Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 217105 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 1997
WB541 Mob N97H
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yayang Bayu Tria Arisandi
"Nyeri pasca Open Reduction Internal Fictation (ORIF) atau bedah terbuka selalu menjadi masalah bagi pasien fraktur. Karya Ilmiah Akhir Ners ini menyajikan hasil analisis asuhan keperawatan pada pasien laki-laki yang mengalami fraktur multiple pasca kecelakan lalu lintas yang kemudian dilakukan ORIF fasialis. Metode yang digunakan adalah studi kasus dan penerapan EBN yaitu intervensi napas dalam untuk mengurangi nyeri akut yang dilakukan selama lima hari perawatan pasca bedah. Skala nyeri pasien pada awal pasca tindakan ORIF berada pada rentang moderat hingga berat. Sedangkan skala nyeri saat hari ke lima pasca bedah dan pemberian intervensi napas dalam, mengalami penurunan di rentang ringan hingga sedang/moderat. Satu hal yang menjadi masalah saat melakukan intervensi napas dalam pada pasien pasca ORIF fasialis adalah kesulitan pasien dalam mengeluarkan napas dengan mencucu. Adapun intervensi lain yang direkomendasikan berdasar pada kajian praktik berbasis bukti meliputi penerapan intervensi metode Guided Imagery pada pasien pasca ORIF untuk menurunkan tingkat nyeri. Penggabungan penerapan teknik relaksasi napas dalam dengan metode Guided Imagery dan terapi farmakologi diharapkan dapat diaplikasikan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, khusus nya pada pasien yang mengalami nyeri akut pasca ORIF


Pain after Open Reduction Internal Fictation (ORIF) or open surgery is always a problem for fracture patients. This Paper presents the results of the analysis of nursing care in a male patient who has multiple fractures after a traffic accident, which is then performed a facial ORIF. The method used was a case study and the application of EBN, namely deep breath intervention to reduce acute pain during five days of postoperative care. The patients pain scale at the start of the post-ORIF treatment ranged from moderate to severe. Meanwhile, the pain scale on the fifth day after surgery and giving deep breath intervention, decreased in the mild to moderate range. One thing that becomes a problem when doing deep breath interventions in patients after facial ORIF is the difficulty of the patient in exhaling with clenching. Other interventions recommended based on evidence-based practice studies include the application of the Guided Imagery method intervention in post-ORIF patients to reduce pain levels. Combining the application of deep breath relaxation techniques with the Guided Imagery method and pharmacological therapy is expected to be applied by nurses in providing nursing care, especially for patients experiencing acute pain after ORIF procedure

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Triandana Budi Wisesa
"Latar Belakang: Operator crane merupakan pekerjaan yang memiliki resiko tinggi mengalami gangguan muskuloskeletal. Studi epidemiologi yang dilakukan oleh Kuswaha et al menunjukkan bahwa dari 90% operator crane, 63% mengalami nyeri leher.1 Operator crane melakukan sebagian besar aktivitas kerja mereka dengan postur tubuh yang janggal pada leher, bahu dan punggung. Prevalensi nyeri leher yang tinggi dikaitkan dengan derajat fleksi leher yang tinggi serta postur statis dan janggal saat duduk. Postur membungkuk yang terus menerus dapat menyebabkan ketegangan dan tekanan pada jaringan lunak di sekitar tulang belakang. 2 Bekerja mengoperasikan crane dalam posisi duduk statis dan membungkuk ke bawah dan dalam waktu yang lama merupakan bagian dari tuntutan pekerjaan yang tidak dapat diubah secara teknis, sehingga perlu dilakukan kontrol, salah satunya dengan program peregangan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah peregangan yang dilakukan dalam waktu dua minggu (lebih singkat dari studi referensi) mampu menurunkan nilai VAS nyeri leher pada operator crane, serta untuk mengetahui berapa nilai penurunan VAS tersebut. pengukuran sebelum peregangan dan setelah peregangan.
Metode: Studi analitik dengan desain within group experiment with repeated measurement. Dilakukan terhadap 25 orang responden yang dipilih secara consecutive sampling dengan mempertimbangkan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Penelitian dilakukan dengan pemberian edukasi gerakan peregangan yang dilakukan dalam durasi sekitar lima menit, dilakukan dua kali dalam sehari yaitu sebelum dan setelah bekerja, dilakukan lima hari dalam satu minggu, selama dua minggu. Kemudian dilakukan pengukuran nilai Visual Analog Scale (VAS) sebelum dilakukan peregangan dengan sesudah dilakukan 5 hari peregangan dan 10 hari peregangan.
Hasil: Didapatkanya nilai prevalensi nyeri tengkuk sebanyak 39,6% serta terdapat penurunan signifikan dari nilai nyeri sebelum dilakukan peregangan (VAS = 5 (3-7)) dengan nilai nyeri setelah dilakukan peregangan (VAS = 3 (1-5)) dengan nilai p<0,01 dari uji wilcoxon. Tidak didapatkannya perubahan yang bermakna terhadap faktor individu yang dinilai, baik berdasarkan variabel umur, status gizi, kebiasaan olahraga, dan kebiasaan merokok.
Kesimpulan: Peregangan otot dapat menurunkan nilai nyeri tengkuk leher pada subjek penelitian operator crane, yang diukur berdasarkan Visual Analogue Scale (VAS) dengan intervensi peregangan dilakukan  selama 2 minggu.      

Background: Working to operate a crane in a sitting position for a long time with the back and neck bent is considered to be associated with an increased risk of neck and back pain disorders in crane operators, and is part of the job demands that cannot be changed technically. It is necessary to control the incidence of neck pain in crane operators, one of which is by stretching. The purpose of this study was to prove whether stretching that was carried out within two weeks (shorter than the reference study) was able to reduce the VAS value in neck pain in crane operators.
Methods: This study used an analytical study in the form of within group experiment with repeated measurement design. This research was conducted at the X container terminal located in North Sumatra, carried out when there were still social restrictions on the Covid-19 pandemic in October 2020. This study involved 25 respondents, who were obtained through consecutive sampling. Interventions were carried out by providing education for the McKenzie stretching movements which were about five minutes duration, twice a day, before and after work, for five days a week, in two weeks. Then the Visual Analog Scale (VAS) value was measured before stretching, 5 days of stretching and 10 days of stretching. The stretching and VAS measurement activities were monitored by the company doctor as well as the research team whose perceptions were matched.
Results: The prevalence value of neck pain was 39,6% and there was a statistically significant decrease in VAS levels from VAS = 5 (3-7) before stretching to VAS = 3 (1-5) after stretching for 2 weeks with p values 0.000. There were no significant changes in individual factors that could potentially be confounding factors, such as age, nutritional status, exercise habits, and smoking habits during the experiment.
Conclusion: Muscle stretching can reduce the value of neck pain in crane operator research subjects, which was measured based on the Visual Analog Scale (VAS) with stretching interventions carried out for 2 weeks.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulin Nasikah
"Nyeri pascaoperasi CABG merupakan salah satu penyebab terhambatnya aktifitas latihan napas dalam untuk mengembalikan fungsi paru. Cold pack gel merupakan satu metode nonfarmakologis yang efektif dan aman untuk menurunkan nyeri sebelum melakukan aktifitas latihan napas dalam.  Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi pengaruh kombinasi cold pack gel dan latihan napas dalam terhadap skor nyeri dan kapasitas fungsional paru. Metode  penelitan ini menggunakan Randomized Controlled Trial (RCT) single blind dengan pre-post-test with control group design pada 44 responden, dibagi dalam 2 kelompok yang dipilih dengan teknik  probability sampling. Cold pack gel diberikan diatas luka insisi sternum selama 15 menit, dilanjutkan dengan latihan napas dalam 30 kali napas. Kelompok intervensi mendapatkan cold pack gel 0-5℃,  sedangkan kelompok kontrol cold pack gel 15-22ƒ. Skor nyeri diukur dengan metode VAS pre-post intervensi, kapasitas fungsional paru dinilai dengan PEFR. Analisis uji Friedman, didapatkan  skor nyeri menurun secara bermakna pada pengukuran ke-1 sampai ke-6.  Uji RM Anova didapatkan nilai PEFR meningkat setiap hari. Dari uji independent t-test, didapatkan hasil terdapat penurunan skor nyeri yang bermakna pada keenam pengukuran (p <0,001) dan peningkatan kapasitas fungsional paru (p <0,001). Simpulan dalam penelitian ini kombinasi cold pack gel dan latihan napas dalam terbukti menurunkan skor nyeri dan meningkatkan kapasitas fungsional paru pada pasien pascaoperasi CABG.

Postoperative pain in CABG patients is one of the causes of delays in deep breathing exercises to restore lung capacity. Cold pack gel is an effective and safe non-pharmacological method for reducing pain before deep breathing exercises. This study aimed to identify the effect of a combination of cold pack gel and deep breathing exercises on pain scores and lung functional capacity. This research method uses a single blind Randomized Controlled Trial (RCT) with pre-post-test with control group design on 44 respondents, divided into 2 groups selected by probability sampling technique. Cold pack gel was given over the sternal incision wound for 15 minutes, followed by deep breathing exercises 30 breaths. The intervention group received 0-5℃ cold pack gel, while the control group received 15-22℃ cold pack gel. Pain score was measured by VAS pre-post intervention method, lung functional capacity was assessed by PEFR. Analysis used the Friedman test, the pain score decreased significantly in the 1st to 6th measurements. With the RM Anova test, the PEFR value increases every day. From the independent t-test, the results showed that there was a significant decrease in pain scores in all six measurements (p <0.001) and an increase in lung functional capacity (p <0.001). The conclusion of this study is the combination of cold pack gel and deep breathing exercises is proven to reduce pain scores and to improve functional capacity of the lungs in postoperative CABG patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Diyanti Yaumil Sulfa
"Tesis ini disusun dengan metode evidence-based case report (EBCR) yang merupakan metode pelaporan sebuah masalah klinis dengan pendekatan berbasis bukti. Pasien laki-laki, 39 tahun, dengan cedera medulla spinalis paraplegia kronis pengguna kursi roda manual datang dengan keluhan nyeri pada kedua bahu VAS 4. Keluhan nyeri dirasakan dalam 4 bulan terakhir dan dirasakan terutama saat transfer dan mengayuh kursi roda. Pertanyaan klinis dari kasus ini yaitu apakah pemberian latihan penguatan otot-otot ekstremitas atas dapat mengurangi nyeri bahu dan meningkatkan kemampuan fungsional individu cedera medula spinalis paraplegia pengguna kursi roda manual dan wheeling mandiri dengan nyeri bahu. Pencarian literatur dilakukan pada pusat data Cochrane, Pubmed, Scopus, Science Direct, dan Sage Journals. Dari seleksi judul dan abstrak berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dan pembacaan jurnal secara menyeluruh diperoleh tiga artikel yang sesuai dengan pertanyaan klinis. Dilakukan analisis ketiga artikel tersebut dengan menilai kualitasnya berdasarkan validitas, kepentingan dan aplikabilitasnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa latihan penguatan otot-otot bahu dengan intensitas sedang pada pasien cedera medulla spinalis paraplegia pengguna kursi roda manual selama 8 hingga 12 minggu berujung pada perbaikan bermakna nyeri bahu kronis yang dinilai dengan Visual Analog Pain Scale (VAS) dan Wheelchair User’s Shoulder Pain Index (WUSPI). Hasil analisis subgrup juga menunjukkan perbaikan bermakna kemampuan fungsional sendi bahu yang dinilai dengan Physical Examination of the Shoulder Scale (PESS), the 36-item Short Form Health Survey (SF-36), the subjective quality of life scale (SQoL), dan Patient Global Impression of Change Scale. Kesimpulan penelitian ini adalah latihan penguatan ekstremitas atas pada pasien cedera medula spinalis paraplegia yang menggunakan kursi roda manual dengan nyeri bahu memiliki manfaat positif dalam penurunan nyeri bahu dan perbaikan kemampuan fungsional sendi bahu dalam aktivitas sehari-hari.

This was an evidence-based case report (EBCR) designed to figure out the effects of upper extremities strengthening exercise towards shoulder pain experienced by spinal cord injury paraplegic patients who were manual wheelchair users. EBCR referred to a clinical case report with evidence-based approach method. A 39 year old paraplegic male patient came to the outpatient clinic with complaints of bilateral shoulder pain, VAS 4, in the past 4 months, especially felt during transfer and wheeling propulsion. This raised a clinical question whether upper extremities strengthening exercise would be able to reduce pain and improve shoulder function in paraplegic patients who were manual wheelchair users. Literature search in accordance with the clinical question was conducted on Cochrane, Pubmed, Scopus, Science Direct, and Sage Journals databases. Selection of titles and abstracts based on inclusion and exclusion criteria, multiple screening and thorough reading of the journal articles resulted in three suitable articles. Analysis was carried out on these articles by assessing their quality based on their validity, importance and applicability. The result of our analysis showed that shoulder strengthening exercises in moderate intensity performed in duration of 8 to 12 weeks demonstrated significant improvement in pain reduction assessed with Visual Analog Pain Scale (VAS), and Wheelchair User’s Shoulder Pain Index (WUSPI). Subgroup analysis showed significant improvement in shoulder function with improvement in Physical Examination of the Shoulder Scale (PESS), the 36- item Short Form Health Survey (SF-36), the subjective quality of life scale (SQoL), and Patient Global Impression of Change Scale. In summary, shoulder strengthening exercises have been demonstrated to improve shoulder pain dan function significantly in spinal cord injury paraplegic patients who used manual wheelchair for mobility on daily basis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Astuti
"ABSTRAK
Saat ini banyak cara yang digunakan intuk membantu ibu bersalin mengatasi rasa nyeri dan mempercepat lamanya kala I persalinan dengan teknik non farmakologik dan perubahan posisi ibu. Peneliti membuat suatu paket pendidikan diberi nama paket "Materna" yang diberikan pada ibu primipara usia kchamilan 36 minggu hingga 40 minggu tentang teknik mengurangi rasa neri dengan pijatan (massage) dikombinasikan dengan posisi tegak (upright). Metode penelitian yang digunakan Kuasi Eksperimen dengan rancangan post test only. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas paket "Materna" terhadap rasa nyeri dan lamanya kala I persalinan pada ibu primipara. Sampel yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi sejumlah 64 responden yang terdiri dari 32 responden kelompok intervensi dan 32 responden kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan adalah mengukur observasi nyeri dengan FPRS, lembar observasi lamanya kala I dan kuesioner untuk karakteristik responden. Analisis data menggunakan univariat dan bivariat dengan menggunakan uji T-independent. Hasil penelitian membuktikan ibu yang mendapat paket "Materna" lebih rendah nyerinya daripada kelompok ibu primipara tanpa paket "Materna" (p value 0,000 pada a 5%). Lamanya kala I persalinan ibu primipara yang mendapatkan paket "Materna" lebih cepat daripada ibu primipara yang tampa paket "Materna" (p value 0,000 pada a 5%). Hal ini menuniükkan paket "Materna" terbukti efektif untuk mengurangi neri persalinan kala I dan mempercepat lamanya kala I. Disarankan paket "Materna" ini dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan
perawatan pada ibu bersalin normal di Rumah, Bersalin dengan aman dan nyaman, agar
ibu dan bayi sehat, sejahtera.

ABSTRACT
There are many ways to help pregnant women to reduce pain in the delivery process and to shorten the duration of stage I delivery process, such as non-pharmacologic technique and turning position of the pregnant women. A "Materna* package had been established to be given to the pregnant woman who is 36 to 40 weeks gestation. This package consists of massage therapy and upright position to reduce pain. The research method that had been used is quasi experiment with post test only design. The goal of this study is to know the effect of *Materna" package implementation to the pain level and the lenght of stage I delivery process. The samples are selected based on the inclusive criteria. Sixty four (64) respondents were selected, half of them (32 respondents) were classified into intervention group and another half were control group. The demographic questionnaire,, FPS pain observation sheet, and stage I delivery process observation sheet are the instruments that used in this study. The data was analyzed by univariate and bivariate with independent, T-test. The rosult proves the mother who's given "Materna" package have reduced the pain level than the group with ingiven package (p value 0,000 on a 5%). The length of stage I delivery prosses for mother who's given Materia" package faster than the grdup with ungiven package (p value 0,000 on a 5%), Research result shows that "Materna" package is effective in reducing pain and shortening the length of stage I delivery process. It is suggested to use the Materna" package in the clinics and hospitals to improve the nursing care tosthe normal delivery process of pregnant woman and the newborn baby."
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Gede Intan Saraswati
"ABSTRAK
Pengaruh Deep Breathing Exercise terhadap Kualitas Tidur Pasien Gagal Jantung Gangguan tidur merupakan salah satu gejala pada pasien gagal jantung. Tidur yang buruk berimplikasi negatif pada kesehatan psikologis, fisiologis, kualitas hidup, pasien gagal jantung. Deep breathing exercise menjadi intervensi keperawatan yang dapat memperbaiki kualitas tidur. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh deep breathing exercise terhadap kualitas tidur pasien gagal jantung. Rancangan penelitian menggunakan quasy experiment pre-post with control group. Besar sampel sebanyak 34 subjek sebagai kelompok kontrol dan perlakuan. Terdapat perubahan yang signifikan pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah intervensi p=0,001 , dan tidak ada perubahan yang signifikan antara kelompok kontrol dan perlakuan setelah intervensi. Walaupun demikian terjadi perubahan nilai kualitas tidur yang lebih baik pada kelompok intervensi, sehingga teknik deep breathing exercise ini dapat diberikan pada pasien gagal jantung. Kata kunci: deep breathing exercise, gagal jantung, kualitas tidur.

ABSTRACT
The Effect of Deep Breathing Exercise for Sleep Quality in Heart Failure Patient THE EFFECT OF DEEP BREATHING EXERCISE FOR SLEEP QUALITY IN HEART FAILURE PATIENT Sleep disorder is one of the symptom among heart failure patients. The Poor sleep quality has negative impact for the psychological, physiological, quality of life in heart failure patients. Deep breathing exercise is a nursing intervention to improve sleep quality. This study aim to identify the effect of deep breathing exercise among heart failure patients. This study used quasy experiment pre post test with control group design. This study recruited 34 subjects as control and treatment group. The result of the study showed that quality of sleep was improved significantly after deep breathing exercise was implemented in treatment group p 0,001 , but there was no significant difference between control and treatment group after deep breathing exercise. However deep breathing exercise is recommended as nursing intervention to improve the quality of sleep among heart failure patient because the change of sleep quality in treatment group is better than control group Keywords deep breathing exercise, heart failure, quality of sleep"
2017
T47167
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Joice Polanida
"Acute Lung Oedema (ALO) merupakan kondisi dimana terjadi penumpukan cairan abnormal di kantong alveolus dan ruang interstisial di sekitar alveolus yang terjadi akibat peningkatan tekanan hidrostatik kapiler paru atau peningkatan permeabilitas kapiler paru yang dapat menyebabkan gangguan pertukaran gas. Tujuan penulisan ini adalah menganalisis asuhan keperawatan pada pasien Acute Lung Oedema dengan intervensi yang diberikan adalah Deep Breathing Exercise (DBE). Hasil studi menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan keperawatan secara reguler dan kontinyu 6 kali sehari selama 30 menit, kriteria hasil yang didapatkan frekuensi napas 20x/menit, suara napas vesikuler, tidak ada keluhan sesak nafas, saturasi oksigen 99% serta pasien mampu melakukan Deep Breathing Exercise dengan benar. Penulisan ini merekomendasikan Deep Breathing Exercise dilakukan pada pasien dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas untuk meningkatkan fungsi ventilasi.

Acute Lung Edema (ALO) is a condition where there is a buildup of fluid in the alveolar pouch and the interstitial space around the alveoli which occurs due to an increase in pulmonary capillary hydrostatic pressure or an increase in pulmonary capillary permeability which can cause impaired gas exchange. The aim of the analysis is nursing care in patients with acute lung edema with the intervention given is Deep Breathing Exercise (DBE). The results of the study showed that after regular and continuous actions 6 times a day for 30 minutes, the criteria for the results obtained were respiratory rate 20x/minute, lung sounds vesicular, no complaints shortness of breath, oxygen saturation 99%  and the patient was able to perform Deep Breathing Exercises with correctly.This study recommends that a Deep Breathing Exercise be performed in patients with ineffective airway clearance to improve ventilation function."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Iif Afifatunnisa
"Lansia merupakan kelompok individu dengan usia lebih dari 60 tahun. Semakin bertambahnya usia, maka fungsi sistem-organ tubuh akan semakin menurun karena adanya perubahan struktur anatomi dan fisiologi pada jaringan tubuh. Salah satu sistem yang mengalami penurunan fungsi yaitu sistem kardiovaskular yang akan berdampak pada meningkatnya tekanan darah lansia. Salah satu terapi non farmakologi yang dapat dilakukan untuk membantu menurunkan tekanan darah adalah slow deep breathing, yaitu teknik napas dalam yang dilakukan secara perlahan. Penulisan manuskrip ini bertujuan untuk menganalisis hasil intervensi keperawatan latihan slow deep breathing terhadap perubahan tekanan darah pada lansia di Kabupaten Cilacap. Intervensi latihan slow deep breathing dilakukan pada tiga lansia dengan posisi semi fowler atau high fowler dan lansia melakukan pernapasan dengan frekuensi napas 6 kali per menit, 4 detik inspirasi dan 6 detik ekspirasi, selama 15 menit setiap dua kali sehari selama 2 minggu. Hasil analisis terhadap latihan slow deep deep breathing pada lansia menunjukkan adanya penurunan tekanan darah sistolik sekitar 0 – 20 mmHg dan 0 – 10 mmHg pada diastolik. Latihan slow deep breathing merupakan intervensi yang sederhana dan aman sehingga diharapkan lansia dapat memasukannya ke dalam aktivitas harian untuk membantu mengontrol tekanan darah.

Elderly is a group of individuals with the age of more than 60 years. With increasing age, the function of the body's organ systems will decrease due to changes in the anatomical and physiological structures of body tissues. One system that has decreased function is the cardiovascular system which will have an impact on increasing the blood pressure of the elderly. One of the non-pharmacological therapies that can be done to help lower blood pressure is slow deep breathing, which is a slow deep breathing technique. The purpose of writing this manuscript is to analyze the results of nursing interventions with slow deep breathing exercises on changes in blood pressure in the elderly in Cilacap Regency. The slow deep breathing exercise intervention was carried out on three elderly people in a semi-fowler or high fowler position and the elderly breathed with a respiratory rate of 6 times per minute, 4 seconds of inspiration and 6 seconds of expiration, for 15 minutes twice a day for 2 weeks. The results of the analysis of slow deep deep breathing exercises in the elderly showed a decrease in systolic blood pressure of about 0-20 mmHg and 0-10 mmHg in diastolic. Slow deep breathing exercise is a simple and safe intervention so it is hoped that the elderly can incorporate it into daily activities to help control blood pressure. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Loviana Roza
"Latar Belakang: Prevalensi nyeri pascabedah di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo tahun 2017 menunjukkan intensitas nyeri sedang (57,4%) dan nyeri berat (20,4%). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor prediktor nyeri pascabedah sedang dan berat, menganalisis hubungan, dan mengembangkan model prediksi nyeri pascabedah sedang dan berat. Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort prospektif pada 135 pasien yang menjalani pembedahan di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo yang memenuhi kriteria inklusi. Setiap faktor prediktor dianalisis menggunakan analisis bivariat dan dilanjutkan dengan analisis multivariat menggunakan regresi logistik. Sistem skor prediksi dirangkum dari hasil analisis multivariat.
Hasil: Risiko kejadian (RR) untuk setiap faktor prediktor yang diidentifikasi berdasarkan analisis bivariat adalah: tingkat kecemasan prabedah (RR: 3,32, 95% CI: 1,28 – 8,56), durasi pembedahan lebih dari 90 menit (RR: 7,23, 95% CI: 1,85 – 28,29), jenis pembedahan mayor (RR: 2,69, 95% CI: 1,58 – 4,57), konsumsi opioid intraoperatif (RR: 2,67, 95% CI: 1,68 – 4,25), dan jenis anestesi (RR: 2,37, 95% CI: 1,06 – 5,33). Analisis multivariat menunjukkan bahwa prediktor signifikan untuk nyeri pascabedah sedang hingga berat adalah tingkat kecemasan prabedah (p = 0,085, RR: 2,23, 95% CI: 0,87 – 5,54), durasi pembedahan (p = 0,056, RR: 3,92, 95% CI: 0,96 – 15,96), jenis pembedahan mayor (p = 0,061, RR: 1,63, 95% CI: 0,97 – 2,72), dan konsumsi opioid intraoperatif (p = 0,011, RR: 1,78, 95% CI: 1,14 – 2,78). Kesimpulan: Faktor prediktor nyeri pascabedah pada penelitian ini adalah tingkat kecemasan prabedah, jenis pembedahan, durasi pembedahan, dan konsumsi opioid intraoperatif. Persamaan regresi disusun berdasarkan empat faktor prediktor tersebut.

Background: The prevalence of postoperative pain at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo in 2017 showed moderate pain intensity (57.4%) and severe pain (20.4%). This study aims to determine predictors of moderate and severe postoperative pain, analyze relationships, and develop a prediction model for moderate and severe postoperative pain. Methods: This study used a prospective cohort design on 135 patients undergoing surgery at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo who met the inclusion criteria. Each predictor factor was analyzed using bivariate analysis followed by multivariate analysis using logistic regression. The prediction score system was summarized from the results of the multivariate analysis. Results: The risk ratio (RR) for each predictor identified from bivariate analysis were: preoperative anxiety level (RR: 3.32, 95% CI: 1.28 – 8.56), surgery duration over 90 minutes (RR: 7.23, 95% CI: 1.85 – 28.29), major surgery (RR: 2.69, 95% CI: 1.58 – 4.57), intraoperative opioid consumption (RR: 2.67, 95% CI: 1.68 – 4.25), and type of anesthesia (RR: 2.37, 95% CI: 1.06 – 5.33). Multivariate analysis showed that significant predictors for moderate to severe postoperative pain were preoperative anxiety level (p = 0.085, RR: 2.23, 95% CI: 0.87 – 5.54), surgery duration (p = 0.056, RR: 3.92, 95% CI: 0.96 – 15.96), major surgery (p = 0.061, RR: 1.63, 95% CI: 0.97 – 2.72), and intraoperative opioid consumption (p = 0.011, RR: 1.78, 95% CI: 1.14 – 2.78). Conclusion: Predictors of postoperative pain in this study are preoperative anxiety level, type of surgery, surgery duration, and intraoperative opioid consumption. The regression equation is based on these four predictor factors."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>