Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100763 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia terrnasuk mahasiswa. Fenomena ini sangat memprihatinkan karena rokok sangat berbahaya bagi kesehatan. Hal ini membuat berbagai pihak berupaya untuk menarnbah pengetahuan masyarakat tentang bahaya merokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan perokok aktif tentarig bahaya merokok dengan frekuensi merokok. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 responden yang diambil dengan cara purposive sampling. Alat pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang bahaya merokok dengan frekuensi merokok (p=0,201; α=0,05). Peneliti merekomendasikan kepada petugas kesehatan agar mengadakan pelatihan, seminar, simposium yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi mahasiswa perokok aktif untuk menghentikan kebiasaan merokok."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5661
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Pengetahuan tentang bahaya merokok merupakan salah satu faktor yang akan menyebabkan individu mempunyai perilaku merokok atau tidak. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana pengaruh tingkat pengetahuan tentang bahaya merokok terhadap prilaku merokok, dengan cara membandingkan perilaku antara kelompok individu dengan tingkat pertgetahuan tentang bahaya merokok yang berbeda. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif perbandingan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 40 orang yang diambil dengan cara random sampling. Data yang didapat adalah; 80% responden yang memiliki pengetahuan tinggi dan tidak merokok; 20% responden dengan pengetahuan tinggi dan merokok; 50% responden dengan pengetahuan rendah dan tidak merokok; 50% memiliki pengetahuan rendah dan tidak merokok. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan erat antara tingkat pengetahuan tentang bahaya merokok terhadap perilaku merokok, hal ini didasarkan pada hasil penelitian yaitu dengan diterimanya Ho yang mernpunyai arti bahwa tidak terdapat perbedaan perilaku yang signifikan antara individu dengan pengetahuan tinggi tentang bahaya merokok dengan individu dengan tingkat pengetahuan rendah tentang bahaya merokok terhdap prilaku merokok."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5073
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Jumlah perokok remaja yang semakin banyak ditemui disebabkan ketidaktahuan remaja tentang bahaya merokok. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan karakteristik remaja dengan persepsi remaja mengenai bahaya merokok pada remaja. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Karakteristik responden pada penelitian ini adalah siswa SMA kelas X, dan XI di Jakarta Utara. Sampel dalam penelitian ini, yaitu 205 responden yang diambil dengan simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan dari lima karakteristik hanya satu yang berhubungan dengan persepsi, yaitu status merokok (p = 0,011; α = 0,05). Peneliti merekomendasikan agar pernerintah membuat iklan tentang bahaya rnerokok sehingga persepsi remaja positif terhadap bahaya merokok.
Kata kunci: bahaya; karakteristik; merokok; persepsi; remaja"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5660
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Barus, Henni
"Konsumsi rokok di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Mahasiswa merupakan sekelompok masyarakat yang mengkonsumsi rokok. Penelitian ini dillakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan mahasiswa perokok aktif tentang rokok dengan motivasi berhenti merokok. Penelitian deskriptif korelatif ini mengambil jumlah sampel sebanyak 96 mahasiswa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang rokok dengan motivasi berhenti merokok pada mahasiswa FKM dan FISIP Universitas Indonesia (p = 0,054 ;α = 0,05). Penerapan dan sosialisasi kawasan tanpa rokok perlu ditingkatkan di seluruh lingkungan institusi pendidikan, khususnya bagi fakultas nonkesehatan di Universitas Indonesia agar generasi muda dapat termotivasi untuk berhenti merokok.

Cigarette consumption in Indonesia is increasingly rising. Students are a group of people who consume cigarettes. This research were examined the relation between knowledge of smoke at active smokers student and the motivation to stop smoking cigarettes. The descriptive correlative study took a sample of the 96 students.
These results indicate that there is no relationship between knowledge and motivation to stop smoking cigarettes at the Faculty of Public Health and Faculty of Political and Social Science University of Indonesia (p = 0,054 ; α = 0,05). Implementation and dissemination areas without cigarettes should be increased in all spheres of educational institutions, especially for non-medical faculty at the University of Indonesia so that young people can be motivated to quit smoking.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S42843
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Hidayati
"Tingginya tingkat prevalensi merokok remaja merupakan suatu masalah dan ancaman bagi Indonesia. Salah satu faktor yang mendorong remaja untuk merokok adalah adanya pengaruh dari orang tua, keluarga, dan lingkungan sosial di sekitar mereka yang merokok. Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perilaku merokok dari orang tua, anggota keluarga selain orang tua, dan lingkungan sosial sekitar remaja terhadap perilaku merokok remaja. Sampel remaja usia 10-18 tahun yang merupakan anak dari kepala rumah tangga pada data SUSENAS 2021 digunakan pada penelitian ini. Hasilnya menunjukkan bahwa orang tua, keluarga, dan lingkungan perokok memiliki pengaruh positif terhadap perilaku remaja merokok. Orang tua perokok merupakan prediktor terkuat dalam memengaruhi perilaku merokok remaja, baik dilihat dari status merokok maupun intensitasnya. Sementara itu, lingkungan perokok memiliki pengaruh yang cenderung kecil terhadap status merokok remaja dan tidak signifikan terhadap intensitas merokok remaja.

The high prevalence rate of adolescent smoking is a problem and becoming a threat to Indonesia. One of the factors that encourage adolescents to smoke is the influence of smoking behavior from nearby smokers. The purpose of this study is to investigate the effect of smoking behavior from parents, family members other than parents, and the surrounding social environment on adolescent smoking behavior. In this study, a sample of adolescents aged 10 to 18 who are children of the head of household from the 2021 SUSENAS data was used. The findings highlight that the smoking behavior of parents, family, and the social environment has a positive influence on adolescent smoking behavior. Smoking parents are the strongest indicators of adolescents smoking behavior, both in terms of status and intensity. Meanwhile, the smoking social environment has a small influence on adolescent smoking status and has no effect on adolescent smoking intensity."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Islamiati Anam Putri
"Latar belakang: Penuaan kulit adalah proses biologis yang terdiri dari dua mekanisme dasar yang kompleks, yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik. Aktivitas merokok diketahui sebagai salah satu faktor determinan terhadap kerusakan sel, selain paparan sinar ultraviolet. Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan korelasi antara frekuensi merokok terhadap penuaan dini yang ditandai dengan kerutan pada wajah, namun penelitian di Indonesia masih terbatas. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat topik terkait pengaruh aktivitas merokok terhadap tingkat kerutan wajah pada masyarakat Jabodetabek. Metode: Penelitian ini mengggunakan design cross-sectional dengan total sampel sebanyak 95 responden yang tinggal di Jabodetabek. Terdapat beberapa variabel yang diidentifikasi, seperti variabel demografi, sosioekonomi, aktivitas merokok, dan kerutan wajah. Aktivitas merokok pada responden dikelompokkan berdasarkan jumlah konsumsi batang rokok per hari. Sedangkan kerutan kulit wajah pada responden dinilai menggunakan alat Visioscan® VC 20plus. Data hasil penelitian akan diolah dan dianalisis menggunakan program statistical package for the sosial science (SPSS) ver. 25.0 dengan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05) meliputi analisis univariat dan bivariat. Hasil dikatakan signifikan apabila nilai p < 0.05. Hasil: Sebanyak 66 orang (69,5%) responden penelitian merupakan perokok ringan dengan konsumsi 1 sampai 10 batang rokok/hari. sedangkan profil kerutan wajah responden penelitian di dominasi dengan tingkat keparahan sangat berkerut sebanyak 75 orang (78,9%). Akan tetapi hasil uji bivariat antara aktivitas merokok dengan tingkat keparahan kerutan wajah menunjukkan hasil yang tidak signifikan secara statistik (p = 0,389). Kesimpulan: Pada penelitian ini, tidak ditemukan hubungan bermakna antara aktivitas merokok dengan tingkat keparahan kerutan wajah.

Introduction: Skin aging is a biological process that consists of two complex basic mechanisms, namely intrinsic and extrinsic factors. Smoking activity is known as one of the determinants of cell damage, besides exposure to ultraviolet light. Several previous studies have shown a correlation between smoking frequency and premature aging which is characterized by wrinkles on the face, but research in Indonesia is still limited. Therefore, the authors are interested in raising the topic related to the influence of smoking activity on the level of facial wrinkles in the Jabodetabek community. Method: This study uses a cross-sectional design with a total sample of 95 respondents who live in Greater Jakarta. There are several variables identified, such as demographic, socioeconomic, smoking activity, and facial wrinkles. The smoking activity of the respondents was grouped based on the number of cigarettes consumed per day. Meanwhile, the wrinkles on the facial skin of the respondents were assessed using the Visioscan® VC 20plus tool. The research data will be processed and analyzed using the statistical package for the social science (SPSS) ver. 25.0 with 95% confidence level (α = 0.05) including univariate and bivariate analysis. The results are said to be significant if the p value <0.05. Result: As many as 66 people (69.5%) of the study respondents were light smokers with consumption of 1 to 10 cigarettes/day. while the facial wrinkles profile of the study respondents was dominated by the severity of very wrinkled as many as 75 people (78.9%). However, the results of the bivariate test between smoking activity and the severity of facial wrinkles showed results that were not statistically significant (p = 0.389). Conclusion: In this study, no significant association was found between smoking activity and the severity of facial wrinkles."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lindia Astuti
"Jumlah perokok di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Walaupun telah banyak mendapat informasi tentang bahaya merokok, namun motivasi untuk menghentikan kebiasaan merokok masih rendah. Oleh sebab itu, peneliti mengangkat suatu masalah yang bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi perokok aktif usia dewasa awal untuk berhenti merokok. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif sederhana. Responden yang mengikuti penelitian ini berjumlah 172 orang yang pengambilannya dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling.
Hasil penelitian mengenai data demografi responden rnenggambarkan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan tinggi sebesar 89,5% dan responden dengan tingkat pengetahuan rendah sebesar 10,5%. Selain itu, hasil penelitian juga menggambarkan bahwa rata-rata faktor tingkat pengetahuan (17,43), lingkungan (15,99) dan kesehatan (10,23) merupakan faktor yang secara berurutan mempengaruhi motivasi responden untuk berhenti merokok.
Selain itu, gambaran rata-rata faktor yang rnenghambat motivasi responden untuk berhenti merokok secara berurutan adalah teman (1,52), penyakit yang belum dialami (1,49), harga rokok yang teljangkau (1,40), keluarga yang kurang mendukung (1,20) dan iklan rokok (1,10). Adapun gambaran mengenai alasan responden merokok antara lain karena iseng (19,I9 %), stres (11,05 %) dan coba-coba (10,447 %). Maka, untuk menindaklanjuti penelitian ini diharapkan akan ada untuk rnengetahui korelasi antara maing-masing faktor yang berkontribusi terhadap motivasi perokok aktif usia dewasa awal untuk berhenti merokok dengan menggunakan instrumen yang lebih lengkap."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5420
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Manik, Velda Ruth Ruminar
"Perilaku merokok dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik secara intemal, sepeni lingkat kecerdasan, maupun eksternal, seperti lingkungan. Penelitian ini bertujuan menganalisis apakah ada hubungan antara pengetahuan perokok aktif tentang kawasan bebas rokok dengan perilaku merokok pada kawasan bebas rokok di Universitas Indonesia Depok yang menggunakan desain deskriptif korelatii Responden berjumlah 67 orang, yaitu perokok aktif angkatan 2005 di Universitas Indonesia Depok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara pengetahuan perokok aktif tentang kawasan bebas rokok dengan perilaku merokok pada kawasan bebas rokok di Universitas Indonesia Depok (p=0.028; a=0.l). Oleh sebab itu, perlu diupayakan program sosialisasi mengenai kawasan bebas rokok di institusi pendidikan yang telah menerapkan kawasan bebas rokok.

Smoking behavior was affected by various factors, both internal, such as knowledge, and also external, such as environment. This research had a purpose to analyze the relation between the active smoker?s knowledge about smoke free area and smoking behavior at the smoke free area in the University of Indonesia Depok. This research used descriptive correlative design. The numbers of respondent are 67 people. All of them are active smoker of generation 2005 in the University of Indonesia Depok.
The result of this research show that there is a relation between the active smoker's knowledge about smoke tree area with smoking behavior at the smoke free area in the University of Indonesia Depok (p=0.028; u=0.l). Therefore, must be striven for the socialization program about the smoke free area in the educational institution that had implemented the smoke free area.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5780
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ambarita, Imelda Megawati
"Merokok merupakan masalah memprihatinkan khususnya di kalangan remaja. Meskipun banyak remaja sudah mengetahui bahaya merokok, tidak rnenjamin remaja bersikap menjauhi rokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingl-cat pengetahuan dan sikap remaja terhadap bahaya merokok di SMI( Jaya Kelapa Gading. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pengolahan data menggunakan Chi-Square.
Hasil penelitian didapatkan tingginya tingkat pengetahuan remaja tidak membuat remaja memiliki silcap untuk tidak merokok, Hal ini ditunjukan dengan data uji statistik yaitu dari jumlah 94 responden, remaja yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan bersikap negatif terhadap bahaya merokok sebanyak 30 orang (56,6%). Sedangkan yang tingkat pengetahuan tinggi dan bersikap positif sebanyak 21 orang (51,2%). Untuk meningkatkan kesadaran remaja tentang bahaya merokok, perlu keterlibatan berbagai instansi terkait terutama dari pihak keluarga dan pendidik untuk lebih peran aktif menjadi role model yang baik demi terselamatkannya generasi muda dari bahaya merokok.

Smoking is a matter of concern especially among adolescence. Although many adolences already know the danger of smoking does not guarantee them of being away from the smoke. The aim of this research is to know about relation between degree of knowledge and attitude among adolescence to danger of smoking in SMK Jaya Kelapa Gading. Research design is used Correlation descriptive and anablsed by Chi-square and Anova test.
The result of research found that high degree of knowledge in adolesecences, did not make them have positif attitude to avoid smoking. From 94 respondences, adolescence who have high degree of knowledge are 3 0 people(56.6%) and have negative attitude related to danger of smoking, however adolescence who have high degree of knowledge with positive attude are 21 people (51,2%). To increase awareness among adolescence about danger of smoking, we need to involve especially family and educator to more participate as a good role model to make our generation safe from the danger of smoking.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
TA5859
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adrianison
"Saat ini tembakau telah dikonsumsi di seluruh dunia dan 65-85% tembakau itu dikonsumsi dalam bentuk rokok. Berbagai masalah kesehatan telah timbul akibat kebiasaan merokok yang telah melanda dunia saat ini. Badan kesehatan dunia (WHO) dan organisasi kesehatan lainnya giat berkampanye untuk menangani masalah epidemi merokok. Diperkirakan dewasa ini 2,5 juta orang meninggal tiap tahunnya akibat penyakit-penyakit yang timbul karena merokok. Bahaya merokok telah diketahui orang sejak lebih dari 400 tahun yang lalu namun laporan mengenai penyakit yang berhubungan dengan rokok baru ada sekitar abad ke-18 yaitu ditemukannya kanker bibir dan kanker hidung.
Sekarang kita sedang berhadapan dengan suatu bencana medis terbesar yaitu penyakit-penyakit yang disebabkan oleh rokok. Penyakit tersebut merupakan penyebab kematian utama pada laki-laki. Sudah lama dikenal bahwa asap rokok mengandung sekitar 4.000 bahan kimia dan berhubungan dengan 25 penyakit di tubuh manusia dari kepala sampai kaki, dari kanker sampai impotensi. Sekitar 54,5% penduduk laki-laki dan 1,2% perempuan yang ada di Indonesia adalah perokok Secara keseluruhan sekitar 27,7% persen penduduk Indonesia adalah perokok meskipun data lokal menunjukkan basil yang berbeda-berbeda. Berdasarkan data WHO 2002, Indonesia menduduki urutan kelima dalam konsumsi rokok di dunia. Setiap tahunnya dikonsumsi sekitar 215 miliar batang rokok, dengan total biaya lebih dari 100 triliun. Di dunia diperkirakan terdapat sekitar 1,2 milyar perokok, 800 juta diantaranya terdapat di negara berkembang.
Merokok adalah salah satu penyebab kematian manusia di dunia yang sebenarnya dapat dicegah. Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan terdapat 4,9 juts kematian tiap tahun akibat rokok, berarti terdapat satu kematian tiap 8 menit. Angka ini diperkirakan akan menjadi dua kali lipat pada tahun 2030. Centers for Disease Control and Preventions (CDC) saat ini tengah bekerja keras mengatasi masalah yang timbul akibat rokok dengan membuat program pengontrolan dan pencegahan pemakaian rokok secara global. Program ini dilaksanakan dengan melibatkan berbagai pihak di dunia. Bentuk program itu antara lain adalah surveillance global tentang rokok. Ada empat surveillance global yaitu Global Youth Tobacco Survey (GYTS), Global School Personnel Survey (GSPS), Global Medical Doctors Survey (GMDS) dan Region Survey of Country Specific Tobacco-related Information (Regional Survey).
Salah satu bentuk konkrit ikut membantu program WHO adalah dengan melakukan GSPS di kota Depok. Kota Depok merupakan salah satu kota di propinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Jakarta, terletak di selatan kota Jakarta. Luas daerahnya adalah 200,29 km2, terdiri dari 6 kecamatan, 63 kelurahan dan jumlah penduduk 1.369.461 jiwa. Terdapat 126 sekolah menengah pertama (SMP) di Depok ini yang tersebar di 6 wilayah, terdiri dari 14 SMP negeri dan 112 SMP swasta. Selama ini belum ada data tentang kekerapan merokok, data tentang pengetahuan dan sikap terhadap perilaku merokok pada guru dan karyawan SMP di Depok ini."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T20856
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>