Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116298 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irma Oktarina
"Manusia melakukan atau berbuat sesuatu pada dasamya didorong oleh suatu faktor penggerak yang disebut motivasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa 52% pasien NAPZA yang sedang menjalani rehabilitasi di RSKO Jakarta memiliki motivasi sembuh yang tinggi. Hal tersebut memberi gambaran bahwa pasien NAPZA memiliki dorongan untuk sembuh dari ketergantungan obat, baik dorongan di luar maupun dari dalam individu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi motivasi sembuh pasien NAPZA yang sedang menjalani rehabilitasi di RSKO Jakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana dengan populasi sampel 25 orang pasien rehabilitasi rawat inap di RSKO Jakarta. Data diolah dengan analisis univariat dan ditata dalam bentuk tabel distribusi proporsi. Penelitian ini juga mengidentifikasi motivasi sembuh responden berdasarkan aspek keyakinan, lingkungan, pengaruh orang lain dan penghargaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi tenaga kesehatan untuk dapat meningkatkan pelayanan yang dapat memotivasi pasien dengan mengembangkan komunikasi terapeutik yang tepat."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
TA5567
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muharriza
"Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional, ada sekitar 3,5 juta orang penyalahguna NAPZA di Indonesia dan usia rata-rata pertama kali menggunakan adalah 15 tahun (BNN, 2004). Salah satu faktor yang ikut berkontribusi adalah faktor keluarga (Depkes, 2001). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan lingkungan keluarga dengan perilaku penyalahgunaan NAPZA. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional study, dengan tekhnik pengambilan sampel purposive sampling. Penelitian di lakukan pada klien rawat jalan di RSKO Jakarta dengan jumlah responden 79 orang, Metode pengumpulan data menggunakan angket yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Hasil analisa univariat menunjukkan responden adalah Iaki-laki (93,7 %), usia saat ini > 25 tahun (54.4 %), pendidikan terakhir umumnya SMA (64,6 %) dan jenis NAPZA yang digunakan pertama kali sebagian besar adalah ganja / mariyuana (54,4 %). 54,4 % responden tinggal dilingkungan keluarga yang kondusif, usia pertama menggunakan terdapat 49,4 % dibawah 16 tahun dan tingkat penggunaan saat pertama mencari pertolongan ke fasilitas kesehatan sebagian besar sudah pada tingkat ketergamungan (83,5 %).
Sedangkan hasil uji bivariat dengan Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara lingkungan keluarga dengan usia pertama menggunakan NAPZA (p value=0,000; α = 0,05%), dengan OR 6,000 menunjukkan keluarga yang tidak kondusif berpeluang 6 kali dibandingkan keluarga yang kondusif dalam mempercepat seseorang mengkonsumsi NAPZA. tetapi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan keluarga dengan tingkat penggunaan NAPZA (p value=0,401; α = 0,05%).
Disarankan perlunya keluarga menyadari bahwa perilaku anak sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan keluarga. Tindakan preventif dimulai dari lingkungan keluarga, perlunya keluarga melakukan deteksi awal penyalahgunaan NAPZA pada anak agar dapat meminimalkan penyalahgunaan NAPZA. Perlu dilakukan penelitian dengan lingkup yang lebih luas mencakup jumlah sumpel dan variabel serta desain penelitian. Sampel diharapkan lebih banyak dan menyebar di berbagai wilayah, dengan variabel yang banyak serta perlu dilakukan penelitian dengan pendekatan cohor study."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
TA5460
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lukita Purnamasari
"Dukungan keluarga adalah dukungan yang diberikan secara sistematis oleh anggota keluarga lainnya meliputi dukungan emosional, instrumental, dukungan informasi dan penghargaan, dan dukungan untuk memfasilitasi anggota keluarga dalam melakukan kontak sosial dengan masyarakat. Motivasi merupakan suatu proses yang menjelaskan tentang intensitas, arah, dan ketekunan seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penelitian bersifat kuantitatif dengan deskripsi korelasi, menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel 51 orang. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga dan variabel terikat adalah motivasi. Pengambilan data penelitian ini menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56,9% pasien memperoleh dukungan keluargayang baik dan 56,9% pasien memiliki motivasi tinggi. Dari hasil uji korelasi chi square diperoleh tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi mengikuti program rehabilitasi, nilai α 0,152 (˃0,05). Ini berarti motivasi dipengaruhi oleh banyak faktor lain tidak hanya dukungan keluarga. Fenomena yang muncul saat ini dimana pasien penyalahguna NAPZA datang ke tempat rehabilitasi tersangkut masalah hukum yang menurut undang-undang wajib mengikuti rehabilitasi. Penelitian ini perlu ditindak lanjuti lebih mendalam dengan penelitian kualitatif, tentang faktor - faktor lain yang mempengaruhi motivasi penyalahguna NAPZA mengikuti program rehabilitasi.

Family support is kind of support given systematically by other family members that includes. Emotional support, material, information and services, and support to facilitate family members to do social contact with community. Motivation is a process that describes the intensity, direction and persistence of a person to achieve the expected goals.This research is a quantitative study with correlation design that used total sampling technique with a sample of 51 people. The independent variable in this study is family support and the dependent variable is the motivation. Datas were collected by a questionnaire.
The results showed that 56.9% samples got the support of their families and had high motivation. The chie square test showed that there is no correlation between family support and motivation to undergo the rehabilitation program (α = 0,152). This means that the motivation is influenced by many factors beside the family support. a phenomenon that currently happens is drugs abusers come to a rehabilitation program due to legal problems in which they have an obligation to undergo a rehabilitation. This study needs to get followed up with a qualitative study, about other factors affecting the substance abusers attending rehabilitation program.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64852
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Eka Sary
"World Drug Report, laporan tahunan United Nation Office on Drug and Crime (UNODC) 2018 menyebutkan bahwa pada tahun 2016 dari sekitar 275 juta penduduk dunia atau 5, 6 % dari populasi global yang berusia 15-64 tahun menggunakan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain (NAPZA) sekali dalam hidup mereka. Sekitar 31 jutanya adalah penyalahguna narkoba yang mungkin memerlukan perawatan. Tanggung jawab terpenting dari pemberi pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit adalah memberikan asuhan dan pelayanan pasien yang efektif dan aman. Panduan praktik klinis yang tertuang dalam clinical pathway merupakan salah satu upaya untuk menjamin kualitas perawatan pada pasien. Clinical pathway adalah salah satu alat manajemen perawatan yang banyak dipakai oleh pemberi layanan kesehatan dimana clinical pathway berpotensi mengurangi variasi layanan yang tidak perlu sehingga dapat meningkatkan outcome klinis dan juga penghematan pemakaian sumber daya (finansial). Penerapan Clinical pathway pada terapi detoksifikasi penyalahgunaan NAPZA/adiksi berpotensi memberi peluang untuk meningkatkan kualitas perawatan dengan biaya yang sama. Kemajuan teknologi saat ini memungkinkan rumah sakit memanfaatkan suatu sistem yang dapat mengakomodasi penambahan variasi dalam perawatan dan memudahkan evaluasi pelayanan yang diberikan. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang dan membuat sebuah prototipe clinical pathway berbasis elektronik untuk perawatan pasien penyalahguna NAPZA dengan berbasis web. Perancangan sistem dilakukan dengan menggunakan metode prototipe dan pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada pengguna sistem dan observasi. Hasil dari penelitian ini adalah terbangunnya prototipe sistem yang dapat memberikan informasi tingkat kepatuhan PPA dan merekam variasi yang ada selama perawatan s harus dikembangkan sesuai dengan komponen.

Th World Drug Report, 2018 annual report of the United Nations Office on Drug and Crime (UNODC) states that in 2016 out of around 275 million world population or 5, 6% of the global population aged 15-64 years use narcotics, psychotropic substances and addictive substances others (drugs) once in their lives. Around 31 million are drug abusers who may need treatment. The most important responsibility of health care providers, especially hospitals, is to provide effective and safe care and patient care. The clinical practice guide contained in the clinical pathway is an effort to ensure the quality of care for patients. Clinical pathway is one of the care management tools that is widely used by health care providers where the clinical pathway has the potential to reduce unnecessary variations in services so that it can improve clinical outcomes and also reduce the use of resources (financial). The application of Clinical Pathways to drug abuse / addiction detoxification therapy has the potential to provide an opportunity to improve the quality of care at the same cost.Information technological advances allow hospitals to utilize a system that can accommodate additional variations in care and facilitate evaluation of services provided. The purpose of this research is to design and create an electronic-based clinical pathway prototype for the treatment of web-based drug users. System design is done by using a prototype method and data collection is done by interviewing system users and observations. The results of this study are the establishment of a system prototype that can provide information on the level of PPA compliance and record variations that exist during treatmente focus of this study is the freshman student of Faculty of Psychology at University of Indonesia experience of acquiring, evaluating and using information, when "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53644
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariana Dewi
"Jumlah kasus penggunaan NAPZA di Indonesia sebanyak 20.301 orang, dimana 70% pemakai tersebut dikalangan remaja. Lingkungan ikut berkontribusi terhadap perilaku penggunaan NAPZA. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran perilaku remaja terhadap NAPZA di Sekolah yang berlokasi dekat dengan terminal. Penelitian ini dilakukan di SMU Terpadu Terminal Depok dengan jumlah responden sebanyak 98 Orang. Metode yang digunakan deskriptif sederhana dengan instrumen penelitian berbentuk kuesioner, Domain perilaku yang diteliti menunjukan hasil bahwa tingkat pengetahuan responden yang tinggi sebanyak 79 orang (80.61%), berpengetahuan sedang 19 orang (19.39%) dan tidak ada yang berpengetahuan rendah. Domain sikap menunjukan hasil bahwa responden yang bersikap baik terhadap NAPZA sebanyak 51 orang (52.04%) dan bersikap kurang baik 47 orang (47.96%). Untuk domain tindakan menunjukan hasil bahwa responden yang berperilaku adaptif sebanyak 56 orang (57.14%) dan yang berperilaku maladaptif sebanyak 42 orang (42.86%). Peneliti merekomendasikan pada penelitian selanjutnya untuk lebih baik menggunakan metode penelitian korelasi untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terhadap NAPZA."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5662
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Mitra Wismaningrum
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26454
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Penyalahgunaan NAPZA (Narkotik, Alkohol, Psikotropika dan Adiktif)
dewasa ini telah mencapai situasi yang mengkhawatirkan, sehingga menjadi masalah
yang sangat mendesak. Masalah yang ditimbulkannya antara lain merusak hubungan
kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar, perubahan perilaku, menjadi anti
sosial, gangguan kesehatan, kriminalitas dan tindakan kekerasan yan dapat merusak
dan mengancam kehidupan masyarakat. Peran dan fungsi keluarga dalam membentuk
manusia sebagai masyarakat yang sehat bio, psiko, sosio, spiritual merupakan titik
sentral dalam pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran peran keluarga yaitu; peran orang tua, peran saudara kandung dan peran
anggota keluarga yang lain dalam mempengaruhi kesiapan keluarga menerima
anggota keluarga yang mengalami ketergantungan NAPZA. Serta mengetahui
gambaran fungsi keluarga yaitu fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi dan
fungsi perawatan. Metode penelitian bersifat deskriptif sederhana dengan responden
sebanyak 43 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar kuesioner
sebanyak 24 pertanyaan yang mengacu pada epran dan fungsi keluarga. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa peran saudara kandung mempunyai nilai kesiapan
yang tinggi dalam mempengaruhi kesiapan menerima anggota keluarga yang
mengalami ketergantungan NAPZA. Sedangkan fungsi keluarga yang sangat
bermakna dalam memengaruhi kesiapan keluarga menerima adalah fungsi afektif
dengan nilai 54,3%. Di sisi Iain yang perlu diperhatikan yaitu kemampuan dan
kemauan keluarga dan semua pihak yang terlibat dalam perawatan anggota keluarga
yang mengalami ketergantungan NAPZA yaitu meningkatkan pengawasan dan
pembinaan agar anggota keluarga yang dirawat cepat sembuh dan dapat beradaptasi
di masyarakat."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
TA5453
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rino Cahyadi Nugroho
"Penelitian ini dititikberatkan pada pembahasan mengenai kewenangan pemerintah dalam rehabilitasi sosial dan implementasi pelaksanaan rehabilitasi sosial pecandu dan korban penyalahgunaan napza dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif yaitu melakukan analisa dengan pendekatan peraturan perundang-undangan di bidang administrasi pemerintahan serta penggunaan teori kewenangan dalam lingkup hukum administrasi negara. dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka secara atribusi berdasarkan ketentuan undang-undang narkotika dan undang-undang pemerintah daerah kewenangan pemerintah dalam rehabilitasi sosial pecandu dan korban penyalahgunaan napza termasuk dalam urusan pemerintahan bidang sosial. kemudian secara delegasi pengaturannya diserahkan pada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang sosial, yang menurut Perpres 24 tahun 2010 dan Perpres 46 tahun 2015 menteri yang dimaksud adalah menteri sosial. tetapi dalam implementasinya ada lembaga lain yaitu Badan narkotika nasional ikut melaksanakan fungsi rehabilitasi sosial pecandu dan korban penyalahgunaan napza, kondisi ini tentunya dapat menimbulkan potensi tumpang tindih kewenangan, dan menurut undang-undang administrasi pemerintahan termasuk kategori penyalahgunaan kewenangan karena melaksanakan kewenangan diluar tujuan diberikannya wewenang. Oleh karena itu diperlukan koordinasi antar lembaga untuk membahas bagaimana sebaiknya pelaksanaan rehabilitasi sosial apakah tetap mengikuti ketentuan undang-undang narkotika atau ada perjanjian kerjasama antar lembaga yang bersangkutan sehingga terjadi keselarasan dalam pelaksanaan rehabilitasi sosial pecandu dan korban penyalahgunaan napza.

This research focuses on the discussion on government authority in socialrehabilitation and implementation of addicts and drug abuse victims usingnormative juridical research method that is to analyze with regulation approach ingovernment administration and the use of authority theory within the scope ofstateadministrationlaw.from the results of research that has been done then theattribution based on the provisions of the narcotics laws and local governmentlaws government authorities in social rehabilitation of addicts and victims of drugabuse included in the affairs of social government. then the delegation arrangements submitted to the minister who organizes social government affairs,according to Perpres 24 of 2010 and Presidential Regulation 46 of 2015 the minister in question is a social minister. but in the implementation there is another institution that is the National Narcotics Agency participate in implementing the social rehabilitation function of addicts and drug abuse victims, this condition can certainly lead to potential overlapping of authority, and according to the law of government administration including the category of abuse of authority forexercising authority outside the purpose of granting authority. Therefore, interinstitutional coordination is needed to discuss how best to implement socialrehabilitation whether to follow the provisions of narcotics law or there is cooperation agreement between institutions concerned so that there is harmony in the implementation of social rehabilitation of addicts and drug abuse victims"
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lailatul Fadilah
"Klien ketergantungan heroin yang menjalani terapi banyak mengalami kekambuhan. Kekambuhan dapat disebabkan oleh ketidakmampuan klien mengatasi masalah, konflik sosial, disfungsi keluarga, dan dukungan sosial yang rendah. Menurut Gossop, et al (2002) kemampuan keterampilan koping yang kurang dapat menimbulkan resiko terjadi kekambuhan. Beberapa penelitian menyatakan kemampuan koping yang baik, memiliki peranan yang penting dalam keberhasilan pengobatan dan pencegahan terhadap kekambuhan. Penelitian dilakukan dengan desain fenomenologi deskriptif. Partisipan adalah klien ketergantungan heroin yang menjalani PTRM, yang didapatkan dengan cara purposive sampling sebanyak enam partisipan. Metodenya indepth interview dengan tipe pertanyaan semistructure. Hasil penelitian mengidentifikasi delapan tema yaitu peningkatan kualitas hidup, mengalihkan stressor sebagai upaya meyelesaikan masalah, mencari dukungan bermakna sebagai upaya menyelesaikan masalah, faktor pendorong menggunakan heroin, dampak negatif bersifat holistik, motivasi memperbaiki diri, kesulitan mengontrol diri sebagai pemicu ketidakpatuhan, kekonsistenan kegiatan positif sebagai pendukung proses pemulihan. Hasil penelitian diharapkan tenaga kesehatan profesional mampu mengembangkan kemampuan koping adaptif klien untuk meminimalisasi kekambuhan.

The clients of heroin addiction who undergoing therapy much relapse. Recurrence patient can be caused by inability client to resolve the problem such as, social conflict, family dysfunction, and low social support. According to Gossop, et al (2002) the in ability of coping skills may due risk of recurrence. Some studies suggest that better coping skills, have an important role in the success of the treatment and prevention of recurrence. The study was conducted with the design of descriptive phenomenology. Participants were clients who undergoing PTRM heroin dependence, obtained by purposive sampling as many as six participants. The method of research use indepth interview within semistructure questions type. The results identified eight themes, such as improved quality of life, as an effort to divert stressor settle disputes, seek meaningful support in an effort to solve the problem, the drivers using heroin, the negative impact is holistic, motivation to improve themselves, damage controlling himself as a trigger of non-compliance, consistency of positive activities as supporting the recovery process. The results are expected health professionals are able to develop client's adaptive coping skills to minimize recurrence."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T33033
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Erlyn D.S.
"Jumlah anak jalanan semakin meningkat setiap tahunnya dirnana sebagian diantaranya merupakan pengguna NAPZA. Persepsi individu terhadap NAPZA dipenganxhi oleh pengetahuan yang menentukan perilaku individu tersebut terhadap NAPZA. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan persepsi anak jalanan usia remaja tentang NAPZA di kota Depok tahun 2008. Desain penelitiawyang digunakan adalah deskriptif koleratif. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 80 orang yang diminta untuk mengisi kuisioner yang terdiri dari 15 pertanyaan dan 20 pernyataan. Responden merupakan anak jalanan usia remaja di kota Depok.
Hasil peneiitian mendapatkan bahwa 65% responden memiliki tingkat pengetahuan rendah dan 35% memiliki tingkat pengetahuan tinggi, sedangkan jumlah responden yang memiliki persepsi positif tentang NAPZA sama dengan responden yang memiliki persepsi negatif masing-masing sebanyak 50%. Analisa lebih lanjut menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pcngetahuan dengan persepsi anak jalanan usia remaja tentang NAPZA di kota Depok tahun 2008 (p vaIue=0,815, o.=0,05). Peneliti merekomendasikan penelitian lebih lanjut mengenai perilaku penggunaan NAPZA dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan NAPZA pada anak jalanan usia remaja."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5625
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>