Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160177 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zoest, Aart van
Jakarta: Intermasa, 1990
801.953 ZOE w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Anes Dena Septia
"[ ABSTRAK
Film To Livemerupakan film yang diadaptasi dari novel karya Yu Hua(余华) yang dipublikasikan pada tahun 1992 dengan judul yang sama dengan karya filmnya. Film ini merupakan film garapan dari sutradara generasi kelima yang terkenal bernama Zhang Yimou(张艺谋). Film ini merupakan film yang menceritakan mengenai kehidupan keluarga Xu Fugui(徐富贵)dan usaha mereka untuk bertahan hidup di beberapa dekade sejarah Cina yang dinodai dengan perang, perselisihan internal, bencana alam dan kelaparan, serta kekacauan politik.Sepanjang cerita di dalam film, sosok Mao Zedong (毛泽东)tidak ditampilkan sebagai tokoh dalam film tetapi ditampilkan dalam beragam bentuk seperti foto, lukisan, syair lagu dan dialog.Rumusan masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalahapakah makna dari sosok Mao dalam film To Live. Penulisan ini bertujuan untuk mengkaji makna dari sosok Mao dalam berbagai bentuk yang ditampilkan dalam film To Live. Dalam melakukan penulisan, penulis menggunakan metode analisis deskriptifdengan teori semiotik Peirce.
ABSTRACT To Live is a movie that adopted from Yu Hua?s (余华)novel which is publicated in 1992 with the same title as the movie title. This movie was created by fifth generation director, Zhang Yimou (张艺谋). The movies tell us about Xu Fugui?s family life and how they get hard to survive through decades of wars, internal friction, disaster and starvation, and political madness. In the whole story, Mao Zedong never been showed as a movie?s character but as many object like photo, paint, song lyric, and dialogue. This paper is about to answer on what is the meaning of Mao figure in this To Live movie. This paper have objective to examine the meaning of Mao figure which appear as difference object in To Live movie. In this paper, the film is analyzed using descriptive analysis method with Peirce Semiotic Theory., To Live is a movie that adopted from Yu Hua’s (余华)novel which is publicated in 1992 with the same title as the movie title. This movie was created by fifth generation director, Zhang Yimou (张艺谋). The movies tell us about Xu Fugui’s family life and how they get hard to survive through decades of wars, internal friction, disaster and starvation, and political madness. In the whole story, Mao Zedong never been showed as a movie’s character but as many object like photo, paint, song lyric, and dialogue. This paper is about to answer on what is the meaning of Mao figure in this To Live movie. This paper have objective to examine the meaning of Mao figure which appear as difference object in To Live movie. In this paper, the film is analyzed using descriptive analysis method with Peirce Semiotic Theory.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Rosalina Debbybriela
"[ ABSTRAK
Film merupakan salah satu sarana komunikasi massa untuk menyampaikan pesan melalui simbol-simbol yang muncul di dalam adegan film. Tak sedikit pula film dijadikan sebagai sarana untuk menyampaikan pandangan tentang suatu kondisi masyarakat tertentu pasca terjadinya suatu peristiwa sejarah besar di suatu wilayah. Film Coming Home adalah salah satunya yang menggambarkan kondisi sebuah keluarga yang menjadi korban atas peristiwa Revolusi Kebudayaan di Tiongkok pada tahun 1966-1976 yang masih menyisakan kesedihan walau peristiwa tersebut telah lama dinyatakan selesai. Melalui pendekatan semiotik, penulisan ini bertujuan menganalisis simbol angka lima yang juga muncul di dalam lima adegan film Coming Home sebagai gambaran kondisi suatu keluarga yang masih menjadi korban pasca Revolusi Kebudayaan.
ABSTRACT Film is one of the mediums of mass communication to deliver messages through symbols that appear in a movie scene. Not a few films are made as a medium to deliver the views of a particular community conditions after the occurrence of a major historical event in a region. Coming Home film is one that describes the condition of a family who became victims of the events of the Cultural Revolution in China in 1966-1976 with lingering sadness even though the event has long finished. Through a semiotic approach, this paper aims to analyze the symbol of number five who also appears in five scenes of the Coming Home film as a picture of the condition of a family who are still being killed after the Cultural Revolution.;Film is one of the mediums of mass communication to deliver messages through symbols that appear in a movie scene. Not a few films are made as a medium to deliver the views of a particular community conditions after the occurrence of a major historical event in a region. Coming Home film is one that describes the condition of a family who became victims of the events of the Cultural Revolution in China in 1966-1976 with lingering sadness even though the event has long finished. Through a semiotic approach, this paper aims to analyze the symbol of number five who also appears in five scenes of the Coming Home film as a picture of the condition of a family who are still being killed after the Cultural Revolution., Film is one of the mediums of mass communication to deliver messages through symbols that appear in a movie scene. Not a few films are made as a medium to deliver the views of a particular community conditions after the occurrence of a major historical event in a region. Coming Home film is one that describes the condition of a family who became victims of the events of the Cultural Revolution in China in 1966-1976 with lingering sadness even though the event has long finished. Through a semiotic approach, this paper aims to analyze the symbol of number five who also appears in five scenes of the Coming Home film as a picture of the condition of a family who are still being killed after the Cultural Revolution.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Seha
"Tulisan ini membahas tentang empat cerita rakyat Banten yakni Asal Usul Kampung Jiput, Nyi Parung Kujang, Asal Usul Desa Bojong dan Asal Usul Mandalawangi. Keempat cerita tersebut mengungkap tentang rambut panjang sebagai sumber kelemahan dan kekuatan tokoh perempuan. Kajian deskriptif kualitatif ini menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Simpulan kajian adalah 1) pengungkapan makna denotatif dari rambut panjang tokoh perempuan yaitu rambut panjang berwarna hitam dan dimiliki tokoh perempuan berparas cantikjelita, (2) medan makna konotatifyang terungkap dari keempat tokoh perempuan berambut panjang adalah keberadaan rambut panjang menjadi titik kelemahan pada AUKJ, NPK, dan AUDB. Sementara pada AUM, rambut panjang menjadi kekuatan tokoh perempuan; dan (3) selubung ideologis melalui pemaknaan mitos pada empat cerita mengungkap ideologi patriarki, ibuisme, dan kesetaraan gender."
Serang: Kantor Bahasa Banten, 2023
400 BEBASAN 10:1 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Pappilon Halomoan
"Media massa sebagai regime of looking membentuk penilaian yang didasarkan pada 'yang terlihat'. Hubungan kekuasaan yang terjadi adalah pengaturan tentang bagaimana tubuh harus hadir dan juga dialektika antara tubuh yang hadir dan yang tidak hadir (absence). Konsekuensinya terjadi `normalisasi' dalam representasi. Media massa menentukan siapa yang berada dalam batas `normal' siapa yang kurang normal dan siapa yang melanggar kenormalan. Media massa melakukan kategorisasi terhadap tubuh.
Subjek penelitian ini adalah majalah Kawanku, yang merepresentasikan tubuh dan identitas remaja melalui teks berupa artikel maupun foto-foto di dalamnya. Mitos dan ideologi teks tersebut dibaca dengan menggunakan pendekatan semiotika. Melalui metode semiotika ini, akan diungkapkan identitas ideologis yang dibangun dalam penanda-penanda foto maupun tulisan dan juga ideologi apa yang disampaikan melalui representasi tubuh dalam media tersebut.
Ada tiga bingkai teori yang juga menjadi titik perhatian masalah ini, yakni: (1) Identitas ideologik. Bagian ini berisi uraian tentang praktik mode of address oleh media. Beberapa pendapat Althusser tentang ideologi yang berbentuk ajakan bagi pembaca untuk masuk dalam sistem makna media massa menjelaskan proses ini. (2) Media sebagai name of the father. Mendiskusikan proses pembentukan identitas dalam media massa dengan menggunakan teori psikoanalisis dari Lacan. Bagian ini adalah eksplorasi lebih jauh identitas ideologis. (3)Tafsir tubuh. Berisi gagasan-gagasan Foucault tentang tubuh dan disiplin. Bagaimana bentuk kekuasaan yang terus berubah dalam menangani tubuh. Mulai dari hukuman fisik sampai psikis. Yang utama adalah proses kategorisasi tubuh dalam berbagai bidang.
Kawanku membangun mitos-mitos tentang cantik, remaja, cewek, sehat, yang menuju pada pembentukan ideologi tertentu. Ideologi dengan tujuan naturalisasi makna, penyalahpahaman identitas, dan pembentukan subjek bagi tatanan simbolis majalah tersebut, adalah salah satu bagian dari strategi pengontrolan tubuh. Misrecognition, interpellation dan naturalisation adalah bagian dari strategi pengontrolan dan pendisiplinan terhadap tubuh dan identitas individu. Pengontrolan dan pelatihan membentuk tubuh yang patuh, efisien, efektif dan produktif. Majalah ini mengawasi individu supaya tetap berada dalam bingkai nilai-nilai Kawanku. Penekanan pada suatu bentuk kecantikan tertentu memaksa individu untuk juga membentuk tubuhnya sejalan dengan mitos yang direpresentasikan Kawanku. Dengan pendisiplinan dan pengawasan ini maka roda produksi budaya akan tetap berputar. Tubuh yang sudah siap dan terlatih menjadi komoditi bagi produksi dan konsumsi. Pelatihan dan pengawasan terhadap tubuh yang terus menerus bisa mengantisipasi kekurangan persediaan tubuh. Tubuh menjadi stock dalam proses ini."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T10718
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triatmojo Turangga Jaya Sena
"ABSTRAK Film merupakan salah satu media perkembangan fotografi tingkat tinggi, perkembangannya yang pesat mengubah fungsi film itu sendiri. Film kini tidak lagi menjadi produk industri untuk mendapatkan keuntungan bagi instansi tertentu, melainkan telah menjadi salah satu media untuk menyampaikan pesan atau kritik tersirat terhadap isu-isu budaya yang terjadi pada masa itu. Fungsi film tersebut kemudian digunakan oleh Joseph Goebbels sebagai alat propaganda pada saat NAZI berkuasa. Setelah berakhirnya Perang Dunia II banyak sutradara film yang ingin membuat reka ulang peristiwa holocaust dari berbagai sudut pandang. Namun Aaron Kerner (2011:2) menyatakan film-film yang bertemakan sejarah harus direpresentasikan secara akurat dengan menggunakan pendekatan retorikal yang tersedia pada pemain dan pembuat film, dengan tujuan agar tidak terjadi kritik terhadap film. Quentin Tarantino membuat film berjudul Inglourious Basterds, film dengan cerita sejarah alternatif dengan latar belakang perburuan Yahudi saat Perang Dunia II. Film ini menceritakan perlawanan sekelompok Yahudi bernama The Basterds yang memiliki misi untuk membunuh seluruh anggota Nazi dan menghentikan Perang Dunia II. Selama melakukan rencana itu, film ini memperlihatkan bagaimana cara The Basterds membunuh setiap anggota NAZI yang mereka temui dengan cara yang kejam menggunakan tongkat baseball, menguliti kulit kepalanya, hingga ditembak secara membabi buta dalam satu ruangan. Penelitian ini akan melihat bagaimana kemenangan yang diraih oleh Yahudi dalam fim Inglourious Basterds berdasarkan narasi cerita yang disampaikan dengan cara satir. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis film sebagai teks dengan pendekatan semiotik. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pihak minoritas berupaya menjadi pihak yang berdaya terhadap pihak mayoritas tanpa bantuan pihak eksternal untuk meraih kemenangan.

ABSTRACT
Film is one of the media for the development of high-level photography, its rapid development changes the function of the film itself. Film is now no longer an industrial product to gain profits for certain agencies, but has become one of the media to convey implied messages or criticism of cultural issues that occurred at that time. The function of the film was later used by Joseph Goebbels as a propaganda tool during Nazi rule. After the end of World War II many film directors wanted to re-create the holocaust from various perspectives. But Aaron Kerner (2011: 2) states films with historical themes must be represented accurately by using rhetorical approaches available to players and filmmakers, with the aim of avoiding criticism of the film. Quentin Tarantino made a film called Inglourious Basterds, a film with alternative historical stories against the background of hunting Jews during World War II. The film tells the resistance of a group of Jews named The Basterds who have a mission to kill all Nazi members and stop World War II. During the plan, the film shows how the Basterds killed every NAZI member they met in a cruel way using a baseball bat, skinned his scalp, and shot blindly in one room. This study will look at how the victory achieved by Jews in the Inglourious Basterds program is based on story narratives delivered in a satirical way. The research method used is film analysis as a text with a semiotic approach. Based on this research, it can be concluded that the minority party seeks to be a powerful party towards the majority without the help of external parties to achieve victory.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okke Saleha K. Sumantri Zaimar
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Leony
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas sebuah analisis dari salah satu cerpen yang ditulis oleh Ru Zhijuan dengan judul Baihe Hua dari segi penokohan dan interaksi antar tokoh. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan teknik studi pustaka. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa cerpen Baihe Hua memiliki kelebihan, yakni kuatnya penggambaran tokoh berserta perwatakannya yang seimbang di antara ketiga tokoh utama, kuatnya penggambaran hubungan persahabatan di antara ketiga tokoh yang terjadi secara kebetulan karena situasi perang, serta penggunaan kata Baihe Hua 百合花sebagai judul cerpen yang merupakan unsur penggerak hubungan persahabatan yang digambarkan di dalamnya.

ABSTRACT
The focus of this research is the analysis of characterization and interaction of characters from one of Ru Zhijuan's short stories, Baihe Hua. This research is qualitative literature study. The data were collected by reading many sources from books. The researcher finds out that Baihe Hua has several strengths. One is the description of three characters and equality in their characterizations. Two is the description of their friendship which is occurred in the battlefield. Three is the usage of Baihe Hua 百合花as a title and one of main trigger of their friendship in entire story."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S292
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Afriyanti
"Skripsi ini membahas tentang unsur intrinsik dalam novel Azazil karya Youssef Ziedan. Penulis menganalisis tokoh dan penokohan dalam novel tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode struktural. Metode struktural ini juga menggunakan pendekatan deskriptif dan analitis. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis unsur intrinsik dan penokohan tokoh utama dalam novel Azazil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh utama dalam novel asal Mesir ini yang berprofesi sebagai rahib Kristen memiliki karakter yang berubah-ubah seiring dengan perjalanan dan peristiwa yang terjadi selama hidupnya.

This thesis discusses an intrinsic element in Azazil novel by Youssef Ziedan. The author analyzes the figures and characterizations in the novel. This study is a qualitative studies which is using the structural methods. Structural method also uses descriptive and analytical approach. The purpose of this study is to analyze the intrinsic elements and the main character in the Azazil novel. The results showed that the main character in the novel from Egypt who have profession as Christian monk have a unique character with the passage and the events that occurred during his lifetime."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42724
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mini Lasmini
"Skripsi ini membahas mengenai bentuk penokohan, cara pandang tokoh terhadap dunia rekaan, serta bagaimana hal tersebut mampu mendukung tema yang ingin di sampaikan pengarang, Park Wan Seo pada novelnya Namok. Dalam menganalisis hal tersebut, penulis menggunakan teori fokalisasi dengan pertimbangan bahwa tokohlah yang melihat peristiwa-peristiwa di dalam cerita. Hasil analisis mengindikasikan bahwa fokalisasi di dalam novel ini adalah fokalisasi internal, dengan tokoh utama berbentuk bulat yang menjadi subjek fokalisasi. Fokalisasi ini mampu mendukung tema yakni proses pendewasaan, yang tercermin dari perubahan pola pikir dan pandangannya.

This thesis explain about character form, her view about storyworld, and how its support the theme which author, Park Wan Seo wants share on her novel, Namok. Researcher use focalization theory while analysis the subject matter, with consideration in character viewpoint whom sees each event in a story. The analysis indicate focalization in this novel as internal focalization, and the main character with his round characteristic as a focalizing subject. This focalization could support maturity process as a theme, which can see from the change in her perspective and thought. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S434
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>