Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180362 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marisya Pratiwi
2009
S3601
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Rizki Maulia
"ABSTRAK
Seiring dengan adanya persaingan dalam bidang pendidikan baik secara nasional
maupun internasional antara Perguruan Tinggi, maka perguruan tinggi negeri dituntut
untuk lebih berbenah diri agar dapat meningkatkan kualitasnya. Peningkatan kualitas ini
juga mencakup peningkatan kualitas mahasiswanya. Mahasiswa tidak hanya diharapkan
dapat lulus tepat waktu, tapi juga dapat meraih prestasi yang maksimal.
Dweck (dalam Snyder, 2002) menegaskan bahwa keberhasilan siswa di kelas
tidak hanya ditentukan oleh faktor kecerdasan dan kemampuan. Salah satu faktor penting
yang dapat mempengaruhi prestasi siswa adalah motivasinya dalam meraih hasil yang
maksimal dalam bidang akademis.
Dahulu diyakini bahwa kesuksesan siswa di kelas bergantung pada Intelligence
Quotient dan Emotional Quotient yang dimiliki siswa, namun hal tersebut tidak terbukti.
Paul G. Stoltz (1997) mencoba menjembatani antara konsep kedua konsep ini dengan
menciptakan konsep Adversity Quotient yaitu suatu ukuran untuk mengetahui respons
manusia terhadap kesulitan. Adversity Quotient (AO) diajukan sebagai prediktor global
terhadap kesuksesan antara lain sebagai prediktor dari motivasi. Dalam penelitian ini
Adversity Quotient akan diuji apakah benar memiliki hubungan dengan motivasi yang
salah satu bentuknya adalah motivasi berprestasi dalam bidang akademis.
Penelitian ini berusaha untuk. lebih mengembangkan penelitian mengenai
Adversity Quotient dan motivasi berprestasi dengan sampel warga Indonesia, khususnya
mahasiswa. Dengan demikian diharapkan penelitian ini dapat dimanfaatkan khususnya
oleh bangsa Indonesia. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel mahasiswa
Universitas Indonesia angkatan 2001, 2002, 2003 yang mengikuti program SI reguler.
Peneliti juga akan mencoba melihat apakah ada perbedaan pada mahasiswa yang
berasal dari Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jadebotabek) dengan yang
berasal dari luar Jadebotabek dalam hal Adversity Quotient dan motivasi berprestasi
akademis. Dugaan akan adanya perbedaan muncul karena adanya asumsi bahwa
mahasiswa yang berasal dari daerah lain mengalami krisis yang lebih berat dibandingkan dengan mahasiswa yang berasal dari kota/daerah dimana universitas itu berdiri, antara
lain berupa tekanan akulturasi yang disebabkan oleh perbedaan kebudayaan dengan
lingkungannya yang baru dan sebagainya.
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan sampel sebesar 87 orang, 60 orang
berasal dari Jadebotabek dan 27 orang berasal dari luar Jadebotabek. Alat ukur Adversity
Quotient dan motivasi berprestasi yang digunakan dibuat sendiri oleh peneliti. Kedua alat
ukur ini berbentuk skala tipe Likert. Alat ukur Adversity Quotient terdiri dari dimensi
Control, Ownership, Reach, Endurance dan alat ukur motivasi berprestasi akademis
terdiri dari dimensi Risiko Pemilihan Tugas, Kebutuhan akan Umpan Balik, Tanggung
Jawab, Ketekunan, Kreatif/Inovatif, dan Keinginan untuk Unggul.
Ternyata motivasi berprestasi akademis tidak hanya dipengaruhi oleh Adversity
Quotient maka faktor-faktor lain yang memiliki pengaruh terhadap motivasi berprestasi
akademis juga dianggap sebagai variabel bebas/independent variable (IV). Faktor-faktor
lain ini diperoleh melalui data kontrol. Dengan demikian hubungan antara Adversity
Quotient juga IV-IV lainnya (jenis kelamin, angkatan, fakultas, jenis ilmu yang ditekuni
di fakultas, asal SMU, jalur masuk UI, pilihan fakultas dalam UMPTN/SPMB, urutan
kelahiran, jumlah anak dalam keluarga, pendidikan terakhir ayah, pendidikan terakhir ibu,
pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, tempat tinggal keluarga, saat ini tinggal bersama siapa,
dan keikutsertaan di seminar/pelatihan motivasi) dengan motivasi berprestasi akademis
diuji melalui perhitungan statistik Multiple Regression. Dari hasil penelitian terhadap
sampel tidak ditemukan adanya hubungan antara Adversity Quotient dengan motivasi
berprestasi akademis. Juga tidak ada perbedaan pada mahasiswa yang berasal dari
Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jadebotabek) dengan yang berasal dari
luar Jadebotabek dalam hal Adversity Quotient dan motivasi berprestasi akademis. Untuk
IV lainnya seperti di atas juga tidak ditemukan adanya hubungan dengan motivasi
berprestasi akademis. Walaupun dari hasil perhitungan didapatkan besarnya peran dari
tiap IV terhadap motivasi berprestasi akademis, namun ternyata tidak signifikan pada
level of significance 0,01 dan level of significance 0,05 sehingga probabilitanya lebih
kecil daripada probabilita yang diharapkan.
Beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab terjadi hal tersebut, antara lain
adalah :
Skor Adversity Quotient dan motivasi berprestasi pada sampel penelitian kurang
bervariasi.
Sampel kurang representatif.
Ada faktor lain diluar IV-IV yang diperhitungkan yang lebih besar pengaruhnya
terhadap DV"
2004
S3327
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustinus
"ABSTRAK
Berbagai faktor dapat menjadi sumber stres seorang mahasiswa. Mahasiswa
yang berasal dari daerah memiliki lingkungan budaya yang berbeda dan mereka
dituntut untuk berusaha menyesuaikan diri secara efektif terhadap lingkungan
dan kondisi baru. Selain itu sebagai mahasiswa tahun pertama, mereka berada
dalam usia yang sudah memasuki masa dewasa-awal dan sedang dalam periode
transisi dari masa remajanya memasuki masa dewasa. Bagi mereka yang
kemampuan penyesuaian dirinya rendah, kondisi-kondisi semacam ini bisa
menjadi sumber stres bagi mereka.
Tujuan penelitian ini ialah untuk menemukan apa saja yang dinilai sebagai
stresor oleh mahasiswa UI angkatan ?96 yang berasal dari daerah dan melihat
bagaimana peringkat stresor-stresor tersebut secara keseluruhan serta
perbedaannya antara mahasiswa pria dan wanita. Penelitian ini merupakan jenis
penelitan deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan memakai
alat ukur berupa kuesioner.
Stresor-stresor utama yang dirasakan oleh mahasiswa, pria dan wanita,
merupakan masalah akademis. Peringkat I ialuh takut mendapat IP jelek, peringkat
II takut terhadap ancaman DO. Stresor-stresor yang dinilai paling tidak
menimbulkan stres (peringkat terbawah) bagi mereka ialah ?penyesuaian diri
terhadap cuaca di Depok? dan ?merasa takut tingal di perantauan'. Secara
keseluruhan, dengan melihat hasil perhitungan t-test nilai rata-rata total, stres
yang dirasakan oleh pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan. Hasil
perhitungan statistik masing-masing stresor antara pria dan wanita
memperlihatkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada stresor ?materi
pelajaran berbeda dengan pelajaran SMA?, ?waktu belajar tersita untuk bermain?
dan ?merasa kesepian di tempat tinggalnya sekarang'.
Penelitian lanjutan diperlukan untuk Iebih mendalami proses timbulnya
stres, khususnya mengapa kondisi-kondisi tertentu dinilai sebagai stresor dan
kondisi-kondisi lain tidak. Berkaitan dengan itu, bisa diteliti lebih jauh lagi faktor-
faktor kepribadian apa yang berperan dalam proses penilaian sires. Untuk itu,
sebaiknya dilakukan penelitian dengan metode pengambilan data berupa
wawancara mendalam atau penelitian yang bersifat kualitatif."
1997
S2948
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Amatul Firdausa Nasa
"Keyakinan memengaruhi pemahaman dan reaksi keluarga terhadap kesulitan yang dihadapi dan kemampuan mereka untuk mengatasinya (Patterson, 2002). Salah satu keyakinan yang ada dalam keluarga adalah optimisme (Warter, 2009). Menurut Taylor dkk (2010), optimisme merupakan sumber psikologis bagi keluarga dalam menghadapi kesulitan, terutama keluarga yang menghadapi kemiskinan. Optimisme dipandang sebagai karakteristik yang dapat meningkatkan fungsi resiliensi (Taylor dkk, 2010). Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara resiliensi keluarga dan optimisme pada mahasiswa yang berasal dari keluarga miskin. Penelitian ini melibatkan sebanyak 247 mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi dengan mengisi kuesioner resiliensi keluarga dan optimisme. Resiliensi keluarga diukur dengan menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Walsh (2012) yaitu Walsh Family Resiliensce-Questionnaire (WFRQ). Sedangkan optimisme diukur dengan menggunakan alat ukur Life Orientation Test-Revised (LOT-R) yang dikembangkan oleh Scheier, Carver dan Bridges (1994). Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiliensi keluarga dan optimisme mempunyai korelasi positif yang signifikan (r = 0.331, p = 0.000). Selain itu, melalui hasil analisis tambahan juga ditemukan perbedaan mean resiliensi keluarga yang signifikan pada struktur keluarga (orangtua lengkap dan orangtua tunggal) dan juga perbedaan mean optimisme yang signifikan pada aspek pekerjaan ibu.

Belief are thougt to impact how family understands and respond to exposure the risk of adversity and ability to protect themselves (Patterson, 2002). Optimism is one of belief in family (Warter, 2009). According to Taylor et al (2010), optimism is a psychological resource for families faced adversity, especially families living in poverty. Optimism is a characteristic that may promote resilient functioning (Taylor dkk, 2010). This research was conducted to investigate the correlation between family resilience and optimism among college students from families living in poverty. This study involved 247 Bidikmisi scholarship students by filling out the questionnaire family resilience and optimism. Family resilience was measured by Walsh Family Resilience-Questionnaire (WFRQ) constructed by Walsh (2012). While optimism was measured by Life Orientation Test-Revised (LOT-R) constructed by Scheier, Carver and Bridges (1994). The results showed that family resilience and optimism has a significant positive correlation (r = 0.331, p = 0.000). In addition, through the results of additional analysis also found that were significant mean differences of family resilience on family structure (two parents and single parents) and also significant mean differences of optimism on maternal occupation aspect."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wenny Wandasari
"Penelitian ini dirancang untuk mengetahui hubungan antara resiliensi keluarga dan family sense of coherence pada mahasiswa yang berasal dari keluarga miskin serta sumbangan komponen family sense of coherence terhadap resiliensi keluarga. Resiliensi keluarga diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Walsh (2012). Family Sense of coherence diukur dengan rnenggunakan instrumen yang dikembangkan Antonovsky dan Sourani (1988). Partisipan penelitian adalah 238 mahasiswa yang berasal dari keluarga miskin.
Hasil penelitian menunjukkan korelasi positif dan signifikan antara resiliensi keluarga dan family sense of coherence (r = 0,621, p < 0.01). Komponen comprehensibility pada family sense of coherence memberi sumbangan paling besar terhadap resiliensi keluarga. Di samping itu, dari hasil analisis tambahan diperoleh bahwa resiliensi keluarga dipengaruhi oleh struktur keluarga.

This study was designed to investigate correlation between family resilience and family sense of coherence among college students from poor families and also the contribution of family sense of coherence?s components to family resilience. Family resilience was measured by Walsh?s family resilience instrument (2012) and family sense of coherence was measured by Antonovsky and Sourani's instrument (1988). A sample of 238 college students from poor families
participated in this study.
The results show positive and significant correlation between family resilience and family sense of coherence (r = 0,621, p < 0,01). Comprehensibility is the family sense of coherence?s component contributes the most to family resilience. Furthermore, family resilience was influenced by family structure.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Act No. 22 year of 1999 and Act No. 32 year of 2004 have given full authority on local government officer at level of province,regency and town to run and manage the local government affairss autonomoustly except for four things as defence,foreign,affairs,monetary policy,and fiscal policy...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Undang-undang No. 22 tahun 1999 dan No. 32 tahun 2004 telah memberikan kewenangan penuh kepada pemerintahan provinsi dan kabupaten atau kota untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku kecuali empat hal yaitu pertahanan, politik luar negri, kebijakan moneter, dan kebijakan fiskal..."
JBB 2 (2011) (2)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Herlina Kurniasih
"Berdasarkan data yang dikemukakan, persentase putus kuliah mahasiswa Papua dan Papua Barat sebesar 7%. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan angka presentase putus kuliah nasional, yaitu sebesar 3%. Untuk dapat menyelesaikan perkuliahan dengan baik, mahasiswa Papua memerlukan adaptabilitas karier yang tinggi. Mahasiswa Papua dengan adaptabilitas karier yang tinggi memiliki sumberdaya untuk dapat bertanggung jawab serta beradaptasi di lingkungan perguruan tinggi. Adaptabilitas karier dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti core self-evaluations dan perceived peer support. Tujuan dari penelitian ini yaitu ingin mengetahui ada atau tidaknya peran perceived peer support sebagai moderator dalam hubungan antara core self-evaluations dan adaptabilitas karier. Partisipan terdiri dari mahasiswa Papua (N=176) yang aktif menjalankan perkuliahannya sejak tahun 2011-2020. Hasil analisis moderasi menggunakan Hayes Process menunjukkan bahwa perceived peer support secara signifikan memoderasi hubungan antara core self-evaluations dan adaptabilitas karier (t=2.06, p<0.05). Pada penelitian ini, adanya peran perceived peer support sebagai moderator dipengaruhi oleh karakter budaya kolektivis yang dimiliki oleh mahasiswa Papua. Pada budaya ini, individu cenderung menghubungkan tingkat dukungan sosial yang dimiliki dengan penilaian dirinya. Hasil penelitian ini memberikan informasi mengenai intervensi yang dapat dilakukan agar mahasiswa dapat mengembangkan adaptabilitas kariernya.

Based on data, dropout rate among Papuan university students is 7%. This rate is much higher than national dropout rates. National dropout rate in Indonesia is 3%. To be able to complete their education, Papuan students need career adaptability. Career adaptability is an important resource because Papuan university students who have career adaptability tend to be more responsible and able to adapt in the university environment. There are many factors which influence career adaptability, such as core self-evaluations and perceived peer support. The purpose of this study is to investigate the moderating role of perceived peer support in the relationship between core self- evaluations and career adaptability. Participants were native Papuan active students (N=176) from 2011-2020 of various universities. The result of moderation analysis with Hayes Process shows that perceived peer support significantly moderates the relationship between core self-evaluations and perceived peer support (t=2.06, p<0.05). The role of perceived peer support as moderator of the relationship between core self-evaluations and career adaptability can be attributed to the collectivist culture which Papuan Students have. In collectivist culture, social support is linked with individuals’ evaluations of themselves. These findings provide information about intervention material for university students, so they can develop career adaptability. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S2023
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>