Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163631 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Dyah Utami Sulistianingtyas
"ABSTRAK

Sekolah merupakan sebuah lingkungan sekunder bagi seorang remaja setelah lingkungan keluarga. Siswa memiliki anggapan bahwa dunianya adalah sekolah, tugas sekolah. Gambaran dan penilaian seorang siswa tentang diri sendiri pada saat sekarang akan berpengaruh pada apa yang terjadi di masa mendatang saat pengerjaan tugas sekolah. Konsep diri yang dimiliki oleh siswa dapat memengaruhi tingkah laku siswa untuk menentukan cara untuk menyelesaikan tugas sekolah dan mendapatkan prestasi yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konsep diri dengan menyontek pada siswa di Sekolah Menengah Kejuruan. Partisipan penelitian ini terdiri dari 93 orang pada siswa yang berada di Sekolah Menengah 1 Palopo. Penelitian ini menggunakan alat ukur TSCS (William H.Fitts), untuk mengukur konsep diri, dan Pattern of Adaptive Learning Scales (PALS, dari Midgley 2000), untuk mengukur tingkah laku menyontek. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan skor yang signifikan antara konsep diri dan tingkah laku menyontek.


ABSTRACT

School is adolescent’s secondary environment, after family. Students think that school was their world. Students judgment and perception about themselves will affect how they do shoolwork, and their future. Students self-concept could affect their behavior in doing schoolwork and getting academic achievements. This study aims to discover the relationship between self-concept behavior on high school students. Participants of this study consists of 93 high school students from Palopo high school. Measurments used in this study was TSCS for measuring self-concept and PALS to measure cheating behavior. Results showed that there’s a significant score relationship between self-concept and cheating behavior.

"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Dewi Apriliawati
"Dalam suatu organisasi tidak bisa lepas dari unsur manusia, baik yang berkedudukan sebagai pimpinan maupun sebagai bawahan faktor sumber daya manusia tersebut mempunyai peran central dalam organisasi. Penelitian ini bermaksud mengungkap kontribusi konsep diri instruktur dan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja instruktur BLK se JABOTABEK Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. PopuIasi penelitian adalah seluruh instruktur BLK se JABOTABEK dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan (angket). Dalam analisis data dilakukan dengan teknik korelasi dan regresi.
Dari penelitian tersebut menunjukkan hasil:
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kepuasan kerja instruktur.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja instruktur.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan budaya organisasi.
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dare budaya organisasi dengan kepuasan kerja instruktur.
5. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, untuk meningkatkan kepuasan kerja, disarankan perlunya pengembangan konsep diri instruktur dan tetap dipertahankannya budaya organisasi seperti kerjasama yang baik di antara sesama pegawai, di antara unit organisasi dan lain sebagainya.
6. Terdapatnya hubungan atau koefsien korelasi tersebut di atas, bukan berarti hanya variable konsep diri dan budaya organisasi yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja instruktur di BLK se JABOTABEK, namun masih ada variabel lain yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja instruktur. Karena itu perlu diadakan penelitian mengenai variable-variabel lain yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja instruktur. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T736
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trivita Damayanti
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Marta Fauzia
"Salah satu karakteristik sekolah adalah ditinjau dari komposisi jenis kelamin muridnya, yaitu sekolah co-edukasi dan non co-edukasi. Sekolah co-edukasi adalah sekolah yang muridnya terdiri dan laki-laki dan perempuan, sedangkan sekolah non co-edukasi adalah sekolah yang muridnya hanya Iaki-Iaki atau perempuan saja. Lingkungan sekolah merupakan salah satu sarana sosialisasi peran jenis kelamin sehingga peneliti berasumsi bahwa perbedaan Iingkungan sosial dan interaksi antar murid di kedua sekolah tersebut akan berakibat pada kecenderungan penghayatan peran jenis kelamin siswinya, karena corak interaksi siswi dengan murid Iaki-laki akan berbeda dengan corak interaksi dengan teman sesama perempuan. Di sekolah co-edukasi siswi cenderung Iebih menjaga tingkah lakunya dengan kehadiran murid Iaki-laki serta kurang mendapat kesempatan dalam kegiatan-kegiatan yang biasanya didominasi murid Iaki-Iaki. Namun demikian mereka mungkin juga dapat mempelajari karakteristik maskulin dari teman-teman laki-lakinya. Sedangkan di sekolah non co-edukasi, interaksi di antara sesama perempuan dapat mendorong siswinya untuk memiliki ciri feminim yang kuat. Akan tetapi mereka juga dapat Iebih bebas bertingkah Iaku di antara sesama perempuan dan menampilkan diri dalam berbagai aktivitas tanpa ada keteriibatan murid Iaki-Iaki. Berbagai kemungkinan tersebut dapat muncul tetapi disini ada bentuk interaksi antar murid yang berbeda, dimana di sekolah non co-edukasi mereka hanya berada di tengah sesama perempuan, sedangkan di sekoiah co-edukasi mereka berinteraksi dengan teman laki-laki. Hal itu membawa peneliti pada asumsi bahwa ada perbedaan pada peran jenis kelamin siswi dari kedua sekolah tersebut.
Di samping itu beberapa penelitian melaporkan adanya pengaruh positif sekolah non co-adukasi pada prestasi perempuan. Perempuan cenderung menurun prestasinya bila bersaing langsung dengan laki-laki dalam hal prestasi akademis. Guru pun kadangkala memberi kesempatan lebih besar pada murid laki-laki dalam aktivitas belajar di kelas sehingga murid perempuan tidak mendapat dorongan yang kuat untuk berprestasi. Untuk menghindari hal demikian maka pemisahan murid perempuan dan laki-Iaki dinilai akan memberi efek yang lebih baik bagi murid perempuan. Penelitian menyebutkan bahwa atmosfer akademis di sekolah non co-edukasi berkembang Iebih baik daripada di sekolah co-edukasi. Penelitian Iain juga menyebutkan prestasi akademis siswi non co-edukasi lebih tinggi daripada siswi co-edukasi. Prestasi tidak terlepas dari tingkat aspirasi akademis. Orang yang memiliki tingkat aspirasi tinggi termotivasi untuk mencapai sasarannya sehingga akan berprestasi tinggi bila berhasil. Sebaliknya orang dengan tingkat aspirasi akademis yang rendah tidak terdorong untuk berusaha optimal sehingga prestasinya cenderung Iebih rendah. Oleh karena itu peneliti berasumsi bahwa tingkat aspirasi akademis siswi di sekolah co-edukasi dan non co-edukasi juga berbeda. Berkaitan dengan peran jenis kelamin dan tingkat aspirasi akademis, maka peneliti ingin melihat kecenderungan tingkat aspirasi akademis siswi yang memiliki peran jenis maskulin, feminin, androgyn dan undifferentiated. Penelitian ada yang menyebutkan bahwa tingkat motivasi orang androgyn dan maskulin Iebih tinggi daripada orang feminin, karena prestasi dan keberhasilan Iebih sering dianggap sebagai kualitas maskulin dan bukan kualitas feminin. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposif, yaitu siswi-siswi kelas 3 SMU co-edukasi dan non co-edukasi swasta Katolik/Protestan. Alat pengumpul data berupa dua buah kuesioner yang bertujuan mengukur peran jenis kelamin dan tingkat aspirasi akademis.
Penelitian ini menyimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada peran jenis kelamin siswi SMU oo-edukasi dan non co-edukasi. Nampaknya perbedaan komposisi jenis kelamin dan interaksi antar murid di kedua sekoiah ini tidak memberi dampak yang berbeda pada penghayatan peran jenis kelamin siswi-siswinya. Hal kedua yang dapat disimpulkan adalah tidak ada perbedaan tingkat aspirasi akademis siswi dari kedua jenis sekolah tersebut. Artinya siswi dari kedua jenis sekolah tersebut mempunyai kecenderungan yang sama untuk memiliki tingkat aspirasi tinggi maupun rendah. Untuk kesimpulan terakhir ternyata ditemukan adanya perbedaan tingkat aspirasi akademis antara siswi dengan peran jenis feminin, maskulin, androgyn dan undifferentiated dimana tingkat aspirasi akademis yang tinggi dimiliki oleh siswi maskulin dan androgyn sedangkan siswi feminin memiliki tingkat aspirasi akademis yang paling rendah. Dari peninjauan terhadap data kontrol ditemukan bahwa subyek yang merupakan anak pertama dan pemah mencapai peringkat 1,2,3 dan 5 besar kebanyakan memiliki tingkat aspirasi akademis yang tinggi. Subyek anak terakhir dan tunggal serta pernah menduduki peringkat 10 besar dan di luar 10 besar kebanyakan memiliki tingkat aspirasi akademis yang rendah.
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini antara lain berkaitan dengan ditemukannya faktor-faktor Iain yang dapat mempengaruhi tingkat aspirasi akademis, antara Iain prestasi yang pernah dicapai dan urutan kelahiran. Untuk itu mungkin perlu dilakukan penelitian lan}utan mengenai hubungan antara faktor-faktor telaebut dengan tingkat aspirasi akademis. Selain itu akan menarik pula bila dilakukan penelitian Ianjutan dengan sampel murid laki-Iaki sehingga bisadiketahui apakah ditemukan hasil yang berbeda pada murid Iaki-Iaki."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2961
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldevino Jesaja Terloit
"Anak jalanan merupakan sebagian dari anak-anak yang hidup dan tumbuh di negara ini dan menjadi harapan bangsa dimasa yang akan datang. Sebagai generasi penerus, kondisi anak jalanan di Indonesia sangat memprihatinkan. Selain hilangnya perlindungan dari keluarga, penganiayaan-penganiayaan (abuses) yang mereka alami baik di rumah maupun di jalanan sangat beragam, bahkan sudah menjadi kebiasaan atau hal yang biasa. Berbagai tulisan dan penelitian menunjukkan bahwa hilangnya perlindungan dan kekerasan yang dialami anak memberi dampak tertentu terhadap kepribadian mereka. Dampak penganiayaan {abuse) terhadap kepribadian anak jalanan ini yang menarik peneliti untuk melakukan penelitian.
Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada konsep diri anak jalanan khususnya anak jalanan usia remaja, atau secara umum masalah yang ingin dijawab melalui peneltian ini: Bagaimanakah konsep diri anak jalanan usia remaja yang mengalami abuse ?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantjtatif. Alat ukur yang digunakan adalah semantic differential yang terdiri dari 35 pasangan kata sifat bipolar yang dipasangkan pada konsep diri real, konsep diri sosial dan konsep diri ideal. Dari alat ukur tersebut akan diperoleh skor yang menunjukkan apakah konsep diri subyek positif atau negatif. Subyek dalam penelitian ini ada 60 orang yang terdiri 30 subyek yang mengalami abuse dan 30 subyek yang tidak mengalami abuse. Kedua kelompok kemudian diperbandingkan untuk memperoleh gambaran mengenai konsep diri anak jalanan yang mengalami abuse.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada konsep diri real dan konsep diri sosial pada kedua kelompok. Sedangkan pada konsep diri ideal kedua kelompok menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan, artinya kedua kelompok ternyata memiliki konsep diri ideal yang positif. Sedangkan pada perbandingan antara konsep diri real dengan konsep diri sosial pada masing-masing kelompok, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara konsep diri real dan konsep diri sosial pada kedua kelompok. Namun antara konsep diri real dan konsep diri ideal terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok.
Disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada konsep diri real antara anak jalanan yang mengalami abuse dan tidak mengalami abuse. Artinya anak jalanan yang mengalami a bus e cenderung menggambarkan dirinya secara negatif misalnya dengan mengatakan mereka pesimis, tidak menarik, tergantung pada orang lain, tidak berharga, lemah, mudah frustrasi, bodoh, dibenci oleh teman, tidak dicintai oleh keluarga dan sebagainya dibandingkan subyek yang tidak mengalami abuse. Pada konsep diri sosial juga diperoleh hasil yang sama, yaitu anak jalanan yang mengalami abuse meyakini bahwa gambaran orang lain mengenai dirinya lebih negatif dibandingkan anak jalanan yang tidak mengalami abuse. Untuk konsep diri ideal tidak ada perbedaan yang signifikan, artinya baik anak jalanan yang mengalami abuse maupun anak jalanan yang tidak mengalami abuse memiliki konsep diri yang diinginkannya positif. Sedangkan perbedaan antara konsep diri real dengan konsep diri sosial ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsep diri real dengan konsep diri sosial baik pada anak jalanan yang mengalami abuse maupun pada anak jalanan yang tidak mengalami abuse. Namun untuk konsep diri real dengan konsep diri ideal ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara konsep diri real dan konsep diri ideal pada kedua kelompok di atas.
Disarankan agar dalam penelitian selanjutnya, subyek ditambah jumlahnya, subyek perempuan juga diikursertakan, dan dilakukan wawancara untuk menunjang hasil penelitian kuantitatif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Melinda Kusumawati
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kcnsep dir Orang dengan HIV/AIDS pada saat sebelum dan sesudah diagnosa HIV/AIDS serta reaksi psikolcgis Odha ketika mengetahul diagnosa HIV/AIDS. Kcnsep diri pada Odha penting daiam memberikan gambaran tentang siapa dirinya. Hal ini tidak hanya meliputi perasaan terhadap diri sendiri, tatanan moral, sikap-sikap dan ide-ide, tetapi juga mencakup nilai-nilai yang mendorong seseorang untuk bertindak (Mappiare, 1992). Konsep diri pada Odha meimpengaruhi kemampuannya dalam membuat keputusan atau rencana hidupnya baik di masa depan, masa kini maupun di masa depan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam dan observasi. Subyek dalam penelitian ini be.jumlah 3 orang yang diambil secara incidental sampling. Lokasi penelitian dilakukan di Sanggar Kerja Yayasan Pelita llmu, sebagai satu-satunya Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak dalam upaya penganggulangan HIV/AIDS yang memiliki shelter (rumah singgah) bagi Odha.
Hasil penelitian menunjukkan, ada perubahan pada 6 dimensi konsep dir Odha. Ke enam dimensi konsep diri tersebut adalah konsep diri fisik, konsep dir etik moral, konsep diri personal, konsep diri keluarga, konsep diri masyarakat (social) dan konsep diri ideal (Pitts, 1971). Pada konsep diri fisik, munculnya pe ubahan fisik yang mulai tampak pada tubuh akibat serangan penyakit infeksi oportunistik merupakan hambatan bagi Odha untuk beraktivitas atau memulai us jha baru. Odha menjadi cepat lelah dan hal ini berpengaruh pada pemilihan jeris kegiatan yang tidak banyak menguras tenaga. Selain itu, munculnya pe ubahan fisik mendorong Odha untuk melakukan berbagai tindakan preventif mcupun kuratif untuk mencegah sedini mungkin serangan penyakit infeksi oportunistik tersebut. Pola hidup sehat dan tetap berpikir positif merupakan kunci uts ma untuk menjaga kondisi tubuh dari serangan penyakit infeksi oportunistik semaksimal mungkin. Sementara itu, tidak ada perubahan dalam persepsi Odha utama untuk menjaga kondisi tubuh dari serangan penyakit infeksi oportunistik semaksimal mungkin. Sementara itu, tidak ada perubahan dalam persepsi Odha tehadap penampilan pada saat sebelum dan sesudah diagnosa HIV/AIDS. Odha tetap menganggap penampilan fisik panting dalam bergaul atau bersosialisasi.
Secara etik moral, konsep diri yang dimiliki Odha setelah diagnosa HIV menunjukkan adanya perubahan yang positif. Odha menjadi lebih balk dalam menjalankan kehidupan beragama setelah didiagnosa HIV/AIDS. Odha merasa bahv/a sekaranglah waktunya untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan setelah sebelumnya sempat jauh atau bahkan menyangsikan keberadaan Tuhan. Dalam konsep diri personal, umumnya Odha merasa tidak lagi optimis dan mempunyai semangat dalam memulai suatu usaha/kegiatan dan dalam merencanakan kehidupannya. Odha mempersepsikan bahwa usahanya akan sia-sia saja, mengingat usia mereka yang tidak akan bertahan lama lagi. Sementara Odha yang merasa bahwa mereka lebih optimis dalam melanjutkan kehidupannya mengaku, peranan keluarga sangat besar pengaruhnya dalam merrbangkitkan, mendorong dan memberi dukungan bagi Odha. Odha merasa lebih optimis dalam merencanakan kehidupan selanjutnya.
Pada dimensi konsep diri keluarga, menunjukkan bahwa tidak ada perubahan pada gambaran diri Odha terhadap keluarga. Odha menggambarkan keluarga tidak memberikan perlakuan khusus sehingga hal tersebut tidak mempengaruhi gambaran diri mereka dalam keluarga, pada saat sebelum mauDun sesudah diagnosa HIV/AIDS. Namun, Odha yang merasa diperlakukan istimawa oleh keluarga menyatakan tidak nyaman dengan perubahan perlakuan keluarga tersebut.
Pada konsep diri masyarakat (sosial), Odha menjadi lebih selektif dan membatasi diri dalam bergaul dengan masyarakat. Hal ini disebabkan karena Odh a masih takut dengan adanya stigma negatif dan tindakan diskriminatif masyarakat terhadap mereka. Odha menjadi sangat menjaga kerahasiaan iden itas diri sebagai Odha.
Pada konsep diri ideal, Odha berharap dapat hidup lebih panjang sehingga dapat mendampingi anak-anak hingga dewasa dan dapat men.berdayakan diri lewat kegiatan-kegiatan sosial dalam upaya mencegah penyebaran HIV/AIDS lebih banyak lagi.
Sementara respon psikologis Odha terhadap hasil tes diagnosa HIV men-injukkan reaksi yang sama, antara lain: bingung, terkejut, marah, putus asa dan tidak semangat untuk melanjutkan kehidupannya. Konsep diri Odha sebelum diagiosa HIV/AIDS tidak mempengaruhi bentuk respon psikologis yang ditaripilkan. Odha menunjukkan respon psikologis yang sama ketika didiagnosa HIV positif meskipun konsep diri yang dimiliki sebelum diagnosa HIV beragam.
Sedangkan Odha mempunyai pikiran yang sama saat dinyatakan positif HIV antara lain akan segera mati, ingin mengakhiri hidup dan berpikir untuk men jiarkan virus pada orang lain. Konselor HIV/AIDS mempunyai peranan penting dalam membantu menyembalikan dan mempertahankan konsep diri yang positif pada Odha, sehii igga Odha dapat membuat rencana atau tindakan bagi kehidupan selanjutnya. Demikian pula, peranan keluarga dan relawan (Ohida) dalam men berikan dukungan dan dampingan bagi Odha berpengaruh pada lamanya waktu yang dibutuhkan Odha untuk dapat menyesuaikan diri dengan statusnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S2909
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Septianti,author
"Kekerasan rumah tangga bukanlah isu yang baru lagi akan tetapi masalah ini jarang diangkat kepermukaan. Struktur sosial masyarakat Indonesia yang secara jelas meletakkan perempuan di bawah laki-laki sangat memungkinkan dan mendorong terjadinya tindak kekerasan yang dilakukan suami terhadap istrinya. Kekerasan ini tidak hanya berdampak pada istri yang menjadi korban kekerasan akan tetapi juga berdampak pada anak-anak yang menyaksikannya. Secara umum anak-anak yang menyaksikan kekerasan di dalam keluarganya biasanya akan mengalami hambatan dalam mengembangkan kehidupan sosial, emosional, psikologis dan tingkah lakunya. Anak-anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak-anak yang berada pada masa perkembangan remaja akhir. Pada masa remaja ini, mereka mengalami kesulitan dengan dirinya sendiri dan mereka juga mengalami kesulitan dengan orangtuanya dan situasi kekerasan yang terjadi di dalam keluarganya akan menambah kesulitan yang dihadapinya sehingga menimbulkan masalah bagi mereka. Peneliti menduganya bahwa remaja akhir dari keluarga yang mengalami kekerasan rumah tangga memiliki konsep diri yang lemah dan harga diri yang rendah bila dibandingkan dengan remaja akhir dari keluarga yang tidak mengalami kekerasan rumah tangga. Untuk mengetahui konsep diri tersebut peneliti menggunakan sebuah alat pengukur konsep diri yang disusun oleh William H. Fitts (1965) yang disebut sebagai Tennessee Self Concept Scale (TSCS). Skala ini terdiri atas 100 buah item pernyataan yang menggambarkan mengenai diri sendiri. Tiap pernyataan mempunyai 5 kemungkinan jawaban berupa skala dari angka 1 sampai 5. Angka 1 berarti pernyataan tersebut sama sekali tidak sesuai dengan keadaan diri subyek, sedangkan angka 5 artinya pernyataan tersebut sangat sesuai dalam menggambarkan diri subyek. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada aspek harga diri antara remaja akhir dari keluarga yang mengalami kekerasan rumah tangga dan remaja akhir dari keluarga yang tidak mengalami kekerasan rumah tangga."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3116
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lavinia Budiyanto
"Konsep diri individu mempengaruhi tingkah lakunya dalam berbagai situasi. Diskrepansi yang terjadi antara konsep diri aktual dengan konsep din ideal dapat mempengaruhi seseorang dalam bertingkah laku. Dalam bertingkah laku, individu didorong oleh motivasi. Motivasi terdiri dari motif afiliasi, motif kekuasaan, dan motif berprestasi. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara diskrepansi konsep diri aktual dan konsep din ideal dengan motif berprestasi pada para remaja putri yang mendatangi agensi-agensi modelling untuk menjadi fotomodel. Penelitian ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa kuatnya motif berprestasi individu berhubungan dengan rendahnya diskrepansi antara konsep diri aktual dengan konsep diri ideal individu tersebut, sehingga hipotesis alternatif yang diuji berkorelasi negatif.
Sampel penelitian ini diambil dari populasi remaja putri berusia 18 sampai 21 tahun, pernah mendatangi dan mendaftar menjadi anggota agensi-agensi modelling, serta bertempat tinggal di DKI Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan alat tes berupa kuesioner dengan tiga bagian, yaitu konsep diri aktual, konsep diri ideal, dan motif berprestasi. Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis secara kuantitatif. Hipotesis alternatif diuji signifikansinya pada l.o.s. 0,05 dengan perhitungan dua arah.
Para responden memiliki konsep diri aktual yang baik atau sehat, karena grafik distribusi statistik konsep diri aktual para responden normal (tidak skewed). Para responden juga memiliki konsep diri ideal yang baik atau sehat, karena walaupun grafik distribusi statistik tidak normal {skewed ke kiri) namun ini merupakan hal yang normal karena semakin kecil nilai konsep diri pada alat pengumpul data penelitian ini berarti semakin baik konsep diri tersebut. Diskrepansi antara konsep diri aktual dengan ideal para responden merupakan diskrepansi yang normal, karena grafik distribusi statistik normal (tidak skewed). Hal ini berarti konsep diri aktual para responden tidak terlalu jauh dengan konsep diri ideal mereka.
Pola motivasi yang terdapat pada para responden adalah sebagai berikut: 38% responden memiliki motif berprestasi yang kuat; 32% memiliki motif berprestasi yang sedang; dan 30% memiliki motif berprestasi yang lemah. Berarti hanya sepertiga dari responden yang memiliki motif berprestasi yang kuat.
Ada hubungan negatif yang signifikan antara diskrepansi konsep diri aktual dan konsep diri ideal dengan motif berprestasi. Dengan perkataan lain, dengan bertambah kecilnya diskrepansi antara konsep diri aktual dengan konsep diri ideal akan diikuti meningkatnya motif berprestasi pada para responden.
Walaupun diskrepansi konsep diri para responden merupakan diskrepansi yang normal, namun hanya sepertiga responden yang memiliki motif berprestasi yang kuat. Mungkin hal ini menandakan bahwa ada faktor lain yang ikut berperan untuk meningkatkan motif berprestasi, di mana faktor ini tidak terkontrol oleh penulis.
Dalam hal pengambilan sampel, pemilihan responden perlu diperluas dan lebih melibatkan banyak agensi modelling. Selain itu, perlu mengadakan rapport yang baik dengan para responden sehingga mereka mau menjadi responden. Alat pengumpul data yang digunakan sebaiknya menggunakan item-item standar agar lebih akurat. Selain diskrepansi antara konsep diri aktual dengan konsep din ideal, penelitian ini dapat juga dilakukan untuk meneliti diskrepansi antara konsep diri aktual dengan konsep diri sosial dan konsep din ideal dengan konsep diri sosial, serta hubungannya dengan motif berprestasi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2928
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiana Maya Asmaradewi
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3111
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>