Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15521 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2602
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esther Widhi Andangsari
"ABSTRAK
Kelompok Kecil dalam ke^tan kerohanian Kristen memiliki kegunaan
sebagai sarana pembinaan rohani, pembentukan karakter dan pemecahan
masalah kehidupan yang dihadapi oleh orang-orang yang teriibat di
dalamnya. Namun dalam penerapannya temyata Pemimpin Kelompok
Kecil mengalami kesulitan dalam mengelola Kelompok Kecil yang
dinamis sehin^a tak jarang tujuan utama KK imtuk pemuridan tidak
tercapai.
Dengan mempelajaii teori Dinamika Kelompok, maka penulis membuat
suatu pelatihan dengan menyusun modul mengenai penanganan Kelompok
Kecil dan modul ini diuji cobakan meialui penelitian ini. Penelitian ini
menekankan pada penyusunan modul dan uji cobanya sehmgga tidak
berusaha untuk membuktikan apa pun. Evaluasi pelatihan yang dilakukan
meliputi 3 hal, yaitu evaluasi pengetahuan peserta, evaluasi sikap pcserta
selama pelatihan dan evaluasi perubahan sikap peserta. Hasil pelatihan
yang dilakukan kemudian dianalisa secara kualitatif guna mendapatkan
masukan-masukan yang berarti dari para subyek untuk perbaikan modul
dimasa mendatang. Setelah melalni proses analisa didapatkan hasU bahwa pelatihan ini
berhasii memberikan perubahan pada peserta dari segi pengetahuan,
perilaku dan peserta berespon secara positif teriiadap pelatihan."
2001
S2835
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emma Indirawati
"Penyusunan modul pelatihan pembentukan identitas diri remaja ini dilakukan berawal dari Igeprihatinan penulis dengan keadaan remaja kita yang banyak melakukan perilaku yang kurang baik. Padahal jika disadari, berbagai perilaku negatif tersebut dilakukan rernaja karena mereka masih bingung dengan siapa dirinya dan bagaimana peran yang harus dilakukannya dalam masyarakat. Jadi pemtasalahan seputar pembentukan identitas diri adalah sejauhmana remaja bisa menentukan peranan sosial yang akan dipilihnya dalam kehidupan selanjutnya (Atkinson, Atkinson, dan Hilgrad, 1996). Oleh karena ilu, penulis melihat diperlukannya sebuah pelatihan unttlk rnembekali remaja dalam membentuk identitas dirinya melalui berbagai materi yang berkait erat dengan identitas diri. Pelatihan yang diranoang untuk dilakukan selama 2 hari ini akan diawali dengan pretest Q-sort yang mengukur sejauhmana konsep diri pada remaja telah terbentuk. Keniudian materi -materi yang akan disampaikan IVsecara berturutan adalah remaja seputar karalcteristik dan permasalahannya, teori psikososial Eriksonb yang akan membahas krisis identitas pada remaja, kecenderungan konformitas pada remaja yang berada dalam krisis identitas, kaimu amara idenmas diri dengan konseg din dan bagaimana membenwk konsep diri menjadi ideal. Setelah itu, sebulan kemudian para peserta diminta berkumpul kembali untuk mengikuti postes Q sort, untuk dilihat sejauhmana perkembangan konsep dirinya. Sebelumnya, penyusunan modul ini telah diujikan pada 3 orang sampel siswa yang berasal dari 3 sekolah yang berbeda, seorang siswa putri berasal dari SMU Labschool, seorang siswa putri lain bersekolah di SMU Diponegoro, Rawamangun serta seorang siswa putra berasal dari SMUN 12 Utan Kayu. Dua orang peserta telah duduk dibangku kelas 3 SMU sedangkan seorang lagi duduk di kelas 2 SMU. Uji coba dilakukan selama 2 hari, disesuaikan dengan jadwal yang ada pada rancangan modul pelatihan, meskipun walctunya lebih dipersingkat karena pesertanya yang hanya 3 orang. Hasilnya secara umum para peserta memiliki sikap positif dan rnerasa perlu diadakannya pelatihan ini bagi remaja seusia mereka, karena dapat rnenambah wawasan berpikir mereka dan pengenalan mereka terhadap diri sendiri. Selanjutnya saran untuk perbaikan program pelatihan ini dimasa mendatang adalah mencari metode permainan yang lebih bervariasi, memasukkan juga teori rogers sebagai landasan teori Q sort yang digunakan pada pretest dan postst, mengenalkan adanya heterogenitas dalam kehidupan nyata pada remaja, menyusun lémbar evaluasi yang dapat mengevaluasi isi materi yang disampaikan dengan lebih mendalam, menyajikan satu atau dua materi saja agar dapat efektif. Selain ilu, peran observer dan instruktur juga diperlukan dalam pelaksanaan pelatihan Akhimya penyusunan modul ini dihafapkan dapat bermanfaat bagi para remaja dalam membentuk identitas diri yang efektif demi memperbaiki kualitas perilaku dan kehidupan mereka di masa depan. Karena ditangan pemudalah, kepemimpinanan masayarakat bangsa ini akan diletakkan. Semoga hasil penelitian ini dapat mendorong munculnya berbagai gagasan lain yang lebih baik dalam membantu remaja menjalani kehidupannya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38375
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Santhi Oktariyani
"ABSTRAK
Sekolah dasar merupakan pendidikan formal yang pertama kalinya mengajarkan anak mengenai pengetahuan akademik dan ketrampilan sosial. Pengalaman yang didapatkan anak selama belajar di SD memiliki pengaruh yang besar terhadap bagaimana anak memandang dan bersikap terhadap diri mereka sendiri maupun sekolah di tahun-tahun berikutnya. Oleh karena itu, penting bagi sekolah dasar untuk memberikan pendidikan yang baik bagi anak. Sekolah tidak dapat memberikan pendidikan secara efektif apabila tidak didukung guru yang efektif. Salah satu ketrampilan yang harus dikuasai guru adalah manajemen kelas. Selama satu dekade manajemen kelas merupakan salah satu komponen yang mendapatkan perhatian yang baik dari sekolah, guru dan orangtua. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 7 orang guru kelas 4-6 SD Tarakanita 3 ditemukan bahwa pemahaman guru mengenai manajemen kelas terlihat kurang, dimana mereka belum menyadari pentingnya manajemen kelas dalam pembelajaran.
Atas dasar pemikiran diatas, maka peneliti menyusun modul pelatihan manajemen kelas pada guru kelas 4-6 SD Tarakanita 3. Dengan pelatihan ini, diharapkan guru mampu menyadari pentingnya manajemen kelas dalam proses belajar mengajar, dan siap melakukan manajemen kelas yang efektif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38813
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Loretta, Abigail
"Salah satu tugas perkembangan remaja adalah mereka harus mulai memilih dan mempersiapkan diri dalam pekerjaan tertentu. Oleh karena itulah, penetapan orientasi masa depan merupakan suatu periode yang penting dan kritis bagi remaja karena cara remaja memandang masa depannya merupakan suatu bagian penting dalam pembentukan identitasnya.
Orientasi masa depan pada dasarnya mengacu pada cara seseorang memandang masa depan, yang di dalamnya tercakup harapan, tujuan, standar, perencanan, dan strategi. Orientasi masa depan penting bagi seseorang karena menyangkut kesiapan seseorang menghadapi masa depan. Bentuk orientasi masa depan ini dapat sederhana atau juga kompleks, realistik arau tidak realistik dan jelas atau belum jelas.
Remaja - remaja di Aceh merupakan salah satu populasi yang kurang beruntung karena harus mengalami banyak peristiwa yang mempengaruhi pandangannya akan masa depan. Konflik yang berkepanjangan antara GAM - Indonesia serta musibah tsunami yang tcljadi tahun 2004 lalu membuat remaja - remaja di sana kerapkali harus menghentikan kegiatan belajar mengajarnya. Hal ini mengakibatkan pandangan masa depan para remaja di Aceh menjadi tidak jelas. Oleh karena im, bimbingan untuk menetapkan orientasi masa depan, tentunya sangat dibutuhkan bagi remaja di sana.
Siswa SMK adalah salah satu remaja yang membutuhkan bimbingan untuk menetapkan orientasi masa depan. Hal ini disebabkan karena para lulusan siswa SMK umumnya langsung bekerja / terjun ke dunia usaha. Hal ini menuntut para siswa SMK sehamsnya sudah mulai memiliki orientasi masa depan yang jelas dari sejak ia duduk di sekolah. Namun, sayangnya banyak dari siswa SMK ini belum memiliki orientasi masa depan yang jelas, perencanaan yang terarah, dan sikap yang positif dalam melaksanakan rencananya Hal ini disebabkan karena sebagian besar siswa SMK memilih untuk masuk ke sekolah ini bukan disebabkan oleh minat / pilihan pribadinya, melainkan karena masalah biaya, tidak berhasil masuk ke SMA, dan disuruh orangtua.
Pelatihan menetapkan orientasi masa depan ini bertujuan agar membantu siswa SMK di Aceh yang menjadi peserta pelatihan untuk menetapkan orientasi masa depan yang jelas dan positif. Hal ini ditandai dengan adanya penetapan tujuan yang jelas / Spesifik yang ingin dicapai, pembuatan rencana untuk mencapai tujuan, dan mengembangkan sikap positif dalam melaksanakan rencananya.
Program pelatihan ini disusun berdasarkan analisa kebutuhan yang telah dilakukan penulis kepada 60 orang siswa SMKN 3 Banda Aceh yang sedang melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Bandung. Data dikumpulkan melalui pembagian kuesioner (Likerz type dan open ended question) serta wawancara singkat kepada pemilik perusahaan tempat subyek melaksanakan PKL dan beberapa subyek itu sendiri. Setelah mendapatkan data hasil analisa kebutuhan, penulis mulai menyusun tujuan dan sasaran program serta isi modul setiap session pelatihan untuk mencapai tujuan pelatihan. Selain itu, selama penyusunan modul, penulis juga berkonsultasi dengan dosen Psikologi UI bagian pendidikan dan relawan-relawan yang bertugas di Aceh guna mendapatkan isi modul yang relevan dengan kondisi dan kebutuhan siswa SMK di Aceh saat ini.
Kekurangan utama program ini adalah belum pernah diujicobakan pada siswa SMK di Aceh ilu sendiri. Dengan demikian, belum diketahui apakah materi serta cara penyajian yang digunakan benar - benar efektif untuk membantu mereka menetapkan orientasi masa depan yang jelas dan positif Analisa kebutuhan yang digunakan sebagai dasar penyusunan program juga masih belum representatif menggambarkan kebutuhan siswa SMK di Aceh secara keseluruhan. Selain ilu, alat yang digunakan dalam analisa kebutuhan juga belum teruji validitas dan reliabilitasnya. Hal ini menyebabkan materi program belum menyentuh karakteristik siswa SMK di Aceh secara keseluruhan.
Berkaitan dengan kekurangan tersebut, penulis menyarankan agar pengguna program ini terlebih dahulu melakukan analisa kebutuhan dengan menggunakan sampel yang lebih representatif dan membuat alat Training Need Analysis yang lebih teruji validitas dan reliabilitasnya. Dengan demikian dapat dilakukan modifikasi program jika memang dibutuhkan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T16823
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Francisca Lily
"Purna Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Indonesia Kota Bogor atau yang dikenal dengan sebutan PPI Kota Bogor merupakan salah satu organisasi yang berperan sebagai wadah untuk pembinaan dan pengembangan potensi anggota sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. PPI Kota Bogor merupakan salah satu organisasi yang paling diminati di Kota Bogor. Organisasi ini antara lain bertujuan untuk membentuk anggotanya hingga dapat menjadi komunikator dalam masyarakat.
Anggota PPI Kota Bogor yang merupakan orang-orang yang pernah bertugas mengibarkan bendera pusaka (Paskibraka) dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia di Kota Bogor, merupakan orang-orang yang terkenal atau populer di lingkungannya. Banyak kegiatan yang dilakukan oleh PPI Kota Bogor, antara lain mengadakan berbagai seminar dan lomba. Salah satu kegiatan yang juga rutin dilaksanakan adalah kunjungan persahabatan antar sekolah yang siswa-siswanya terpilih menjadi Paskibraka di Kota Bogor.
Menurut Santock (2006), orang yang populer antara lain memiliki keterampilan berorganisasi dan keterampilan interpersonal yang baik. Namun demikian, berdasarkan hasil elisitasi, diketahui bahwa anggota PPI Kota Bogor yang menjadi responden dalam penelitian ini ternyata memiliki beberapa masalah dalam berhubungan dengan orang-orang di sekitarnya, seperti masalah ketika harus berbicara di depan orang lain. Mereka juga merasa bingung dalam menunjukkan suatu perilaku yang sesuai pada situasi-situasi tertentu, misalnya ketika diajak berbincang-bincang oleh teman atau senior di PPI Kota Bogor, guru di sekolah, orang tua atau bahkan orang yang ditemui di lingkungan mereka. Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang mereka juga berhadapan dengan konflik interpersonal dengan orang tua, guru, dan teman-teman. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu program yang dapat membantu para anggota PPI Kota Bogor tersebut agar dapat berhubungan secara efektif dengan orang lain. Program yang ditawarkan adalah dalam bentuk pelatihan.
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun program pelatihan tentang cara berhubungan dengan orang lain yang sesuai dengan hasil analisis kebutuhan.
Pada penelitian ini, digunakan metode analisis kebutuhan berupa wawancara. Dalam analisis kebutuhan tersebut, responden yang berpartisipasi sebanyak 28 orang dengan rentang usia 16 hingga 28 tahun. Dari 28 orang responden tersebut, mayoritas berusia di bawah 20 tahun. Subjek yang menjadi sasaran dalam pelatihan ini adalah anggota PPI Kota Bogor.
Tujuan umum dari pelatihan adalah agar peserta terampil dalam berhubungan dengan orang lain. Jumlah waktu pelatihan adalah 24 jam, terbagi menjadi 6 sesi. Evaluasi yang digunakan adalah evaluasi tentang pelaksanaan program pelatihan.
Karena dalam analisis kebutuhan hanya menggunakan wawancara maka sebaiknya dilakukan analisis kebutuhan dengan menggunakan beberapa macam metode untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai kebutuhan angota PPI Kota Bogor. Untuk itu, sebaiknya alat yang digunakan diujicobakan terlebih dahulu. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya melibatkan responden yang lebih banyak lagi, termasuk dari rentang usia yang lebih luas sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas mengenai kebutuhan anggota PPI Kota Bogor. Karena modul pelatihan ini belum diujicobakan maka sebaiknya dilakukan uji coba terlebih dahulu sebelum melaksanakan pelatihan yang sebenarnya. Selain itu, untuk mengetahui perkembangan pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan, sebaiknya dilakukan pre-test dan post-test, serta suatu program untuk memantau dan menindaklanjuti pelatihan ini sehingga perkembangan serta efektivitas pelatihan pun dapat terpantau."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18571
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eri Vidiyanto
"Cara seseorang memandang masa depannya seringkali diistilahkan sebagai orientasi masa depan. Trommsdorff (1983) mendefinisikan orientasi masa depan sebagai fenomena kognisi-motivasional yang kompleks dimana seseorang melakukan antisipasi dan evaluasi terhadap masa depan dalam interaksinya dengan lingkungan. Nurmi (1989) membagi orientasi masa depan kedalam 3 proses dasar yakni motivasi (motivation), perencanaan (planning) dan evaluasi (evaluation) yang berinteraksi dengan skemata kognitif' nlengenai tugas perkembangan yang diantisipasi. Proses motivasi mengacu pada apa yang menjadi minat individu di masa depan, sedangkan proses perencanaan mengacu pada bagaimana sescorang merencanakan perwujudan minatnya. Adapun proses evaluasi memfokuskan pada sejauhmana seseorang berharap agar minatnya dapat terwujud.
Remaja merupakan usia dimana seseorang mengalami suatu masa peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa (Papalia, Olds & Feldman. 2001). Hal ini menjadikan masalah pencarian identitas diri sebagai tugas perkembangan yang harus diselesaikan oleh setiap remaja. Identitas diri tidak hanya terkait dengan apa yang ada dalam diri seseorang saat ini, tetapi juga berkaitan dengan masa depan seseorang, termasuk harapan, cita-cita dan berbagai rencana untuk mencapai tergetan individu di masa depan (Trommsdorf, 1986). Sebagaimana dikatakan oleh Havighurst (dalam Nurmi. 1994) bahwa keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas perkembangannya akan menjadi dasar bagi penyelesaian tugas perkembangan sclanjutnya.
Mengingat pentingnya penyusunan orientasi masa depan yang jelas dan realistis bagi remaja, maka modul ini menawarkan sebuah alternatif pelatihan yang bertemakan "Planning Your Future". Pelatihan merupakan kumpulan aktivitas formal atau informal yang dirancang untuk memberikan kontribusi terhadap tingkat pengetahuan, kcterampilan dan sikap peserta pelatihan (Lucas, 1994).
Subyek yang menjadi sasaran dalam pelatihan ini adalah usia remaja akhir. yakni mereka yang sedang duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA).
Pada penyusunan modul pelatihan ini, analisis kebutuhan dilakukan melalui pemberian kuisioner sebagai metode utama. dan wawancara sebagai metode pelengkap.
Tujuan pelatihan ini adalah untuk menyadarkan remaja akan pentingnya mempersiapkan masa depan dan membekali mereka dengan pemahaman serta berbagai keterampilan untuk menyusun rencana masa depan yang jelas dan realistis. Tujuan pelatihan ini kemudian diturunkan menjadi sasaran-sasaran yang termanifestasi di dalam setiap sesi pelatihan. Isi pelatihan dirangkum dalam sebuah modal yang terdiri alas 7 sesi. Pelatihan ini nlembutuhkan waktu 2 hari. dimana setiap harinya berlangswig selama 7 - 8 jam. Evaluasi yang akan digunakan dalam pelatihan ini terdiri dari 2 jenis, yakni evaluasi terhadap program pelatihan dan evaluasi terhadap pemahaman peserta. Kedua macam evaluasi ini akan disajikan dalam bentuk kuisioner.
Sebelum modul pelatihan ini dilaksanakan, sebaiknya diujicobakan terlebih dahulu kepada beberapa remaja untuk melihat apakah program ini sudah efektif untuk membekali mereka dengan kemampuan menyusun orientasi masa depan. Selain itu, ada baiknya dilakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada remaja mengenai pentingnya mempersiapkan masa depan, melalui seminar atau buletin-buletin karena hal ini seringkali menjadi suatu hal yang tidak disadari oleh remaja. Seusai pelatihan sebaiknya ditindaklanjuti dengan pembentukan komunitas. sehingga proses pencapaian terget yang telah dibuat peserta dalam pelatihan dapat terus terpantau.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18569
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Rosiana
"ABSTRAK
Pendidikan perguruan tinggi memiliki karakteristik yang berbeda dengan
sekolah menengah atas, tentunya juga memiliki tuntutan yang berbeda.
Pcrguruan tinggi melibatkan struktur yang lebih besar dan impersonal, serta
lebih berfokus pada prestasi dan cara pencapaiannya (Santrock, 2004). Di
Fakultas Psikoiogi Universitas Islam Bandung, berdasarkan hasil obsewasi,
hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa dan dosen, temyata masih
banyak mahasiswa yang belum mampu menyesuaikan pola bclajarnya
dengan tuntutan kondisi perkuliahan yang ada. Berdasarkan hal tersebut
mnka diperlukan program orientasi penyesuaian diri mahasiswa baru dalam
bentuk pelatihan.
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun program pelatihan tentang cara
penycsuaian diri dengan tuntutan belajar di perguruan tinggi bagi
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung yang sesuai
dengan hasil analisis kebutuhan yang ada. Pada penelitian ini, digunakan
metode analisis kebutuhan berupa kuesioner. Peneliti mengadaptasikan
kuesioner penycsuaian diri akademis yang dibuat oleh Wuri Prasctyawati
pada tahun 2003. Dalam analisis kebutuhan melibatkan 141 orang
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung tingkat pcrtama.
30 orang dilibalkan pada tahap uji coba alat ukur dan lll orang dilibatkan
pada tahap pengambilan data lapangan. Subjek yang menjadi sasaran dalam
pelatihan ini adalah mahasiswa Fakullas Psikologi Universitas Islam
Bandung tingkat pertama.
Tujuan umum dari pelatihan adalah agar peserta terampil dalam melakukan
penyesuaian diri di Iingkungan perguruan tinggi. Jumlah waktu pelatihan
adalah 24 jam, terbagi menjadi 10 scsi. Evaluasi yang digunakan adalah
cvaluasi adri pcserta tentang pelaksanaan program pelatihan. Program pelatihan ini belum diujicobakan, maka jika program ini akan
dilaksanakan, disarankan untuk mengujicobakan dahulu sebelum
melaksanakan pelatihan yang sebenarnya. Apabila pada saat uji coba atau
pada saat pelaksanaan temyata ada bagian dari modul yang tidak sesuai,
maka sebalknya dilakukan perbaikan atau bahkan mengubah bagian modul
tersebut agar pada pelaksanaan berikutnya bexjalan lebih tepat guna. Guna
mengetahui sejauh mana pengetahuan dan keterampilan peserta sebelum
mengikuti pelatihan, sebaiknya dilaksanakan pre-test dan post tes! untuk hal
tersebut, disarankan untuk membuat alat ukur pengetahuan dan
keterampilan yang disertai oleh observasi dari fasilitator agar
perkembangan yang dicapai oleh setiap peserta setelah mengikui program
ini dapat terpantau. Sebelum melaksanakan pelatihan, sebaiknya
dilaksanakan training for trainer bagi fasilitator, maka diharapkan peneliti
selanjutnya membuat modul untuk program tersebut.

"
2006
T34054
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Fitriana
"ABSTRAK
Disebutkan dalam Pasal 28 UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
PAUD adalah pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang diselenggarakan
melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Menurut Gutama (Media
indonesia, I0 Juli 2006), banyak kendala yang dihadapi dalam meningkatkan
partisipasi PAUD di Indonesia, diantaranya adalah tenaga pendidik yang belum
memenuhi kualifikasi. Sedangkan S6C&l`8 umum, guru merupakan faktor penentu
tinggi rendahnya kualitas pendidikan. Oleh kanena itu, penting memberikan perhatian
terhadap peningkatan kualitas guru.
Berdasarkan analisa kebutuhan yang diiakukan kepada guru PAUD dan kepala
sckolah PAUD yang ada di kota Bogor diketahui bahwa pengajar masih bclum
memahami pcngajaran efektif secara keseluruhan sehingga mereka belum dapat
kreatif dalam menyiapkan bahan-bahan pembelajaran dan mcngatasi anak-anak yang
bemiasalah. Akar permasalahannya adalah karena pengctahuan mereka yang kurang
mengenai kamkteristik anak usia dini dan bagaimana cara menghadapinya, Hal ini
disebabkan oleh perbedaan lalar belakang pendidikan para pengajar dan sebagian
besar dari mereka lidak memiliki pengetahuan dasar sebagai gum. Tujuan pelatihan
ini adalah untuk membekali guru mengcnai pengetahuan karaktcristik anak usia dini
schingga nantinya diharapkan guru lebih efektif dalam mclakukan kegiatan bclajar
mengajar di kclas.
Pelatihan ini diadakan dengan durasi waktu empat bclas jam selama dua han. Isi
pelatihan dirangkum dalam sebuah modul yang terdiri atas tujuh scsi dengan pokok
bahasan antara lain : I) Perkembangan anak usia dini, khususnya aspek Esik,
kognititl emosi dan sosial; 2) Pendidikan anak usia dini secara umum.

ABSTRACT
Stated on Pasal 28 UU No. 20/2003 about National Education System, early child age
education is an education prior to basic education level run through formal,
nonforrnal, and informal education. According to Gutama (Media Indonesia, .luly IO,
2006), many obstacles faced on improving PAUD participation in Indonesia, that is,
non qualified educator. Commonly, teacher is a definite factor detemiining high-low
of education quality. Therefore, it is important to give finll attention in improving the
quality of the teachers.
Based on need analysis of PAUD teacher and PAUD headmaster in Bogor, it is
known that they lack of comprehension of effective teaching completely, in order to,
they can't provide creative teaching modul and handle extraordinary problem on
children. The main problem is because of they lack of comprehension on the
characteristics of early child age and how to face and handle it. It is caused by
difterent education background ofthe teachers and having no basic knowledge of
teacher. This training aims to give the teachers knowledge of early child age
characteristics so they can effectively teach in the classroom.
This training is organized in I4 hours for 2 days. It covered in a modul with 7
session discussing: I) The development of early child age such as physically aspect,
cognitive, emotion and social; 2) Early child age education.

"
2007
T34127
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>