Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137418 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adi Wahyu Anggara P.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S2853
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudjana
"Penelitian ini berawal dari ketidaktertarikan siswa SMU terhadap pelajaran fisika. Ketidaktertarikan siswa SMU terhadap pelajaran fisika sebagai ujung tombak teknologi merupakan salah satu penyebab ketertinggalan bangsa Indonesia. Rendahnya mutu pendidikan nasional dan rendahnya daya saing dikarenakan tidak memadainya akan pengetahuan, keterampilan serta profesionalisme membuat bangsa Indonesia sulit untuk berkompetisi dan berdiri sejajar dengan negara-negara lain. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Riset yang berkedudukan di Singapura bahwa pendidikan nasional Indonesia menduduki urutan ke 16 di Asia Pasifik. Kurikulum berbasis kompetensi yang ditawarkan oleh pemerintah bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia serta ahli di bidangnya dengan menguasai Iptek (Ilmu Pengetahuan dan teknologi) khususnya fisika. Keberhasilan untuk dapat berdiri sejajar dengan negara-negara lain tidak terlepas dari proses belajar yang dilakukan siswa sehari-hari dikelas. Penggunaan strategi belajar yang terdapat pada self regulated learning diharapkan perlahan-lahan dapat mengubah cara belajar dari recalling danr recognition dan menggantikannya menjadi siswa belajar aktif.
Hasil penelitian dari Meichenbaum (1985) dan Zimmerman (1989) menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan serta mempraktekkan self reguleted learning dalam belajarnya akan memiliki prestasi yang tinggi. Hal ini didukung oleh Schunk & Zimmerman (1989) yang mengatakan bahwa self regulated learning sangat cocok dan banyak digunakan dalam konseling yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah belajar siswa dalam iklim situasi sosial, dalam hal ini di lingkungan sekolah. Berdasarkan pertimbangan diatas, penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara self regulated learning dengan prestasi belajar fisika pada siswa kelas 2 SMU.
Penelitian dilakukan pada 82 siswa kelas 2 SMU Negeri 5 Jakarta. Para siswa diberikan kuesioner self regulated learning dalam bentuk skala dan dilihat nilai ulangan harian fisika (formatif). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode nonprobability dan teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah accidental sampling. Data dalam penelitian ini dianalisa dengan memakai teknik bentuk Alpha Coeffisien Cronbach dan teknik korelasi Pearson Product Moment yang terdapat pada program SPSS versi 10.00.
Dari penelitian yang telah dilakukan, tampak bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara self regulated learning dengan prestasi belajar fisika. Dapat diambil kesimpulan bahwa individu yang memiliki self regulated tinggi akan memperoleh skor yang tinggi. Semakin sering siswa menggunakan strategi-strategi self regulated learning dalam belajar fisika maka prestasinya akan tinggi.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah karena belum banyak yang melakukan penelitian pada pelajaran fisika disarankan menggunakan sampel penelitian dari sekolah lain agar dapat dilihat perbedaan dalam menggunakan strategi-strategi self regulated learning."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3296
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zul Arsiah
"Berdasarkan data hasil survey Trends in International Mathematics and Sains Study (TIMSS) tahun 2003, tingkat kemampuan siswa kelas 2 SMP seluruh Indonesia dalam bidang matematika sangat rendah karena berada pada urutan ke 35 dari 45 negara. Hal ini sangat menarik diteliti tentang hubungan antara sikap siswa terhadap matematika dan prestasi belajar matematika siswa karena sebagian besar siswa beranggapan bahwa hasil pelajaran matematika sangat sulit sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang rendah.
Survey dilaksanakan dengan menggunakan alat ukur yang terdiri atas skala sikap terhadap matematika dan tes prestasi belajar matematika dengan bentuk soal pilihan ganda, isian, dan uraian.
Hasil uji psikometrik data yang dilakukan pada tugas akhir ini menunjukan bahwa analisis item kuesioner dengan program Iteman dan SPSS untuk uji psikometrik secara klasik menghasilkan nilai reliabilitas (Alpha) sebesar 0.7, dan analisis faktor dilakukan dengan LISREL menunjukan bahwa pada setiap indikator memiliki faktor loading > 0,5 dan r-value > 2. Sedangkan analisis item tes prestasi belajar dengan menggunakan program Quest menunjukkan bahwa item-item pada tes memiliki daya pembeda yang baik.
Hubungan antara sikap dan prestasi belajar siswa diuji dengan menggunakan tiga model pengujian. Pengujian model struktural 1 menghasilkan x2 = 1.39, df = 1, p-value = 0.24; RMSEA= 0,013; GFI = 1 dengan T-value = 1,34 Model struktural 2 menghasilkan x2 = 2,40, df = 3, p-value = 0.49; RMSEA= 0,00; GFI = I dan T-Value = 0,38. Kedua model ini dikategorikan fit. Sedangkan model struktural 3 menghasilkan x2 = 886,46, df = 3, p-value = 0.00; RMSEA= 0,33; GFI = 0,86 dan T-Value = 0,38 dan 0,83. Model ketiga ini tidak fit Berdasarkan data tersebut sikap terhadap matematika memberikan kontribusi lerhadap prestasi belajar matematika secara stalistik tidak signifikan. Untuk siswa di Indonesia sikap terhadap matematika tidak berpengaruh pada prestasi belajar."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18712
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Riyadi
"ABSTRAK
Matematika mempakan mata pelajaran penting yang diberikan di sekolah baik di SD, SMP, SMU/SMK bahkan Perguruan Tinggi. Matematika memiliki fungsi memberi kemampuan berpikir logis, kritis dan sistematis. Matematika juga memiliki peran yang penting dalam kehidupan ini. Mengingat pentingnya peranan matematika, wajar bila matemaiika mendapatkan perhatian yang utama dibanding pelajaran yang lain dan tidak berlebihan bila diharapkan siswa menunjukkan prestasi belajar yang baik dalam pelajaran tersebut di sekolah. Namun pada kenyataannya banyak siswa yang prestasi belajar matematikanya rendah atau kurang memadai. Bahkan sampai sekarang matematika masih dianggap sebagai momok dalam pelajaran di sekolah.
Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika. Faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang berhubungan dengan prestasi belajar matematika antara lain adalah self efficacy dan minat terhadap matematika. Setiap siswa memiliki kemampuan dalam mempelajari matematika namun seringkali mereka ragu apakah ia mampu atau tidak dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Siswa seringkali tidak bertingkah Iaku optimal meskipun tahu apa yang harus dilakukannya. Keyakinan seseorang akan kemampuannya inilah yang menurut Bandura (1986) dikenal sebagai self efficacy.
Penulis meneliti hubungan antara self efficacy dengan prestasi belajar matematika yang diduga memiliki hubungan yang bermakna. Di samping itu penulis juga meneliti hubungan minat terhadap matematika dengan prestasi belajar matematika mengingat kurang minatnya siswa terhadap matematika karena ketika berhadapan dengan matematika siswa terlebih dahuiu menganggapnya sebagai suatu mata pelajaran yang sukar (Sinergi, Januari-Maret 1998). Tujuan penelitian adalah menguji apakah ada hubungan antara self efficacy dan minat terhadap matematika dengan prestasi belajar matematika. Kemudian berapa besar sumbangan variabel tersebut terhadap prestasi belajar matematika.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas 3 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 8 Jakarta. Alasannya ialah subyek sudah dapat menilai dirinya sendiri secara cukup realistis dan subyek sudah mandiri dalam membentuk minat serta sudah sejak lama mengikuti pelajaran matematika. Subyek yang dijadikan sampel sebanyak 115 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. lnstrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu skala self efficacy dan kuesioner minat matematika. Data penelitian diolah menggunakan metode multiple regression.
Hasil penelitian ini tidak mendukung teori Bandura(l986) yang mengatakan bahwa self efficacy berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika. Penelitian ini juga tidak mendukung penelitian Schunk (1982) yang menyatakan bahwa self efficacy berhubungan secara signifikan dengan prestasi belajar matematika. Hasil penelitian ini juga tidak mendukung penelitian Simanjuntak (1994) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara minat dengan prestasi matematika siswa laki-laki dan perempuan. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui self efficacy dan minat terhadap matematika secara bersama-sama tidak memberikan sumbangan yang signifikan terhadap prestasi belajar matematika.
Tidak bemaknanya hubungan antara self efficacy dan minat terhadap matematika dengan prestasi belajar matematika mungkin disebabkan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini yang berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika seperli inteligensi, motivasi, kecemasan terhadap matematika dan skema tentang pemecahan masalah yang diajarkan sebelumnya. Faktor-faktor tersebut mungkin mempunyai peran yang lebih besar dalam mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa dibandingkan dengan self efficacy dan minat terhadap matematika. Tidak signifikannya hubungan antara self efficacy dan minat terhadap matematika dengan prestasi belajar matematika juga bisa disebabkan oleh instrumen-instrumen penelitian ini yang mungkin tidak valid secara eksternal, kecenderungan subyek penelitian untuk menjawab kuesioner secara social desirability dan variabilitas sampel penelitian yang rendah.
Saran untuk penelitian lanjutan yakni melakukan validasi eksternal terhadap instrumen-instrumen ini dengan cara mengkorelasikan skala self efficacy dan kuesioner minat terhadap matematika dengan alat-alat dan metode-metode lain yang valid secara internal maupun eksternal yang mengukur konstruk yang sama. Sebaiknya menggunakan sampel penelitian dan beberapa sekolah agar subyeknya heterogen dan menggunakan teknik pengambilan sampel secara random/acak. Membuat tes matematika yang standar agar valid dan reliabel. Perlu melibatkan valiabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti inteligensi (kecerdasan), motivasi, kecemasan terhadap matematika dan skema tentang pemecahan masalah yang diajarkan sebelumnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Untari
"Kualitas belajar siswa tergantung pada bagaimana ia mengarahkan dirinya sendiri di saat belajar, atau disebut dengan istilah self-regulated learning. Untuk dapat belajar secara efektif, siswa perlu mempunyai kemampuan dan kemauan untuk menggunakan berbagai strategi yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hasil belajarnya. Namun, lingkungan belajar yang banyak diterapkan di sekolah dinilai kurang dapat mendorong perkembangan self-regulated learning. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini dihadirkan metode belajar kolaboratif yang direkomendasikan memberikan lingkungan yang subur bagi berkembangnya self-regulated learning siswa.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran tentang perkembangan penggunaan strategi-strategi self-regulaIed learning pada siswa SMU yang mengikuti kegiatan belajar kolaboratif. Studi ini melibatkan 14 orang subyek yang mengikuti kegiatan belajar kolaboratif selama 8 sesi. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara tentang penggunaan strategi sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan belajar kolaboratif. Selain itu, data percakapan dalam kegiatan belajar kolaboratif direkam dan digunakan untuk memperoeh gambaran tentang perkembangan penggunaan strategi selama kegiatan tersebut.
Data wawancara memberikan gambaran tentang penggunaan strategi-strategi self-regulated learning siswa dalam berbagai situasi belajar sehari-hari. Perbandingan hasil pretest dan posttest menunjukkan adanya perbedaan penggunaan strategi pada situasi belajar di rumah, terutama pada strategi seeking information. Sementara data hasil percakapan menunjukkan bahwa perkembangan penggunaan strategi-strategi self-regulated learning selama kegiatan belajar kolaboratif dipengaruhi oleh berbagai struktur lingkungan yang dihadirkan, seperti bentuk tugas, kehadiran pakar, dan peran guru sebagai mediator."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2568
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Darmayanti
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah intervensi psikologis, yang pada umumnya dilakukan secara tatap muka dalam laboratorium, kelas atau Iingkungan lain, dapat dilakukan melalui jarak jauh. Intervensi psikologis pada penelitian ini diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan belajar mandiri dan prestasi belajar dari mahasiswa tahun pertama pada pendidikan jarak jauh. Dalam konteks sistem pendidikan jarak jauh formal, mahasiswa tahun pertama harus menyesuaikan diri dan menghadapi lingkungan belajar yang berbeda dengan sistem pendidikan tatap muka yang selama ini mereka kenal. Mahasiswa pendidikan jarak jauh diharapkan untuk mampu belajar mandiri jika mereka ingin sukses dalam belajarnya.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen lapangan dan dilakukan untuk menjawab dua hipotesis utama, yaitu: (1) intervensi akan meningkatkan secara signifikan kemampuan belajar mandiri dari mahasiswa tahun pertama pendidikan jarak jauh, (2) intervensi akan meningkatkan secara signifikan prestasi belajar dari mahasiswa tahun pertama pendidikan jarak jauh. Intervensi yang diberikan kepada mahasiswa dan khusus dikembangkan pada penelitian ini adalah keterampilan Self Regulated Learning (SRL) (dengan judul ?Strategi Belajar CERDAS pada Pendidikan Jarak Jauh?) dan keteladanan dari mahasiswa pendidikan jarak jauh yang berhasil (dengan judul ?Di Balik Toga Universitas Terbuka?).
Subyek penelitian adalah mahasiswa Universitas Terbuka dari Program Administrasi Publik yang mclakukan registrasi pertama pada semester awal tahun 2004. Sampel penelitian di bagi dengan cara random assignment dalam tiga kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Analisis hipotesis dilakukan dengan Mulfivariate Analysis of Variances (MANOVA).
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan belajar mandiri yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (p = 0,028). Namun, tidak ada perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Analisis lebih detail menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan dari salah satu komponen kemampuan belajar mandiri, yaitu komponen kebutuhan belajar, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (p = 0,005).
Sebagai kesimpulan, penelitian ini membuktikan bahwa intervensi psikologis yang biasanya diberikan pada pendidikan tatap muka ternyata dapat efektif digunakan pada pendidikan jarak jauh. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi secara signifikan meningkatkan kebutuhan belajar yang kemudian meningkatkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa.

This research was conducted to investigate whether psychological interventions, which usually are provided in face-to-face manners within laboratories, classrooms or other environments could also be given at a distance. The given psychological interventions were aimed at enhancing first year distance education students? self-directed learning abilities and achievement Within the context of formal distance education system, the first year students have to adapt to and to cope with the learning environment that is diiferent from that in the face-to-face educations system they are familiar with. The distance education students were expected to be self-directed learners to succeed in their studies.
This research was a field experimental research and was conducted to answer two main hypotheses as follows: (1) the interventions would significantly increase the first year distance education students?self-directed learning abilities, and (2) the interventions would significantly increase the first year distance education students? achievement. The interventions provided to the students were Self-Regulated Learning Skills (the title was ?Strategi Belajar CERDAS pada Pendidikan Jarak Jauh?) and Modeling of successful distance education learners (the title was ?Di Balik Toga Universitas Terbuka?).
The research subjects were students of Universitas Terbuka?s Public Administration Program, who were first registered in the first semester of 2004. The sample, were randomly assigned into three experimental groups and one control group. The hypotheses were tested using Multivariate Analysis of Variances (MANOVA).
The analysis results show that there was a significant diiference in self-directed learning abilities between the experimental groups and the control group (p = 0.028). However there were no significant diference between the experimental groups and the control group?s achievement. Further analysis also show that there was a significant gained scores of one of the self-directed learning skill components, namely the awareness of the need for learning between the experimental groups and the control group (p = 0.005).
In summary, this research proves that psychological interventions that are usually used in face-to-face education could effectively be used in distance education context as well. As the findings show that the interventions signiticantly increase students? awareness of the need to team that leads to the increase in their self-directed learning abilities.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
D686
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinulingga, Laura T. V.
"Sehunk & Zimmerman (2003) mengemukakan bahwa siswa yang diasumsikan termasuk kategori ?seMregu1a1ed ? adalah siswa yang aktif dalam proses belajarnya, baik secara rnetakognitif, motivasi. maupun perilaku. Mereka menghasilkan gagasan, perasaan, dan tindakan untuk mencapai tuj uan bclajarnya. Secara metakognitif mereka bisa memiliki strategi tertemu yang efektif dalam memproscs informasi. Sedangkan motivasi berbicara tentang semangat belajar yang sifatnya internal. Adapun perilaku, ditampilkannya adalah dalam bentuk tindakan nyata dalam belajar.
Program ini bertujuan untuk mengembangkan kemandirian anak dalam belajar dengan melatihkan strategi-strategi Self Regulated Learning. Dengan demikian diharapkan siswa memiliki kesadaran dan mampu mengendalikan pengalaman belajar mereka sendiri.
Melalui pendekatan Seb' Regulated Learning, F dilatih agar memiliki kclcrampilan dalam meregulasi diri dalam proses belajar. F memiliki kesadaran yang memadai berkaitan dengan pemanfaatan strategi SRL, dalam belajar, namun terbatasnya kesempatan clalam mcnerapkan dan memonitor menyebabkan program ini belum berhasil membentuk kebiasaan belajar F yang lebih efektif
Self-regulated students are those who are active in learning by meta-cognition motivation or behavior (Schunk & Zimmerman, 2003). These students have ideas, feelings and actions to achieve their goals. Furthermore, they also have intcmal motivation which is the desire to study. They also show the appropriate behavior which is actually studying.
The aim of this program is to develop child?s independence in learning/studying by practicing self-regulated learning strategies. lt is hoped that the student would have the ability to control his learning experience by him self.
Subject F in this case, is practiced to have the ability to regulate him self in a learning process by the self-regulation learning strategy. F has the appropriate consciousness needed to use the SRL strategy in studying, but due to the lack of opporttmity in implementing and monitoring the program result, P has not developed an effective study habit.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kuny Zalikhatul Mardhiyah
"Remaja perlu melakukan aktivitas eksplorasi sebelum berkomitmen terhadap pilihan karier, akan tetapi masih banyak siswa SMA yang belum melakukan eksplorasi karier dan tidak yakin dengan pilihan kariernya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran konsep diri akademik dalam memperantarai hubungan antara regulasi diri dalam belajar dan komitmen terhadap pilihan karier pada siswa SMA. Komitmen terhadap pilihan karier adalah kondisi ketika seseorang yakin pada pilihan kariernya, optimis dengan masa depan kariernya dan sadar akan adanya hambatan karier. Komitmen terhadap pilihan karier penting dimiliki siswa SMA karena merupakan komponen utama dalam pembentukan identitas diri.
Penelitian ini memfokuskan pada dimensi vocational exploration and commitment, yaitu keterbukaan untuk mengeksplorasi berbagai pilihan karier sebelum berkomitmen pada pilihan karier tertentu.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan partisipan penelitian berjumlah 315 orang siswa SMA kelas X-XI. Pengukuran komitmen terhadap pilihan karier dilakukan dengan alat ukur Commitment to Career Choices Scale skala vocational exploraton and commitment. Pengukuran regulasi diri dalam belajar menggunakan Motivated Strategies and Learning Questionnaire, sedangkan konsep diri akademik diukur dengan menggunakan Academic Self Concept for Adolescents Scale.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa regulasi diri dalam belajar memengaruhi komitmen terhadap pilihan karier melalui konsep diri akademik. Keterampilan regulasi diri dalam belajar yang diterapkan dengan konsisten akan membentuk konsep diri akademik yang positif dan berdampak pada meningkatnya komitmen terhadap pilihan karier pada siswa SMA.

Adolescents need to explore before committing to career choice, but there are still many high school students who have not done career exploration and are unsure of their career choices. This study aims to determine the role of academic self concept in mediating the relationship between self regulation learning and commitment to career choice among high school students.Commitment to career choice is a condition includes self confident of one's career choice, a positive sense of one's vocational future and an awareness of potential obstacles. Commitment to career choice is important for high school students because it is a major component in the identity formation process.
This research focuses on the dimensions of vocational exploration and commitment, namely openness to explore career choices before committing to a particular career choice.
This research uses quantitative approach with 315 students of high school students of X XI class. Measurement of commitment to career choice is done by measuring tool Commitment to Career Choices Scale vocational exploraton scale and commitment. Measurement of self regulation in learning using Motivated Strategies and Learning Questionnaire, while the academic self concept was measured using the Academic Self Concept for Adolescents Scale.
The results show that self regulation in learning affects commitment to career choice through academic self concept. The self regulated skills in applied learning consistently will shape the positive academic self concept and impact on the increased commitment to career choice among high school students.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T50708
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arniati Prasedyawati Herkusumo
"Penelitian ini bermula dari pemikiran bahwa dalam proses belajar mengajar secara klasikal di sekolah terdapat kelompok siswa yang mempunyai kemampuan rata-rata (siswa biasa) dan terdapat pula siswa yang mempunyai kemampuan yang lebih unggul daripada kelompok siswa biasa (siswa berbakat). Namun dalam mencapai prestasi belajar yang maksimal, inteligensi bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan belajar. Banyak faktor yang turut mempengaruhi keberhasilan belajar, baik yang berasal dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa.
Pada penelitian ini, faktor dari dalam diri siswa yang dimaksud adalah pengaturan diri dalam belajar dan 'self efficacy', sedangkan faktor dari luar diri siswa yang dimaksud adalah lingkungan belajar di rumah. Berdasarkan pandangan di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauhmana terdapat perbedaan antara siswa berbakat dan siswa biasa dalam variabel-variabel di atas, dan sejauhmana hubungan variabel-variabel tersebut dengan prestasi belajar yang diperoleh.
Dalam penelitian ini siswa yang dipilih sebagai subyek penelitian adalah siswa-siswa kelas I SMA, dimana pada masa ini siswa dianggap telah menunjukkan perkembangan kematangan fisik, mental, emosional dan sosial (Hurlock, 1978). Melalui kajian teoritis tentang keberbakatan, pengaturan diri dalam belajar, 'self efficacy', lingkungan belajar di rumah dan prestasi belajar, maka dalam penelitian ini diajukan 5 hipotesis yang diuji kebenarannya pada 110 orang sampel siswa, yang terdiri dari 55 orang yang termasuk kelompok siswa berbakat dan 55 orang siswa yang termasuk kelompok siswa biasa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada uji perbedaan memperlihatkan adanya perbedaan yang signifikan antara siswa berbakat dengan siswa biasa pada variabel-variabel pengaturan diri dalam belajar (nilai t = 16,64 pada p [ 0,05); self efficacy (nilai t = 11,06 pada p [0,05); dan prestasi belajar (nilai t = 22,32 pada p [0,05). Sedangkan pada variabel lingkungan belajar di rumah tidak memperlihatkan adanya perbedaan yang signifikan antara siswa berbakat dengan siswa biasa (nilai t = 0,57 pada p > 0,05).
Adapun hasil korelasi ganda memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara pengaturan diri dalam belajar, 'self efficacy', lingkungan belajar di rumah dan inteligensi dengan prestasi belajar (R = 0,91873).
Dengan demikian maka hasil penelitian ini telah menjawab permasalahan yang diajukan yaitu sejauhmana ada perbedaan antara siswa berbakat dengan siswa biasa pada pengaturan diri dalam belajar, 'self efficacy', lingkungan belajar di rumah, dan prestasi belajar. Serta sejauhmana hubungan antara pengaturan diri dalam belajar, `self efficacy', lingkungan belajar di rumah, dan inteligensi dengan prestasi belajar.
Untuk penelitian lebih lanjut dalam bidang ini di waktu yang akan datang, penulis menyarankan perlunya penggunaan lebih dari satu alat ukur untuk menjaring siswa berbakat, perlunya penelitian untuk menguji validitas eketernal dan reliabilitas dengan metode dan teknik lain dari Skala Pengaturan Diri Dalam Belajar dan Skala Self Efficacy yang disusun untuk keperluan penelitian ini. Selain itu juga disarankan agar dalam mendapatkan data prestasi belajar siswa perlu kiranya untuk menggunakan alat tes yang baku. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria A. Mutiacandra
"ABSTRAK
Prestasi matematika merupakan gambaran obyektif dari kecakapan dan
keterampilan matematika, yang dalam banyak bagiannya menuntut kecakapan
dan keterampilan bekerja dengan simbol sebagai suatu bentuk bahasa.
Sementara itu diketahui bahwa prestasi matematika dipengaruhi oleh banyak
faktor, antara Iain inteligensi dan status sosial-ekonomi.
Beberapa penelitian menunjukkan hasii meningkatnya prestasi matematika
secara umum, serta ingatan numerik dan verbal secara khusus, setelah anak
mendapat Iatihan musik secara teratur, sistematis dan terstmktur. Selain itu,
sudah sejak lama kegiatan musik digunakan sebagai alat terapi kesulitan belajar.
Secara urnum, kegiatan musik dapat merangsang perkembangan kognitif, afektif,
motorik, dan sosial anak.
Ditinjau dari penjelasan neuro-psikologi, belajar musik berarti mengaktifkan
hemisphere kanan otak dan menambah ketebalan corpus callosum, yang
menjembatani hemisphere kanan dan kiri. Pengaktifan hemisphere kanan akan
mengakibatkan aktifnya hemisphere kiri, yang merupakan pusat pengolahan
bahasa dan Iogika, yang penting untuk belajar matematika. Dilihat dari proses
belajar menurut Bruner, belajar musik berarti belajar bekerja dan berpikir dengan
simbol dalam bentuk notasi musik. Secara alami, sifat musik lebih bebas dan
menyenangkan, sehingga diharapkan terjadi transfer sikap dan prinsip berpikir
dari bidang musik kepada matematika. Karena belajar sendiri merupakan
proses, diduga bahwa lamanya belajar musik memiliki peranan yang cukup besar
dalam meramalkan prestasi matematika anak.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi matematika yang dilihat
dari rata-rata nilai ulangan formatif dan sumatif subyek, sementara variabel
bebasnya adalah belajar musik, yang dilihat dari Iamanya subyek mengikuti
kegiatan belajar musik. Variabel-variabel sekunder yang pada pengolahan data
diperlakukan sebagai variabel bebas tambahan adalah inteligensi yang dilihat
dari skor mentah tes Raven's Standard Progressive Matrices, dan status sosial-
ekonomi yang dilihat dan besarnya pengeluaran keluarga subyek per bulan.
Subyek penelitian adalah murid kelas VI SD yang berusia kira-kira 12 tahun.
pernah belajar musik, tapi tidak pernah mengikuti pelajaran tambahan
matematika. Dari 5 Sekolah Dasar di Jakarta, diperoleh 113 subyek. Alat
penggali data yang digunakan adalah tes Raven's SPM, kuesioner yang diisi oleh
subyek, kuesioner yang diisi oleh orang tua subyek, dan data nilai matematika
dan guru.
Pengolahan data dengan teknik perhitungan multiple regression analysis
secara hirarkis menunjukkan bahwa lamanya subyek belajar musik tidak dapat
sacara signifikan meramalkan prestasi matematika, pada los. 0.05. Namun
melalui perhitungan t-test dengan los. 0.05 diperoleh hasil-hasil: (1) Tidak
terdapat perbedaan prestasi matematika antara kelompok subyek yang belajar
musik kurang dari setahun dengan kelompok subyek yang belajar musik selama
minimum satu tahun. (2) Tidak terdapat perbedaan prestasi matematika antara
kelompok subyek yang belajar musik kurang dari enam tahun dengan kelompok
subyek yang belajar musik selama minimum enam tahun. (3) Tidak terdapat
perbedaan prestasi matematika antara kelompok subyek yang menguasai not
balok dengan kelompok subyek yang tidak menguasai not balok. (4) Terdapat
perbedaan prestasi matematika yang signifikan antara kelompok subyek yang
menguasai not balok dan not angka, dengan kelompok subyek yang sama sekali
tidak menguasai not balok dan not angka.
Diskusi dan saran berdasarkan hasil penelitian ini menyangkut karakteristik
dan proporsi subyek, desain penelitian, serta atat ukur untuk masing-masing
variabel yang terkait."
1999
S2789
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>