Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196452 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jagus Widodo
"ABSTRAK
Untuk menciptakan industri telekomunikasi di Indonesia yang kompetitif, berkualitas dan bisa menarik investor serta bisa bermanfaat bagi masyarakat Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan Penyelenggaraan jasa SLJJ dari monopoli menjadi duopoli dengan adanya terminasi dini hak eksklusivitas penyelenggaraan jasa SLJJ yang selama ini hanya diberikan kepada PT.Telkom, menjadi ada dua pemain yaitu PT. Indosat. Walaupun penyelenggaraan SLJJ sudah duopoli namun implementasi pemakaian kode akses jasa SLJJ baru dilaksanakan pada tanggal 3 April 2008 di Balikpapan. Berdasarkan evaluasi implementasi pembukaan kode akses SLJJ di Balikpapan produksi pemakaian akses jasa SLJJ dengan menggunakan kode akses kurang menggembirakan karena produktivitasnya masih sangat rendah yang disebabkan oleh beberapa penyebab, misalnya : Telkom sudah mnurunkan tarif SLJJ, adanya pemberlakuan service charge yang relatif tinggi (Rp. 945 per menit), Indosat belum melakukan corporate action, ada jasa sejenis yang ditawarkan oleh penyelenggara seluler dengan harga SLJJ antar pelanggan seluler jauh lebih rendah.
Jasa SLJJ bagi penyelenggara incumbent yaitu PT. Telkom sangat penting karena masih memberikan kontribusi pendapatan yang sangat signifikan namun memiliki pertumbuhan negatif dan hal ini perlu segera ditindaklanjuti dengan serius. Hal tersebut belum lagi memperhitungkan bila kode akses SLJJ tersebut akan dibuka di seluruh kota di Indonesia dan munculnya pesaing baru yang pada akhir tahun 2008 ini akan ditetapkan oleh pemerintah. Penyelenggara incumbent harus segera merevitalisasi pengelolaan bisnis SLJJ bila tidak ingin performansi pendapatannya akan terus menurun dengan melakukan strategi-strategi yang tepat. Pesaing-pesaing yang dihadapi sebenarnya tidak terbatas pada penyelenggara SLJJ dari Jaringan Tetap saja namun Penyelenggara Seluler juga menjadi ancaman. Penyelenggara incumbent segera bertindak dengan memanfaatkan keunggulannya, SDM, infrastruktur, finansial maupun sistem yang lebih mapan untuk menghadapi pesaing.

ABSTRACT
In order to establish competitive and eligible telecommunication industry in Indonesia also more attractive to investor and benefit to the community, government (regulator) has been acknowledged a changing in policy for long distance call service from monopoly to duopoly. This is signed by early termination on exclusive right to PT. TELKOM as first granted operator in the business and permitted PT. INDOSAT as a new player. Duopoly era come to operational when PT. INDOSAT opens the service on April 3rd 2008 in Balikpapan. Derived from our evaluation on implementation of opening long distance service in Balikpapan by PT. INDOSAT, shows that usage of the service by using access code is not quite content because its productivity (traffic) is very low. This could be caused by some conditions such as cutting price strategy by PT. TELKOM, relatively high service charge (Rp 945 per minute), lack of corporate action from PT. INDOSAT and also there is kindly same service from mobile operator that offer long distance call services at much more cheaper price.
Long distance call service is a major business for the incumbent (PT. TELKOM). The service is still contributing significant revenue even at present it has a negative growth and hence seriously need much improvement. This declining could be becoming worst by taking into account that as in the near future the access code of PT. INDOSAT will be opened national wide. Also there is a potential new competitor in the business by the end of year 2008. PT. TELKOM as an incumbent in telecommunication industry in Indonesia has to react immediately and need to revitalize its long distance call service business to prevent continues declining in revenue by doing proper and right strategic actions. Keep in mind that the competitor is not only narrowed to fixed long distance operator but also cellular operator also should be considered as a threat as well. Incumbent should act by optimizing its capabilities such as human resources, infrastructure, financial and settled system to deal with competitors."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T40929
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jagus Widodo
"ABSTRAK
Untuk menciptakan industri telekomunikasi di Indonesia yang kompetitif, berkualitas dan bisa menarik investor serta bisa bermanfaat bagi masyarakat Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan Penyelenggaraan jasa SLJJ dari monopoli menjadi duopoli dengan adanya terminasi dini hak eksklusivitas penyelenggaraan jasa SLJJ yang selama ini hanya diberikan kepada PT.Telkom, menjadi ada dua pemain yaitu PT. Indosat. Walaupun penyelenggaraan SLJJ sudah duopoli namun implementasi pemakaian kode akses jasa SLJJ baru dilaksanakan pada tanggal 3 April 2008 di Balikpapan. Berdasarkan evaluasi implementasi pembukaan kode akses SLJJ di Balikpapan produksi pemakaian akses jasa SLJJ dengan menggunakan kode akses kurang menggembirakan karena produktivitasnya masih sangat rendah yang disebabkan oleh beberapa penyebab, misalnya : Telkom sudah mnurunkan tarif SLJJ, adanya pemberlakuan service charge yang relatif tinggi (Rp. 945 per menit), Indosat belum melakukan corporate action, ada jasa sejenis yang ditawarkan oleh penyelenggara seluler dengan harga SLJJ antar pelanggan seluler jauh lebih rendah.
Jasa SLJJ bagi penyelenggara incumbent yaitu PT. Telkom sangat penting karena masih memberikan kontribusi pendapatan yang sangat signifikan namun memiliki pertumbuhan negatif dan hal ini perlu segera ditindaklanjuti dengan serius. Hal tersebut belum lagi memperhitungkan bila kode akses SLJJ tersebut akan dibuka di seluruh kota di Indonesia dan munculnya pesaing baru yang pada akhir tahun 2008 ini akan ditetapkan oleh pemerintah. Penyelenggara incumbent harus segera merevitalisasi pengelolaan bisnis SLJJ bila tidak ingin performansi pendapatannya akan terus menurun dengan melakukan strategi-strategi yang tepat. Pesaing-pesaing yang dihadapi sebenarnya tidak terbatas pada penyelenggara SLJJ dari Jaringan Tetap saja namun Penyelenggara Seluler juga menjadi ancaman. Penyelenggara incumbent segera bertindak dengan memanfaatkan keunggulannya, SDM, infrastruktur, finansial maupun sistem yang lebih mapan untuk menghadapi pesaing.

ABSTRACT
In order to establish competitive and eligible telecommunication industry in Indonesia also more attractive to investor and benefit to the community, government (regulator) has been acknowledged a changing in policy for long distance call service from monopoly to duopoly. This is signed by early termination on exclusive right to PT. TELKOM as first granted operator in the business and permitted PT. INDOSAT as a new player. Duopoly era come to operational when PT. INDOSAT opens the service on April 3rd 2008 in Balikpapan. Derived from our evaluation on implementation of opening long distance service in Balikpapan by PT. INDOSAT, shows that usage of the service by using access code is not quite content because its productivity (traffic) is very low. This could be caused by some conditions such as cutting price strategy by PT. TELKOM, relatively high service charge (Rp 945 per minute), lack of corporate action from PT. INDOSAT and also there is kindly same service from mobile operator that offer long distance call services at much more cheaper price.
Long distance call service is a major business for the incumbent (PT. TELKOM). The service is still contributing significant revenue even at present it has a negative growth and hence seriously need much improvement. This declining could be becoming worst by taking into account that as in the near future the access code of PT. INDOSAT will be opened national wide. Also there is a potential new competitor in the business by the end of year 2008. PT. TELKOM as an incumbent in telecommunication industry in Indonesia has to react immediately and need to revitalize its long distance call service business to prevent continues declining in revenue by doing proper and right strategic actions. Keep in mind that the competitor is not only narrowed to fixed long distance operator but also cellular operator also should be considered as a threat as well. Incumbent should act by optimizing its capabilities such as human resources, infrastructure, financial and settled system to deal with competitors."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T40929
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Ramzy
"Perkembangan arah penyelenggaraan telekomunikasi dan monopoli menuju kompetisi membutuhkan dukungan perangkat regulasi yang memadai guna menjamin berlangsungnya persaingan secara sehat dan efektif. Salah satu regulasi tersebut adalah pengaturan interkoneksi termasuk penentuan biaya interkoneksi. Pengaturan interkoneksi harus didasarkan pada prinsip keadilan (fairness), berbasis biaya, tidak membeda-bedakan (non-discrimatory) dan tidak saling merugikan masing-masing penyelenggara. Biaya interkoneksi yang berlaku saat ini belum didasarkan pada biaya, sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 32 tahun 2004 pemerintah merencanakan implementasi biaya interkoneksi berbasis biaya pada tahun 2005.
Bagi penyelenggara PSTN Incumbent yaitu PT Telekomunikasi Indonesia, interkoneksi telah menjadi salah satu kontributor utama pendapatan operasi perusahaan. Berdasarkan data performansi perusahaan periode triwulan tiga 2004 yang diterbitkan Telkom, kontribusi pendapatan interkoneksi mencapai 17,45% pendapatan konsolidasi atau 28,01% pendapatan perusahaan tidak terkonsolidasi.
Memperhatikan bahwa hampir sepertiga pendapatan perusahaan tidak terkonsolidasi dikontribusi dari pendapatan interkoneksi, maka perubahan yang menyangkut pengaturan interkoneksi yang dapat memberi dampak bagi performansi perusahaan, terutama performansi bisnis harus dianalisis dan diantisipasi.
Proposal ini diarahkan untuk menyusun kerangka penelitian dalam melakukan identifikasi dan analisis perubahan regulasi interkoneksi serta potensi dampak perubahan regulasi terhadap performansi Telkom. Kerangka penelitian didisain untuk melakukan simulasi terhadap pemberlakuan biaya interkoneksi berbasis biaya, sehingga dapat dilakukan perbandingan antara pendapatan dan beban interkoneksi berdasarkan regulasi saat ini dibandingkan dengan regulasi cost base.
Dari hasil identifikasi dan simulasi perhitungan dampak implementasi regulasi interkoneksi akan dirumuskan formulasi strategi antisipasi yang dapat dipergunakan untuk dalam mengantisipasi rencana implementasi biaya interkoneksi berbasis biaya.

Telecommunication industry that has moved towards competition requires a set of regulations that sufficient enough to guaranty effective and healthy competition among operators. Interconnection regulation including interconnection cost is one of those regulations. To support effective and healthy competition, interconnection regulation must be made based on fairness, cost base, non-discriminatory principles and mutually beneficial to operators. Current interconnection cost applied in Indonesia is not based on cost, but it will be changed by the submission of Ministerial Decree number 32, 2004 that states the implementation of cost base interconnection cost will be applied in 2005.
Interconnection revenue has become of incumbent main operating revenue contributor. For the third quarter of 2004, PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk as incumbent operator, achieve 17,45% of its consolidated revenue and 28,01% of unconsolidated revenue from interconnection.
This research proposal is aimed to develop research framework to identify and analyze the change in interconnection regulation and also potential impact that may be effect to Telkom. This research framework is designed to do some simulation with the implementation of new interconnection tariff scheme. The result of simulation will be compared with current condition.
This research proposal will include strategic formulation to anticipate regulation change. Incumbent to anticipate implementation of cost based interconnection may use strategic formulation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14774
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krishna Davy
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008
S24626
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agoes Koesrijanto
"Telekomunikasi adalah dunia bisnis yang sangat dinamis, karena tingkat persaingan yang ada sangat kompetitif. Kompetitifnya pasar telekomunikasi khususnya layanan Jasa Jaringan atau Network ini disebabkan faktor pelanggan, faktor operator,dan faktor teknologi. Untuk pasar Jasa Jaringan, Telkom sebagai market leader dalam layanan Jasa Jaringan ini dengan menguasai pangsa pasar sebesar 66%. Saat ini kontribusi layanan Metro Ethernet di Telkom posisi Juni 2010 masih sebesar 7% dengan revenue growth 328%, maka perlu dilakukan penyusunan strategi kompetisi untuk mempertahankan bisnis Wholesale Metro Ethernet, sehingga dapat memberikan kontribusi optimal dalam upaya mempertahankan posisi Telkom selaku market leader layanan Wholesale Metro Ethernet. Dari hasil analisa kompetitif layanan Wholesale Metro Ethernet Telkom dengan menggunakan model Porter 5 Forces didapatkan bahwa layanan Wholesale Metro Ethernet memiliki potensi kompetitif HIGH. Modeling dengan tools SWOT terletak pada kuadran 1 yaitu Growth Oriented Strategy. Hasil analisa Matriks IE layanan Wholesale Metro Ethernet berada pada kuadran 5 atau Stability dan diarahkan untuk ke kuadran 1 (Growth). Langkah yang harus dilakukan adalah untuk penggeseran kuadran ini adalah dengan 7 langkah strategis antara lain inovasi skema bisnis, pengembangan produk, peningkatan QoS, penyediaan alat produksi, peningkatan kerjasama, simplifikasi organisasi dan peningkatan kompetensi SDM. Balance Scorecard menjelaskan tentang framework untuk Financial point revenue bernilai 316.161 juta Rupiah atau growth peningkatan kapasitas jual sebesar 95% dan Customer Satisfaction Index 80%. Langkah kuantitatif beserta targetnya dalam suatu framework pointer nilai dan bobot ini yang selanjutnya dipakai sebagai tujuan tahunan. Strategi dan langkah ini diharapkan dapat dapat mendukung Telkom sebagai market leader layanan Wholesale Metro Ethernet.

Telecommunication is a very dynamic and very competitive business. The competitiveness of these market especially in telecommunication network, because of many factors, i.e.: customers, operators and technology. Telkom is the market leader operator in telecommunication network with stand for 66% market share. Digital leased channel based on TDM is the market leader for type of product hold 74% market share. Metro Ethernet contribute only 7% for the Telkom network revenue and have revenue growth 328%, so it is need to arrange implementation of network wholesale Metro Ethernet strategy to maintain Telkom as a market leader in telecommunication Metro Ethernet market. Modelling by use Porter 5 Forces have result for Telkom Wholesale Metro Ethernet has a HIGH competitive potential. SWOT analysis has position at Quadran 1 or at Growth Oriented Strategy. Internal & External Matrix modeling has result at Quadrant 5 or Stability, and must be move to quadran 1 Growth to reach the strategic goals. 7 Strategic activity to move this quadran are : business scheme innovation, product development, QoS improvement, infrastructure preparation, joint venture, organization simplification and human resource competence improvement. Balance Scorecard has framework for financial revenue 316.161 million rupiahs, growth of capacity 95% and Customer Satisfaction Index 80%. Strategic activities in Balance Scorecard could be used as Annual target. All of Strategic could be use by Telkom to reach the goal Telkom as a market leader in Metro Ethernet market in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27998
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dimalaouw, Felicia Sandra
"Saat ini Indosat sedang melakukan transformasi untuk berkembang menjadi perusahaan telekomunikasi lengkap dan terpadu (Mull network and services provider). Untuk itu, Indosat kini melakukan ekspansi bisnis berdasarkan strategi "4 in 1 ", dimana strategi ini meliputi empat jalur bisnis utama, yaitu sebagai penyelenggara jaringan backbone, telekomunikasi tetap, telekomunikasi bergerak, serta internet dan multimedia. Kesemuanya ini berbasis pada satu teknologi, yaitu teknologi internet (IP-based).
Salah satu fokus pengembangan bisnisnya adalah sebagai penyelenggara jaringan dan jasa telekomunikasi domestik (lokal dan SLJJ). Bisnis ini merupakan bisnis yang baru bagi Indosat. Memasuki bisnis ini, saingan terberat dan terbesar yang harus dihadapi Indosat adalah Telkom, yang telah mempunyai pengalaman serta jaringan akses hampir diseluruh Indonesia. Untuk itu, diperlukan suatu strategi bisnis yang tepat agar Indosat dapat tetap bertahan dan memenangkan persaingan.
Tesis ini menganalisa mengenai strategi bisnis Indosat dalam memasuki bisnis telekomunikasi tetap domestik (lokal dan SLJJ), dengan menggunakan matriks Internal-Eksternal (IE) dan matriks SWOT.

Today, Indosat has transformed their business to be a full network and services provider. The expansion base on "4 in 1 strategic", with four core business; being backbone network services provider, access network provider, mobile services provider, and internet and multimedia. All four business is based on the one technology, internet technology ( IP-based).
The one focus in their business is as the domestic telecommunication services and network provider, for local and long distance. This is a new business for them. The biggest and the best competitor is Telkom, which has the experience and the network almost all over Indonesia. Therefore, Indosat need to have the best strategic to survive and win the competition.
This thesis analyzing the Indosat strategic business for domestic telecommunication (local and long distance) business, using Internal-External Matrix and SWOT Matrix.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T1483
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Priyanto
"Salah satu tolak ukur kinerja suatu perusahaan adalah pendapatan. Pendapatan adalah penerimaan dari penjualan produk. Oleh karena itu pendapatan sangat bergantung pada perencanaan dan penentuan kebijakan strategis ke depan.
Untuk memperkirakan jumlah pendapatan Bisnis Jaringan Produk Phone SLJJ di PT. X dibuatlah suatu model pendapatan. Model ini dibuat dengan pendekatan sistem dinamis dan dikerjakan dengan menggunakan perangkat lunak Powersim. Hasil peramalan yang ingin dicapai oleh model ini adalah mencakup pendapatan dari tiap divre dan segmentasi pelanggan.
Nilai peramalan diperoleh dari hasil simulasi model pendapatan. Hasil simulasi menunjukkan bahwa pendapatan Bisnis Jaringan Produk Phone SLJJ di PT. X akan mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Adapun variabel yang dinilai mempengaruhi pendapatan ini adalah Q (hambatan), ASR (Answer to Seizure Harm), jumlah sirkit, jumlah pelanggan, dan okupansi sirkit.

One of performance indicator of a company is revenue. Revenue is receiving from product sales. Because of that, revenue is very depending on planning and determining of strategic policies to the future.
In order to estimating revenue from network business SLJJ phone ptoduct in PT. X a revenue model is build. This model is build by dynamics system approach and using Powersim software as a tool. Forecast outputs that want to achieve from the model is revenue forecast that include revenue from every divre and customer segmentation.
Forecast value is determining by simulation output of revenue model. Simulation result show that revenue from network business phone product SLJJ in PT. X would increase from years to come. Variables that considered influencing revenue are Q (obstacle), ASR (Answer to Seizure Ratio), the sum of circuit, customer number, and circuit occupation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S50129
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Ramzy
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
TA3247
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mursiyana Mulatsih
"Beralihnya fungsi telekomunikasi dari utilitas menjadi komoditi perdagangan akan merangsang munculnya operator baru yang bergerak pada bisnis telekomunikasi, khususnya penyelenggaraan telekomunikasi tetap lokal dan SLJJ. Munculnya operator baru ini menjadikan bisnis telekomunikasi yang semula monopoli menjadi kompetisi dan memerlukan penetapan tarif yang seobyektif mungkin dan adil baik antar operator maupun antar pengguna layanan. Penetapan tarif yang demikian ini diharapkan merangsang tumbuhnya kompetisi yang sehat. Kemungkinan adanya subsidi silang antar layanan yang diselenggarakan sedapat mungkin dihindari, karena akan memungkinkan suatu operator mensubskdi operator lain yang merupakan saingan bisnisnya.
Penelitian ini diarahkan pada permasalahan perhitungan dan penetapan tarif dari segi ekonomi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti tingkat efisiensi biaya operator telekomunikasi incumbent dalam menyediakan jasa telekomunikasi lokal dan SLJJ, meneliti kemungkinan adanya subsidi silang antar layanan dan dampaknya terhadap pemerataan pelayanan telekomunikasi. Metode yang digunakan antara lain metode regresi sederhana, metode incemental costing dan metode NICK test.
Data-data yang diperlukan diambil dari laporan keuangan, laporan kinerja sentral, laporan produksi pulsa, laporan perfomansi perusahaan, SISYANET yang dikeluarkan oleh PT Telkom dan laporan studi sentral pleb AT&T/Lucent Technologies selaku konsultan Telkom.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa selama ini operator tidak efisien dalam membelanjakan uangnya untuk penyediaan telekomunikasi. Subsidi silang terjadi antara layanan lokal dan layanan SLJJ dan antar wilayah/divisi regional. Dampak dari kondisi ini, tarif yang ditetapkan menjadi lebih tinggi, karena biaya yang dikeluarkan operator tinggi. Bagaimanapun operator ingin mendapatkan keuntungan, sehingga tarif yang ditetapkan secara keseluruhan harus bisa menutup seluruh biaya yang dikeluarkan, Adanya subsidi silang menyebabkan kompetisi tidak terbuka secara penuh."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T4517
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mursiyana Mulatsih
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
TA3315
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>