Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153721 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tia Nastiti Purwitasari
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2601
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Luckyta Yustianawati
"Kehidupan manusia selalu akan mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi adalah wajar, namun perubahan tersebut tentunya tidak akan sama antara wanita dan pria. Bagi wanita perubahan yang mengarah kemunduran disebut dengan masa menopause. Menopause merupakan proses alamiah dimana seorang wanita tidak lagi mengalami menstruasi, artinya kemampuan reproduksinya tidak berfungsi lagi. Pada masa ini akan terjadi perubahan secara fisik, psikologis, dan gangguan seksual. Gejala fisik yang sering dialami isteri adalah tidak teraturnya siklus menstruasi, jantung berdebar-debar, sering pusing, dan lain-lainnya. Sedangkan gejala psikologis yang dirasakan adalah perubahan suasana hati (mood swing) seperti mudah marah, mudah tersinggung dan mengalami gangguan/sulit tidur. Selain itu gangguan yang dialami isteri selama masa menopause aadalah menurunnya gairah seksual yang dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikologis.
Studi mengenai menopause telah banyak dilakukan, akan tetapi belum ada yang melakukan penelitian mengenai menopause diamana subyeknya selain wanita yang mengalami menopause, misalnya suami; padahal dukungan sosial khususnya dari suami dapat membantu wanita dalam mengatasi gejala menopause yang dialami. Seringkali karena ketidaktahuan suami mengenai perubahan yang terjadi pada masa menopause dapat menyebabkan perselisihan dan akan membawa konsekuensi dimana isteri bertambah depresi, mudah tersinggung dan timbul pikiran yang bukan-bukan (cemburu berlebihan). Peranan suami amat penting dalam membantu mengatasi dampak menopause, selain rehabilitasi fisik dan stabilisasi emosional. Pengertian, toleransi dan kasih sayang (tender; loving and care) merupakan dorongan moril yang paling efektif bagi pemulihan kondisi psikologisnya Dukungan suami merupakan salah satu bentuk dukungan sosial yang menguntungkan bagi penerima dukungan tersebut, seperti memberi rasa aman, kedekatan emosional, meningkatkan kualitas diri dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Bentuk dukungan yang diberikan dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu bentu dukungan emosi, bentuk dukungan penghargaan (esteem), bentuk dukungan instrumental, dan bentuk dukungan informasi.
Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana dukungan suami terhadap keadaan isteri yang sedang berada pada masa menopause. Sebelumnya hanya dikatakan bahwa dukungan suami dalam keadaan menopause adalah penting, tetapi bagaimana cara dan bentuk dukungan suami yang diberikan pada isterinya belum ada dilakukan penelitiannya. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuesioner. Awalnya peneliti melakukan elisitasi yang bertujuan untk memperoleh gambaran konkrit tentang bentuk dukungan yang diberikan suami terhadap isteri yang berada pada masa menopause.
Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa ternyata secara umum suami cenderung memberikan keempat bentuk dukungan dengan nilai rata-rata (mean) sebagi berikut; bentuk dukungan emosi (mean = 4.012), dukungan penghargaan lesteem (mean = 4.03), bentuk dukungan instrumental (mean =4.02) dan bentuk dukungan informasi (mean = 3.223). Selain itu diperoleh hasil bahwa hampir semua gejala/perubahan yang dialami isteri selama masa menopause meliputi tiga aspek yaitu gejala/perubahan secara fisik, psikologis dan gangguan seksual yang dipengaruhi oleh faktor fisik dan pikologis isteri. gejala yang sering dialami isteri selama masa menopause adalah mudah lelah/pegal (56.25%; gejala fisik), mudah marah (53.13%;gejala psikologis) dan menurunnya gairah seksual (31.25%; gangguan seksual). Sedangkan gejala yang jarang dialami adalah rasa panas yang secara tiba-tiba pada bagian atas seperti dada, leher dan wajah (hot flashes) (12.5%).
Dengan keterbatasan dari pendekatan kuantitatif dengan kuesioner antara lain pilihan jawaban yang dapat membatasi jawaban dari subyek sehingga hasil yang diperoleh kurang mendalam. Oleh karena itu disarankan bahwa hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk dapat lebih memahami bentuk dukungan yang diberikan suami terhadap isteri yang berada pada masa menopause. Dengan demikain diharapkan untuk melakukan penelitian lanjutan agar dapat diperoleh data-data yang lebih akurat perihal topik ini. Penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan gambaran bentuk dukungan yang lebih mendalam mengenai variabel-variabel bentuk dukungan yang diberikan suami terhadap isteri yang berada pada masa menopause (+ usia 45-55 tahun)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3383
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luciana B. Sutanto
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
618.175 LUC w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lina Kusmawati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1995
S2011
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khafidah Kumala Sari
"Futterman dan Jones (1998) mengatakan bahwa banyak wanita mengeluhkan depresi tengah baya pada gaat perimenopause yang disebabkan oleh penuninan dan fluktuasi tingkat hormon dan perub^an tengah baya lainnya. Gejala-gejala perimenopause yang disebabkan adanya perubahan-perubahan dan fluktuasi tingkat hormon ovari tersebut antara lain adalah mood swings, kecemasan, irritability, mudah meneteskan air mata, menurunnya kemampuan untuk mengingat, hot flush, dll. Seorang wanita yang mengalami gejala-gejala di atas dan menganggap gejala-gejala tersebut sebagai sesuatu yang berbahaya atau mengancam serta menimbulkan perasaan terganggu dan tidak nyaman, tentunya akan termotivasi atau berbuat sesuatu untuk mengatasi efek yang ditimbulkan oleh gejala-gejala perimenopause tersebut. Hal inilah yang tercakup dalam coping. Masalah yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran perilaku coping yang digunakan wanita untuk mengatasi stress yang ditimbulkan oleh gejala-gejala perimenopause.
Penelitian ini juga ingin mengungkapkan apakah ada perbedaan dalam jenis coping yang digunakan antara wanita yang bekeija dan yang tidak bekeija untuk mengatasi stress yang ditimbulkan oleh gejala-gejala perimenopause. Wanita yang bekeija diharapkan lebih banyak menggunakan problem focused coping. Selain itu penelitian ini juga ingin mengungkapkan perilaku coping apakah yang dirasakan paling efektif baik bagi wanita yang bekeija maupun yang tidak bekeija. Alat yang digunakan untuk melihat gejala-gejala perimenopause dibuat berdasarkan hasil elisitasi dan daftar gejala oleh Futterman & Jones dan Warga. Pilihan jawaban yang tersedia adalah ya dan tidak. Sedangkan untuk mengukur tingkat stress yang ditimbulkan oleh gejala digunakan skala l-7.Alat yang digunakan untuk mengukur perilaku coping adalah COPE inventory yang dikembangkan oleh Carver dan Scheier (1989). Alat ini terdiri dari 53 item yang terdiri dari 3 dimensi, yaitu problem focused coping, emotion focused coping dan perilaku coping tidak adaptif. Pilihan jawaban yang disediakan adalah ya dan tidak. Sedangkan untuk mengukur efektifitas coping. digunakan skala 1 sampai 7.
Subjek dalam penelitian ini adalah wanita bekerja dan yang tidak bekeija, yang berusia 45-55 tahun, yang sedang berada pada masa perimenopause. Jumlah subjek yang bekeija sebanyak 30 orang dan yang tidak bekerja beijumlah 32 orang. Untuk melihat gambaran perilaku coping dan efektifitas perilaku coping tersebut digunakan teknik statistik untuk mendapatkan rata-rata {mean). Sedangkan untuk melihat apakah ada perbedaan antara wanita yang bekeija dan yang tidak bekeija dalam penggunaan jenis coping digunakan rumus t-test. Uji reliabilitas dan analisis item dari alat coping menggunakan koefisien Cronbach alpha dan metode konsistensi internal dan. Dengan Koefisien Cronbach Alpha yang dihasilkan, maka dapat dikatakan reliabilitas coping ini sedang cenderung tinggi.
Dari hasil perhitungan rata-rata diketahui bahwa jenis emotion focused coping adalah jenis coping yang paling banyak digunakan baik pada wanita bekeija maupun yang tidak bekeija. Jenis coping yang dirasakan paling efektif adalah emotion focused coping. Dari hasil perhitungan t-test yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan yang secara statistik signifikan ddam skor emotion focused coping antara wanita yang bekeija dan yang tidak bekeija, yang mana wanita yang tidak bekeija memiliki skor yang lebih besar. Hal ini berarti wanita yang tidak bekeija lebih banyak menggunakan jenis emotion focused coping dibandingkan dengan yang bekeija. Dari hasil perhitungan t-test yang dilakukan juga diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang secara statistik signifikan dalam skor problem focused coping dan perilaku coping tidak adaptif antara wanita bekeija dan yanng tidak bekerja."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2887
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ani Widyasari Soeyitno
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3173
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ichramsjah Azim Rachman
Jakarta: UI-Press, 2004
PGB 0177
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiarti
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya stereotip yang berkembang di masyarakat bahwa setiap wanita dewasa yang telah menikah diharapkan perannya sebagai seorang ibu, bila ia mau dikatakan sebagai wanita yang sempurna. Namun demikian, sekitar 10 % pasangan di Indonesia tidak beruntung memiliki keturunan. Sedangkan penyebab kekurang berhasilan seorang wanita untuk bisa hamil dan melahirkan anak setelah 12 bulan pernikahan dengan kegiatan bersenggama secara teratur, yang lazimnya disebut infertilitas, sangat bervariasi. Adanya kenyataan infertilitas tersebut membuat wanita memiliki penghayatan psikologis terhadap kondisinya tersebut, yang pada akhirnya bisa menjadi satu sumber stres baginya.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dengan pertimbangan bahwa masalah yang diteliti merupakan masalah yang peka dan membutuhkan kedalaman informal. Teknik pengambilan data melalui wawancara mendalam dan observasi. Ruang lingkup penelitian adalah wanita yang sudah menikah, paling sedikit 12 bulan, berpendidikan minimal SMA dan belum punya anak. Lokasi penelitian pun dibatasi yaitu kompleks perumahan salah satu BUMN di Cilegon.
Hasil yang diperoleh adalah terjaringnya berbagai sumber-sumber stres, baik berupa penghayatan frustrasi, karena adanya hambatan fisik dan sosial, konflik maupun tekanan-tekanan yang dirasakan oleh wanita infertil. Tergali pula mengenai makna anak, serta hal yang menarik lagi adalah diketahuinya peran dukungan suami yang sangat besar dalam memotivasi istri untuk melakukan coping secara efektif. Sedangkan strategi coping yang muncul pun bervariasi, mencakup coping baik yang berpusat pada masalah, maupun berpusat pada emosi. Upaya pencarian pengobatan yang dilakukan oleh wanita infertil lebih condong bersifat bukan medis/tradisional. Hal ini berkaitan dengan kurangnya dukungan suami untuk terlibat dalam upaya pencarian pengobatan. Kesimpulan yang diperoleh adalah tentang pentingnya dukungan suami dalam memotivasi wanita infertil untuk melakukan upaya pencarian pengobatan. Saran yang diberikan adalah perlunya konseling infertilitas bagi pasangan infertil dan pemberdayaan pengobatan tradisional oleh wanita infertil.

This research is base on stereotype about role of woman as married adult who has a child. About 10% of married couples in Indonesia doesn't have child. They are called infertile couple or who has infertility problem. The infertility is condition where married woman doesn?t have pregnancy including 12 months during her married periods within do coitus routinely. The cause of infertility is varied. The infertility made a married woman appreciate some psychological feeling about her problem, so that can be a stressor for her.
Method of this research is qualitative, because of the essential research problem is sensitive and wants a accurate and in-depth data. The informants are married women, with married age at least 12 months, high school education minimal, Childless. The research location is in Cilegon.
The results of research are known frustration, because of physical and social barriers, conflicts and stress. The informants appreciated varied meaning of child for them. The role of social support from informants? husbands is very important, because that can motivate them to do coping effectively. There are many coping strategy; problem-focused coping and emotion focused coping that do by informants. The low of social support from their husbands made them do traditional treatments, that no husband participants. The infertility counseling and the improvement traditional medicine is propose to help infertility couple to solve their problems.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartiwa Hadi Nuryanto
"Tujuan
Mengetahui berapa besar hubungan (sensitivitas dan spesifisitas) antara keluhan dan temuan objektif, baik secara klinis dan sitologi vagina, pada wanita pasca menopause dengan vaginitis atrofi.
Tempat
Poliklinik ginekologi, laboratorium sitologi dan subbagian sitopatologi bagian obstetri dan ginekologi Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Dr. Ciptomangunkusumo, Jakarta.
Bahan Dan Cara Kerja
Wanita pasca menopause yang datang ke poliklinik ginekologi diminta kesediaannya untuk mengikuti penelitian ini. Anamnesis dilakukan sesuai dengan lampiran 1 (status penelitian), dilanjutkan sesuai dengan lampiran II (panduan pertanyaan untuk mengetahui adanya keluhan vaginitis atrofi) dan pemeriksaan klinis vagina sesuai dengan lampiran III ( panduan pertanyaan untuk mengetahui adanya gejala klinis vaginitis atrofi ). Kemudian dilakukan pemeriksaan pH vagina dengan menggunakan kertas lakmus dan pengambilan apusan vagina ( diwarnai dengan pewarnaam Papaniculaou ) untuk penilaian maturasi set. Pengukuran maturasi set selain oleh peneliti, dilakukan juga oleh seorang ahli sebagai konfirrnasi untuk menjaga objektifitas pengukuran. Bila dari penilaian indeks maturasi didapatkan efek estrogen rendah, maka sampel dinyatakan sebagai vaginitis atrofi dan akan dianalisis selanjutnya.
Hasil
Penelitian ini berlangsung dari bulan Januari 2005 sampai dengan Desember 2005 di poliklinik ginekologi, laboratorium sitologi dan subbagian sitopatologi bagian obstetri dan ginekologi Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Dr. Ciptomangunkusumo, Jakarta. Didapatkan 38 sampel yang sesuai dengan kriteria penerimaan dan penolakan. Didapatkan bahwa usia peserta penelitian berkisar antara 46 - 64 tahun, dengan rerata usia 55,07 ± 5,67 tahun, dengan usia menopause peserta penelitian berkisar antara 42 - 57 tahun, dengan rerata usia 49,5 ± 4,73 tahun dengan lama menopause peserta penelitian berkisar antara 1 - 18 tahun, dengan rerata lama menopause 7,42 ± 5,41 tahun. Dari ke 5 keluhan yang ditanyakan pads peserta penelitian, hal yang terbanyak dikeluhkan adalah rasa keying ( n=4, 10.5% ), diikuti oleh dispareunia ( n=3, 7.9%) dan keputihan (n=3, 7.9% ). Sedangkan iritasi dan rasa menekan tidak dikeluhkan. Keadaan vagina yang atrofi ditegakkan berdasarkan dari hasil temuan obyektif berapa sekresi vagina yang berkurang (n=4, 10.5% ), integritas epitel vagina yang berkurang ( n=3, 7.9% ), ketebalan epitel vagina yang berkurang ( n=3, 7.9% ), warna vagina yang pucat ( nom, 10.5% ), dan pH vagina yang basa ( n=31, 81.6% ). Berdasarkan dari temuan-temuan tersebut, pH vagina merupakan temuan obyektif yang paling banyak dibandingkan yang lainnya. Dari temuan-temuan obyektif tersebut, kecuali pH vagina, vaginitis atrofi tidak banyak ditemukan pada peserta penelitian. Dari 38 sampel hanya terdapat 24 sampel yang secara sitologi didiagnasis sebagai vaginitis atrofi ( pemeriksaan sitologi sebagai baku emasnya ). Dari basil uji diagnostik hubungan antara keluhan rasa kering dan vaginitis atrofi dengan n=24 sampel, didapatkan nilai sensitivitas sebesar 16,6% dan nilai spesifisitas sebesar O. Dari hasil uji diagnostik hubungan antara keluhan dispareuni dan vaginitis atrofi dengan n=24 sampel, didapatkan nilai sensitivitas sebesar 12,5% dan nilai spesifisitas sebesar O. Dari hasil uji diagnostik hubungan antara keluhan keputihan dan vaginitis atrofi dengan n=24 sampel, didapatkan nilai sensitivitas sebesar 4,2% dan nilai spesifisitas sebesar 14,2%. Dari hasil uji diagnostik hubungan antara temuan objektif pH vagina yang basa dan vaginitis atrofi dengan n=24 sampel, didapatkan nilai sensitivitas sebesar 100% dan nilai spesifisitas sebesar 50%.
Kesimpulan
Keluhan rasa kering mempunyai nilai sensitivitas sebesar 16,6% dan nilai spesifisitas sebesar O. Keluhan dispareunia mempunyai nilai sensitivitas sebesar 12,5% dan nilai spesifisitas sebesar O. Keluhan keputihan mempunyai nilai sensitivitas sebesar 4,2% dan nilai spesifisitas sebesar 14,2%. Temuan objektif pH vagina yang basa dan vaginitis atrofi mempunyai nilai sensitivitas sebesar 100% dan nilai spesifisitas sebesar 50%.

Objective
To know the relation ( sensitivity and specificity) between symptoms and signs, clinically and by vaginal cytology, of atrophic vagina in post menopausal women.
Venue
Gynecology policlinic, cytology laboratory and cytopathology subdivision of obstetrics and gynecology department, Dr Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta.
Methods and Materials
Post menopausal women who came to the gynaecology policlinic were asked to participate in this study. Anamnesis was performed according to attachment I ( study record ) and followed with attachment II ( questions to elicit the symptoms ) and clinical examimnation according to attachment liI ( questions to elicit the signs ). Vaginal acidity examination and vaginal smear to measure cell maturation ( stained with Papaniculaou) were then performed. Cell maturation was measuerd by the researcher and also by an expert to keep the objectivity of the measurement. If the maturation index showed low-estrogen effect, then sample was diagnosed as atrophic vaginitis and be analyzed afterwards.
Results
The study was performed from January 2005 until December 2005 at the gynecology policlinic, cytology laboratory and cytopathology subdivision of obstetrics and gynecology department, Dr Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta. There were 38 samples that met the inclusion and exclusion criteria?s. The age of the participants were between 46 - 64 years old, with mean age was 55,07 ± 5,67 years. The age of menopause was between 42 - 57 years old, with mean age was 49,5 ± 4,73 years. The length of menopause was between 1 - 18 years, with mean time was 7,42 ± 5,41 years. Out of 5 symptoms asked, dryness was the most complained ( nom, 10.5% ), followed with dyspareunia (n=3, 7.9%) and vaginal discharge ( n=3, 7.9% ). Sense of irritation and throbbing was not complained. Atrophic vaginitis was clinically diagnosed by decreased vaginal secretion ( n=4, 10.5% ), decreased epithelial integrity ( n=3, 7.9% ), pale vaginal surface ( n=4, 10.5%) and alkaline vaginal acidity result ( n=31, 81.6% ). Vaginal acidity was found the most. Out of all the clinical findings, vaginitis atrophic was only found on samples with alkaline vaginal acidity. Out of 38 samples, there were 24 samples which were cytologically diagnosed as atrophic vaginitis. The diagnostic test between dryness and atrophic vaginitis ( n=24 ) revealed that the sensitivity was 16,6% and the specificity was O. The diagnostic test between dyspareuni and atrophic vagina ( n=24 ) revealed that the sensitivity was 4,2% and the specificity was 14,2%. The diagnostic test between alkaline vaginal acidity and atrophic vaginitis ( n=24) revealed that the sensitivity was 100% and the specificity was 50%.
Conclusion
The sensitivity of dryness is 16,6% and the specificity od dryness is 0. The sensitivity of dyspareuni is 12,5% and the specificity andd dyspareuni is 0. The sensitivity of vaginal discharge is 4,2% and the specificity is 14,2%. The sensitivity of alkaline vaginal acidity is 100% and the specificity of alkaline vaginal acidity is 50%.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>