Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158228 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Batari Andi Toja
"ABSTRAK
Penelitian yang dilakukan oleh Jackson dan Sullivan (dalam Kemala, 2000)
menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan pria, wanita lebih
menampilkan ketidakpuasan terhadap tubuhnya sehingga lebih sering
menilai tubuhnya secara negatif dan menganggap penampilan fisik sebagai
hal yang sangat penting. Ketika wanita merasakan adanya ketidakpuasan
terhadap citra tubuhnya, maka akan timbul kecenderungan pada diri wanita
tersebut untuk berusaha mencapai tahap tubuh sempuma dengan melakukan
usaha-usaha yang mampu membeiikan hasil memuaskan walaupun
berpotensi merugikan kesehatan.
Penehtian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara kepuasan citra
tubuh dan perilaku tidak sehat pada wanita dewasa muda dengan rentang
usia 20-40 tahun. Jenis perilaku tidak sehat pada penelitian ini adalah
diet ketat yang tidak seimbang, penggunaan substansi kimia, olah raga
yang berlebihan, dan operasi plastik terhadap bagian-bagian tubuh yang
ingin diubah. Selain itu, peneliti juga ingin melihat berapa besar kontribusi
aspek evaluasi penampilan, aspek orientasi penampilan, aspek evaluasi
kesehatan, aspek orientasi kesehatan, aspek orientasi tentang penyakit, dan
aspek kecemasan gemuk terhadap perilaku tidak sehat tersebut.
Pengukuran terhadap kepuasan citra tubuh dilakukan dengan menggunakan
alat ukur Multidimentional Body-Self Relations Questionnaire yang
dikembangkan oleh Thomas F. Cash pada tahun 1989 (dalam Marina,
1997). Sedangkan alat ukur perilaku tidak sehat disusun oleh penehti
sendiri yang dilakukan berdasarkan hasil elisitasi. Perhitungan terhadap
hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis statistik multiple
regression melalui program SPSS 12.0.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
kepuasan citia tubuh dan perilaku tidak sehat pada wanita dewasa muda.
Namun lebih jauh tidak ditemukan adanya kontribusi aspek -aspek yang
disebutkan di atas terhadap perilaku tidak sehat. Peneliti berasumsi tidak adanya hubungan antara faktor-faktor terkait disebabkan oleh kurangnya
item kuesioner yang mengukur aspek tersebut, di samping subyek
penelitian yang kebanyakan memiliki nilai IMT kekurangan berat badan
tingkat ringan
Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk lebih memperbanyak item
yang mengukur aspek-aspek kepuasan citra tubuh sehingga basil penelitian
dapat memberikan gambaran mengenai hubungan antara kepuasan citra
tubuh dan perilaku tidak sehat secara maksimal. Selain itu juga disarankan
untuk mempertimbangkan nilai IMT yang dimiliki subyek sebagai data
kontrol penelitian."
2004
S2902
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rengganis Lenggogeni Biran
2003
S3189
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meidiati Sekarsari
"Pesatnya perkembangan dunia hiburan memungkinkan kita untuk mengetahui lebih jauh akan kehidupan sehari-hari selebriti favorit. Dengan kesempatan tersebut, kita kemudian merasa mengenal dan memiliki hubungan dengan selebriti favorit, yang disebut dengan perilaku parasosial. Beberapa karakteristik individu yang memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku parasosial adalah individu yang kurang dalam interaksi sosialnya dan memiliki self-esteem rendah. Kedua karakteristik tersebut ternyata juga merupakan karakteristik personal dari individu yang sering mengalami loneliness.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah loneliness berhubungan dengan kuatnya perilaku parasosial seseorang. Peneliti menggunakan UCLA Loneliness Scale ver 2. untuk mengukur loneliness dan Celebrity Attitude Scale untuk mengukur perilaku parasosial. Sampel dalam penelitian ini adalah 84 orang wanita dewasa muda yang berusia antara 20 - 40 tahun. Hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara loneliness dan perilaku parasosial pada wanita dewasa muda.

The rapid change in the entertainment world give us the opportunity to know the daily lives of the celebrity. With that opportunity, we could then feel that we know the celebrity and have a relationship with that person, which can be called as parasocial. Some of the characteristics of an individual who have the tendency to do a parasocial behavior are having a lack of social interaction and low self-esteem. Both of those characteristics are also a personal characteristics of an individual who tend to experience loneliness.
The aim of this research is to know if loneliness would be linked to the strenght of one?s parasocial behavior. The researcher used UCLA Loneliness Scale ver. 2 to measure loneliness and Celebrity Attitude Scale to measure paraosical behaviors. The sample of this research was 84 young adulthood women in the age range between 20-40 years old. The result of this research shown that there are significant positive relationship between loneliness and parasocial behavior in young adulthood women."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
155.92 MEI h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhanari
"ABSTRAK
Perilaku hidup sehat yang merupakan bagian dari gaya hidup sehat berkembang pada usia anak-anak dan mulai stabil ketika seseorang memasuki periode remaja. Perilaku hidup sehat adalah perilaku seseorang, yang merasa yakin bahwa dirinya sehat, yang berhubungan dengan kesehatan, dan dapat diindikasikan dengan perilaku sehari-hari yang tidak berhubungan dengan Jial-hal medis.
Penelitian ini menggunakan teori Jung sebagai acuan. Preferensi kepribadian dan temperamen adalah karakteristik kepribadian yang dapat dilihat dari tipologi Jung. Preferensi kepribadian adalah sualu cara berpikir, mengolah informasi dan berinteraksi yang paling disukai oleh seseorang (Myers, 1998). Preferensi kepribadian terdiri dari 8 preferensi, yaitu ekstrover dan introver (E-I), pengindera dan intuitif (S-N), berpikir dan perasa (T-F), serta penilai dan pengamat (J-P). Temperamen adalah gambaran umum dari fungsi-fungsi dasar tipe kepribadian. Empat temperamen yang dikemukakan oleh Keirsey & Bates (1978) adalah intuilive-feeling (NF), inluilive-lhinking (NT), sensing-judging (SJ), sensingperceiving (SP).
Penelitian ini menggunakan disain penelitian kuantitatif dengan metode Spearman rank-Spearman's rcink-difference coefficient dan teknik anova one-wcty. Subjek penelitian ini adalah remaja yang memasuki tahap perkembangan akhir (18-20 tahun) dan belum menikah. Jumlah subjek sebanyak 80 orang. Alat ukur yang digunakan adalah MBTI form M hasil adaptasi Yulistia (2002) dan alat ukur perilaku hidup sehat bersifat unidimensional yang disusun untuk penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara preferensi kepribadian dengan perilaku hidup sehat pada remaja. Hubungan yang signifikan ini hanya terlihat pada preferensi penilai dan pengamat saja. Namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara temperamen dengan perilaku hidup sehat pada remaja."
2004
S3366
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mathilda Patricia Ulina
"Pada tahapan usia dewasa muda, individu sedang mengalami berbagai krisis, menentukan tujuan hidup, dan mencari makna hidupnya. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menemukan makna hidup, salah satunya adalah dengan melakukan perilaku prososial, yakni perilaku yang ditujukan untuk menguntungkan orang lain dan dilakukan secara sukarela. Namun, pada tahun 2020, Indonesia dilanda oleh pandemi COVID-19 yang memunculkan berbagai dampak dalam kehidupan manusia dan mengharuskan individu mengubah perilaku dan kebiasaannya. Individu dewasa muda merupakan salah satu kelompok usia yang terdampak oleh pandemi COVID-19. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara perilaku prososial dan makna hidup pada dewasa muda di Indonesia pasca pandemi COVID-19. Penelitian ini diikuti oleh 329 partisipan berusia 18–29 tahun yang bertempat tinggal di Indonesia. Hasil korelasi menggunakan Spearman Correlation menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan positif antara perilaku prososial dan makna hidup (r(329) = 0,282, p < 0,01, two-tailed).

During young adulthood, a person is experiencing many types of crises, explores their goals in life, and searches for meaning in life. There are numerous ways to find meaning in life and one of them is engaging in prosocial behavior. Prosocial behavior aims to benefit others and it is done voluntarily. However, in 2020, Indonesia faced the COVID-19 pandemic that brought a lot of impacts on society and forced people to change their behavior and daily routine. One of the age groups that got affected by the COVID-19 pandemic is young adulthood. Based on these findings, this study aimed to find the correlation between prosocial behavior and meaning in life among young adults in Indonesia post-COVID-19 pandemic. This study involved 329 participants aged 18–29 years and living in Indonesia. The Spearman Correlation result showed that there is a significant and positive relationship between prosocial behavior and meaning in life (r(329) = 0,282, p < 0,01, two-tailed).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmidar Muchtar
"Sebagai Negara yang sedang berkembang, Indonesia terlibat secara aktif dalam proses dan arus pembangunan. Salah satu bentuk modal pembangunan adalah sumber daya manusia yang sehat, yaitu sehat fisik, mental dan sosial. Menyadari bahwa manusia merupakan kekuatan utama pembangunan dan sekaligus tujuan pembangunan, maka perlu ditingkatkan kualitas manusia sebagai sumber daya insani. Sumber daya manusia menyangkut dua aspek yaitu, aspek fisik (kualitas fisik) yang menyangkut kesehatan, dan non fisik (kualitas non fisik) yang menyangkut kemampuan bekerja, berfikir dan keterampilan-keterampilan lain. Masalah kesehatan di negara-negara sedang berkembang menyangkut kedua aspek tersebut, dimana aspek non fisik di bidang kesehatan menyangkut perilaku kesehatan yaitu perilaku hidup sehat. Perilaku hidup sehat adalah sebagian dari gaya hidup yang meliputi tidak merokok, olahraga teratur, manajemen stres dan tidur cukup.
Dengan menggunakan teori Green dan Andersen didapat faktor-faktor yang menyebabkan perilaku, yaitu faktor sosiodemografi yang terdiri dari latar belakang pendidikan kesehatan, tingkat pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan dan umur. Faktor sosioekonomi dalam hal ini dilihat dari golongan kepangkatan dan jabatan struktural. Kemudian pengetahuan dan sikap. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif-analitik dengan pendekatan secara crossectional. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Kanwil. Depkes. DKI. Jakarta dan sampel diambil secara rendom sebanyak 100 orang.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa dari 9 variabel yang digunakan sebagai variabel bebas, ternyata hanya 3 variabel yang mempengaruhi langsung perilaku hidup sehat yaitu variabel jenis kelamin, golongan kepangkatan dan sikap. Sedangkan variabel lain berhubungan secara tidak langsung, tapi melalui variabel pengetahuan kemudian sikap atau langsung, melalui variabel sikap, kecuali status perkawinan yang tidak berhubungan sama sekali.
Saran untuk Dekpes RI Pusat untuk dapat melakukan evaluasi terhadap Instruksi Menteri Kesehatan NO. 161/ Menkes/ Inst/III/1990 tentang lingkungan kerja babas asap rokok dan SKB Menteri Kesehatan dan Menteri Pemuda dan Olahraga No.207/Menkes/5KB/IV/1965 dan No.00096/Menpora/1985 tentang pembinaan dan pengembangan kesehatan olahraga. Dan kepada Kanwil. DKI. Jakarta disarankan untuk menyediakan sarana untuk olahraga, memotivasi pegawai untuk berolahraga dan mengadakan seminar sehari tentang manajemen stres.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darell Hanriza Putra
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara perilaku objektifikasi seksual interpersonal dengan sikap mengenai persetujuan seksual pada dewasa muda pengguna aplikasi kencan daring di Indonesia, serta apakah terdapat perbedaan dalam skor rata-rata kedua variabel antara partisipan laki-laki dan perempuan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional Pearson Product-Moment Correlation dan komparatif menggunakan Independent Samples t-test, dengan menggunakan alat ukur adaptasi Sexual Consent Attitude Scale dan Interpersonal Sexual Objectification Scale – Perpetration Version dengan jumlah total 330 sampel. Hasil analisis utama penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku objektifikasi seksual interpersonal, baik secara keseluruhan maupun masing-masing dimensinya (body comments, body gazes, dan unwanted explicit sexual advances), dengan masing-masing dimensi dari sikap mengenai persetujuan seksual (hubungan negatif pada asking for consent first is important dan hubungan positif pada commitment reduces asking for consent). Selain itu, hasil penelitian ini juga mennjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan dalam objektifikasi seksual interpersonal maupun sikap mengenai persetujuan seksual antara partisipan laki-laki dan perempuan. Penelitian ini berimplikasi terhadap program psikoedukasi mengenai persetujuan seksual dan/atau upaya prevensi kekerasan seksual.

This research is conducted to see whether there is a relationship between interpersonal sexual objectification and sexual consent attitude and in young adult dating app users in Indonesia, and whether there are differences in both variable mean scores between male and female participants. This study uses correlational quantitative method using Pearson Product-Moment Correlation and comparative method using Independent Samples t-test, using the adapted version of Sexual Consent Attitude Scale and Interpersonal Sexual Objectification Scale – Perpetration Version with a total of 330 samples. Results of this research showed that there is a significant relationship between interpersonal sexual objectification, both with the total score and scores within each dimension (body comments, body gazes, and unwanted explicit sexual advances) and each dimension of sexual consent attitude (negative relationship on asking for consent first is important, and positive relationship on commitment to reduce asking for consent). Besides that, results of this study also showed that there is a significant mean difference on both interpersonal sexual objectification and sexual consent attitude between male and female participants. This research has an implication towards psychoeducational programs about sexual consent and/or to prevent sexual violence."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emi Listiyani
"Sekolah merupakan suatu sarana pendidikan yang berperan penting dalam memupuk kebiasaan hidup sehat sehingga anak memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan perilaku sehat. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat pengetahuan siswa tentang perilaku sehat antara sekolah dasar negeri dan sekolah dasar swasta. Desain penelitian ini adalah kuantitatif perbandingan menggunakan sampel anak usia sekolah kelas 4, 5, dan 6 di dua jenis sekolah dengan total sampel sebanyak 264 responden yang dipilih melalui teknik klaster. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara jenis sekolah dengan pengetahuan responden mengenai perilaku sehat (p=0,999, α=0,05). Penelitian ini menyarankan untuk penelitian selanjutnya sebaiknya tidak melihat dari sisi pengetahuan saja, melainkan perlu melihat juga bagaimana penerapan perilaku sehat siswa dalam kehidupan sehari-hari.

School has important role to form children healthy behavior. The aim of this study to compare knowledge level of healthy behavior between elementary school students and private. This is a quantitative comparison design with 264 respondents, selected by a random sampling with cluster techniques approach. The result showed that there are no significant differences between type of school and student’s knowledge about healthy behaviors. Further study shouldn’t only focus on student’s knowledge of healthy see behavior, but also how they adopt healthy behavior in their daily life.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S52894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Diah Pranidhana
"This study conducted to examine the relationship between father involvement, in affective domain and behavior domain, from child’s perception with gender role flexibility in middle adolescent. In this study, father involvement variable measured by two instrument that developed by Finley and Schwartz (2004); Nurturant Fathering Scale (NFS) to measure affective domain and Father Involvement Scale (FIS) to measure the behavior domain of father involvement. Gender role flexibility variable measured by Adolescent Sex Role Inventory (ASRI) that adapted by Thomas dan Robinson (1981) from Bem Sex Role Inventory (BSRI) that first developed by Bem (1974). Sample of this study is 423 adolescent (148 male and 275 female), from 15 to 18 years old, that lived in Jabodetabek area. The result of this study showed that there is no significant relationship between father involvement, in both affective and behavior domain, with gender role flexibility in middle adolescent (r = -0,54, p>0,05, two-tailed; r = -0,10, p>0,05, two-tailed).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah, dalam domain afektif maupun domain perilaku, dari persepsi anak dengan fleksibilitas peran gender pada remaja madya. Variabel keterlibatan ayah dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Finley dan Schwartz (2004), yaitu Nurturant Fathering Scale (NFS) untuk mengukur domain afektif dan Father Involvement Scale (FIS) untuk mengukur domain perilaku. Sedangkan variabel fleksibilitas peran gender diukur dengan menggunakan alat ukur Adolescent Sex Role Inventory (ASRI) yang diadaptasi oleh Thomas dan Robinson (1981) dari alat ukur Bem Sex Role Inventory (BSRI) yang pertama kali dikembangkan oleh Bem (1974). Penelitian ini dilakukan terhadap 423 remaja berusia antara 15 sampai 18 tahun yang berdomisili di daerah Jabodetabek, diantaranya terdapat 148 remaja laki-laki dan 275 remaja perempuan. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dalam domain afektif maupun domain perilaku dengan fleksibilitas peran gender pada remaja madya (r = -0,54, p>0,05, two-tailed; r = -0,10, p>0,05, two-tailed).
"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60874
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Yunis Miko Wahyono
"Anak jalanan merupakan salah satu masalah sosial yang dihadapi oleh Pemda Kotamadya Depok. Pada umumnya mereka berprofesi sebagai sebagai pengamen, pengemis, pedagang asongan, pembersih kaca mobil, pengatur lalu lintas dan penyemir sepatu. Karena keterbatasannya anak jalanan terbiasa hidup apa adanya. Mereka menganggap mandi, gosok gigi, mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air kecil dan besar (BAK dan BAB) tidaklah terlalu penting, yang penting mereka bisa makan untuk hari ini. Padahal anak jalanan rentan menjadi sakit karena keterpaparan mereka terhadap beratnya pekerjaan dan minimnya makanan yang dikonsumsi.
Tujuan dari studi ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai pengetahuan dan prilaku anak jalanan mengenai kebiasaan hidup sehat untuk kesehatan pribadi seperti mandi, cuci tangan sebelum makan dan sesudah BAK dan BAB, gosok gigi, memakai alas kaki, merokok, NAZA dan perilaku seksual. Studi ini bersifat deskriptif dengan design cross sectional. Populasi studi adalah semua anak jalanan yang mangkal di terminal, stasiun, mall/plaza, pasar dan jembatan di kotamadya Depok. Pengambilan sampel dilakukan secara purposif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara kuantitatif (survey) dan kualitatif (wawancara mendalam).
Hasil menunjukan sebagian besar umur anak jalanan yang disuvei 13-15 tahun (432%) dan 6-12 tahun (41.2%). Umumnya anak jalanan yang ditemui, sudah putus sekolah (60.8%), Pekerjaan utama mereka adalah sebagai pedagang/pengasong (64.7%), pengamen (19.6%), pengemis (13.8%) dan parkir mobil (2.0%). Dua belas dari 51 anak jalanan saat ini tinggal di rumah singgah yang ada di sekitar Depok. Rata-rata lama tinggal di rumah singgah adalah 11 bulan dan setiap harinya berada di rumah singgah rata-rata 7 jam. Sebagian besar alasan tinggal di rumah singgah adalah untuk tidur/istirahat, mandi dan makan. Rata-rata lama anak jalanan berada di jalan (bekerja) adalah 6 jam dan umumnya setiap hari (94.1%) mereka turun ke jalan.
Hampir semua responden mandi dua kali sehari dengan sabun. Pengetahuan tentang gunanya mandi, sebagian besar secara spontan supaya bersih atau tidak bau (84.3%) dan supaya sehat (70.6%). WC umum (88.2%) merupakan tempat yang paling sering dimanfaatkan sebagai tempat untuk buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) ketika sedang berada di jalan. Kurang dari separuh (43.1%) anak jalanan tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah BAB atau BAK. Sekitar 41.2% anak jalanan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, namun angka ini meningkat menjadi 84.3% untuk praktek cuci tangan (tanpa memakai sabun) sebelum makan. Pengetahuan anak jalanan mengenai keharusan mencuci tangan dengan sabun pada sebelum makan, sesudah buang air besar maupun sesudah buang air kecil cukup baik, yaitu diatas 80%."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>