Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182596 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wayunah
"Plebitis adalah salah satu komplikasi terapi infus. Salah satu faktor penyebab plebitis dan ketidaknyamanan adalah kurang terampilnya perawat saat melakukan pemasangan infus terutama dalam memasang kateter sesuai lokasi, jenis cairan, dan standar prosedur yang tepat . Keterampilan perawat memasang infus dipengaruhi oleh pengetahuan.
Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan pengetahuan perawat tentang terapi infus dengan kejadian plebitis dan kenyamanan. Jenis penelitian analitic-corelational dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 65 perawat pelaksana rawat inap dan 65 pasien yang dipasang infus oleh perawat pelaksana rawat inap.
Hasil penelitian diperoleh sebanyak 50.8% jumlah responden perawat memiliki pengetahuan kurang baik, angka kejadian plebitis sebesar 40%, dan sebanyak 53.8% responden pasien merasa nyaman dengan pemasangan infus yang dilakukan oleh perawat pelaksana. Hasil analisis lanjut menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat tentang terapi infus dengan kejadian plebitis (p=0.000), dan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat tentang terapi infus dengan kenyamanan (p=0.000).
Disarankan untuk perawat agar meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pemasangan infus sehingga komplikasi dan ketidaknyamanan akibat pemasangan infus dapat dikurangi.

Phlebitis is a complication of infusion therapy. The aspect that affecting the incidence of phlebitis and comfort is the nurse's skill of infusion therapy in inserting needle in the right location, right fluid, and right standard operating procedure. Nurses skills in the infusion insertion was influenced mainly by knowledge.
The research objective was to determine the relationship the nurse's knowledge of infusion therapy with the incidence phlebitis and comfort. This type of research-corelational analitic with cross-sectional approach. The number of samples was 65 nurses who work in inpatients ward and 65 patients who received infusion by a nurse.
The results found that 50.8% of respondents have a poor knowledge, the incidence of plebitis is 40%, and as much as 53.8% of respondents patients feel comfortable with the insertion of an infusion done by the nurse. The results of further analysis showed that there is a significant relationship between knowledge of nurses about infusion therapy with incidence of phlebitis (p = 0.000), and there is a significant association between knowledge of the nurse and patients comfort (p = 0.000).
It was recommended for nurses to improve knowledge and skills so that the infusion complications and discomfort may be prevented.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wayunah
"Plebitis adalah salah satu komplikasi terapi infus. Salah satu faktor penyebab plebitis adalah kurang terampilnya perawat saat melakukan pemasangan infus. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan pengetahuan perawat tentang terapi infus dengan kejadian plebitis dan kenyamanan. Jenis penelitian analitic-corelational dengan pendekatan cross-sectional, dengan jumlah sampel 65 perawat pelaksana rawat inap dan 65 pasien yang dipasang infus. Hasil menunjukkan 50,8% perawat memiliki pengetahuan kurang baik, angka kejadian plebitis sebesar 40%, dan 53,8% merasa nyaman dengan pemasangan infus. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat tentang terapi infus dengan kejadian plebitis (p= 0,000; α= 0,05), dan dengan kenyamanan (p= 0,000; α= 0,05). Direkomendasikan untuk perawat agar meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pemasangan infus sehingga komplikasi dan ketidaknyamanan akibat pemasangan infus dapat dikurangi.
Nursing?s Knowledge on Infusion Therapy Phlebitis is one of complications of infusion therapy Influence the Incidence of Phlebitis and Patients Comfort. The aspect that considered affecting the incidence of phlebitis and patient?s comfort is the nurses?skills on infusion therapy. This study aimed to determine the relationship between a nurse's knowledge on infusion therapy with the incidence of phlebitis and comfort. This was a correlation analytic with cross-sectional approach with the number of samples was 65 nurses who work in inpatients ward and 65 patients who received infusion. The results showed that 50.8% of respondents had have a poor knowledge, the incidence of phlebitis was 40%, and 53.8% felt of comfortable with the insertion of infusion canule. The results showed that there was a significant relationship between knowledge of nurses about infusion therapy with incidence of phlebitis (p= 0.000; α=0,05) and patients? comfort (p= 0.000, α=0.05). It is recommended that nurses have to improve knowledge and skills so that complications and discomfort caused by infusion might be prevented."
STIKES Indramayu ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
610 JKI 16:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tati Dedah
"Komunikasi terapeutik merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari asuhan keperawatan dalam rangka memelihara mutu pelayanan keperawatan secara komprehensif dan profesional. Pasien yang dirawat di rumah sakit umum mempunyai kerawanan gangguan psiko-sosial-spiritual yang menyertai gangguan fisik biologis. Dari studi pendahuluan diketahui masalah kecemasan pada pasien rawat Inap di RSUD Karawang cukup tinggi (79,31%), dengan demikian diperlukan intervensi keperawatan berupa komunikasi terapeutik. Selama ini bentuk komunikasi antara perawat-pasien pada umumnya lebih bersifat komunikasi sosial, belum mengarah kepada komunikasi yang bertujuan terapeutik. Oleh karena itu perlu adanya penelitian mengapa hal ini terjadi.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan melihat hubungan antara karakteristik perawat meliputi; usia, jenis kelamin, pendidikan, dan masa kerja serta tingkat pengetahuan perawat dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik dalam asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Karawang. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang menggunakan desain penelitian cross sectional. Hipotesa yang dibuktikan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan antara karakteristik perawat meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan dan masa kerja dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik dan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tentang karakteristik perawat, pengukuran tingkat pengetahuan perawat tentang langkah-langkah komunikasi terapeutik dengan menggunakan soal tes pilihan ganda sebanyak 20 butir. Instrumen untuk mengukur pelaksanaan komunikasi terapeutik berdasarkan teori yang dikemukakan Stuart dan Sundeen (1987), yaitu empat tahap komunikasi terapeutik yang dituangkan ke dalam 30 butir pernyataan dengan menggunakan skala bertingkat dari mulai tidak pernah sampai selalu dengan rentang nilai 1 - 5. Instrumen telah diuji reliabilitasnya dengan menggunakan rums Alpha Crontach. Sampel penelitian adalah 94 orang tenaga perawat fungsional yang bekerja di ruang rawat inap RSUD Karawang (total sampling). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden sebanyak 47,9% melaksanakan komunikasi terapeutik balk dan 52,1% kurang. Tingkat pendidikan dan masa keda perawat terbukti berhubungan bermakna dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik. Sedangkan variabel umur, jenis kelamin dan tingkat pengetahuan tidak berhubungan dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik.
Hasil uji multivariat menunjukan bahwa dari kedua variabel tersebut ternyata yang paling dominan berhubungan dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik adalah variabel masa kerja. Berdasarkan hasil penelitian ini penulis menyarankan kepada Manajemen RSUD Karawang untuk meningkatkan taraf pendidikan perawat ke jenjang yang lebih tinggi, mengadakan pelatihan-pelatihan tentang komunikasi terapeutik, mengupayakan ratio perawat-pasien ke taraf yang memadai, membuat sistem penugasan dan pelaksanaan supervisi dari atasan langsung, adanya protap dan dokumentasi pelaksanaan komunikasi terapeutik. Kepada peneliti lanjutan perlu dikembangkan penelitian tentang pelayanan komunikasi terapeutik dari sudut pandang klien dengan metoda dan teknik penelitian kualitatif.

Therapeutic communication is an inseparable activity in nursing care to keep up good quality nursing that is comprehensive and professional Patients in the general hospitals are susceptible to altered psycho-social-spiritual related to altered physic biologist. Anxiety is the most common problem at the patient in RSUD Karawang faced by (79,31%), so intervention is highly needed in the form of therapeutic communication. Communication between nurse-patients is more common in a form of social communication, not yet using communication leading to therapeutic goals. Thus a research is needed to explain why it happens.
The research goal is to describe and to examine the relation between nurse characteristics including age, gender, education, work period and nurses' knowledge with the implementation of therapeutic communication conducted in the wards of the general hospital (RSUD) Karawang. This is an analytic research that using cross sectional design. The hypothesis tested in this research are correlation between nurse's characteristics; age, gender, education, work period and nurses' knowledge about therapeutic communication with its implementation in the nursing process.
The instrument of this research is questionnaires concerning nursing characteristics and nurse' knowledge on steps in practicing therapeutic communication by using 20 multiple-choice questions. The instrument for measuring the implementation of therapeutic communication is based on Stuart and Sundeen's theory (1987) consisting of four steps in therapeutic communication broken in to 30 questions, graded from "never" up to "always" with a range from 1 to 5. The research sample is 94 fungsionals nurse that work in the ward of RSUD Karawang (total sampling).
The result of this research showed that less than half of the respondents (47,9%) are considered good and more than half (52,1%) are bad in implementing therapeutic communication. Education and works period are significantly related to the implementation of therapeutic communication, while age, gender, and grade of knowledge had been proven to be not related of the two significantly related variables the most dominant one is work period. Based on this research it is recommended that the management of the RSUD Karawang improve their nurse's educational level, conducted training on therapeutic communication, adjusted bed nurse ratio, and develop operating standard in implementing therapeutic communication, with supervision from the direct manager and keeping continuing documentation. Research in the implementation of therapeutic communication service from patient's point of view is recommended."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T1470
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruri Andriyati
"ABSTRAK
Perubahan kondisi sehat ke sakit pada individu yang sedang dirawat di rumah sakit memberikan pengaruh terhadap keadaan psikologis dan interaksi hubungan sosial dilingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasinya karakteristik perawat RS Dr Suyoto yang meliputi usia, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, masa kerja, status kepegawaian dan status perkawinan, mengidentifikasinya tingkat pengetahuan perawat tentang asuhan keperawatan psikososial Rumah Sakit. Desain penelitian ini adalah cross sectional kepada 49 responden. Hasil penelitian ini menyatakan Gambaran pengetahuan perawat tentang asuhan keperawatan psikososial secara umum masuk dalam katagori baik dengan hasil 89,90 responden memiliki pengetahuan yang baik dan 10,20 memiliki pengetahuan yang sedang. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai gambaran dan data dasar tentang pengetahuan perawat tentang masalah Psikososial di ruang rawat inap dewasa untuk dijadikan kerangka acuan untuk meningkatkan kompetensi perawat melalui peningkatan pengetahuan khususnya asuhan keperawatan Psikososial.

ABSTRACT
Changing condition from health to sick on individuals who are being treated in the hospital give effect to the psychological state and interaction of social relations in the environment. This study aims to identify the characteristics of nurses age, sex, marital status, education level, employment, employment status and marital status , to identify the level of nurse knowledge about hospital psychosocial nursing care. The design of this study using cros sectional approach. The partisipants of this study consisted of 49 respondents. The result indicates the description of nurse knowledge about psychosocial nursing care in good category 89,90 and average 10,20 . These findings lead to describe and recommendation as a basic data regarding to nurse knowledge about psychosocial problems in ward and reference to improve nurse competence by increasing knowledge especially psychological care nursing."
2017
S69835
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Winarni
"Motivasi dan kinerja perawat dapat mempengaruhi pelayanan kepada pasien termasuk didalamnya kepuasan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi dan kinerja perawat pelaksana terhadap kepuasan pasien ruang rawat inap di RS. Desain penelitian ini merupakan deskriptif korelasi dengan pendekatan potongan lintang (cross-sectionl) menggunakan sampel sebanyak 75 responden yang dipilih dengan teknik acak secara sederhana (simple random sampling). Instrumen yang digunakan terdiri dari data motivasi, kinerja perawat dan kepuasan pasien.
Hasil penelitian menunjukan sebagian besar perawat mempunyai motivasi kurang 52%. Sebagian besar mempunyai kinerja baik 56% dan sebagian pasien puas terhadap pelayanan sebanyak 57,3%. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara motivasi perawat dengan kinerja perawat(p>0,05), hasil dari penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara motivasi dan kepuasan pasien (p>0,05), dan tidak ada hubungan antara kinerja dan kepuasan pasien (p>0,05). Hasil penelitian menyarankan upaya-upaya peningkatan motivasi dan kinerja perawat yang lebih sejahtera yang dapat diterapkan serta diharapkan dapat meningkatkan tingkat kepuasan pasien.

Motivation and nurses can affect the performance of services to patients including patient satisfaction. This study aimed to determine the motivation and performance of nurses on patient satisfaction wards in hospital inpatient room. This study design was a descriptive correlation with the approach cross section (cross-sectionl) used a sample of 75 respondents were selected by random techniques (simple random sampling). The instrument used consisted of motivation of data, the performance of nurse and patient satisfaction.
The results showed the majority of nurses are motivated less 52%. Most have a good performance and a 56% majority of patients are satisfied with the services as much as 57.3%. The results of the study showed that there was no relationship between motivation and performance of patients (p> 0.05), there was no relationship between motivation and patient satisfaction (p> 0.05), and there was no relationship between performance and patient satisfaction (p> 0.05). The results of the study suggested efforts to increase motivation and performance more prosperous nurses that can be applied and is expected to increase the level of patient satisfaction.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56873
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Saefulloh
"Supervisi merupakan salah satu kegiatan yang harus dilaksanakan oleh manajer. Fenomena yang ditemukan di RSUD Indramayu adalah perawat pelaksana belum memiliki motivasi kerja dan kinerja yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan asuhan keperawatan dan supervisi terhadap motivasi kerja dan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Indramayu.
Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment dengan pre-post test design with control group. Jumlah sampel untuk motivasi kerja dan kinerja perawat pelaksana berdasarkan self evaluation adalah 97 orang, sedangkan jumlah sampel untuk kinerja perawat pelaksana dalam dokumentasi asuhan keperawatan adalah 165 dokumen. Sampel dibagi menjadi kelompok A, B, dan C. Instrumen menggunakan kuesioner dan lembar kerja. Instrumen melalui uji validitas dan reliabilitas. Data dianalisis menggunakan univariat, bivariat, dan multivariat. Intervensi adalah pelatihan asuhan keperawatan dan pelatihan supervisi.
Hasil penelitian menunjukkan motivasi kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Indramayu meningkat secara bermakna (p value <0.05) sesudah mendapat pelatihan asuhan keperawatan dan disupervisi oleh kepala ruangan yang telah dilatih dan dibimbing supervisi. Kinerja dalam pemberian asuhan keperawatan oleh perawat pelaksana berdasarkan self evaluation di ruang rawat inap RSUD Indramayu meningkat secara bermakna (p value <0.05) sesudah mendapat pelatihan asuhan keperawatan dan disupervisi oleh kepala ruangan yang telah dilatih dan dibimbing supervisi.
Kinerja dalam pendokumentasian asuhan keperawatan oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Indramayu meningkat secara bermakna (p value <0.05) sesudah mendapat pelatihan asuhan keperawatan dan disupervisi oleh kepala ruangan yang telah dilatih dan dibimbing supervisi. Faktor yang paling berkontribusi terhadap kinerja perawat pelaksana dalam pemberian asuhan keperawatan berdasarkan self evaluation di ruang rawat inap RSUD Indramayu adalah umur dan lama kerja setelah dikontrol supervisi.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pelatihan asuhan keperawatan dan supervisi berpengaruh secara bermakna terhadap motivasi kerja dan kinerja perawat pelaksana. Saran yang diberikan adalah RSUD Indramayu melakukan pelatihan asuhan keperawatan bagi perawat pelaksana diikuti dengan supervisi dari kepala ruangan.

Supervision is an activity that must be accomplished by a manager. Phenomenon that have in RSUD Indramayu is not hold nursing care training and not supervision guidance yet. This research purspose to know the influence of nursing care training and supervision to job motivation and job productivity at nusing room in RSUD Indramayu.
This research used quasi experiment method with pre post test design with control groups. The total sample for job motivation and job productivity in nursing care based self evaluation are 97 person, while total sample for nurses job productivity in nursing documentation are 165 document. The samples are devided into groups A, B, and C. The instrument are quetionary and observation worksheet. Validity and realibity are before used. The data is analysed by using univariate, bivariate, and multivariate. Intervention is nursing care training and supervision.
The research result showed job motivation nurses is significant increase (p value <0.05) after nursing care trained and being supervision head nurse have been trained and guided supervision. Job productivity in nursing care based self evaluation is significant increase (p value <0.05) after nursing care trained and being supervision head nurse have been trained and guided supervision.
Job productivity in nursing documentation is significant increase (p value <0.05) after nursing care trained and being supervision head nurse have been trained and guided supervision. The most contribute factor to nurses job productivity in nursing care based self evaluation are age and long of work after supervision controlled.
The conclusion this research is nursing care training and supervision head nurse have been trained and guided have significant influence to job motivation and job productivity of nurses. Advice to RSUD Indramayu is to nursing care training followed by head nurse supervision.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Sari Andayani
"Anak yang dirawat di rumah sakit sering mengalami ketakutan, kecemasan dan stress karena adanya perubahan aktifitas dari yang biasa dilakukan dan merasa tidak nyaman pada saat dirawat di rumah sakit. Sikap regresi merupakan fenomena pada anak yang sedang mengalami rawat inap di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik dengan tingkat pengetahuan perawat tentang perawatan atraumatik pada anak. Desain penelitian deskriptif korelatif ini melibatkan 66 perawat dengan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner tentang perawatan atraumatik pada anak.
Analisis univariat menyimpulkan mayoritas responden memeliki pengetahuan baik (95%) tentang perawatan atraumatik pada anak. Analisis bivariat menjelaskan tidak ada hubungan yang signifikan antara usia,jenis kelamin, masa kerja, tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan dengan nilai p berturut-turut (p=0,41, p=0,3, p=0,35, dan p=0,89). Pengetahuan perawat tentang perawatan atraumatik perlu ditingkatkan melalui perilaku caring kepada anak, sehingga anak tidak merasa terbebani secara psikologis ketika berhadapan dengan tim kesehatan khususnya perawat.

Children admitted to hospital often experience fear, anxiety and stress due changed from the usual activities, uncomfortable when hospitalized or called with atraumatic care . Attitude was a phenomenon or regression in children who were experiencing inpatient in the hospital. Descriptif correlation study design involving 66 respondents had a good knowledge 95% about atraumatic care in children . Bivariat analysis expalined that there was no relationship between age, sex, education, and years of service with the level of knowledge (p=0,8, p=0,3, p=0,89, p= 0,9). Knowledge of atraumatic care nurses need to be enhanced through child caring behavior to the patient, so that the child does not feel overwhelmed when dealing with psychological health team particularly nurses."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47799
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Prasojo
"Kualitas sumber daya manusia dapat tercermin pada sikap dan perilaku disiplin. Untuk memelihara dan meningkatkan disiplin kerja banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya motivasi dan karakteristik individu. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif dengan menggunakan pendekatan cross seclionul yang bertujuan untuk menguji hubungan antara karakteristik dan motivasi perawat dengan disiplin kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Batang. Populasi penelitian adalah perawat pelaksana dengan kriteria inklusi berlatar belakang Pegawai Negeri Sipil (PNS), tidak sedang sakit, cuti yang bekerja di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Satang, Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi sebanyak 38 perawat pelaksana. Untuk menguji hubungan antara karakteristik dan motivasi dengan disiplin kerja perawat pelaksana digunakan uji Chi Square.
Hasil penelitian ini adalah perawat pelaksana di unit rawat inap belum menunjukkan tingkat disiplin kerja yang baik (50%). Rata-rata tingkat motivasi perawat pelaksana kurang baik dengan pencapaian paling tinggi pada tanggung jawab kerja (63,2%). Karakteristik responden adalah pendidikan Akademi (52,6%), sudah menikah (78,9%), umur responden lebih dan 31 tahun (50%) dengan lama bekerja kurang dari 8 tahun (52,6%). Hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan disiplin kerja (p value < 0,05). Hasil lain yang didapat adalah terdapat hubungan yang signifikan antara sub variabel motivasi yaitu penerimaan gaji, kondisi lingkungan, supervisi, penghargaan, dan tanggung jawab dengan disiplin kerja (p value <0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan agar pihak manajemen rumah sakit perlu meninjau ulang tentang kebijakan - kebijakan yang menyangkut motivasi kerja terutama tentang penerimaan gaji insentif, kondisi lingkungan, supervisi, penghargaan dan tanggung jawab sehingga disiplin kerja perawat pelaksana dapat meningkat.

The quality of the human resources could reflect from the attitude and behavior to wards discipline. There arc many factors influence in maintaining & improving the working discipline of the staff nurse, for example motivation & characterize of the person. This study used descriptive correlation design with-cross sectional approach. The goal of this study was to know how the correlation between the staff nurse characterize & motivation with the discipline of the staff nurse in the wards at Batang district Hospital. The sample of this study was the total population, which matched with the inclusive criteria (government employee, was not iii, leave nor). The Chi Square test was used to analyze the correlation between the staff nurse characterization & motivation with the discipline.
The result of this study showed that the staff nurse has quite low discipline (50%). The average of the staff nurse motivation was not fairly good enough, where the highest score on their responsibility was 63.2%. The general characterization of the respondent were diploma nursing graduated (52.6%), married (78.9%), more than 31 years old (50%) and working experience less than 8 years (52.6%). The other result of this study showed that there was a significant correlation between educational background with discipline (p value=0.05), there was also a significant correlation between motivation sub variable (salary, working environment, supervision, acknowledgment, responsibility) with the working ethos (p value =0.05). Some recommendations of the study were the hospital management should evaluate the policy that related to the working motivation, especially on the issues of salary, working environment, supervision, acknowledgment and responsibility, where the discipline of the staff nurse could be improved.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
T18695
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwiek Liestyaningrum
"Sumberdaya manusia yang terbanyak di rumah saldt adalah perawat. Oleh karena itu diperlukan adanya penataan terhadap profesi perawat. Begitu juga halnya yang terjadi di RSAL dr. Mintohardjo pada saat peneliti melakukan residensi guna pengamatan terhadap manajemen keperawatan bulan Desember 2004. Selama residensi didapatkan data bahwa 1) sebesar 66% perawat pelaksana tidak melakukan tugas sesuai uraian tugas, 2) sebesar 33% perawat merasa kesulitan saat merumuskan diagnosa keperawatan, implementasi, dan evaluasi, serta 3) adanya kepala ruangan yang jarang melakukan supervisi disaat perawat bekerja memberikan asuhan keperawatan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan persepsi perawat pelaksana tentang pengawasan kepala ruangan dengan kinerja di ruang rawat inap RSAL dr. Mintohardjo. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan cross sectional.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan karakteristik perawat pelaksana sebagian besar (75%) berusia kurang dan 35 tahun, 87,1% perempuan; 64,4 % lulusan D III Keperawatan dan S1 Keperawatan; 83,2% belum pernah mengikuti kursus keperawatan; 52,5% perawat pelaksana mempersepsikan kepala ruangan kurang melakukan koordinasi dengan baik dan 67,3% perawat pelaksana mempunyai kinerja yang kurang baik. Pengawasan yang berhubungati dengan kinerja adalah disiplin dan informasi, dan subvariabel pengawasan adalah yang paling berhubungan dengan kinerja adalah disiplin. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan kepada pimpinan rumah sakit, agar tetap mempertahankan faktor disiplin sebagai faktor peningkatan kinerja pada perawat pelaksana, serta meningkatkan faktor subvariabel pengawasan lainnya yang dapat meningkatkan kinerja perawat pelaksana, dan meningkatkan jenjang pendidikan formal perawat kearah yang lebih tinggi. Untuk memperoleh hasil yang lebih balk diperlukan penelitian lanjutan, yaitu adanya penelitian pengawasan yang dilakukan oleh kepala ruangan terhadap kinerja perawat pelaksana dengan subyek kepala ruangan sebagai responden, kemudian dibandingkan hasilnya dengan hasil yang telah peneliti peroleh. Dari hasil tersebut dapat terlihat apakah ada perbedaan pandang tentang pengawasan.

Generally, the most human resources management in hospital are nurses, so it is really important to do the observation in that profession. So as the researcher did the observation in the Navy Hospital, dr. Mintohardjo in December 2004, the data has shown that 66% nurses, haven't clone their job according to the job description; 33% nurses, found difficulties in formulating the diagnose of nursing, implementation and evaluation; It happened that the room leader rarely conducted supervision by the time the nurse did their job. To improve the nursing service quality, the researcher has done research about the correlation between nurse perception on room leader perception with appraisal performance in the overnight treatment room in the Navy Hospital, dr. Mintohardjo. The method that had been used was cross sectional approach.
The result from this research as follows: From nurse individual characteristic analysis shown that almost 75% under the age of 35 years old, 87,1% female, 64,4% graduated with diploma and under graduate certificate in nursing, 83,2% never join nursing course, 52,5% had their perception that the room leader lacked of coordination and 67,3% had negative appraisal performance in it. The result of supervision of sub-variable analysis which had relation with appraisal performance were discipline, power, information and deviation as a caution. And the most influencing point was discipline. With the result of my research that I had done, I would like to suggest to the head of the hospital to maintain discipline factor as to improve appraisal performance of nurse by developing other sub-variable supervision factors that can improve work environment of nurse and also enhancing formal eduction of nurse through higher education. To get better result, need further research by conducting supervision research which is carried out by room leader through nurse appraisal performance by using room leader as respondent and then comparing the result by the result that I had done. From that result, it can be shown if there is different opinion about the supervision.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
T18401
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Fatmawati
"Perilaku caring perawat dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan kepuasan pasien. Perawat yang berperilaku caring meningkatkan hubungan saling bantu dan percaya antara perawat-pasien sehingga mempercepat penyembuhan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan perilaku caring perawat yang dipersepsikan oleh pasien dengan kepuasan pasien di RSUD Tarakan Jakarta Pusat. Metode penelitian menggunakan deskripsi korelasi dengan pendekatan cross sectional melibatkan 145 pasien yang dipilih secara consecutive sampling. Data dianalisis dengan chi square, uji t, dan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara perilaku caring perawat yang dipersepsikan oleh pasien dengan kepuasan pasien di ruang rawat inap (p<0,05; CI 95%). Faktor caritas yang paling berhubungan dengan kepuasan pasien adalah cinta kasih (OR = 0,320; CI 95%) dan mengambil keputusan (OR = 0,154; CI 95%) setelah dikontrol pendidikan. Hasil ini merekomendasikan manajer keperawatan untuk melakukan supervisi komunikasi terapeutik, penilaian kinerja komunikasi perawat, meningkatkan pendidikan formal maupun informal, dan memotivasi perawat agar berperilaku caring sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien.

Nurse caring behavior can improve the quality of nursing care and patient satisfaction. Nurses who behave caring improving mutual aid relationship and trust between the nurse-patient so as to accelerate the healing. This study aim to identify the relationship of nurse caring behaviors perceived by the patient and patient's satisfaction in Tarakan Hospital in Central Jakarta. The research method using descriptive correlation with cross sectional study involving 145 patients were selected by consecutive sampling. Data were analyzed with chi square, t-test, and logistic regression.
The results showed relationship between nurse caring behaviors perceived by the patient and patient's satisfaction at the inpatient unit (p <0.05; CI 95%). Caritas factors most associated with patient satisfaction is love (OR = 0.320; CI 95%) and a decision (OR = 0.154; CI 95%) after controlling for education. This result suggests a nursing manager to supervise therapeutic communication, evaluation of nurse communication performance, improving nursing education in both formal and informal, and motivating nurses to caring that can improve patient satisfaction.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T47159
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>