor, 1975). Pedoman wawancara yang digunakan disusun oleh
peneliti berdasarkan teori yang terkait dengan penelitian ini. BSRI yang digunakan diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan telah diujicobakan, direvisi dan dihitung
validitas dan rcliabilitas itemnya oleh Seniati (1991).
Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah bahwa pria dewasa yang
mengalami ketidakhadiran ayah pada masa kanak-kanaknya tetap memiliki sifat-sifat
maskulin. Walaupun memiliki beberapa sifat feminin, mereka dapat menampilkannya
pada situasi dan kondisi yang tepat. Mereka juga mampu mengidentifikasikan diri
terhadap peran jender dan menyadari keberadaan mereka sebagai pria. Dalam menjalani
hubungan interpersonal mereka terbuka dan memiliki ikatan emosional yang cukup erat,
lebih cenderung mencari sahabat yang memiliki ide, nilai dan sifat yang hampir sama
dengan mereka. Dalam hubungan percintaan mereka sedikit khawatir dalam
berkomitmen. Jadi mereka lebih memilih menjalani hubungan tanpa komitmen atau tidak
memiliki pasangan.
Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain adalah kurang beragamnya alasan
ketidakhadiran ayah yang dialami subyek. Selain itu, subyek juga sedikit kesulitan dalam
mengingat kejadian masa kanak-kanaknya."
2003
S3246
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Magdalena
"Pada saat ini, kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak semakin lama semakin meningkat, baik kekerasan seksual, kekerasan anak, maupun kekerasan dalam rumah tangga. Berdasarkan data Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, dilaporkan bahwa dari 24 juta perempuan atau 11,4% dari 217 juta penduduk Indonesia pernah mengalami kekerasan. Kekerasan anak di Indonesia berdasarkan Laporan YKAI, selama tahun 1992-2002 mencatat 2.611 kasus (65,8%).
Unit PPT RS POLRI Kramat Jati mencatat telah terjadi peningkatan jumlah kasus korban kekerasan, yaitu dari 127 kasus pada tahun 2002-2003 meningkat menjadi 232 kasus pada tahun 2004, dan sampai bulan Agustus 2005 terjadi peningkatan menjadi 569 kasus.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang jenis kekerasan terhadap perempuan dan anak yang melapor di Unit PPT RS POLRI Kramat Jati serta adanya hubungan karakteristik korban kekerasan dengan jenis kekerasan di Unit PPT RS POLRI. Penelitian dilakukan di Unit PPT RS POLRI. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan melakukan uji statistik terhadap karakteristik pasien, kemudian dilakukan analisis univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik korban kekerasan yang datang di Unit PPT RS POLRI sebagian besar berumur kurang dari 18 tahun (52,1%), berjenis kelamin perempuan (92,1%), berdomisili di daerah Jakarta Timur (58,1%), dan mempunyai tingkat pendidikan SD (37,8%). Mayoritas korban belum menikah (64,8%), beragama Islam (86,3%), bekerja sebagai pelajar/mahasiswa (44,1%), dan diantar oleh keluarga (53,7%), dengan 46,0% merupakan kekerasan pada anak-anak. Hasil uji menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara golongan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tempat tinggal, status menikah, jenis pekerjaan, dan jenis kunjungan dengan jenis kekerasan dari korban yang datang di Unit PPT RS POLRI Kramat Jati Jakarta (p-value < 0,05).
Dari hasil penelitian ini, disarankan untuk membuat suatu strategi pelayanan terhadap korban kekerasan berdasarkan segmentasi geografi dan psikografi pasien korban kekerasan, perlunya meningkatkan program rehabilitasi terhadap korban kasus kekerasan, meningkatkan dan melakukan sosialisasi terhadap korban kekerasan dan masyarakat sekitarnya, serta perlu adanya psikologi serta peningkatan upaya hukum dan sosialisasi hukum kepada masyarakat umumnya dan perempuan serta anak pada khususnya."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T32466
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatia Rahma Sari
"Perubahan, tuntutan, dan tantangan yang terjadi merupakan ciri khas yang akan dihadapi oleh individu ketika memasuki usia dewasa muda. Memiliki harga diri yang tinggi sangat diperlukan bagi individu untuk mampu menghadapi segala perubahan yang terjadi dengan baik. Salah satu faktor yang berperan pada keberlangsungan harga diri adalah bahasa cinta yang ditunjukkan oleh orang tua. Pada penelitian ini, peneliti ingin melihat keterkaitan antara masing-masing dimensi bahasa cinta orang tua dengan harga diri pada dewasa muda. Partisipan merupakan 241 dewasa muda yang berusia 18-25 tahun dan berdomisili di Indonesia. Variabel harga diri diukur menggunakan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) dan variabel bahasa cinta orang tua diukur menggunakan Parental Love Languages Scale (PLLS). Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara bahasa cinta orang tua words of affirmation (r = .30, p < .001), quality time (r = .32, p < .001), acts of service (r = .29, p < .001), giving gift (r = .24, p < .001), dan physical touch (r = .18, p < .01) dengan tingkat harga diri. Penelitian ini merupakan eksplorasi lebih lanjut terkait teori Lima Bahasa Cinta dan dapat dijadikan sebagai dasar intervensi terkait peningkatan harga diri pada dewasa muda.

The emergence of changes, demands, and challenges is a characteristic that will be faced by someone when entering the phase of emerging adulthood. Having high self-esteem is necessary for individuals to be able to deal with the changes that occur. One of the factors that play a role in the continuity of self-esteem is the love languages shown by parents. In this study, researcher investigated the relationship between each dimension of parental love language and self-esteem in emerging adulthood. Participants were 241 emerging adults aged 18-25 years. The variable of self-esteem was measured using Rosenberg Self- Esteem Scale (RSES) and the parental love language was measured using the Parental Love Languages Scale (PLLS). The results showed that there was a positive and significant relationship between words of affirmation (r = .30, p < .001), quality time (r = .32, p < .001), acts of service (r = .29, p < .001), giving gift (r = .24, p < .001), and physical touch (r = .18, p < .01) with self-esteem. This research is a further exploration of the theory of the Five Love Languages and can be used as a basis for interventions related to self-esteem in emerging adulthood."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frilya Rachma Putri
"ABSTRAK
Pendahuluan
Didapatkan peningkatan kasus kekerasan pada anak. Pemahaman tentang efek
kekerasan pada perkembangan anak masih sangat terbatas. Sebagian disebabkan
karena terbatasnya penelitian dalam bidang ini. Penelitian sebelumnya hanya
berdasarkan pada studi-studi deskriptif yang berbasis klinis dan juga survey
retrospektif dari orang dewasa yang mempunyai riwayat kekerasan ketika masa
kanak. Maka penelitian pada anak dengan kekerasan yang berkunjung ke Pusat
Krisis Terpadu RSUPN Cipto Mangukusumo ini perlu untuk dilakukan.
Tujuan
Mengetahui gambaran dan proporsi gangguan jiwa pada anak dengan kekerasan
yang berkunjung ke Pusat Krisis Terpadu RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Metode
Penelitian ini merupakan studi cross sectional. Pengambilan sampel ditetapkan
secara consecutive sampling. Subyek adalah anak berusia 6-18 tahun yang
mengalami kekerasan di Pusat Krisis Terpadu RSUPN Cipto Mangunkusumo
sebanyak 185. Penegakkan diagnosis gangguan jiwa dengan wawancara
menggunakan instrumen MINI KIDS (Mini Internationale Neuropsychiatry
Interview) ICD-10. Data demografi diperoleh dari wawancara dan data kekerasan
diperoleh dari data sekunder.
Hasil
Jenis kekerasan terbanyak yang dialami oleh anak adalah kasus kekerasan seksual
sebesar 78,46%. Ditemukan 3 gangguan jiwa terbanyak pada subyek penelitian
sebanyak 185 responden berupa Gangguan Penyesuaian sebesar 41,84%,
Gangguan Stress Pasca Trauma sebesar 17,35% dan Episode Depresi Berat
sebesar 15,31%.
Kesimpulan
Pada penelitian ini menunjukkan 42,16 % anak-anak dengan kekerasan
mengalami gangguan jiwa. Dengan demikian, data-data yang diperoleh pada
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun,
mengimplementasikan dan mengevaluasi intervensi lanjut guna menurunkan atau
mencegah terjadinya gangguan jiwa pada anak.

Abstract
Background
Increase in child abuse is accompanied by increasing concerns in its effect on
child's development. Although concerns keep arising, understanding on effect on
child abuse to child's development is limited. It is partly due to limited studies in
this field. Up to now, understanding on child abuse on child's development has
been based on descriptive clinical studies and retrospective studies on adults with
history of child abuse. Therefore, there is a need to do this research on child abuse
in RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Aim
To describe mental disorder and proportion in children with history of abuse at
Pusat Krisis Terpadu ( One Stop Crisis Center) RSCM.
Method
This is a cross sectional study using consecutive sampling. Subject population is
185 children aged 6-18 years old who suffered from abuse at Pusat Krisis Terpadu
(One Stop Crisis Center) RSCM. Diagnosis of mental disorder is made using
MINI KIDS (Mini International Neuropsychiatry Interview) ICD-10. Demografi
data collected by interview and violence data collected by secondary data.
Result
Type of child abuse suffered were mainly sexual abuse (78.46%). Three most
common mental disorder suffered by the subject population were adjustment
disorder (41.84%), Post Trauma Stress Disorder (17.35%) and Severe Depression
(15.31%).
Conclusion
The study shows that 42.16% children with history of abuse suffered from mental
disorder. It is expected that further intervention to minimize or avoid mental
disorder in children should be set up, implemented and evaluated."
2012
T31432
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Ranti Sukma
"Mahasiswa sebagai individu mengalami masa peralihan dari remaja menuju dewasa awal dikenal dengan tahapan emerging adulthood ditandai dengan lebih banyak bereksperimen dan bereksplorasi. Masa peralihan ini dapat menyebabkan stres dan tekanan pada mahasiswa yang bersumber dari faktor internal dan eksternal sehingga menyebabkan mahasiswa kesulitan. Berbagai kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa dapat mempengaruhi kesejahteraan dirinya termasuk menjadi pemicu munculnya ide bunuh diri. Maka dari itu, pentingnya memiliki dasar emosional yang baik yang dapat dibentuk oleh kelekatan dengan orang tua. Meskipun mahasiswa cenderung banyak menghabiskan waktu di luar rumah dan memiliki interaksi dengan teman sebaya serta media sosial semakin dominan, namun kelekatan orang tua merupakan dasar utama yang dapat memberikan rasa aman pada seseorang. Seseorang dengan kelekatan aman dengan orang tua cenderung memiliki mekanisme koping dan mampu beradaptasi dengan baik. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini membahas mengenai hubungan kelekatan orang tua dengan ide bunuh diri pada mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan pada 306 mahasiswa FISIP Universitas Indonesia angkatan 2020–2023 dengan menggunakan accidental sampling. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui tingkat ide bunuh diri pada Mahasiswa FISIP Universitas Indonesia angkatan 2020–2023; (2) mengetahui tingkat kelekatan orang tua pada Mahasiswa FISIP Universitas Indonesia angkatan 2020–2023; dan (3) mengetahui hubungan antara kedua variabel yaitu kelekatan orang tua dan ide bunuh diri. Penelitian ini menggunakan instrumen IPPA (Inventory Parent and Peer Attachment) pada variabel kelekatan orang tua dan DSI-SS (Depressive Symptom Index-Suicidality Scale) pada variabel ide bunuh diri. Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel, digunakan uji korelasi menggunakan Kendall’s tau-b. Setelah melakukan analisis data, ide bunuh diri pada Mahasiswa FISIP Universitas Indonesia angkatan 2020–2023 berada pada kategori ide bunuh diri rendah sebesar 80,4% (n=246). Sedangkan, pada variabel kelekatan orang tua, responden memiliki tingkat kelekatan orang tua sebagian besar berada pada kelekatan orang tua pada kategori sedang sebesar 69% (n=211). Berdasarkan uji bivariat yang dilakukan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima artinya bahwa terdapat hubungan antara kelekatan orang tua dengan ide bunuh diri pada mahasiswa FISIP Universitas Indonesia angkatan 2020–2023. Kedua variabel menunjukkan korelasi cukup dengan arah korelasi negatif (-0,328) artinya bahwa semakin meningkatnya kelekatan orang tua maka risiko ide bunuh diri pada mahasiswa akan menurun, begitupun sebaliknya ketika kelekatan orang tua menurun maka risiko ide bunuh diri akan meningkat.

College students as individuals experience a transition period from adolescence to early adulthood, known as the emerging adulthood stage, characterized by more experimentation and exploration. This transition period can cause stress and pressure on college students which originates from internal and external factors, causing college students to have difficulties. Various difficulties faced by college students can affect their well-being, including triggering suicidal ideation. Therefore, it is important to have a good emotional foundation that can be formed by attachment to parents. Even though college students tend to spend a lot of time outside the home and have increasingly dominant interactions with peers and social media, parental attachment is the main basis that can provide a person with a sense of security. Someone with a secure attachment to their parents tends to have coping mechanisms and can adapt well. Based on this, this research discusses the relationship between parental attachment and suicidal ideation in students. This quantitative research was conducted on 306 FISIP students at the University of Indonesia class 2020–2023 using accidental sampling. The aims of this research are (1) to determine the level of suicidal ideation among FISIP University of Indonesia students class 2020–2023; (2) to determine the level of parental attachment to the University of Indonesia FISIP students, class 2020–2023; and (3) knowing the relationship between the two variables, namely parental attachment and suicidal ideation. This study used the IPPA (Parent and Peer Attachment Inventory) instrument on the parental attachment variable and the DSI-SS (Depressive Symptom Index-Suicidality Scale) on the suicidal ideation variable. To determine the relationship between the two variables, a correlation test using Kendall's tau-b was used. After analyzing the data, suicidal ideation among FISIP University of Indonesia students in the class of 2020–2023 was in the low suicidal ideation category at 80.4% (n=246). Meanwhile, in the parental attachment variable, respondents whose level of parental attachment was mostly in the medium category were 69% (n=211). Based on the bivariate test carried out in this study, it can be concluded that H0 is rejected and Ha is accepted, meaning that there is a relationship between parental attachment and suicidal ideation among FISIP University of Indonesia students class of 2020–2023. The two variables show a sufficient correlation with a negative correlation direction (-0.328), meaning that as parental attachment increases, the risk of suicidal ideation in college students will decrease, and vice versa, when parental attachment decreases, the risk of suicidal ideation will increase."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Durham, Andrew
"Buku ini berisi kisah dan pelajaran mengenai korban kekerasan pada anak."
West Sussex: Wiley Eastern, 2003
616.858 DUR y
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>