Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79055 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
"ABSTRAK
Hakekat data arkeologi yang terbatas baik kualitas maupun kuantitasnya memacu kita berupaya keras untuk memperoleh, merekam, dan terutama menafsirkan data-data tersebut. Rentang waktu yang sangat panjang sejak data tersebut berada dalam konteks sistem tingkah laku manusia hingga sekarang, menuntut kita untuk mencari kiat penjelasannya. Salah satu kiat yang diperqunakan adalah dengan menggunakan kajian etnoarkeologi. Dengan meiihat praktik yang barlalu pada masyarakat sekarang yang relatif sederhana dan masih menjalankan tradisi yang hampir sama,
diharapkan dapat membantu menjelaskan arti. fungsi, dan sebagainya dari data-data arkeologi tersehut.
Tulisan ini berusaha mengkaji mengenai tata ruang masyarakat megalitik dengan menganalogikannya dengan masyarakat Baduy yang sekarang ini masih hidup bersahaja. Di samping itu, masyarakat Baduy masih menjalankan 'tradisi mega1itik'.
Dari hasil kajian ini diketahui bahwa konsep tata ruang suatu masyarakat pada dasarnya ditentukan oleh sustem religi atau kepercayaannya. Masyarakat Baduy percaya bahwa arah
ruang yang baik adalah selatan di mana terdapat Sasaka Pusaka Buana atau dalam dunia arkeologi disebut Area Domas yang merupakan kompleks peninggalan megalitik. Sasaka Pusaka Buana ini dianggap sebagai pusat bumi, awal penciptaan dunia. asal-usul kehidupan, dan tempat berkumpulnya roh leluhur nenek moyang. Arah selatan yang magis dan suci itu kemudian berpengaruh dan menjadi landasan dalam penataan ruang kehidupan lainnya, seperti penataan wilayah, pemukiman, rumah, dan lingkungan binaan lainnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Pengungkapan atas paradigma objek arkeologis di Tipang yang di sebut Toguan dan Batu Siungkap-ungkapon dalam kaitannya dengan pemahaman makna yang dikandungnya. Makna objek tersebut kurang jelas dipahami masyarakat pendukungnya akibat unsur budaya sehingga menjadikan sifatnya died monument. Untuk memahami kedua objek dimaksud maka dilakukan pemilahan menurut tataran emik dan etik, sehingga akan dipahami konsep menurut pengertian masyarakat lokal dan juga konsep-konsep dalam berbagai sumber/lintas budaya. Untuk itu maka metode yang digunakan adalah kualitatif dengan alur penalaran induktif. Perbandingan makna objek pada masyarakat dengan data etik tersebut maka akan didapatkan pemahaman bahwa, jika Toguan dan Batu Siungkap-ungkapon itu dimaknai sebagai satu kesatuan objek, yaitu sebagai areal berbagai ritus sehingga Batu Siungkap-ungkapon itu bermakna sebagai simbol atau media penghubung nenek moyang. Sedangkan jika kedua objek arkeologis dimaknai masing-masing sebagai kesatuan yang berbeda maka Toguan itu merupakan areal ritus pertanian dan Batu Siungkap-ungkapon sebagai bagian dari saran prosesi ritus pertanian."
SBA 17:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rahmawan
"Tulisan ini membahas bagaimana awal mula pemukiman di Situs Kutai Lama, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Penelusuran Ppemukiman tersebut dilihat dari tinggalan arkeologis yang diperoleh dari hasil penggalian yang dilakukan oleh Tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pada tahun 2007 dan 2009. Setiap situs pemukiman yang ada pada Situs Kutai Lama kemudian dilihat karakteristik temuan dan karakteristik keletakannya.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah merekonstruksi kebudayaan masa lalu pada Situs Kutai Lama. Penelitian ini membahas pemukiman tingkat makro dan dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa sisa-sisa pemukiman yang ada menunjukan perbedaan sosial dan menunjukan situs mana yang ramai didatangi oleh para pedagang dan kemudian tinggal untuk bermukim.

This article discuss about the beginning of the settlement in the Kutai Lama Site in which the settlement can be seen and observed by the artifacts, obtained from an excavation by the team of National Archaeological Research Center in 2007 and continued in 2009. Each settlement is characterized by its artifacts and locations.
The purpose of this research is to reconstruct the ancient culture in Kutai Lama Site. This settlement, in which from the excavation processes shows the difference of social or state of well-being in each site, is a macro settlement where it shows which part of it was often visited by merchants and then became a settlement.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S58371
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kembang Dini Rachmawati
"Prasasti Tandess merupakan salah satu data epigrafi dan juga sumber sejarah tertulis yang menyebutkan nama Kyai Tumenggung Puspanegara. Prasasti tersebut terletak di Komplek Makam Puspanegara, Gresik. Isi dari Prasasti Tandes penting untuk diketahui karena sedikit banyak mampu menggambarkan dinamika kekuasaan dan pemerintahan pusat dan daerah di Jawa di sekitar masa kekuasaan Kyai Tumenggung Puspanegara. Penelitian ini menganalisis Prasasti Tandes dengan kritis dan disertai catatan terkait penulisan dan isi prasasti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setidaknya terdapat beberapa hal yang dikemukakan dalam Prasasti Tandes, yaitu peran seseorang bernama Kyai Tumenggung Puspanegara, suatu daerah bernama Tandes, serta peristiwa Perang Suksesi Jawa II.

Tandes Inscription is one of a few epigraphical data and also written history source mentioning the name of Kyai Tumenggung Puspanegara. The inscription is located in Puspanegara Cemetery, Gresik. Its contents are important because it informs us some aspects of the dynamics of central and regional authority and government in Java during the reign of Kyai Tumenggung Puspanegara. The study shows some information written in Tandes Inscription, which are the role of Kyai Tumenggung Puspanegara, a place called Tandes, and also The Javanese Succession War II.;;"
2015
S58216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eunike Yuditha Kusumaningtyas
"ABSTRAK
Skripsi ini tentang tata letak dan arah hadap setiap bangunan pada Kompleks Vihara Buddhayana Dewi Kwan Im Burung Mandi berdasarkan Kepercayaan Masyarakat Cina, Ilmu Feng Shui, dan Kepercayaan Agama Buddha. Vihara Buddhayana Burung Mandi berada di pinggir bukit dan berada di daerah pantai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa yang menyebabkan pola tata letak bangunan pada kelenteng tersebut berbeda dengan kelenteng-kelenteng pada umumnya, sehingga dapat diperoleh unsur-unsur kebudayaan pada bentuk bangunannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tata letak dari pembangunan Kelenteng ini bukan hanya dipengaruhi oleh Feng Shui saja, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi geografis, tempat suci dari Dewi Kwan Im sebagai Dewa Utama kelenteng ini, bahkan juga dipengaruhi oleh unsur-unsur Buddha.

ABSTRACT
This Final Resume is all about the layout and the orientation of every buildings at temple Buddhayana Dewi Kwan Im Burung Mandi based on Chinese culture, Feng Shui, and Buddhist religion. Temple Buddhayana Burung Mandi is at the edge of cliff and near coast. The purpose of this research is to knowing the patterns of the buildings layout of the temple was different with other usual temples, so we can provide the elements of culture on building form. The results of this research is to show the patterns of the temple was not affected only by Feng Shui, but affected too by geography position, the holy place of Kwan Im Goddess as the main Goddess of this temple, even affected by Buddhist culture. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S63592
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elga Kusumastita
"[ABSTRAK
Skripsi ini membahas penerapan gaya neoklasik yang ada pada Gedung Chartered Bank di Jakarta Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa banyak unsur arsitektur neoklasik Eropa diterapkan pada bangunan yang letaknya jauh dari Eropa seperti contohnya di Jakarta dengan objek kajian Gedung Chartered Bank sebagai salah satu bangunan peninggalan pada masa kolonial Eropa Hasil analisis skripsi ini menunjukkan bahwa unsur neoklasik pada bangunan di Jakarta khususnya pada Gedung Chartered Bank diaplikasikan pada seluruh unsur-unsur bangunan.

ABSTRACT
, This thesis discusses about the applications of the elements of neoclassical architecture in the Chartered Bank Building at Jakarta The purpose of this thesis is to reveal how many elements of the European neoclassic architecture applied to building which is far away from Europe such us in Jakarta The result of the analysis of this thesis explains that the elements of neoclassical architecture of buildings in Jakarta especially on the Chartered Bank Building completely applied to all of the elements of the building ]
"
2015
S58787
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tawalinuddin Haris
"Berdasarkan catatan sejarah, hubungan dagang antara Cina dengan Jawa telah berlangsung cukup lama, yaitu sejak abad ke 5 Masehi. Hubungan tersebut ditopang pula oleh jalur-jalur pelayaran yang telah dikenali oleh orang-orang Cina untuk sampai dan singgah di kepulauan Nusantara Peningkatan aktivitas di bidang perdagangan dan pelayaran di daerah kepulauan Nusantara, mengakibatkan tumbuh dan berkembangnya tempat atau pos-pos pedagang Cina yang kemudian menjadi pemukiman-pemukiman khusus orang Gina (pecinan) di sejumlah daerah di kepulauan Nusantara Akibat lebih lanjut, sudah tentu terjadi interaksi sosial budaya antara orang (pedagang) Cina dengan orang setempat (pribumi). Latar belakang tersebut, yang mendorong penelitian ini dilakukan dengan fokus masalah pada pengaruh budaya Cina pada daerah pesisir utara Jawa dan Madura Tujuan yang dikehendaki adalah terungkapnya dan teridentifikasinya pengaruh budaya Cina serta latar sejarah keberadaan unsur-unsur budaya Cina tersebut.
Upaya mengungkapkan budaya Cina tersebut dilakukan melalui kajian arkeologis historis dengan sasaran penelitian pada aspek tinggalan arkeologisnya yang terdapat pada daerah yang diteliti yaitu Cirebon, Semarang, Gresik dan Madura.
Hasilnya menunjukan bahwa orang-orang Cina total' dijumpai keberadaannya diseluruh Jawa dan Madura sejak masa lampau. Mereka bermukim di kota-kota pelabuhan di daerah pesisir atau muara-muara sungai besar yang menjadi pasat perdagangan dan sarana transportasi yang menghubungkan daerah pantai dengan pedalaman. Pilihan lokasi atau tempat tinggal orang Cina di suatu kota, mungkin tampaknya berkaitan dengan kegiatan usaha di sektor perdagangan. Keberadaan orang Cilia di daerah pesisir ditandai pula dengan hadirnya pemukiman Cina (Pecinan). Pengaruh budaya Cina tampak kentara dijumpai pada sejumlah tinggalan arkeologis yang ditemui di daerah yang menjadi lokasi penelitian.
(Dana Rutin DIK. MAKI No.5.2501tahun 1998/1999/LPUI,...57 hal, foto,peta)"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
LP 1999 127
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Sulistiono
"Pendahuluan
Da'wah dan penyebaran doktrin Islam di Pulau Jawa telah berlangsung untuk masa yang lama. Proses tersebut antara lain merupakan hasil usaha perorangan maupun kelompok para pedagang. Di Pulau Jawa tidak ada kekuatan Islam yang terpusat untuk melancarkan pengaruhnya atau memaksakan perkembangannya dengan jalan perang (Arnold, 1985:326).
Pertumbuhan masyarakat Islam di Pulau Jawa dapat dibuktikan antara lain melalui kehadiran peninggalan tua di Leran, (Gresik). Di tempat itu ditemukan batu nisan yang bertulis Arab Kufi, yang memiliki angka tahun tertua di Indonesia. Nama yang terbaca pada batu nisan tersebut adalah Fatimah binti Maimun bin Hibat Allah, yang wafat pada tahun 495 H/1102 Masehi (Moquette, 1921:391-399 ; Tjandrasasmita, 1977: 111). Di Gresik terdapat pula kuburan tua, di Gapura yang terletak bersebelahan dengan Taman Makam Pahlawan Gresik. Pada batu nisannya tertulis nama asSyahid Burhanuddin wa Quwwatuddin alMalik Ibrahim alMa'ruf, wafat pada Rabi'ul Awwal 1419 M (Juynboll, 1911: 605), sedangkan J.P.Moquette tidak menyebut Rabi'ul Awwal, melainkan Rabi'ul Akhir (1912 :208-210). Satin nisan itu penuh dengan ukiran huruf Arab, di antaranya berupa ayat-ayat alaur'an. Batu nisan itu didatangkan dari Cambay, dan tampak mempunyai persamaan dengan yang terdapat di Pasai dan India (Moquette, 1912 : 536-548). Bukti-bukti arkeologi yang menunjukkan adanya perkembangan masyarakat muslim di Jawa Timur juga dijumpai pada pemakaman muslim daerah Troloyo yang berangka tahun 1203-1533 Saka atau tahun 1281-1611 M (Damais, 1957:353 ; Ambary, 1984:353-354). Dengan demikian, maka dapat diidentifikasi adanya kantung pemukiman komunitas muslim di Trowulan, setidaknya pada jangka waktu tersebut (Ambary, 1991b:10).
Pada zaman Majapahit, perdagangan di sekitar perairan Nusantara telah dikuasai oleh saudagar-saudagar dari Jawa. Pada waktu itu mereka telah menjadi saudagar yang kaya raya, bahkan sekitar tahun 1416 Masehi sudah banyak Adipati Majapahit yang memeluk agama Islam (Sehrieke, 1916:30). Posisi tersebut semakin mantap ketika di pusat kerajaan terjadi perebutan 'mahkota' antara Keluarga raja, terkenal dengan Peristiwa Paregreg (1401-1406 M), yang menyebutkan para adipati di pesisir utara Jawa semakin memegang kekuatan ekonomi dan maritime? "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Ahmad Ginanjar Purnawibawa
"Skripsi ini membahas tentang teknologi senjata logam pada masa lampau. Penelitian ini menggunakan metode analisis kandungan unsur (x-ray fluroscence) dan tingkat kekerasan (skala Mohs) pada 11 senjata logam dari Museum Tosan Aji. Senjatasenjata tersebut berupa keris, pedang, dan mata tombak. Hasil analisis unsur memperlihatkan bahwa dari 11 senjata yang dianalisis tidak terdapat senjata dengan kandungan unsur dan trace element yang sama, selain itu tidak ditemukan hubungan antara hiasan pamor pada senjata dengan kandungan unsur. Sementara pengukuran tingkat kekerasan menunjukkan adanya perbedaan tingkat kekerasan pada jenis dan tipe senjata tertentu, serta adanya hubungan antara tingkat kekerasan dengan proses pembuatan pada senjata keris.

The focus of this study is about ancient technology of metal weapons. This research use element analysis (x-ray fluroscence) and hardness test (Mohs scale) method to analyze 11 weapons from Tosan Aji Museum. Those weapons are kerises, sword, and spear tips. Based on element analysis result, there is no similar element composition and trace element in 11 metal weapons. Furthermore, element analysis proof that weapon’s pamor and it’s element composition is unrelated. Other method, hardness test result shows there is hardness level difference in various kind and type of weapons. Hardness test result also shows there is relation between hardness level and forging processes in keris."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S57844
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Yudha Kriscahyanti
"Kompleks Candi Panataran merupakan tinggalan penting yang berasal dari masa Majapahit. Gugusan percandian ini memiliki beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki candi lain di masa sebelumnya, antara lain memiliki ukuran yang luas dan terbagi ke dalam tiga Halaman. Bangunan utama dalam gugusan percandian ini adalah Candi Induk yang terletak pada halaman paling belakang. Seperti bangunan candi pada umumnya, arsitektur pada percandian Panataran dilengkapi dengan ragam hias, baik ragam hias arsitektural maupun ornamental. Penelitian ini membahas variasi bentuk pemahatan ornamen berupa relief singa dan kepala naga bersayap yang terletak pada dinding teras ketiga Candi Induk Panataran.
;The temple complex of Panataran is an important remains that derived from Majapahit period. This monuments has several features that are not owned by another temple at the previous period, for example that has a wide size and consist of three courtyards. The main temple located at the end of the complex. As the temple in general, this monuments complemented by architectural and ornamental decorative. This research describes the variation sculpture of winged lion and naga head ornaments on the third terrace of Panataran main temple.
;The temple complex of Panataran is an important remains that derived from Majapahit period. This monuments has several features that are not owned by another temple at the previous period, for example that has a wide size and consist of three courtyards. The main temple located at the end of the complex. As the temple in general, this monuments complemented by architectural and ornamental decorative. This research describes the variation sculpture of winged lion and naga head ornaments on the third terrace of Panataran main temple.
;The temple complex of Panataran is an important remains that derived from Majapahit period. This monuments has several features that are not owned by another temple at the previous period, for example that has a wide size and consist of three courtyards. The main temple located at the end of the complex. As the temple in general, this monuments complemented by architectural and ornamental decorative. This research describes the variation sculpture of winged lion and naga head ornaments on the third terrace of Panataran main temple.
;The temple complex of Panataran is an important remains that derived from Majapahit period. This monuments has several features that are not owned by another temple at the previous period, for example that has a wide size and consist of three courtyards. The main temple located at the end of the complex. As the temple in general, this monuments complemented by architectural and ornamental decorative. This research describes the variation sculpture of winged lion and naga head ornaments on the third terrace of Panataran main temple.
;Kompleks Candi Panataran merupakan tinggalan penting yang berasal dari masa Majapahit. Gugusan percandian ini memiliki beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki candi lain di masa sebelumnya, antara lain memiliki ukuran yang luas dan terbagi ke dalam tiga Halaman. Bangunan utama dalam gugusan percandian ini adalah Candi Induk yang terletak pada halaman paling belakang. Seperti bangunan candi pada umumnya, arsitektur pada percandian Panataran dilengkapi dengan ragam hias, baik ragam hias arsitektural maupun ornamental. Penelitian ini membahas variasi bentuk pemahatan ornamen berupa relief singa dan kepala naga bersayap yang terletak pada dinding teras ketiga Candi Induk Panataran.
;The temple complex of Panataran is an important remains that derived from Majapahit period. This monuments has several features that are not owned by another temple at the previous period, for example that has a wide size and consist of three courtyards. The main temple located at the end of the complex. As the temple in general, this monuments complemented by architectural and ornamental decorative. This research describes the variation sculpture of winged lion and naga head ornaments on the third terrace of Panataran main temple.
;The temple complex of Panataran is an important remains that derived from Majapahit period. This monuments has several features that are not owned by another temple at the previous period, for example that has a wide size and consist of three courtyards. The main temple located at the end of the complex. As the temple in general, this monuments complemented by architectural and ornamental decorative. This research describes the variation sculpture of winged lion and naga head ornaments on the third terrace of Panataran main temple.
;The temple complex of Panataran is an important remains that derived from Majapahit period. This monuments has several features that are not owned by another temple at the previous period, for example that has a wide size and consist of three courtyards. The main temple located at the end of the complex. As the temple in general, this monuments complemented by architectural and ornamental decorative. This research describes the variation sculpture of winged lion and naga head ornaments on the third terrace of Panataran main temple.

The temple complex of Panataran is an important remains that derived from Majapahit period. This monuments has several features that are not owned by another temple at the previous period, for example that has a wide size and consist of three courtyards. The main temple located at the end of the complex. As the temple in general, this monuments complemented by architectural and ornamental decorative. This research describes the variation sculpture of winged lion and naga head ornaments on the third terrace of Panataran main temple."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S58786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>