Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 210579 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Sherly Meidya Ova
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara self-esteem dan perilaku kekerasan pada remaja laki-laki di wilayah Jabodetabek.
Jenis perilaku kekerasan yang diukur antara lain perkelahian fisik, tawuran,tindakan melukai orang dengan senjata, tindakan melukai seseorang hingga membutuhkan perawatan dokter, vandalisme, perilaku mengancam dengan senjata, perilaku mengancam tanpa senjata, dan bullying (menjahili orang lain, mempermalukan orang lain di depan umum, memanggil nama orang dengan sebutan lain, dan mengancam akan melukai orang lain). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan alat ukur Rosenberg Self-Esteem Scale untuk mengukur self-esteem. Daftar perilaku kekerasan yang digunakan adalah alat ukur yang telah diadaptasi dari penelitian-penelitian sebelumnya. Data penelitian diolah dengan menggunakan teknik statistik Pearson Product-Moment Correlation. Partisipan berjumlah 311 remaja laki-laki yang berada di komunitas dan lembaga pemasyarakatan. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-esteem dan perkelahian fisik pada remaja laki-laki di wilayah Jabodetabek (r = 0.24; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Selain itu, terdapat hubungan positif yang signifikan antara selfesteem
dan perilaku mengancam tanpa senjata pada remaja laki-laki di wilayah Jabodetabek (r = 0.231; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara self-esteem dan jenis perilaku kekerasan lainnya.

This research was conducted to find the relationship between self-esteem and violence behavior among male adolescents in Jabodetabek Area. Type of violent behavior being measured include physical fights, group fights, used a weapon in a fıght, hurt someone badly enough to need bandages or care from doctor or nurse, vandalism, threatening behavior with a weapon, threatening behavior with and without weapons, and bullying (teased others, humiliate someone, call the person's name with another name, and threatened to hurt someone else). This research used a quantitative approach and using the Rosenberg Self-Esteem Scale to measuring self-esteem. List of violent behavior that is used is a measure that has been adapted from previous studies. Data was analyzed using Pearson Product-Moment Correlation technique. The participants were 311 male adolescents in community and correctional-institution. The results showed that there is a significant correlation between self-esteem and physical fights among male adolescents in Jabodetabek area (r = 0.24; p = 0.000, significant at the L.o.S 0.01). In addition, there is a significant positive correlation between self-esteem and threatening behavior without weapon among male adolescents in Jabodetabek area (r = 0.231, p = 0.000, significant at the LoS 0.01). Did not reveal any significant relationship between self-esteem and other types of violent behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46108
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatima Zahra
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dan self-esteem remaja, dilihat dari persepsi ayah dan anak. Responden pada penelitian ini adalah 133 siswa kelas X SMA dan ayah mereka. Keterlibatan ayah diukur dengan alat ukur Seven-Item Father Involvement Scale yang disusun oleh Carlson (2006), sedangkan self-esteem diukur dengan alat ukur Self-Liking/Self-Competence Scale-Revised (SLCS-R) yang disusun oleh Tafarodi dan Swann (2001). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah yang dipersepsi oleh remaja dengan kedua dimensi self-esteem remaja, yaitu self-liking (r = .295; n = 133; p < 0,01 twotailed) dan self-competence (r = .262; n = 133; p < 0,01 two-tailed). Namun, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah yang dipersepsi oleh ayah dengan kedua dimensi self-esteem remaja, yaitu self-liking (r = .143; n= 133; p > 0,01 two-tailed) dan self-competence (r = .151; n = 133; p > 0,01 twotailed). Hasil tersebut mengimplikasikan bahwa keterlibatan ayah yang dipersepsi oleh remaja berhubungan dengan self-esteem remaja. Maka, semakin tinggi keterlibatan ayah berdasarkan persepsi remaja, tingkat self-esteem remaja pun semakin tinggi.

The goal of this study was to examine the relationship between father involvement and adolescent self-esteem, with regards to father and adolescent perception. Respondents were 133 10th grade students and their father. Father involvement was measured by Seven-Item Father Involvement Scale (Carlson, 2006), whereas self-esteem was measured by Self-Liking/Self-Competence Scale-Revised (SLCSR) (Tafarodi & Swann, 2001). The result of this study shows that father involvement perceived by adolescent related with both dimensions of adolescent self-esteem, there are self-liking (r = .295; n = 133; p < 0,01 two-tailed) and selfcompetence (r = .262; n = 133; p < 0,01 two-tailed). But, father involvement perceived by father did not related with both dimensions of adolescent selfesteem, there are self-liking (r = .143; n = 133; p > 0,01 two-tailed) and selfcompetence (r = .151; n = 133; p > 0,01 two-tailed). The result implied that father involvement perceived by adolescent related with adolescent self-esteem. Therefore, the higher father involvement perceived by adolescent, the higher adolescent self-esteem will be.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57078
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Meidya Ova
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai penerapan program Esteem Builders dalam meningkatkan komponen security dan selfhood pada remaja dengan tingkat self-esteem rendah. Self-esteem merupakan penilaian individu mengenai gambaran atau potret dirinya dan komponennya terdiri atas security, selfhood, affiliation, mission, dan competence. Komponen security dan selfhood yang akan digunakan dalam penelitian ini karena komponen tersebut merupakan dua komponen dasar pembentuk self-esteem. Penelitian ini berbentuk single-case design yang melibatkan seorang remaja lelaki usia 13 tahun dengan tingkat self-esteem yang rendah. Keberhasilan program Esteem Builders dalam meningkatkan komponen self-esteem security dan selfhood dapat terlihat dari perubahan skor yang signifikan pada Behavior Checklist Borba-Self Esteem Tally B-SET , penurunan skor internalizing behavior problems pada Child Behavior Checklist CBCL , dan hasil wawancara yang menunjukkan peningkatan komponen security dan selfhood pada diri partisipan. Hasil penerapan 7 sesi program intervensi ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan komponen security dan selfhood pada remaja dengan tingkat self-esteem rendah. Hal tersebut terlihat dari tercapainya kriteria keberhasilan program.

This study is aimed to find a general picture of the implementation of the Esteem Builders Program in correlation to develop the selfhood and security components in an adolescent with low self esteem. Self esteem is the process of evaluating or judging inner self descriptions. The component of self esteem consist of security, selfhood, affiliation, mission, and competence. The security and selfhood components are used as two basic components in this study, since both components are at the first stages of self esteem components. This study is a single case design which involved a 13 years old adolescent with a low self esteem. The success results of Esteem Builders Program in correlation to improve the self esteem security and selfhood components can be seen by the significant changing in Behavior Checklist Borba Self Esteem Tally B SET scores, the decreasing in internalizing behavior problems in Child Behavior Checklist CBCL scores and the interview results, which showed the increasing numbers of security and selfhood components of the participant, itself. The application result of this intervention program showed that there is an improvement in security and selfhood components in an adolescent with low self esteem, which can be seen by the achievement of the program success criteria."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T47334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hanna Qudsiyah
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara self-esteem dan motivasi berprestasi dalam hope of success dan fear of failure pada remaja jalanan. Self-esteem ialah komponen evaluasi diri, penilaian afektif yang berpengaruh pada konsep diri. Motivasi berprestasi adalah kebutuhan untuk menampilkan sesuatu dengan baik atau berjuang untuk sukses dan dibuktikan dengan ketekunan dan usaha dalam menghadapi kesulitan. Motivasi berprestasi dapat dikatakan sebagai kombinasi dari dua variabel kepribadian yaitu kecenderungan untuk mencapai kesuksesan dan kecenderungan menghindari kegagalan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengukuran self-esteem menggunakan Rosenberg’s Self-Esteem Scale (RSES) dan pengukuran motivasi berprestasi menggunakan alat ukur Achievement Motives Scale-Revised (AMS-R). Partisipan berjumlah 58 remaja jalanan.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-esteem dan hope of success pada remaja jalanan (r=0,286; p=0,029) dan hubungan negatif yang signifikan antara self-esteem dan fear of failure pada remaja jalanan (r=-0,437; p=0,01). Remaja jalanan yang memiliki self-esteem tinggi akan lebih termotivasi untuk meraih kesuksesan dalam kehidupannya.

This research was conducted to find the relationship between self-esteem and achievement motivation in hope of success and fear of failure among street youth. Self-Esteem is self-evaluation components, affective appraisal which affects the self-concept. Achievement motivation is the need to perform well or the striving for success, evidenced by persistence and effort in the face of difficulties.
This study used quantitative method. Self-esteem was measured by Rosenberg’s Self-esteem Scale (RSES) and achievement motivation was measured by Achievement Motives Scale-Revised (AMS-R). Data was analyzed using Pearson Product-Moment Correlation technique. The participants were 58 street youth.
The result of this study showed that there is a positive significant correlation between self-esteem and hope of success (r=0,286; p=0,029) and a negative significant correlation between self-esteem and fear of failure (r=-0,437; p=0,01). Street youth with high self-esteem will be more motivated to achieve success in life.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S61989
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Anandiza Syafris
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara tingkat self-esteem dan perilaku cyberbullying atau rundungan siber pada remaja. Penelitian dilakukan berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang menunjukkan hasil yang tidak konsisten mengenai hubungan antara tingkat self-esteem dan perilaku rundungan siber. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel 195 orang siswa Sekolah Menengah Atas di Jakarta yang usianya berkisar antara 15-17 tahun.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat self-esteem dan perilaku rundungan siber r=0,095 dan p=0,185. Hasil lainnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku rundungan siber dan jenis sekolah, di mana perilaku rundungan siber siswa sekolah swasta lebih tinggi dibandingkan dengan siswa sekolah negeri.

This reserach aims to find the relationship between self esteem and cyberbullying offending in adolescence. This research was conducted based on the knowledge that prior studies about cyberbullying perpetrators and self esteem showed inconsistent results. This research involved 195 high school students in Jakarta aged 15 to 17 as participants.
The result shows that there is no significant relationship between self esteem and cyberbullying offending behavior in adolescence r 0,095, p 0,185, and there is a significant relationship between the levels of cyberbullying offending behavior and the type of schools where a higher level of cyberbullying is found in private highschool students.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67149
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karin Carolina
"Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk melihat bagaimana kontribusi dari father attachment
dan self esteem terhadap peer victimization pada remaja. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan analisis multiple regression pada program microsoft excel dan program SPSS
25. Sampel pada penelitian total berjumlah 129 remaja laki-laki dan perempuan yang berusia
antara 12 sampai 14 tahun di kota Depok dan Jakarta. Sampel penelitian ini diperoleh dengan
cara menyebarkan tautan kuesioner secara daring. Data diperoleh melalui kuesioner
Multidimensional Peer Victimization Scale (MPVS) untuk mengukur variabel peer
victimization, Inventory Parent and Peer Attachment (IPPA) untuk mengukur variabel father
attachment dan Rosenberg Self Esteem Scale (RSES) untuk mengukur self esteem. Hasil
penelitian menunjukkan adanya kontribusi dari variabel father attachment dan variabel self
esteem secara bersama-sama sebesar 22.4% terhadap variasi variabel peer victimization pada
remaja yang menjadi partisipan dalam penelitian ini. Evaluasi teknik pengumpulan data dan
uji variabel lain dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya.

The aim of this study is to examine the contribution of variables father attachment and self
esteem on peer victimization. Data were collected online using Multidimensional Peer
Victimization Scale (MPVS) to measure peer victimization on adolescent, Inventory of Parent
and Peer Attachment (IPPA) to measure father attachment, and Rosenberg Self Esteem Scale
(RSES) to measure self esteem. The sample of this research consisted of 129 participants, age
ranged from 12 to 14 years old in Depok and Jakarta. Data were analyzed using multiple
regression with Microsoft Excel and SPSS 25 program by IBM. The result of this study
indicate that there was moderate contribution of father attachment and self esteem on peer
victimization with the degree of determination at 0.224, whih are means that 22.4% of
variation in peer victimization were contribute by father attachment and self esteem. Data
collection technique, and additionally variables to examine are considered for future research
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspa Anggraini
"ABSTRAK
Pada siswa yang mengalami kesulitan belajar, kesulitan menguasai keterampilan akademik dapat bersumber dari domain psikososial. Salah satu bagian dari domain psikososial yang menjadi tugas perkembangan di fase remaja adalah pembentukan identitas diri. Siswa remaja yang tidak mencapai kejelasan mengenai tujuan serta perannya akan mengalami masalah-masalah psikologis dan perilaku yang semakin menghambat proses belajarnya. Konsep possible selves (PSs) menawarkan pembahasan identitas diri dari sudut pandang arah masa depan, yaitu self-knowledge mengenai aspek hopes, expectations, dan fears yang individu miliki. Penerapan konsep PSs salah satunya adalah dalam bentuk konseling. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah konseling PSs dapat membantu menguatkan identitas diri partisipan. Penelitian ini merupakan penelitian single case subject dengan desain kuasi eksperimental. Partisipan penelitian adalah F, siswa kelas 9 (laki-laki, usia 13 tahun). Partisipan mengikuti 5 tahapan intervensi dalam 3 kali pertemuan dalam rentang waktu 9 hari dengan tiap pertemuan terdiri dari 1-2 jam. Berdasarkan kuesioner Open-Ended Possible Selves dan analisis kualitatif terhadap pelaksanaan konseling, peneliti menyimpulkan bahwa konseling PSs mampu menguatkan identitas diri partispan, khususnya ide mengenai masa depan. Setelah mengikuti intervensi, partisipan memiliki gambaran diri yang lebih jelas mengenai hal yang ingin ia capai di masa depan dan mengetahui langkah yang dapat ia lakukan untuk mencapai hal tersebut.

ABSTRACT
Psychosocial domain is one factor that contribute on the difficulties mastering academic skills in students with learning disabilities. A part of psychosocial developmental tasks that have to be fulfilled by adolescents is forming identity. Students who have no clear goals and roles will getting psychological and behavioral problems that can disrupt their learning process. Possible selves (PSs) concept offers explanations about self-identy from future perspective. It is about individuals self-knowledge regarding their hopes, expectations, and fears. PSs theory can be implemented in counseling form. This study was conducted to see the PSs counseling ?s support in strengthening participant?s identity, specifically the idea about future. Participant was F, a ninth grade student (male, 13 years). Participant involved in a five-phase intervention for three days of 1-2 hours meeting during 9 days. Based on the Open-Ended Possible Selves questionnaire and qualitative analysis result throughout the counseling, it is concluded that the PSs counseling is able to strengthen participant?s identity, specifically the idea about future. After following the intervention, participant had more obvious picture on the things he want to accomplish in the future and the steps to achieve it.
"
2016
T45163
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Nordhani
"Remaja adalah fase yang rentan terhadap permasalahan kesehatan mental dan tingkah laku. Apabila tidak ditangani dengan tepat maka akan berdampak negatif selama fase hidup remaja tersebut (Kieling, et al., 2011). Remaja di daerah rural yang minim fasilitas penyedia kesehatan mental yang baik juga harus diperhatikan supaya dapat memberikan program preventif dan intervensi kepada remaja tersebut. Externalizing problem adalah salah satu masalah tingkah laku yang sering ditemukan pada remaja dengan self-esteem sebagai salah satu asosiasi yang kuat (Garaigordobil, Durá, & Pérez, 2005).
Studi ini bertujuan untuk melihat asosiasi antara externalizing problem dan self-esteem pada remaja rural di Karawang baik yang memiliki kehadiran orangtua dan tidak memiliki kehadiran orangtua karena bekerja sebagai TKI. Penelitian ini menggunakan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) untuk mengukur Self-Esteem dan Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) untuk mengukur externalizing problem pada remaja. Terdapat 270 remaja dengan orangtua non buruh migran dan 171 remaja dengan orangtua buruh migran menjadi responden dalam penelitian ini.
Melalui teknik Pearson Product Moment, ditemukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara self-esteem dan externalizing problem baik pada sampel remaja dengan orangtua non buruh migran dan remaja dengan orangtua buruh migran. Selain itu, dengan independent sample t-test diketahui perbedaan tingkat self-esteem dan externalizing problem antara remaja dengan orangtua non buruh migran dan buruh migran.

Adolescent is more susceptible to mental health problems dan behavioral difficulties. Those problems will give greater impact to adolescent as they grew up if are not handled properly (Kieling, et al., 2011). Concerns should be thrown to adolescent who live in rural area with lack of mental health facilities in order to give preventive and intervention programs to support their mental health. Adolescents often show externalizing problem as one of their behavioral difficulties with self-esteem as one of their strong factor (Garaigordobil, Durá, & Pérez, 2005).
This study aims the association between self-esteem and externalizing problem in adolescents who live in rural area in Karawang district with their parents also adolescents who are left behind by their mgrant worker parents. The Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) is the instrument to measured self-esteem and the externalizing problem dimension of Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) is used to measure externalizing problem among respondents. 270 rural adolescents who live with their parents and 171 adolescents who left behind by their parents are involved in this study.
The results of this study indicate that there is negatively significant correlation between self-esteem and externalizing problem on both groups. And also, there is significant difference on self-esteem and externalizing problem between adolescents with non-migrant worker parent dan adolescents with migrant worker parent.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64668
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>