Ditemukan 57152 dokumen yang sesuai dengan query
F.X. Rahyono, 1956-
Depok: Wedatamawidyasastra, 2009
306.4 RAH k
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Endang Poetri Astutik
"Kemampuan representasi matematis merupakan salah satu standard proses ynag sangat penting untuk dimiliki dan dikembangkan oleh siswa. Diharapkan siswa mampu merepresentasikan hasil pemikirannya dan menyelesaikan permasalahan matematika. Namun pada kenyataannya, kemampuan representasi matematis siswa masih kurang dan perlu dikembangkan lagi. Pemberian bimbingan dan bantuan seperlunya kepada siswa yang mengalami kesulitan, diharapkan dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk mampu memiliki tanggung jawab dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Salah satu bantuan yang bias diberikan adalah melalui metode Scaffolding. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan representasi matematis siswa setelah menerima scaffolding dalam pembelajaran matematika berbasis kearifan budaya Osing Banyuwangi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-B SMPN-2 Genteng-Banyuwangi. Instrumen pengumpulan data/ informasi yang digunakan terdiri dari instrumen tes, lembar observasi, dan wawancara. Hasiil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan representasi matematis siswa yang belajar melalui pembelajaran matematika berbasis kearifan budaya Osing Banyuwangi dengan teknik scaffolding lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran melalui metode konvensional. Scaffolding dalam pembelajaran matematika berbasis kearifan budaya Osing Banyuwangi juga memberikan variasi pembelajaran dan menambah wawasan siswa tentang pentingnya mengenal serta melestarikan budaya yang ada di Indonesia."
Jakarta: Pusat Data dan Teknologi Informasi, 2020
371 TEKNODIK 24:1 (2020)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Muhammad Asyura
"Kemponan merupakan perwujudan kebudayaan lokal masyarakat Melayu Pontianak yang mengajarkan nilai sosial dalam bentuk sugesti. Kemponan merupakan budaya menghargai dan mengapresiasi sebuah tawaran ataupun pemberian orang lain berupa makanan dan minuman. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan budaya kemponan berdasarkan sebab dan media terjadinya, pola pencegahannya, dan nilai sosial budaya yang terkandung di dalamnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebab terjadinya budaya kemponan ialah adanya sugesti negatif dalam diri seseorang mana kala tidak memakan atau meminum yang disuguhkan atau yang diinginkan sehingga akan menimbulkan bala atau celaka bagi orang tersebut. Media terjadinya kemponan ialah makanan dan minuman, bahkan terdapat beberapa makanan dan minuman yang disakralkan oleh masyarakat Melayu Pontianak. Sebagai sebuah ‘sugesti negatif’ kemponan dapat dicegah dengan cara ‘dipatahkan’ melalui perilaku khas yang disebut jamah, cempalet, dan palet; yang mengandung nilai-nilai sosial yang berfungsi sebagai penangkal bala atau celaka mana kala seseorang menolak ajakan untuk menyantap makanan ataupun minuman tertentu yang dianggap sakral. Di dalam perilaku menjamah, cempalet dan palet, budaya kemponan mengandung nilai kearifan lokal yaitu 1) nilai budaya saling menghargai sesama manusia, 2) nilai budaya menghargai alam, dan 3) nilai budaya religi.
Kemponan is an embodiment of Pontianak Malay local culture which teaches social values in the form of suggestion. Kemponan is regarded as the culture which acknowledges and appreciates someone’s offer or gift especially food and beverage. This research was qualitative research with in-depth interview technique. The purpose of this research was to describe kemponan according to the reason, its media, prevention pattern and social culture value within it. This research has shown that kemponan happened because of negative suggestion in someone who believes that harm or accident may happen if he/she does not eat or drink what has been offered by the host. Media of kemponan is food and beverage, even sacred refreshment of Pontianak Malay. As a negative suggestion, some certain actions can break kemponan, either by touching the refreshment or saying the words ‘cempalet’ and ‘palet’ which contain social values to prevent unexpected harm if someone refuses the offer of sacred refreshment. The local wisdom of kemponan in touching the offer or saying ‘cempalet’ ‘palet’ are 1) the cultural value which appreciates fellow human beings; 2) the cultural value which appreciates the nature; and 3) the religious and cultural value."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2019
900 HAN 3:1 (2019)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Medan: Balai Arkeologi Medan, 2010
913.92 KEA
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Lucas Partanda Koestoro
Medan: Balai Arkeologi Medan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata , 2010
930.1 KEA
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Marthin Billa
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005
959.84 MAR a
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Billa, Marthin
Jakarta: Pustaka sinar harapan, 2006
363.7 Bil a
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Mike Nurjana
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
907 PJKB 7:1 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata - Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala - Direktorat Nilai Sejarah, {s.a}
959 WSJ
Majalah, Jurnal, Buletin Universitas Indonesia Library
Eko Budiharjo, 1944-2014
Jakarta: Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2012
306.09 EKO t
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library