Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93184 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agnes Nindia Kuswandari
"Penyebaran HIV/AIDS terjadi sebagian besar lewat hubungan seksual. Pria dewasa muda yang punya pengalaman hubungan seksual premarital atau ektramarital berpotensi jadi jalur transmisi HIV. Pencegahan transmisi HIV pada kelompok ini adalah menggunakan kondom. Health Belief Model (Rosenstock, 1974; Rosenstock, Strecher, & Becker, 1994) menerangkan dengan baik bagaimana individu mempersepsi ancaman suatu penyakit (perceived severity), kerentanan dirinya terhadap penyakit itu (perceives susceptibility), keuntungan (perceived benefits) dan kerugian (perceived barriers) apa yang akan diperoleh jika tindakan pencegahan penyakit dilakukan. Selain itu, ada cues to action yang memicu tingkah laku pencegahan. Penelitian ini ingin melihat apakah ada perbedaan dalam komponen-kompnen Health Belief Model antara pria dewasa muda pengguna kondom dan pria dewasa muda bukan pengguna kondom. Data diperoleh melalui kuesioner yang diadaptasi dari dua peneliti sebelum ini (Wirawan & Muliawan, 1996; Setiawan, 1997), dan diolah dengan t-test (untuk perceived susceptibility, perceived severity, perceived barriers, perceived benefits) dan chi-square (untuk cues to action). Ditemukan, perbedaan signifikan antara pria dewasa muda pengguna kondom dan bukan pengguna kondom hanya pada skor perceived barriers."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2715
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Mundurnya usia pernikahan, mengakibatkan kesenjangan yang panjang antara
waktu dimulainya pubertas dengan usia pernikahan. Pria dewasa muda belum menikah,
yang berada di dalam kesenjangan itu, memiliki kemungkinan yang tinggi untuk
melakukan hubungan seks pra nikah. Namun dengan keadaan di Indonesia yang masih
berpegang kuat pada norma dan ajaran agama, pria dewasa muda yang berada di
dalam kesenjangan tersebut terbagi dalam dua kelompok, yaitu mereka yang tidak
melakukan hubungan seks pra nikah demi mengikuti norma dan ajaran agama, dan
mereka yang melanggar norma dan ajaran agama dan melakukan hubungan seks pra
nikah.
Tingginya kemungkinan pria dewasa muda melakukan hubungan seks pra nikah
perlu diwaspadai mengingat 90% penularan HIV/AIDS adalah melalui hubungan
seksual. Daiam hal ini, penggunaan kondom merupakan cara yang sangat penting dan
efektif dalam upaya pencegahan AIDS. Berbagai pendekatan telah dilakukan dalam
mencari cara-cara pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Namun ternyata sejauh
ini, teori planned behavior (TPB) merupakan teori yang paling baik dalam meramalkan
penurunan resiko AIDS.
Dikembangkan dari teori reasoned action, TPB terpusat pada intensi seseorang
untuk menampilkan suatu perilaku, yang ditentukan oleh tiga determinan, yaitu sikap
terhadap peniaku, norma subyektif, dan perceived behavioral control (PBC). Dalam
menentukan intensi, masing-masing determinan memiliki kekuatan yang berbeda-beda
dan perbedaan kekuatan ini dapat menjelaskan latar belakang timbulnya intensi yang
hendak diteliti.
Pengertian sikap daiam TPB tidak secara khusus membedakan antara aspek
afektif dan evaluatif (kognitif). Namun Richard, van der Pligt, dan de Vries (1996)
mengemukakan bahwa perbedaan tersebut dapat dibuktikan secara empiris dan
reliabel. DI sisi Iain, Ajzen (1991) membuktikan bahwa pengukuran terpisah terhadap
afek dan evaluasi tidak meningkatkan daya ramai terhadap intensi dan perilaku. Di
dalam penelitian ini, aspek afektif akan dibedakan dari sikap, dan dikhususkan pada
anticipated affective reactions karena penelitian ini berhubungan dengan perilaku yang
akan datang, sehingga reaksi afektif yang diukur adalah reaksi afektif yang
diantisipasikan (anticipated affective reaction/AAR). Pada penelitian ini, TPB dan teori
tentang AAR juga diterapkan pada pria dewasa muda yang sudah pernah berhubungan
seks dengan yang belum pernah berhubungan seks.
Pengambilan subyek dilakukan dengan teknik incidental sampling. Alat ukur
sikap terhadap penggunaan kondom, norma subyektif, dan PBC disusun berdasarkan
teori planned behavior, sedangkan alat ukur AAR dibuat berdasarkan teori tentang AAR.
Penelitian ini merupakan penelitian eksplanasi yang bersifat menguji hipotesa penelitian.
Untuk pengolahan data, ditakukan perhitungan korelasi Pearson, regresi berganda, t-
test, ANOVA serta scheffe test, dan persentase.
Lebih dan setengah subyek penelitian memiliki intensi yang kuat untuk
menggunakan kondom. Secara keseluruhan, hanya norma subyektif dan PBC yang
memberikan sumbangan yang signifikan terhadap intensi, dengan sumbangan terbesar
diberikan oleh PBC, dan penambahan AAR ke dalam TPB tidak secara signifikan
meningkatkan daya ramal terhadap intensi. Hanya intensi dan PBC yang berbeda
secara signifikan antara kelompok belum pernah berhubungan seks, dengan kelompok
sudah pemah berhubungan seks. Pada kelompok belum pernah berhubungan seks,
hanya norma subyektif yang memberi sumbangan yang signifikan terhadap peramalan
intensi. Sedangkan pada kelompok sudah pernah berhubungan seks, PBC dan norma
subyektif memberi sumbangan yang signifikan terhadap peramalan intensi, dimana
porsi sumbangan terbesar ada pada PBC. Intensi, norma subyektif, dan PBC berbeda
secara signifikan berdasarkan kekerapan subyek menggunakan kondom.
Beberapa saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian ini adalah
bahwa sebaiknya teori planned behavior diterapkan pada subyek yang sudah memiliki
pengalaman tentang perilaku yang hendak diramalkan, dan teori reasoned action
sebaiknya diterapkan pada subyek yang belum memiliki pengalaman tentang perilaku
yang hendak diramalkan; strategi pencegahan HIV/AIDS sebaiknya difokuskan pada
PBC melalui pelatihan assertiveness. dan pada norma subyektif. melalui promosi
penggunaan kondom bagi mereka yang tidak dapat absen dari hubungan seks pra
nikah; bagi subyek yang sudah pernah berhubungan seks pencegahan HIV/AIDS akan
efektif bila difokuskan pada PBC dan norma subyektif, dan bagi subyek yang belum
pernah berhubungan seks pencegahan akan efektif bila difokuskan pada norma
subyektif; sebaiknya dilakukan penelitian mengenai intensi menggunakan kondom
dengan penelusuran Iebih lanjut ke perilaku; perlu diekspos informasi yang Iebih
mendalam tentang HIV/AIDS terutama mengenai adanya masa inkubasi dan window
period."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Natasya Desideria
"Salah satu kerangka teori yang banyak digunakan dalam menjelaskan tentang perilaku berkendara adalah Health Belief Model (HBM), namun sayangnya penelitian di Indonesia yang menggunakan kerangka teori tersebut masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran tiga komponen dari HBM, yaitu threat perception (perceived severity dan perceived susceptibility), behavior evaluation (perceived benefits dan perceived barriers), dan cues to action dalam memprediksi penggunaan helm pada pengendara sepeda motor. Penelitian dilakukan terhadap 294 pengendara sepeda motor berusia 18-24 tahun di Jabodetabek. Dalam pengukuran variabel, peneliti menggunakan alat ukur Health Belief Model dari Brijs et al. (2014) yang sudah terlebih dahulu diadaptasi oleh peneliti. Berdasarkan analisis regresi linear berganda, ditemukan bahwa perceived susceptibility, perceived benefits, perceived barriers, dan cues to action signifikan dalam memprediksi perilaku penggunaan helm pada pengendara sepeda motor. Akan tetapi, perceived severity tidak signifikan dalam memprediksi perilaku penggunana helm. Perceived susceptibility memiliki peran yang paling kuat dalam memprediksi perilaku penggunaan helm. Hasil ini menunjukkan bahwa pengendara sepeda motor dengan perceived susceptibility yang tinggi, perceived benefitsyang tinggi, perceived barriers yang rendah, dan cues to action cues to action yang rendah memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk menggunakan helm sepeda motor.

One of the most widely used theoretical frameworks in explaining driving behavior is the Health Belief Model (HBM), but unfortunately research in Indonesia that uses this theoretical framework is still limited. This current study is focused on testing three components of HBM, threat perception (perceived severity and perceived susceptibility), behavior evaluation (perceived benefits and perceived barriers), and cues to action to predict motorcycle helmet use. The participants of this study are 294 motorcycle riders aged 18-24 years old in Jabodetabek. Measurements of variables were performed using Health Belief Model measurement tools by Brijs et al. (2014) which has previously been adapted by the author. Based on multiple regression analysis, it is found that perceived susceptibility, perceived benefits, perceived barriers, and cues to action significantly predict motorcycle helmet use. However, perceived severity was not significant in predicting motorcycle helmet use. Perceived susceptibility has the biggest role in predicting motorcycle helmet use. This study concluded that motorcycle drivers who perceived a high level of perceived susceptibility, high perceived benefits, few barriers, and a few cues to action were the most likely to use a motorcycle helmet."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Yusnita
"The Prediction of Condom Use among Transvestites Commercial Sex Workers (CSW) With Health Belief Model in West Jakarta 2002In preventing HIV/AIDS transmission, transvestites are an important group because they have high risk behavior to get HIV infection. Most transvestites are commercial sex workers (CSW) and have multiple sexual partners. Condom use at transvestite is lowest among high risk group. Condom use reduced enjoyment of sexual intercourse was biggest reason why they were not using condom, and they believed that they are not high risk group to get HIV infection.
This study examines how the HBM contributes to the prediction of condom use as a public health behavior related to prevention of HIV. HBM theory focus on subjective perception such as perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefit, perceived barrier and perceived self-efficacy. This perception was influenced by sociodemography factor (age, education), sociopsychology (peer group support), and structural factor (knowledge about disease).
Design of this study is cross sectional. Population is CSW transvestites and sampling studies is CSW transvestites in West Jakarta. The instrument of collection data is scala and questioner.
The data indicate that proportion of condom use at CSW transvestites is still low (38,3 %). Multivariate analysis found that perceived severity, perceived benefit, perceived barrier and perceived self-efficacy positively associated with condom use. Perceived severity is the most powerful predictor (0R=93,4).
It is recommended that AIDS education intervention targeting CSW focus simultaneously on giving information about benefit of condom use, skill of condom use correctly, evaluating of probable biomedical, financial, and social consequences of contracting HIV and having AIDS."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T 10823
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanun Thalia
"Untuk menekan laju pandemi Covid-19, serangkaian tindakan pencegahan, baik promotif maupun interventif dilakukan. Dari variabel pencegahan dari anak kecil hingga lansia terus dilakukan sosialisasi. Akan tetapi, cukup banyak variabel risiko bagi kelompok lansia yakni komorbid dan umur lansia. Lalu, bagaimana pada individu yang tinggal dengan lansia? Penelitian ini menilik perilaku pencegahan Covid-19 pada individu yang tinggal dengan lansia melalui lensa Health Belief Model (HBM) dan persepsi individu terhadap kerentanan lansia terhadap infeksi Covid-19.
Dari 305 partisipan penelitian, hasil penelitian menunjukkan model konseptual HBM dan persepsi individu terhadap kerentanan lansia terhadap infeksi Covid-19 dapat menjelaskan hampir 25% (R² = 0,247) varians dari perilaku pencegahan Covid-19. Dua variabel ditemukan signifikan dalam memprediksikan perilaku pencegahan Covid-19, yaitu perceived benefits dan cues to action. Maka apabila individu mengetahui bahwa melakukan perilaku pencegahan Covid-19 memiliki banyak keuntungan dan tersadarkan dengan informasi terkait pencegahan Covid-19, ia akan lebih cenderung untuk melakukan perilaku pencegahan Covid-19.

To suppress the Covid-19 pandemic, a series of preventive measures, both promotive and interventive were taken. From small children to the elderly, socialization continues to be carried out. However, there are quite a lot of risk factors for the elderly group, namely comorbid and elderly age. Then how about individuals living with the elderly? This research looks at the Covid-19 preventive behavior in individuals living with the elderly through the lens of the Health Belief Model (HBM) and individual perceptions of the susceptibility of the elderly to Covid-19 infection.
Of the 305 research participants, the research results show that the Health Belief Model conceptual model and individual perceptions of the elderly's vulnerability to Covid-19 infection can explain almost 25% (R² = 0.247) the variance of Covid-19 prevention behavior. Two variables were found to be significant in predicting Covid-19 prevention behavior, namely perceived benefits and cues to action. Therefore, if the individual knows that carrying out Covid-19 preventive behavior has many advantages and is awakened with information related to Covid-19 prevention, he will be more inclined to carry out Covid-19 preventive behavior.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Nurul Hidayati
"Penelitian ini membahas tentang perilaku pencegahan COVID-19 pada mahasiswa kesehatan dan non-kesehatan di Universitas Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perilaku pencegahan COVID-19 pada mahasiswa kesehatan dan non-kesehatan ditinjau dari teori health belief model. Variabel yang diteliti adalah perilaku pencegahan COVID-19, faktor pemodifikasi (usia, jenis kelamin, pengetahuan) dan persepsi individu (persepsi kerentanan, keparahan, manfaat, hambatan dan self efficacy). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode penelitian cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 110 orang mahasiswa kesehatan dan non-kesehatan dengan menggunakan metode pengambilan sampel purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 68% mahasiswa kesehatan memiliki perilaku pencegahan COVID-19 yang baik dan 31.6% memiliki perilaku pencegahan yang kurang baik. Sedangkan mahasiswa non-kesehatan yang memiliki perilaku pencegahan yang baik adalah 59.7% dan 40.3% memiliki perilaku pencegahan yang kurang baik. Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku pencegahan COVID-19 (p=0.020).

This study discusses about the preventive health behaviours of COVID-19 among students majoring in health and non-health sciences Universitas Indonesia. The objective of this study was to look preventive health behaviour COVID-19 among students majoring in health and non-health sciences based of health belief model. Variabels in this study including preventive behaviour, modifying factors (Age, sex, and knowledge), individual perceived (perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, dan perceived barriers and self efficacy). This study using quantitative approaches and cross sectional study methods.The total samples of this study is 110 people of students majoring in health and non-health sciences with purposive sampling method. The result showed that 68% students majoring health sciences are having good preventive behaviour and 31.6% have enough preventive behaviour, while 59.7% the student majoring non-health science have good preventive behaviour and 40.3% have enough preventive behaviour. There was significant associations between sex with preventive health behaviour of COVID-19 (p=0.020)"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Rozandi Suhaidi
"ABSTRAK
Penelitian ini ingin mengetahui perbedaan strategi regulasi emosi pada individu dengan kecenderungan locus of control internal dan individu dengan kecenderungan locus of control eksternal pada pria dewasa muda. Strategi regulasi emosi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 9 strategi yang digunakan oleh Gamefski (2001) pada penelitiannya yaitu self-blame, other-blame, acceptance, refocus on planning, refocus positive, rumination or focus on thought, positive reappraisal, putting into perspective, dan catastrophizing. Subyek penelitian adalah sebanyak 232 pria dewasa muda. Data untuk mengukur regulasi emosi diperoleh melalui kuesioner the cognitive emotion regulation questionnaire (CERQ) dan alat ukur locus of control menggunakan Rotter I-E scale. Uji validitas alat ukur dilakukan dengan menggunakan konsistensi internal, sedangkan perhitungan reliabilitas alat ukur menggunakan metode Cronbach alpha. Metode analisis yang digunakan untuk mengukur perbedaan penggunaan strategi adalah t-test, dan analisis faktor untuk mendapatkan pengelompokkan data. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan strategi regulasi emosi pada individu dengan kecenderungan loc internal dan individu dengan kecenderungan loc eksternal pada pria dewasa muda. Hasil lain yang diperoleh adalah adanya perbedaan yang signifikan pada pengguna strategi refocus positive ditinjau dari kecenderungan loc individu dengan nilai koefisien signifikansi 0,009. Dan strategi regulasi emosi yang banyak digunakan oleh pria dewasa muda adalah rumination or focus on thought. Saran yang diajukan peneliti adalah, (1) untuk meyakinkan nilai reliabilitas dan validitas, maka sampel yang dipergunakan dalam penelitian diperbanyak dan instruksi harus diberikan sejelas-jelasnya kepada responden (2) melakukan penelitian lanjutan dengan menambah variabel penelitian lain, agar penelitian ini dapat lebih bermanfaat bagi dunia psikologi."
2005
S3481
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Febriansyah
"ABSTRAK
Perkembangan jumlah kasus infeksi HIV pada kelompok berisiko Lelaki Seks
Lelaki (LSL) di Kota Bogor semakin mengkhawatirkan setiap tahunnya. Perilaku
seksual berisiko pada LSL dipengaruhi oleh berbagai faktor. Model Kepercayaan
Kesehatan sebagai konsep dalam berbagai penelitian kesehatan, telah banyak
dilakukan termasuk penelitian tentang perilaku penggunaan kondom sebagai
upaya pencegahan HIV. Meskipun hasilnya sangat beragam, namun nampak
sejumlah bukti tentang hubungan yang signifikan antara persepsi berisiko,
manfaat dan hambatan serta self efficacy terhadap penggunaan kondom. Tujuan
penelitian untuk mengetahui faktor penentu terbesar perilaku penggunaan kondom
dengan konstruksi Model Kepercayaan Kesehatan dibandingkan dengan faktor
yang lainnya. Desain studi cross-sectional dengan pengumpulan data
menggunakan teknik respondent driven sampling. Item kuesioner terdiri atas 41
pertanyaan berdasarkan konstruksi Model Kepercayaan Kesehatan yang diperoleh
dari 133 responden. Hasil penelitian uji regresi logistik ganda menunjukan
persepsi berisiko tertular HIV memiliki hubungan dengan perilaku penggunaan
kondom dibandingkan dengan faktor yang lainnya. Kesimpulan. persepsi berisiko
tertular HIV memiliki pengaruh yang paling besar terhadap penggunaan kondom,
maka program intervensi pencegahan HIV di kalangan lelaki seks lelaki perlu
ditekankan kepada perubahan persepsi diantaranya dapat dilakukan dengan
komunikasi interpersonal (peer group discussion).

ABSTRACT
The number cases of HIV infection in risk groups Men Who have Sex with Men
(MSM) in Bogor increasingly concerned each year. Sexual risk behavior in MSM
is influenced by various factors. Health Belief Model as a concept in health
research has done many research on behavior including use of condoms as an HIV
prevention efforts. Although results have varied, support for significant
relationship between perception risk of HIV, benefits and barriers and self
efficacy of condoms use are apparent. The aim of study is to find determining
factor of condom use behavior with Health Belief Model construction compared
with other factors. Cross-sectional method with collecting data using respondent
driven sampling technique. Item questionnaire consisting 41 questions based on
the construction of Health Belief Model obtained from 133 respondents. The
results of multiple logistic regressions found significant only perception risk of
HIV than other factors. Conclusion. Perception risk of HIV is the biggest
determines factor of condoms use, therefore interventions program of HIV
prevention among MSM should be emphasized to change perception risk of HIV
suggested with interpersonal communication (peer group discussion)."
2016
T45969
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endro Puspo Wiroko
"ABSTRAK
Penelitian perilaku konsumen ini bertujuan untuk mengetahui pengambilan keputusan untuk mendengarkan radio pada dewasa muda. Diskusi kemlompok terarah dan wawancara mendalam dilakukan untuk menyusun kuesioner tentang pengambilan keputusan untuk mendengarkan radio. Kuesioner disebarkan ke 443 responden dengan kriteria pria dan wanita, 24-35 tahun, dan mendengarkan radio minimal 1 jam per hari. Data diolah dengan menggunakan analisis cluster dan crosstab. Hasil menunjukkan bahwa kelompok dewasa muda pendengar radio yang potensial untuk diraih adalah kelompok pencari liburan. Berdasarkan hal ini, pihak manajemen radio dapat memperhatikan karakteristik dari kelompok pencari hiburan guna menyusun format program acara radio dan bentuk promosi yang tepat sesuai dengan karakter dewasa muda yang menjadi target pendengarnya."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Pancasila, 2017
150 MS 8:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andriani Nur Pratiwi
"Penelitian ini membahas mengenai perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada siswi SMA. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perilaku SADARI siswi ditinjau dari variabel yang ada di dalam teori health belief model, diantaranya riwayat kanker pada keluarga, pengetahuan, persepsi kerentanan dan keseriusan kanker payudara, persepsi manfaat dan hambatan melakukan SADARI, serta sumber informasi. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode penelitian cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran angket kepada 100 orang siswi kelas XII di SMA Negeri 1 Tambun Selatan dengan menggunakan metode pengambilan sampel purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 34% siswi pernah melakukan SADARI dan 66% siswi lainnya tidak pernah melakukan SADARI. Dari 8 variabel yang diteliti, 3 variabel memiliki hubungan dengan perilaku SADARI siswi. Faktor yang berpengaruh adalah persepsi keseriusan kanker payudara (nilai p=0,040), persepsi hambatan melakukan SADARI (nilai p=0,009), dan sumber informasi (nilai p=0,001). Hasil ini menunjukan perlunya peningkatan kesadaran siswi terhadap kesehatan payudaranya serta adanya pemberian informasi dan konseling terkait dengan kanker payudara dan SADARI.

This study discusses the behavior of breast self-examination (BSE) in high school students. The objective of this study is to look at BSE behavior among high school students from variables in the theory of health belief models, including a history of cancer in the family, knowledge, perceived seriousness and perceived susceptibility of breast cancer, perceived benefits and barriers to perform BSE, and as well as resources of BSE. In this study using quantitative approaches and cross-sectional study methodes. Data collected through questionnaire to 100 students at SMAN 1 Tambun Selatan using purposive sampling method. Based on the survey results revealed that 34% of students have perform BSE and 66% other never perform BSE. Of 8 variables studied, three variables have a siginificant correlation with BSE behavior. Factors that influence are perceived seriousness of breast cancer (p value= 0.040), perceived barriers to perform BSE (p value= 0.009), and resources (p value= 0.001). These results indicate the need to increase student awareness on breast health as well as the provision of information and counseling related to breast cancer and BSE.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S58730
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>