Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160847 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Areza Riandra Soenggono
"Topik utama pada penelitian ini adalah motivasi belajar dan memainkan musik jazz pada generasi muda. Kenyataan yang ada scat ini adalah musik jazz dipandang sebagai musik yang rurnit, sulit dinikmati, musik kalangan atas dan merupakan musik orang-orang tua saja. Stereotype ini berkembang karena memang sosialisasi musik jazz di Indonesia hanya terjadi di kalangan-kalangan tertentu saja. Pementasan-pementasan musik jazz kebanyakan hanya dilakukan di Hotel-hotel dan tempat-tempat eksklusif lainnya. Maka tidak heran jika anak-anak muda sedikit sekali yang akrab dengan musik jazz. Musik pop jauh lebih akrab dengan anak muda. Dalam kondisi tersebut, terdapat sebuah komunitas anak muda yang mempelajari dan memainkan musik jazz. Mereka adalah para anak muda yang mengikuti kursus musik di Lembaga Pendidikan Musik Farabi. Atas dasar fenomena inilah maka timbul pertanyaan dalam penelitian ini "Motivasi apakah yang melatarbelakangi generasi muda untuk memilih musik jazz sebagai musik pilihan mereka untuk dipelajari dan dimainkan? " dan " Faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap pemilihan musik jazz sebagai media mengekspresikan diri?" Obyek penelitian adalah para anak muda yang belajar dan memainkan musik jazz di LPM Farabi. Mereka mempunyai beragam latar belakang kehidupan yang berbeda-beda, baik yang berhubungan dengan musik maupun tidak. Hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung membentuk dorongan dan hasrat yang berbeda-beda pula dalam melatarbelakangi pilihan mereka belajar dan bermain musik jazz. Hal tersebutlah yang digali dalam penelitian ini dengan metode pendekatan kualitatif, untuk mendeskripsikan pengalaman-pengalaman hidup mereka terutama dalam hal bermusik yang pada akhirnya membentuk motivasi untuk belajar dan bermain musik jazz. Teknik-teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara mendalam, studi kepustakaan dan melakukan pengamatan terlibat dengan menjadi siswa LPM Farabi. Ternyata motivasi Mama yang mendorong generasi muda untuk mempelajari dan memainkan musik jazz adalah karena mereka ingin menjadi musisi yang lengkap, dan mereka memperoleh pengetahuan dan kesadaran dari para instruktur di LPM Farabi bahwa untuk menjadi musisi yang lengkap harus dimulai dengan menguasai musik jazz."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S4288
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Miftahul Jannah
"Jazz sebagai suatu jenis musik tidak hanya menarik untuk dinikmati, karena pada musik jazz kita tidak nya memperoleh musik yang baik, tetapi juga musik yang memiliki kreativitas tinggi. Seperti halnya jazz, konsep inovasi berhubungan dengan kreativitas dan invention. Inovasi adalah perubahan
,,etahuan menjadi uang, ilmu pengetahuan adalah konversi uang menjadi pengetahuan. Apabila kedua konsep ini,jazz dan inovasi digabungkan, kita akan memiliki suatu konsep baru yang disebut sebagai the jazz of Innovation. Dalam lingkungan yang kompleks dan senantiasa berubah, suatu organisasi harus melakukan pembelajaran. The Jazz of Innovation mengajarkan kepada kita bagaimana suatu organisasi"
2009
TA-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fifi F. Embut
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1989
S2137
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juli K. Adi
"Penelitian ini bermula dari kekhawatiran para pendidik mengenai pengaruh negatif kegiatan luar sekolah terhadap prestasi belajar di sekolah. Tujuan. penelitian dipusatkan untuk melihat perbedaan prestasi belajar di sekolah dan kreativitas antara siswa yang Ikut kursus musik dan yang tidak kursus musik di SD kelas VI. Setelah dibahas mengenai teori-teori perkembangan kreativitas pada anak dan peranannya dalam pendidikan, fungsi belahan otak, peranan musik dalam pendidikan anak, konsep berpikir kreatif dalam musik, kekhususan belahan otak dengan aspek melodi, hubungan musik dengan kemampuan ruang dan verbal, maka dapat diajukan 6 hipotesa. Hipotesa-hipotesa ini diuji secara statistik menggunakan data yang diperoleh dari 52 siswa sebagai sampel. Keterbatasan jumlah sampel disebabkan terbatasnya jumlah siswa kelas VI yang ikut kursus musik. Data diolah dengan menggunakan perhitungan analisa kovarians dan korelasi parsial. Tiga dari hipotesahipotesa tersebut diterima. Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar dan kreativitas verbal siswa-siswa yang ikut kursus musik lebih tinggi dibanding dengan siswa-siswa yang tidak ikut kursus musik. Namun demikian perbedaan ini tidak berarti disebabkan oleh keikutsertaan kursus musik, sebab dari hasil perhitungan korelasi lama kursus dengan ke dua variabel tersebut ternyata tidak menunjukkan adanya hubungan. Tesis ini ditutup dengan saran-saran praktis bagi pendidik dan orang tua maupun kepada peneliti lain yang berminat meneruskan penelitian sejenis ini."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1989
T22
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Padang Mursalin
"ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji penerapan model evaluasi Kirkpatrick pada Lembaga
Pendidikan Musik Perguruan Cikini. Permasalahan umum pada penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana hasil evaluasi terhadap LPM Perguruan
Cikini dengan menggunakan model evaluasi Kirkpatrick. Secara lebih khusus,
penelitian ini bertujuan mengetahui reaksi yang dimiliki pihak-pihak yang terlibat
dalam program pendidikan LPM Perguruan Cikini terhadap materi program
pendidikan biola, pengajar, cara penyampaian, fasilitas, jadwal, proses
pembelajaran yang terjadi, dan penerapan tingkah laku hasil pembelajaran
dalam lingkungan kerja.
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data wawancara dengan
jumlah subjek sebanyak enam orang. Subjek terdiri dari siswa, pengajar dan
Kepala Sekolah LPM Perguruan Cikini. Metode analisis data dalam penelitian
ini menggunakan teknik analisis data dengan pendekatan kualitatif. Penelitian
ini memilih subjek penelitian melalui prosedur accidental sampling.
Hasil penelitian menyimpulkan: (1) pelaksanaan kurikulum di LPM Perguruan
Cikini tidak berjalan dengan baik karena pelaksanaan yang dilakukan tidak
sejalan dengan perencanaan; (2) mayoritas subjek tidak memiliki respon positf
tSrhadap program yang dimiliki LPM Perguruan Cikini; (3) kemampuan pengajar
masih belum memadai; (4) LPM Perguruan Cikini tidak memiliki cara
penyampaian yang baku; (5) materi LPM Perguruan Cikini masih membutuhkan
masukan-masukan baru (6) ada masalah komunikasi antar pihak-pihak terkait;
(7) fasilitas pendukung masih belum mencukupi; (8) lama waktu belajar dan
latihan konser sudah mencukupi."
2004
S3476
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Tarida S.
"Musisi adalah orang yang mencipta, memimpin, atau menampilkan musik (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989; (\v\vw.wikipedia.org). Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa menjadi seorang musisi perlu memiliki keterampilan bermusik. Keterampilan bermusik tidak hanya diperoleh karena bakat musik, tetapi juga diperoleh karena pengalaman, tugas, motivasi, dan proses belajar yang mendukung (Sloboda, 1994b). Perbedaan suatu keterampilan bermusik itu dapat dilihat dari peforma musik, seperti performa musik pada musisi klasik dan musisi jazz. Perbedaan yang mendasar dari kedua musisi itu adalah improvisasi, yaitu penuangan ide atau mood yang terjadi secara spontan. Musisi klasik dituntut untuk memainkan partitur komposisi secara tepat dan akurat. Ekspresi musik dituangkan melalui improvisasi berupa interpretasi dari komposisi itu harus terpaku pada notasi musik. Sedangkan musisi jazz diharapkan melakukan improvisasi untuk mengembangkan kreativitas dan keterampilan teknik musik (Reimann, 2003). Hal ini menimbulkan ketertarikan bagi penulis untuk melakukan penelitian mengenai gambaran respon musik terhadap rangkaian melodi pada musisi piano klasik dan musisi piano jazz. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui metoda wawancara dan observasi terhadap tujuh subjek penelitian yang terdiri dari tiga musisi piano klasik dan tiga musisi piano jazz. Pedoman wawancara dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan berdasarkan teori respon musik yang dikemukakan oleh Copland (1955), Wingell (1983), dan Denecke (1997) yang terdiri dari respon fisik (respon yang berhubungan dengan gerak tubuh), respon musik tingkat sensori atau respon afektif (respon yang berhubungan dengan perasaan yang muncul pertama kali tanpa berpikir), respon musik tingkat asosiatif (respon musik yang berhubungan dengan imajinasi, memori, dan pengalaman masa lalu), respon musik tingkat ekspresif (respon musik yang berhubungan dengan kekuatan ekspresif atau makna dari musik), respon musik tingkat musikal (respon musik yang berhubungan dengan kesadaran terhadap musik dan yang terjadi di dalam musik itu sendiri). Respon musik yang akan dilihat adalah respon musik ketika mendengarkan rangkaian melodi dan respon musik ketika menampilkan performa musik. Selain itu, penelitian ini juga hendak melihat performa musik yang ditampilkan oleh musisi klasik dan musisi Jazz. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah musisi klasik dan musisi jazz memiliki persamaan dalam memberikan respon fisik dan respon musik tingkat sensori atau respon afektif. Persamaan ini diungkapkan oleh masingmasing musisi mengenai hal-hal yang mereka rasakan yang berhubungan dengan kedua respon musik tersebut ketika mendengarkan rangkaian melodi dan ketika menampilkan performa musik dari rangkaian melodi. Selain itu, hasil lain yang ditemukan adalah musisi klasik dan musisi jazz memiliki perbedaan dalam memberikan respon musik tingkat asosiatif, respon musik tingkat ekspresif, dan respon musik tingkat musikal. Ketiga respon musik ini adalah respon musik yang sudah memiliki tingkat lebih tinggi dari dua respon musik sebelumnya, karena tidak hanya sekedar menikmati musik saja. Hal ini menunjukkan bahwa musisi klasik memiliki imajinasi, ekspresi, dan pengamatan terhadap musik yang berbeda dengan musisi jazz sehingga tidak mengherankan mereka memiliki gaya performa musik yang berbeda. Untuk penelitian lanjutan, disarankan agar observasi dilakukan dengan menggunakan alat bantu seperti kamera-video. Selain itu, untuk penelitian lanjutan dapat dilakukan penelitian persepsi musik pada musisi yang memiliki keahlian bermain instrumen musik lain. Saran praktis dari penelitian ini adalah sebaiknya dikembangkan pengajaran musik mengenai kemampuan mendengarkan musik dan memberikan respon musik yang dapat membantu peserta didik untuk lebih memiliki tingkat musikalitas yang baik."
2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Muhammad Mulyadi
"Musik Pop, jazz, dan rock berkembang di Indonesia setelah kebijakan antikebudayaan Barat tidak lagi diterapkan di Indonesia. Sebagai musik yang berakar dari Barat, ketiga jenis musik itu tidak hanya tumbuh sebagai suatu ekspresi kesenian, musik telah tumbuh pula sebagai suatu industri. Ada beberapa kelompok yang terlibat dalam proses penciptaan musik sebagai industri, antara lain pencipta lagu, musisi, penyanyi, produser, dan promotor pementasan.
Kelompok yang terlibat dalam penciptaan suatu karya musik saling berinteraksi satu dengan lainnya sehingga terwujud suatu karya musik. Selain itu mereka juga berinteraksi dengan situasi politik, ekonomi, dan teknologi. Interaksi itu membentuk poly industri musik yang ditentukan oleh suatu kekuatan tertentu."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T4858
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Heryatni
"ABSTRAK
Musik menipakan suatu karya seni yang dapat dinikmati oleh siapa saja, kapan saja
dan dimana saja. Musik menimbulkan respons pada pendengamya. Respons terhadap
musik berdasarkan domain afektif dan estetis terdiri dari tiga tahap, yaitu respons
emosional, respons berdasarkan preferensi, dan respons berdasarkan selera musik.
Ketiga respons ini tidak dapat saling dipisahkan, melainkan merupakan suatu proses
yang berkelanjutan, yang sejalan dengan proses intemalisasi dari Krathwohl, Bloom,
dan Masia (dalam Abeles dan Chung, 1996). Beberapa peneliti mengatakan bahwa
pendengar memilih untuk mendengar musik tertentu karena memiliki karakteristik
kepribadian tertentu. Hal ini menimbulkan ketertarikan untuk dilakukannya penelitian
yang menggambarkan kepribadian dari penikmat musik. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui ciri khas kepribadian pada individu yang menyukai musik klasik,
jazz, dan dangdut.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, dengan membuat daftar
pertanyaan berdasarkan teori respons terhadap musik dari Abeles dan Chung (1996)
dan kepribadian dari Allport (1961). Selanjutnya dilakukan wawancara terhadap 2
orang penikmat musik klasik, 2 orang penikmat musik Jazz, dan 2 orang penikmat
musik dangdut. Dari hasil wawancara didapat gambaran mengenai respons terhadap
musik dan gambaran kepribadian dari setiap subyek. Kemudian dilakukan
perbandingan dari keenam subyek untuk dibuat kesimpulan.
Saran yang diberikan adalah untuk mengembangkan penelitian ini lebih lanjut pada
subyek dengan seleia musik selain musik klasik. Jazz, dan dangdut. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran kepribadian dari penikmat jenis musik
selain yang dipaparkan dalam penelitian ini."
2004
S2812
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian Rahmat Purwanto
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana serangkaian proses yang dialami oleh beberapa musisi jazz, dari mereka kecil hingga dewasa, proses ini kemudian membuat sebuah karakter tersendiri yang dimiliki oleh musisi tersebut, yakni, sebuah karakter yang dikatakan oleh orang-orang sebagai "jazzy people", atau orang-orang yang bermain musik dengan nge-jazz. Dalam menjelaskan serangkain proses tersebut, penelitian ini membahas profil masing-masing informan (musisi jazz) dengan rinci. Data diperoleh dari kegiatan sehari-hari informan, yang diceritakannya kembali kepada peneliti.
Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu sekitar satu setengah tahun, dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam terhadap para informan, dan melakukan kegiatan sehari-hari bersama mereka (participant observation). Beberapa proses yang dialami setiap musisi ini kemudian menjadi data yang akhirnya diolah dan dianalisa, dan menghasilkan kesimpulan, yakni masing-masing musisi mengalami pola penanaman kebudayaan yang berbeda yang berpengaruh terhadap musik mereka, yang akhirnya menjadikan mereka musisi jazz. Pola-pola penanaman kebudayaan yang ditemukan dari penelitian ini antara lain adalah, pola pengenalan musik sejak dini oleh keluarga si musisi, juga karena faktor lingkungan dimana dia berada, dan pola penanaman kebudayaan yang terjadi karena adanya kesempatan dan keseriusan dalam diri musisi jazz tersebut.
Berdasarkan penelitian ini, disimpulkan bahwa seseorang yang menjadi musisi jazz itu melewati beberapa proses panjang dalam kehidupan mereka. Tidak bisa dikatakan bahwa musisi itu bisa menjadi seorang yang "jazzy" hanya karena faktor keluarga saja, tetapi juga karena faktor-faktor lain, yang diantaranya adalah institusi formal, dan lingkungan.

This study aimed to see how a series of processes experienced by some jazz musicians, from their early years into adulthood, where this process later create a character that is owned by the musician, that is, a character called by people as "jazzy people", or people who play jazz music. In explaining the series of processes, this research discusses the profile of each informant (jazz musicians) in detail. The data was obtained from the daily activities of informants that were shared to the researcher.
The research was conducted within a period of about one and a half years, and to collect the data, the researcher used in-depth interviews with informants and also performs daily activities with them. The processes experienced by each musician was later was used as the data that eventually was processed and analyzed, and lead to the conclusion that each musician experienced different pattern of enculturation, which influenced (affected) their music, and in the end made them become jazz musician. Enculturation patterns found in this research include introducing music to the musician from their early childhood by their family, influence by their environment, and the opportunity and seriousness of the jazz musicians themselves.
Based on this research, it was concluded that, a jazz musician went through long and different processes in their lives. We can not say that a musician could become a 'jazzy' only because of family factor, but also, the existence of other factors such as the formal institution, and environment.
"
2010
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maryam Rudyanto
"Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara berpikir kreatif dalam musik dengan keberhasilan pendidikan musik, inteligensi dan kreativitas pada murid-murid Sekolah Musik Yayasan Musik Indonesia (YMI). Pada pendidikan di Sekolah Musik, hubungan antara kreativitas dan prestasi musik sangat erat. Tinggi/rendahnya kreativitas musik akan mempengaruhi prestasi murid. Kreativitas musik adalah kemampuan berpikir kreatif dalam musik yang tercermin dalam aspek 'musical flexibility', 'musical originality', 'musical syntax' dan 'musicalextensiveness'. Sedangkan prestasi musik adalah nilai yang diperoleh siswa atas dasar penilaian guru terhadap les murid sehari-hari. Penilaian itu mencakup 'hearing', 'sight reading', `improvisasi`, 'aransemen' dan 'performance'.
Subyek penelitian adalah murid-murid Sekolah Musik YMI yang telah mengikuti pendidikan musik kira-kira dua tahun dan berusia 10-15 tahun. Alat penelitian yang dipakai adalah alat ukur berpikir kreatif dalam musik ciptaan Webster dari USA. Oleh karena itu alat ini diadaptasi terlebih dahulu untuk penggunaan di Indonesia. Alat tersebut diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia lalu di uji coba apakah dimengerti dan sesuai dengan budaya anak-anak Indonesia. Selain itu dicari keterandalan dan kesahihannya. Alat penelitian lain yang dipakai adalah CFIT (Culture Fair Intelligence Test) skala 2 bentuk A, tes kreativitas verbal paralel I dan tes kreativitas figural. Ketiga tes ini dipakai dalam rangka melihat hubungan antara berpikir kreatif dalam musik dengan inteligensi dan kreativitas umum.
Hasil penelitian menunjukkan :
  1. Korelasi antara skor berpikir kreatif dalam musik yang tercermin dalam skor 'musical flexibility' (MF), 'musical originality' (MO), 'musical syntax' (MS) dan murid Sekolah Musik YMI tergolong tinggi.(=.63355).
  2. Korelasi MF, MO, MS, ME sebagai satu tes keseluruhan terhadap tes inteligensi (CFIT) dimana efek usia dikontrol adalah kecil (=.21587) dan tidak signifi - kan.
  3. Korelasi MF,MC,MS,ME sebagai satu tes keseluruhan terhadap tes kreativitas verbal (TKV) dimana efek usia dikontrol menjadi kecil (=.05855) dan tidak signifikan.
  4. Korelasi MF, MO, MS, ME sebagai satu tes keseluruhan terhadap tes kreativitas figural (TKF) dimana efek usia dikontrol adalah sangat kecil (=.03251) dan tidak signifikan.
Penulis menyarankan untuk meninjau kembali dan mempersingkat sistem tes berpikir kreatif dalam musik meneliti pengaruh atau mengontrol faktor pribadi, motivasi dan lingkungan. Selain itu mengkaitkan dengan tujuan khusus para musisi seperti 'music composition', musical extensiveness' (ME) dengan prestasi musik 'music performance' dan 'music analysis'. Saran lain menyangkut jumlah subyek penelitian, usia subyek penelitian, variasi jenis pendidikan musik yang ditempuh murid dan lokasi pelaksanaan penelitian."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>