Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127059 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Wahyudi
"Supply chain atau rantai pengadaan, adalah sistem yang dilalui organisasi bisnis untuk menyalurkan barang produksi atau jasa ke pelanggan (user). Mata rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan, yang mempunyai tujuan sama yaitu seefektif dan seefisien mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang atau jasa tersebut.
Salah satu program yang dijalankan dalam rangka mendukung sistem Supply chain pada PT. AHM (Astra Honda Motor) adalah dengan melaksanakan program multisourcing pada kegiatan pengadaan barang, yaitu suatu program yang tidak hanya berorientasi pada satu sumber atau satu subkontraktor saja, tapi dengan minimal dua subkontraktor dalam pengadaan barangnya. Aspek-aspek yang diperhatikan dalam pelaksanaan program multisourcing ini antara lain : 1. Quality 2. Cost 3. Delivery 4. Development 5. Management.
Dalam skripsi ini, penulis akan mengevaluasi program mutisourcing yang telah dijalankan untuk part radiator dengan menitikberatkan pada aspek kualitas dan delivery, karena ini merupakan aspek terpenting yang harus dipertimbangkan dalam memilih subkontraktor apakah subkontraktor itu tetap layak dipertahankan kontribusinya dalam pengadaan barang ke PT. Astra Honda Motor. Analisa Six Sigma digunakan untuk mengukur kualitas subkontraktor dengan menggunakan pendekatan DMAIC (Define Measure Analyze Improve Control).
Dari hasil evaluasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa program multisourcing yang telah dilakukan, sourcing untuk subkontraktor kedua memiliki performance yang lebih baik daripada subkontraktor awal yang mendatangkan partnya dari Thailand. Hal ini menunjukkan bahwa subkontraktor lokal yang diajukan sebagai subkontraktor kedua layak dipertahankan eksistensinya untuk pengadaan part ke PT. AHM.

Supply chain is a system which passing by business organization for distribute product or service to user. This supply chain is also constitute network from any organization that related each others, which have the same goal to implement more effective and efficience for produce or distribute product.
One program for supporting supply chain system at PT. AHM (PT. Astra Honda Motor) is implementing multisourcing program on procurement activity which is not program that just oriented by one subcontractor, but two or more subcontractor. There are aspects focus to implement multisourcing program : 1. Quality 2. Cost 3. Delivery 4. Development 5. Management.
In this final report, the writer will evaluate multisourcing program that had already done at PT. AHM for radiator part focuses by quality aspect and delivery aspect, because that aspect are important to consider in choosing subcontractor to see eksistency feasibility from them. Six sigma analysis used to measure subcontractor quality aspect and delivery aspect with using DMAIC approach.
From this evaluation, we can take conclusion that multisourcing program that had already done have better performance from second subcontractor than the first subcontractor. It is mean that local subcontractor which proposed to be second subcontractor feasible to holdover they eksistency by PT. AHM.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52127
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Suhardi
"Skripsi ini membahas tentang bagaimana cara mengurangi reject part painting plastic yang ada, yaitu dengan metode Six Sigma yang akan mengetahui bagian penyebabpenyebab mana saja yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya cacat pada part painting plastik tersebut. Dan inti dari skripsi ini ialah, bagaimana memperbaiki performa proses dan meningkatkan nilai-nilai metric indeks kemampuan proses.
Hasil penelitian menyarankan bahwa harus dilakukan penyediaan spare part serta pembuatan standar pemeriksaan kereta dan penjadwalan pemeriksaan kereta secara periodik dan memberikan training kepada operator supaya operator mengerti standar kualitas dan dapat meningkatkan keahlian.

This mini thesis explained about how to reduce part painting plastic, that is with six sigma method will find out the most influential causing part to the rejection of the part painting plastic. and the main point of this mini thesis is how to fix the performance process and to increase the metric index values of process capability.
The result of the research suggesting to do the spare part supplying, the making of train checking standard, train checking schedule periodicaly and training, so the operator understand the quality standard and developing their skill.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52145
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gde Arya Harsana
"Karya akhir ini mempunyal tiga tujuan utama yaitu mengoptimumkan jumlah persediaan (inventory) bahan baku (raw material) dan local manufactured finished goods di Divisi Otomotif PT 3M Indonesia, meningkatkan net working capital inventory turn dengan melakukan perbaikan pada proses perencanaan produksi serta melakukan proyek Six Sigma untuk mengetahui faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam mencapai kedua tujuan diatas untuk selanjutnya dilakukan perbaikan dan proses kontrol. Menurut Peter S. Pande dan Neuman P. Robert (2000) kunci sukses dari Six Sigma adalah kemampuan untuk mengidentifikasi masalah bisnis yang kritis dan strategis untuk dipecahkan terlebih dahulu kemudian menciplakan hubungan (link) antara usaha yang harus dilakukan melalui proyek Six Sigma dengan hasil yang harus dicapai.
Pemecahan masalah yang diterapkan pada karya akhir ini dengan metode DMAIC, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam setiap tahap adalah:
1. D (Define): Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap permasalahan jumlah persediaan dan perencanaan produksi pada divisi otomotif. Metodologi Six Sigma diharapkan dapat mengurangi jumlah persediaan (inventory) tanpa mengorbankan pertumbuhan bisnis yang tinggi di divisi tersebut. Pembatasan masalah dilakukan hanya pada proses production planning dan inventory control (PPIC) divisi otomotif dengan potensi kesalahan adalah nilai jumlah persediaan pada bahan baku dan local manufactured finished good yang terlalu besar.
2. M (Measure): Pengukuran kemampuan awal menunjukkan walaupun pertumbuhan penjualan pada periode tersebut sangat baik namun karena peningkatan jumlah inventory yang juga cukup besar mengakibatkan perputaran jumlah persediaan (inventory turn over) memiliki kecenderungan menurun. Langkah penting yang juga dilakukan pada tahap pengukuran ini adalah aktivitas MSA (Measurement System Analysis) untuk memastikan kelengkapan dan konsistensi data yang digunakan.
3. A (Analyze): Tahap yang harus dilalui dalam langkah ini adalah analisa terhadap potensi kegagalan yang mungkin terjadi melalui FMEA (Failure Mode Effect Analysis). Seluruh variabel dari FMEA selanjutnya dilakukan uji statistik Multi Vari untuk memastikan semuanya berpengaruh signifikan terhadap jumlah persediaan sehingga harus diperhitungkan dalam proses perbaikan.
4. I (Improvement): Perbaikan yang dilakukan diantaranya adalah mengusulkan dibuat proyek Six Sigma baru yang dipimpin oleh seorang green belt dalarn rangka implementasi sistem manajemen persediaan yang lebih terintegrasi melalui MRP (Material Requirement Planning) dan MPS (Master Production Schedule), menghilangkan penggunaan surat jalan sementara serta menciptakan alat bantu untuk menganalisa pergerakan jumlah persediaan dan penjualan dalam bentuk graIlk sehingga mempermudah pengambilan keputusan.
5. C (Control): llntuk memastikan semua proses perbaikan berjalan dengan baik dibuat rencana kontrol (control plan). Selain itu perlu dibuat sistem audit yang memadai melalui Reaction Plan untuk memastikan kapan audit berkala harus dilaksanakan dan siapa yang bertanggung jawab untuk melakukan audit.
Ada tiga perrnasalahan utama dalam jumlah persediaan Divisi Otomotif PT 3M Indonesia:
1. Jumlah persediaan (inventory) yang terlalu besar pada bahan baku (raw material),
2. Jumlah persediaan (inventory) yang terlalu besar pada produk jadi yang diproduksi di dalam PT 3M Indonesia dan dijual langsung ke OEM yang sering disebut Local Manufactured Finished Goods,
3. Kurangnya koordinasi antar bagian yang terlibat dalam proses perencanaan produksi sehingga mengakibatkan bagian perencanaan harus menyediakan jumlah persediaan (inventory) dalam jumlah besar untuk mengantisipasi permintaan dari pelanggan.
Dalam hal ini bahan baku (raw material) merupakan komposisi terbesar dari keseluruhan jumlah persediaan sehingga akan dilakukan pendekatan Six Sigma untuk mengurangi jumlah persediaan khususnya pada raw material dan local manufactured finished goods.
Divisi Otomotif mengalami kenaikan inventory turn over dari Juni 2005 sampai Agustus 2005. Pengurangan jumlah persediaan dan penjualan yang sangat baik pada periode tersebut merupakan faktor utama kenaikan inventory turn over. Hal ini juga menggambarkan barangbarang di Divisi Otomotif bergerak Iebih cepat mulai dari bahan baku hingga produk jadi dan langsung dikirim ke pelanggan. Pertumbuhan penjualan pada periode tersebut sangat baik dan di sisi lain jumlah persediaan bisa dikurangi.
Secara keseluruhan kinerja bisnis di Divisi Otomotif melampaui target yang ditetapkan perusahaan. Jumlah persediaan (inventory) untuk barang-barang yang dikategorikan dead stock dan excess stock pada Divisi Otomotif cenderung menurun karena permintaan pasar yang sangat besar. Diharapkan dengan keberhasilan proyek Six Sigma pada Divisi Otomotif akan merupakan jembatan untuk manajemen persediaan yang Iebih terintegrasi.
Hasil dari karya akhir ini berguna bagi perusahaan khususnya PT 3M Indonesia adalah untuk menunjukkan walaupun belum memiliki sistem manajemen persediaan yang terintegrasi namun dengan metodologi Six Sigma berhasil mengurangi jumlah persediaan (inventory) dalam jumlah yang cukup besar. Di masa yang akan datang diharapkan karya akhir ini menjadi jembatan untuk implementasi perencanaan persediaan yang terintegrasi melalui MRP dan MPS sehingga akan sangat membantu operasional sehari-hari dari bagian perencanaan produksi (PPIC) di Divisi Otomotif PT 3M Indonesia.

There are three purposes for this thesis, the first is to get optimum value for inventory in raw materials and local manufactured finish goods especially in Automotive Division PT 3M Indonesia, the second is to increase net working capital inventory turn over with improvement in production planning and inventory control and the third is to conduct Six Sigma project in order to identify and control key factor that affect inventory and net working capital. According to Peter S Pande and Neuman P Robert (2000) key success factor from Six Sigma is ability to identify critical and strategic business problems to be solved first and then create a link between the effort through Six Sigma project and the result to be accomplished.
Problem solving method applied to this thesis is DMAIC methodologies with specific steps are as Follow:
1. D (Define): This step is to identify basic problems in inventory and production planning process in Automotive Division. Six Sigma methodologies is able to decrease the inventory value and support business growth in that particular industry. The scope of problem is only focus on the production planning and inventory control for Automotive Division dealing with excessive raw materials and local manufactured finish good items.
2. M (Measure): Initial capabilities measurement shows that even the sales volume in Automotive Division grew rapidly, unfortunately the inventory turn over has declined because of the inventory has also raised significantly. The most important things to do in this stage is MSA (Measurement System Analysis) to conduct check audit on calculation and data consistency
3. A (Analyze): Analysis is important to identify failure mode and Failure effect on the key process input. This step identifies potential caused and current controls for the key process input as well. FMEA analysis reduced key process input and conduct multi variable statistical test to ensure that the key process input might affect inventory management significantly.
4. I (Improvement): Action taken in improvement step is proposed to assign green belt project to accommodate integrated production planning and inventory system by implementing Bill of Materials. The system would help implementing BOM and help finance to easily calculate the Work in Process material. Create a simple excel based material replenishment planning to help PPIC calculating the materials needed for production. As a result of Six Sigma project observation, temporary delivery order will be eliminated. Warehouse will no longer receive temporary delivery order, so all the orders will need to be recorded into the order system AS 400 first.
5. C (Control): Control step is taken to make sure all process running well and have control plan accordingly. Created audit system to ensure proper audit conduct regularly to answer following question: Who conduct the audit? When the audit plan? All control process and audit should be documented very well.
The thesis result is useful for PT 3M Indonesia and proved that being committed to monitor and follow-up is very important to monitor the inventory status. Even though PT 3M Indonesia does not have an integrated system in production planning and inventory control, Six Sigma project can reduce the inventory a lot. The suggestion is to support growth in Automotive Industry demanding an integrated system is important. It will help a lot in implementing some inventory management plans.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18554
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendriawan Budi Laksmono
"Dunia industri manufaktur pada saat ini sangat ketat dalam persaingan menjadi perusahaan manufaktur nomor satu di dunia. Hal ini ditunjukkan dengan semakin tingginya kualitas produk yang dituntut oleh konsumen dengan harga yang dapat bersaing dengan perusahaan sejenis lainnya dan mampu terjangkau oleh masyarakat sekarang ini. Begitu pula dengan PT. Indonesia Epson Industry yang memproduksi printer Epson dan dipasarkan ke seluruh dunia. Sebagai perusahaan besar tentu saja masalah kualitas dari produk yang dihasilkan harus dapat selalu terjaga. Agar produk yang dihasilkan selalu terjaga kualitasnya maka setiap proses produksi yang berlangsung harus selalu terkontrol kualitasnya pula. Terutama pada departemen plastik (Plastic Part Production Department), sebagai departemen produksi yang menjadi proses pertama dalam keseluruhan proses produksi maka departemen ini juga harus mampu untuk menjaga kualitas dari part yang dihasilkannya. Setelah mengambil data-data mengenai part yang sering bermasalah maka dapat dilihat bahwa ada satu part yaitu Scale PF yang banyak terdapat cacat dan ditemukan di customer. Oleh karena itu dengan menggunakan metode six sigma akan dapat dihasilkan langkah-langkah perbaikan dalam proses produksi part Scale PF sehingga dapat mengurangi bahkan diharapkan dapat menghilangkan cacat dominan yang sering muncul pada part tersebut.

In manufacture industry nowadays competition becomes very tight to be the number one manufacture company in the world. It is shown by the higher product's quality required by consumer with affordable and competitive price between other congener companies. Since PT. Indonesia Epson industry produce Epson's printers and market them to all around the world, qualities of products must always be protected. To protect product's quality, every production process should always be controlled especially in plastic part production department as production department that becomes the first process in whole production process should protect the quality of produced parts. After taking data about parts that become in trouble very often, there is one part, Scale PF, which has many detects found by customers. Because of that, using six sigma method, improvements steps in production process of Scale PF parts can be proceed, so that dominant defects can be minimized, even eliminated."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S50128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renaldhi Dwidinda Suharno
"Produksi kemasan plastik yang kualitas sangat penting bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan jika produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang sudah ditentukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi kerugian yang terjadi karena adanya produk cacat pada produk kemasan Agar-agar. Metode Six Sigma melalui tahapan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control) dipakai untuk mencari solusi dan memperbaiki kualitas produk. Berdasarkan perhitungan terhadap data produk cacat, diketahui bahwa cacat Tonjolan Pinggir, cacat Keriput, dan cacat Pitch Unstd merupakan tiga jenis cacat dengan jumlah dan persentase tertinggi. Pada tahap measure didapatkan nilai DPMO (Defects Per Million Opportunities) sebesar 32707,271 unit defect dengan nilai sigma sebesar 3,34. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) digunakan untuk mengetahui risiko potensi kegagalan dari faktor yang mendapat bobot nilai tinggi.
Setelah dilakukan perbaikan, nilai DPMO turun menjadi 7272,111 unit defect dan nilai sigma naik menjadi 3,94 sigma. Perubahan nilai sigma yang terjadi sebesar 0,60. Tahap control dapat dilaksanakan dengan adanya rancangan perbaikan serta sebuah pemeriksaan setiap prosesnya agar jumlah cacat produk terus berkurang. Rancangan perbaikan pendekatan 5S berupa standar kerja check sheet maintenance pada Mesin Tandem Laminasi dan standar kerja work station di proses laminasi. Setelah dilakukan perbaikan, hasil menunjukan penurunan jumlah dan pesentase defect, dimana sebelumnya mencapai angka sebesar 5,89% menuju 1,31%.

The production of quality plastic packaging is very important for companies to gain benefits that can be obtained if the quality of the product complies with the prescribed standards. This study aims to reduce losses that occur due to the presence of defective products in Jelly packaging products. Six Sigma methods through DMAIC stages (Define, Measure, Analyze, Improve, and Control) are used to find solutions and improve product quality. Based on the calculation of defective product data, it is known that Uneven surface defects, wrinkled defects, and Pitch Unstd defects are the highest number of defects. In the measure phase, the DPMO (Defects Per Million Opportunities) value were 32707.271 defect units with a sigma value of 3.34. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) is used to determine the potential risk of failure from a factor that gets a high value.
After repairs, the DPMO value drops to 7272.111 defect units and the sigma value rises to 3.94 sigma. Changes in sigma values that occur amounted to 0.60. Control can be done with the inspection and checks in each process so that the number of defects can continue to decrease. Improvements use the 5S approach in the form of a work standards check sheet maintenance on the Tandem Lamination Machine and work standard of work station in the lamination process. After improvement, the results show a decrease in the number and percentage of defects, which previously reached a number of 5.89% towards 1.31%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deny Kustiawan
"Seiring dengan persaingan pasar bebas saat ini, banyak perusahaan yang saling berlomba menjadi yang terbaik. Termasuk PT. X dengan produk alat beratnya. Dengan persaingan tersebut, menuntut PT. X untuk selalu meningkatkan kualitas produk yang dihasilkannya. Dan dengan didukung oleh elemen-elemen yang ada pada proses bisnis PT. X, termasuk pasokan material. Untuk itu, pengukuran performa pemasok perlu dilakukan untuk mengetahui sebaik apa performa yang sudah dibuat, khususnya pemasok lokal. Selain itu, performa yang ada saat ini harus ditelaah sehingga bisa diketahui akar masalah yang terjadi, dan diajukan usulan-usulan perbaikan untuk membuat performa pemasok lokal menjadi lebih baik.
Penelitian ini menggunakan metode Six Sigma dalam menelaah performa pemasok di PT. X, dan penerapan diharapkan dapat memperbaiki performa pemasok lokal. Performa pemasok dianggap baik apabila mencapai nihil cacat. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, performa pemasok lokal baru mencapai 4.95? atau 278 DPMO, dan menyebabkan COPQ sebesar US$20,419. Dengan performa saat ini, kontribusi terbesar dari PT. Y yang hanya mencapai 4.66? atau 764 DPMO, dan menyebabkan COPQ sebesar 63% dari seluruh COPQ. Dari data-data yang dikumpulkan, dilakukanlah analisis dan didapatkan akar masalah yang terjadi. Lalu diajukan usulan-usulan solusi yang diharapkan dapat memperbaiki performa PT. Y dan dilakukan simulasi menggunakan metode monte carlo untuk melihat perubahan variasi dengan adanya proyek yang dilakukan.

Along with the free trade competition, many of company compete to be the best. There is PT. X which is manufacture a heavy equipment products. Within competition, requires PT. X to continuously improve the product quality. And it is supported by all elements in PT. X's business process, include qualified incoming material. Therefore performance measurements require to be done to know how well performance is made, especially for a local supplier. Moreover, current performance need to be analyzed with the aim of finding the root causes and recommend solution ideas that will make local suppliers performance better.
In this research, six sigma methods used in analyzing local supplier performance at PT. X which is expected to improve the quality performance. Supplier performance considered as good when it can achieve zero defect. Based on the measurement, the current supplier performance is only at 4.95? or 278 DPMO, with COPQ of US$20,419. With this performance, the biggest contributor is PT. Y which achieves only 4.66? or 764 DPMO, and takes 63% of total COPQ. From the existing data, analysis is conducted and the root causes found. Finally, the solution recommendations proposed to improve PT. Y performance and simulated by using monte carlo method to see the variation changes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52091
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Keanoubie
"Industri kemasan fleksibel yang kian berkembang menuntut produsen untuk selalu berusaha mengurangi biaya akibat produk cacat. Penelitian ini menggunakan metode Six Sigma untuk mengkaji masalah kecacatan dan memberikan perbaikan pengendalian kualitas dengan cara mereduksi cost of poor quality (COPQ). Studi kasus dilakukan pada perusahaan kemasan fleksibel XYZ di Indonesia dengan adopsi pendekatan DMAIC. Setelah melakukan tahap define dan measure, dengan menggunakan prinsip 80/20, secara kumulatif insiden pada printing mewakili 79% total insiden kecacatan. Tahap analyze dilakukan untuk menemukan akar penyebab masalah yang berkontribusi pada peningkatan insiden kecacatan printing. Rekomendasi yang dibuat selama tahap improve adalah untuk merancang sistem pengendalian kualitas yang meningkatkan pemeliharaan yang baik pada lantai produksi. Penerapan rekomendasi diperkirakan dapat menghasilkan penghematan biaya hingga 48% selama periode yang dianalisis.

The growing flexible packaging industry requires producers to try to reduce costs due to defect. This research applies Six Sigma method to assess the problem of defect and provide quality control improvements by reducing the cost of poor quality (COPQ). A case study was conducted at XYZ flexible packaging companies in Indonesia with the adoption of the DMAIC approach. After carrying out the define and measure stages, using the 80/20 principle, the cumulative incidence of printing represents 79% of total disability incidents. The analyze phase is carried out to find the root causes of problems that contribute to the increased incidence of printing disabilities. The proposed recommendations during the improvement phase is to design a quality control system that improves good maintenance on the production floor. Implementation of the recommendations will result in potential cost saving of up to 48% over the analyzed period."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rony Ramdhani
"Kualitas memiliki peranan penting dalam dunia industri, perusahaan yang mampu bersaing adalah perusahaan yang dapat mempertahankan kualitasnya dan mampu memenuhi keinginan pelanggan. Metode peningkatan kualitas salah satunya adalah Six Sigma. Six Sigma memiliki fokus pada mengurangi tingkat cacat, dengan mencapai standar 3,4 cacat perjuta peluang, Six Sigma memiliki 5 fase, Define, Measure, Analyze, Improvement dan Control (DMAIC) . Pada penelitian ini, Six Sigma di terapkan di bagian Tube Mill, dengan tujuan meningkatkan kualitas dengan cara mengatasi dan mengurangi banyaknya cacat yang timbul. Hasil penelitian ini di dapat bahwa nilai sigma bagian tube mill adalah 4 dan 3,9 yang ekuivalen dengan nilai indeks kapabilitas 1.3 kemampuan proses produksi dalam batas spesifikasi yang diinginkan pelanggan dan memiliki kapabilitas yang cukup baik tetapi masih diperlukan perbaikan guna mencapai perusahaan kelas dunia.

Quality is important thing in Industry, company which can compete and improve quality dan fill the customer requirement. Quality Improvement method such as Six Sigma have fokus to reduce defects, with standar 3,4 defect per million, Its have 5 fase, Define, Measure, Analyze, Improvement dan Control (DMAIC). In this case Six Sigma held on Tube Mill Section, and its purpose to reduce defect. The Sigma value are 4 and 3.9, which equivalen with value make an index to 1.3, the capability production in spesification and having good capability but its meaning still be needed repair utilize to reach company of world class."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia;, 2008
S52009
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiyana Puji Lestari
"Pada perusahaan yang telekomunikasi bergerak di bidang jasa kualitas layanan dan kepuasan pelanggan menjadi faktor penting. Untuk mencapai kualitas layanan yang lebih baik dan meningkatkan kepuasan pelanggan, perusahaan harus mengacu pada nilai harapan pelanggan. Suatu perbaikan untuk peningkatan kualitas layanan dan kepuasan pelanggan dapat dilakukan dengan mengimplementasikan metode lean six sigma dan metode quality function deployment (QFD) yang penerapannya dilakukan secara sistematis dan terstruktur yang dapat digunakan untuk memproses dan menerjemahkan suara pelanggan menjadi dimensi kualitas layanan dan dimensi penilaian kualitas pelayanan menurut pelanggan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi yang paling berpengaruh terhadap penilaian kualitas layanan dan penilaian kualitas pelayanan menurut pelanggan berdasarkan nilai suara pelanggan adalah dimensi kualitas jaringan, dimensi kualitas layanan dari penilaian pelanggan, dimensi responsif, dimensi keandalan dan dimensi empati. Pada perbaikan dengan pendekatan menurut nilai gap internal perusahaan didapatkan skenario 1 dapat dipilih menjadi alternatif perbaikan dengan peningkatan kepuasan pelanggan menjadi 80% karena perbaikan tersebut sesuai dengan kebutuhan pelanggan berdasarkan suara pelanggan. Untuk perbaikan dengan pendekatan berdasarkan gap terhadap nilai kompetitor didapatkan perbaikan skenario 1 dapat dipilih menjadi alternatif perbaikan karena nilai kepuasan pelanggan meningkat menjadi 86% dan perbaikan sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

In service companies such as telecommunication providers, service quality and customer satisfaction are important factors. To achieve better service quality and increase customer satisfaction, service companies must refer to the nilai of customer expectations. An improvement for service quality and customer satisfaction can be done by implementing the lean six sigma method and the quality function deployment (QFD) method which is implemented in a systematic and structured manner that can be used to process and translate the voice of customer (VOC) into a dimension of service quality and dimensions of service quality assessment according to customers. The results of this study will indicate the most influential dimensions on service quality assessment and service quality assessment according to customers based on VOC nilais. These nilais are network quality, service quality from customer assessments, responsive, reliability and empathy dimensions. In the improvement approach based on the nilai of the companys internal gap, scenario 1 can be chosen as an alternative improvement which increases customer satisfaction to 80% because the improvement is in accordance with customer needs based on the voice of the customer. To improve the approach based on the gap to the competitors score, the improvement in scenario 1 can be chosen as an alternative improvement because the nilai of customer satisfaction increases to 86% and the improvement is in accordance with customer needs."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lely Suryani
"Ekstrak teh hijau adalah salah satu bahan mentah untuk membuat produk industri manufaktur makanan atau minuman. Kualitas dari teh hijau merupakan hal utama yang sangat diperhatikan pelanggan yang merupakan kalangan industri makanan atau minuman. Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian ini. Konsistensi kandungan Polyphenol pada ekstrak teh hijau adalah hal kritis yang harus ditingkatkan. Proses ekstraksi adalah proses yang sangat berperan dalam memberikan konsistensi Polyphenol. Peningkatan kualitas teh hijau ini akan menggunakan metode six sigma.

Green tea extract is one of raw material for product industrial manufacture especially food industry. Quality teh green tea extract is teh critical point which is concerned by teh customer. This is teh background of this research. Teh consistency of Polyphenol as active ingredient of green tea extract is teh critical point that should be improved. Extraction process is teh most important process to keep consistency of total Polyphenol. Quality improvement of green tea extract in this case is using six sigma method."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51828
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>