Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112456 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chairina HS
"Salah satu fungsi dari bermain adalah dapat meningkatkan kemampuan bahasa dan komunikasi anak (Papalia & Olds, 1993). Untuk dapat bermain dengan baik bersama orang lain, anak harus bisa mengerti dan dimengerti oleh temantemannya. Hal ini mendorong anak untuk belajar bagaimana berkomunikasi dengan baik, bagaimana membentuk hubungan sosial, bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam hubungan tersebut. Untuk mempelajari itu semua sulit dilakukan oleh anak tunarungu. Hal ini disebabkan karena ketidakmampuannya dalam berkomunikasi.
Ketidakmampuannya untuk berkomunikasi berdampak luas dari segi kemampuan bahasa, membaca, menulis maupun penyesuaian sosial serta prestasi sekolahnya. Tetapi sekarang banyak anak-anak dengan gangguan pendengaran atau tuli dapat diidentifikasi pada usia kanak-kanak awal. Mereka sering dibantu melalui operasi atau penggunaan alat bantu dengar. Mereka belajar- untuk berkomunikasi dengan keluarga dan teman-teman mereka dengan menggunakan bicara, membaca ujaran, bahasa isyarat atau teknik-teknik lainnnva. Banyak dari orang-orang yang menderita gangguan pendengaran atau tuli dapat mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, mampu memasuki bidang-bidang professional dan dapat mencapai keberhasilan individual/personal.
Jalur pendidikan formal (sekolah) merupakan satu upaya yang banyak dilakukan untuk membantu anak-anak tunarungu (Mangunsong dkk. 1998). Untuk anak-anak tunarungu yang berada di Taman Latihan Santi Rama, kegiatan belajar sehari-harinya adalah belajar berkomunikasi khususnya belajar berbicara. Tetapi dalam proses belajar berkomunikasi itu tidak terlepas dari kegiatan bermain. Kegiatan bermain merupakan bagian penting dalam program pendidikan prasekolah. Dalam kegiatan bermain dimasukkan juga dengan kegiatan belajar berkomunikasi di kelas melalui latihan mendengar dan penggunaan metode oralisin.
Dengan memperhatikan kekhususan pada tingkat perkembangan usia prasekolah dan kegiatan bermain anak tunarungu, dalam penelitian ini ingin diperoleh gambaran bermain pada anak tunarungu dilihat dari materi bermain, bimbingan yang diperoleh, dan peran orang tua, guru, saudara, dan teman yang sangat membantu pada perkembangan komunikasi anak tunarungu. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S3001
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nazhira Idzni
"Keterbatasan fungsi indera pendengaran penyandang tunarungu menyebabkan munculnya budaya-budaya yang hanya dapat dirasakan oleh mereka. Dalam melangsungkan budayanya yang unik ini mereka membutuhkan ruang yang accessible layaknya penyandang difabel yang lain. Oleh karena itu, prinsip deaf space dihadirkan agar kebutuhan penyandang tunarungu dapat dipertimbangkan dalam perancangan ruang bangunan/urban.
Prinsip deaf space dirumuskan oleh komunitas tunarungu di Gallaudet University, Amerika Serikat. Prinsip deaf space ini dibuat berdasarkan pengalaman dan kondisi yang berlaku pada komunitas tunarungu yang merancangnya, padahal komunitas tunarungu dapat mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Salah satu bentuk perkembangan yang dialami komunitas ini adalah penggunaan alat bantu dengar dan perkembangan komunikasi verbal oleh pemanfaatan alat bantu dengar.
Perkembangan yang dialami oleh komunitas ini dapat mempengaruhi kebutuhan ruangnya, sehingga prinsip deaf space ini juga harus disesuaikan dengan perkembangan tersebut. Pengetahuan tentang penyesuaian prinsip deaf space ini membuktikan bahwa pendekatan desain yang dibutuhkan oleh kedua tipe komunitas tunarungu tersebut sangat berbeda. Apabila pendekatan desain yang dibutuhkan oleh komunitas tunarungu yang berkomunikasi visual lebih berfokus pada pengoptimalan kualitas visual oleh bukaan, komunitas tunarungu yang berkomunikasi verbal lebih berfokus pada pengoptimalan kualitas akustik ruang.

Their sense of hearing limitation causes the forming of cultures that can only be felt by their own community. In carrying out this unique culture they need an accessible space like the other difable. Therefore, deaf space is presented so deaf rsquo s needs can be considered in the building urban design.
Deaf space principle was formulated by Deaf community at Gallaudet University, USA. This principle is made based on experiences and conditions that apply to their own community, meanwhile Deaf community can evolve over time. One of the change that happened in Deaf community is the use of hearing aids and the development of verbal communication by it.
The development experienced by this community can affect their needs of space, so the deaf space principles is also need to be adapted with these developments. Knowledge on the adaptation of deaf space principle proves that design approach required by the two types of Deaf communities is very different. If the design approach required by the visual communicating community is more focused on optimizing the visual quality by the openings, the verbal communicating community is more focused on optimizing the acoustic quality of space.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67436
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stokoe, William C.
Buffalo : University of Buffalo, 1960
419 STO s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kyle, J.G.
Cambridge, UK: Cambridge University Press , 1988
419 KYL s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Marta Fauzia
"Anak tunarungu mengalami kererbatasan pendengaran yang dapat
berpengaruh pada berbagaiaspek kehidupannya. Sa!ah satunya adalah aspek sosial-emosional. Aspek sosial emosional antara lain mencakup sosialisasi, pemahaman diri, dan perkembangan emosi. Hambatan dalam pendengaran mempengaruhi
kemampuan dalam berkomunikasi. terutama secara lisan. Adanya keterbatasan komunikasi ini dapat membuat anak enggan berinteraksi dengan orang lain karcna
takut tidak diterima dan dipahami. Anak dapat menjadi kesepian dan terisolasi.
Kemurunguan anak juga dapat mempengaruhi penilaian anak terhadap dirinya
Apabila ia merasa kelunarnnguannya sebagai suatu kekurangan, maka ini dapat mengembangkan pemahaman diri yang cenderung negatif. Sebaliknya apabila anak tidak menganggap ketunarunguannya sebagai kekurangan diri, maka ia dapat memiliki pemahaman diri yang lebih positif. Dalam aspek emosi. anak tunarungu
dapat menjadi mudah cemas karena ingin selalu berada di dckal ibu dan kurang mandiri karena pengasuhan yang operproactive dari orangtua. Salah satu alay yang dapat menggali kondisi sosial-emosional adalah HFDs. Adanya berbagai
kemungkinan kondisi sosial-emosional tersebut mendorong peneliti untuk melihat
gambnran kondisi sosial-emosional anak tunarungu usi 8 tahun berdasarkan HF Ds.
Penelitian ini menggunakan penclekaran kualilalif karena dapat memberikan informasi yang lebih mendalam mengenai kondisi sosial emoslonal anak tunarungu
yang diteliti. Tes HFDS akan dilengkapi clengan anamnesis. Pcngambilan data
dilakukan di SDLB pada anak tunarungu yang bcrusia 8 tahun. ketunaruuguan
tergolong parah dan bert. serta mcmiliki inteligensi rata-rata. Subjek penelitian
berjumlah empat orang.
Hasil pcnclitian menunjukkan bahwa sebagian besar mengalami kesulitan
berintcraksi dengnn orang yang baru dikenal Sebagian besar subjek memiliki
kecenderungan bersikap kaku dan pemalu. Namun demikian mereka tidak memiliki masalah dalam berinteraksl dengan orang-orang di iingklulgan sekitar rumah.
Pemal1tian diri subjek ada yang positif dan ada juga yang cenderung negatif.
Umumnya subjek masih belum matang secara emosional dan berusaha melindungi
diri dari hal-hal yung dapat menimbulkan kecemasan.Beberapa subjek mcnunjukkan
kecendcrungan agresif`. Selain itu ada beberapa kondisi emosi yang adn panda masing-masing subjck. seperti kurnng percaya diri membutuhkan dukungan orang lain dan
orientusi ke dalam diri. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38772
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudha Eka Nugraha
"ABSTRAK

Skripsi ini memiliki tema Strategi Coping dalam Penyesuaian Diri pada Siswa Tuna Rungu di Sekolah (Studi Deskriptif 4 Siswa Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Kelas B di SLBN 2 Jakarta) dengan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan strategi coping yang digunakan siswa selama mengalami masalah penyesuaian diri di sekolah yaitu dengan menggunakan strategi problem focused coping, strategi emotion focused coping, dengan dipengaruhi oleh faktor internal serta faktor eksternal yang memengaruhi penyesuaikan diri selama berada di SLBN 2 Jakarta.


ABSTRACT

The themes of this thesis is about coping strategies for adjustment of deaf students in school (descriptive study of 4 high school student class B in SLBN 2 Jakarta) with qualitative research method approach. The result of this thesis is about adjustment studies of 4 deaf students during fascinating every problems in school with problem focused coping, emotion focused coping, and every factor both internal and external that influence deaf student to choose the coping strategies to get adjust in SLBN 2 Jakarta.

"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S57471
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1973
S2128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johana Aprilia
"Anak tunarungu seringkali didapati mengalami keterlambatan fungsi kognitif yang berakibat pada keterlambatan pencapaian akademis, namun keterlambatan tidak terjadi pada visual-spatial working memory, yang biasa digunakan dalam pemecahan soal matematika. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa visual-spatial working memory pada anak tunarungu berbeda akibat metode komunikasi anak tunarungu yang mengandalkan penglihatan. Sedikit penelitian yang memperlihatkan gambaran kapasitas visual-spatial working memory secara utuh pada anak tunarungu dengan metode komunikasi oral, total, dan bahasa isyarat. Penelitian ini memperlihatkan gambaran tersebut yang didapat melalui pengisian kuesioner mengenai penggunaan metode komunikasi dan pengukuran visual-spatial working memory pada 30 anak tunarungu kelas 3-6 SD. Pengisian kuesioner dilakukan oleh orang tua, dan pengukuran visual-spatial working memory dilakukan dengan anak memainkan Lion Game melalui Zoom call.
Hasil penelitian menunjukkan mean proporsi skor kapasitas visual-spatial working memory anak tunarungu dengan metode komunikasi oral sebesar 0,432 (SD=0,151) dengan level 2,55. Mean proporsi skor kapasitas visual-spatial working memory anak tunarungu metode komunikasi total sebesar 0,453 (SD=0,153) dengan level 2,53. Terakhir, mean proporsi skor kapasitas visual-spatial working memory anak tunarungu metode komunikasi bahasa isyarat sebesar 0,397 (SD=0,128) dengan level 3,25. Dari hasil penelitian ini diketahui kapasitas visual-spatial working memory pada anak tunarungu dengan metode komunikasi oral, total, dan bahasa isyarat belum maksimal.

Children with hearing impairment or deaf usually experience cognitive function delays, but not in visual-spatial working memory which commonly used in mathematical problems. Previous studies discovered that the visual or spatial working memory in deaf children is different due to the communication methods that rely on vision. This study describes deaf childrens visual-spatial working memory by measuring the visual-spatial working memory of 30 deaf children in grade 3-6 elementary school and identifying their communication methods through questionnaires. Questionnaires are filled in by the parents of deaf children. The visual-spatial working memory measurement utilizes the Lion Games through Zoom meetings.
This study shows that the mean score of the visual-spatial working memory of deaf children with oral communication is 0.432 (SD=0.151) with average maximum level 2.55. Furthermore, the mean score of the visual-spatial working memory of deaf children with total communication is 0.453 (SD=0.153) with average maximum level 2.53, and the mean score of the visual-spatial working memory of deaf children in sign language is 0.397 (SD=0.128) with average maximum level 3.25. To conclude the result, it can be argued that deaf children visual-spatial working memory span with oral, total, and sign language communication methods still not reach the maximum point."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Frisca Givani
"Latar Belakang : Gangguan pendengaran menempati urutan ketiga jumlah disabilitas terbanyak di dunia. Sebagai konsekuensinya, anak-anak tunarungu mengalami penurunan pemahaman terhadap praktik kebersihan gigi dan mulut yang mengakibatkan masalah kesehatan gigi seperti karies dan gingivitis. Upaya untuk menuju Indonesia Bebas Karies 2030 dapat dimulai dengan edukasi kepada anak. Edukasi dapat diberikan melalui media pembelajaran berupa video menyikat gigi berbahasa isyarat yang disesuaikan dengan kebutuhan anak tunarungu. Tujuan Penelitian: Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan motivasi anak tunarungu setelah menonton video menyikat gigi berbahasa isyarat di SLB-B Pangudi Luhur. Metode Penelitian: Pengambilan data dilakukan secara luring dengan studi quasi experimental menggunakan kuesioner dengan 20 pertanyaan mengenai pengetahuan dan motivasi untuk menyikat gigi pada 63 murid kelas 4-6 SD SLB-B Pangudi Luhur, Jakarta Barat. Analisis data dilakukan dengan uji beda mean non-parametrik wilcoxon menggunakan perangkat lunak statistik. Hasil: Terdapat perbedaan rata-rata tingkat pengetahuan yang meningkat secara signifikan dari 4,22±1,60 menjadi 9,06±1,07 setelah diberikan intervensi(p=0,001). Kemudian, terdapat perbedaan rata-rata tingkat motivasi yang meningkat secara signifikan dari 6,04±1,51 menjadi 9,30±1,58 setelah diberikan intervensi (p=0,001). Kesimpulan: Pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan dan motivasi anak tunarungu setelah menonton video “Ayo Menyikat Gigi” di SLB-B Pangudi Luhur secara bermakna.

Background: Hearing impairment is the third largest number of people with disabilities in the world. As a consequence, deaf children experience a decreased understanding of dental and oral hygiene practices, which results in dental health problems such as caries and gingivitis. Efforts towards a Caries-Free Indonesia by 2030 can start with education for children. Education can be provided through learning media in the form of sign language toothbrushing videos that are adapted to the needs of deaf children. Research Objective: To determine differences in the level of knowledge and motivation of deaf children after watching a sign language toothbrushing video at SLB-B Pangudi Luhur. Research Method: Data collection was carried out offline using a quasiexperimental study using a questionnaire with 20 questions regarding knowledge and motivation for brushing teeth in 63 students in grades 4-6 at SLB-B Pangudi Luhur Elementary School, West Jakarta. Data analysis was carried out using the non-parametric Wilcoxon mean difference test using statistical software. Results: There was a difference in the average level of knowledge which increased significantly from 4,22 ± 1,60 to 9,06 ± 1,07 after being given the intervention (p =0.001). Then there was a difference in the average level of motivation which increased significantly from 6,04 ± 1,51 to 9,30 ± 1,58 after being given the intervention (p = 0.001). Conclusion: In this study, it was found that there was a significant difference in the increase in knowledge and motivation of deaf children after watching the video "Ayo Menyikat Gigi" at SLBB Pangudi Luhur."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widiya Puji Lestari
"Efikasi diri orang tua dapat berkontribusi pada pola pengasuhan anak tunarungu yang dapat berdampak pada tingkat ketergantungan perawatan diri pada anak. Orang tua dengan efikasi diri yang rendah menyebabkan ketidakyakinan dalam menyelesaikan tugas pengasuhan pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri orang tua dengan tingkat ketergantungan perawatan diri pada anak tunarungu. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan metode cross sectional dengan pengambilan data menggunakan teknik total sampling berjumlah 100 responden orang tua yaitu ayah atau ibu dengan anak tunarungu di Sekolah Luar Biasa (SLB) Pangudi Luhur Jakarta Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara efikasi diri orang tua dengan tingkat ketergantungan perawatan diri pada anak tunarungu (p = 0,001; α = 0,05). Peneliti merekomendasikan terkait program yang dapat diaplikasikan kepada orang tua anak tunarungu yaitu seperti parent support group yang berfungsi untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan meningkatkan mekanisme koping yang baik pada saat merawat anak berkebutuhan khusus sehingga dapat membantu meningkatkan kemandirian pada anak tunarungu.

Self-efficacy of parents can contribute to the pattern of care for deaf children which can have an impact on the level of self-care dependence on children. Parents with low self-efficacy cause uncertainty in completing parenting tasks for children. This study aims to determine the relationship between self-efficacy of parents with the level of self-care dependence on deaf children. This study used a descriptive design with cross sectional method with data collection using a total sampling technique totaling 100 elderly respondents namely father or mother with deaf children at Pangudi Luhur Special School in West Jakarta. The results of this study indicate that there is a relationship between parents self-efficacy and the level of self-care dependence on deaf children (p = 0.001; α = 0.05). The recommendations of researchers regarding the program that can be applied to parents of deaf children, such as the parent support group which functions to share knowledge, experience, and improve coping mechanisms that are good when treating children with special needs so that they can help increase independence in deaf children."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>