Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83441 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lita Tri Utami
"Fenomena umum yang sering kita jumpai di Indonesia adalah rumah tinggal yang dihuni oleh keluarga multigenerasi di mana penghuninya terdiri dari lansia, anak, menantu, dan cucu. Bagi lansia, aspek fisik dan nonfisik yang terkandung di dalam rumah tinggal tersebut bisa berdampak positif pada kualitas hidupnya. Tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan kebutuhan dan kepentingan dari setiap generasi memicu terjadinya konflik. Konflik pun bisa berpengaruh pada kenyamanan lansia untuk tinggal dan bergerak di dalamnya. Bila kenyamanan berkurang, maka rasa kepemilikan lansia terhadap rumah tinggalnya cenderung berkurang. Oleh karena itu, kebutuhan lansia akan teritori menjadi hal yang cukup penting untuk diwadahi dalam rumah tinggal keluarga multigenerasi.
Skripsi ini akan membahas peranan rumah tinggal keluarga multigenerasi dalam mewadahi kebutuhan teritori lansia, khususnya peranan rumah tinggal yang memungkinkan terbentuknya teritori lansia. Studi kasus dilakukan pada rumah tinggal yang dimiliki anak dan yang dimiliki lansia. Pembentukan teritori lansia dapat terlihat pada penyusunan dan penataan ruang, pemakaian ruang, serta kontrol ruang yang dilakukan oleh lansia. Selain itu, akan dibahas pula mengenai faktor pembentuk teritori lansia seperti kemunduran fungsi tubuh dan pandangan penghuni mengenai rumah tinggal multigenerasi. Temuan skripsi ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk mendesain rumah tinggal lansia dimana aspek psikologis turut diperhatikan di samping aspek fungsional dan estetika.

In Indonesia, we can find the dwelling inhabited by multigeneration family that consist of the elderly, their children, and their grandchildren. Physical and nonphysical aspects of the dwelling can give positive influence for elderly's life quality. But, it can not be ignored that the needs of each generation can cause conflicts that influence the elderly's comfort in staying and moving in their own dwelling. Lack of comfort tends to decrease elderly's feeling of possession to their dwelling. So, the need of territory is important in multigeneration dwelling.
The focus of this study is to discuss the role of multigeneration dwelling in fulfilling elderly's territorial need, specifically for the role of dwelling space in shaping this territory. The shaping of elderly's territories can be seen in the usage of the room and on the arrangement of furniture and rooms in the dwelling, exclusiveness of use, and control space. In addition, this study also explains the factors that shape territories such as the decrease on elderly's body function and conception of dwellers about multigeneration dwelling. Finally, this study provides suggestion on elderly dwelling design in which psychological aspects become the focus of attention beside functional and aesthetic aspects.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51593
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Achir Yani S. Hamid
"Penelitian ini bertujuan menguraikan perbedaan persepsi keluarga dan lansia tentang pemenuhan kebutuhan lansia selama mereka tinggal bersama. Sampel terdiri dari tiga puluh keluarga (anak/menantu wanita lansia) dan 30 lansia wanita yang dipilih secara purposif dan tinggal dalam satu rumah. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang besar antara harapan keluarga dengan lansia dalam hampir semua pemenuhan kebutuhan lansia, keculai kebutuhan spiritual.

The purpose of this research was to describe the different perception of expectation between the family and the elderly concerning their needs. Thirty families (daughter/daughter in law) and 30 elderly women who were purposefully selected and stayed at the same house. The result of this study revealed that there were different expectations as perceived by families and the elderly women for all aspects of the elderly needs expect for spiritual needs."
1997
JJKI-I-2-Juli1997-39
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Wuri Adi Handayani
"Tempat tinggal mempakan kebutuhan pokok dan salah satu tugas perkembangan dari pasangan muda. Namun saat keadaan ekonomi Indonesia yang sedang dilanda krisis seperti sekarang ini, kebutuhan akan tempat tinggal menjadi lebih sulit untuk dipenuhi. Alasan mengapa kebutuhan ini menjadi lebih sulit karena harga di sektor perumahan yang membumbung tinggi dan menurunnya daya beli masyarakat. Oleh karena itu tinggal bersama mertua atau orangtua merupakan salah satu pemecahan masalah.
Setiap individu memiliki kebutuhan akan teritori. Kebutuhan teritori berkaitan erat dengan privacy karena territoriality merupakan salah satu mekanisme untuk memenuhi kebutuhan pnVacy (Shaw & Constanzo,1982). Bagi pasangan muda kebutuhan akan privacy dan teritori menjadi sangat penting karena sebagai pasangan yang baru menikah mereka harus melakukan penyesuaian seksual dan penyesuaian terhadap keluarga pasangan (Hurlock, 1980).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif agar gambaran dan dinamika penyesuaian diri subjek, balk sebagal Indlvidu maupun keluarga yang bersifat unik dapat tertangkap dan dipahami dengan lebih balk sesual dengan makna yang diberikan dari sudut pandang indlvidu yang bersangkutan. Dapat dikatakan pula bahwa penelitian ini bersifat deskriptif karena berusaha menggambarkan keadaan, gejala dan proses yang terjadi pada diri indlvidu. Data untuk penelitian ini didapat dari wawancara yang mendalam dengan subjek penelitian dengan karakteristik yaitu wanita bekerja yang telah menikah maksimal lima tahun dan telah dikaruniai anak yang tinggal bersama mertua.
Subjek yang memiliki cukup teritori dengan batas yang jelas dan disepakati oleh keluarga pasangannya merasa puas dengan privacy yang dimllikinya. Sedangkan subjek yang tidak memiliki batas teritori yang jelas akan mengalami kesulitan untuk mengontrol stimulus yang keluar-masuk teritorinya.
Tinggal bersama mertua juga memiliki sisi positif yaitu pasangan muda dapat berhemat dan memiliki orang yang dapat dimintai pertolongan untuk menjaga anak mereka saat mereka pergi bekerja. Bagi pasangan yang belum mampu secara ekonomi, tinggal bersama mertua tetap merupakan cara pemecahan masalah yang balk."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2899
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Perubahan secara psikis dan fisiologi yang terjadi pada lansia akan menimbulkan
pengaruh nada seluruh aspek kehidupan, khususnya pada lansia yang tinggal di panti.
Penitipan atau keputusan yang diambil sendiri oleh lansia untuk tinggal di panti masih
menimbulkan perdebatan di rnasyarakat, sebagian masyarakat ada yang beranggapan
bahwa penitipan Iansia di panti menyalahi tradisi dan nilai agama. Lansia yang memilih
tinggal di panti atau dititipkan oleh keluarganya akan menyebabkan lansia tersebut harus berpisah dengan keluarga dan lingkungan yang selama ini begitu dekat dan akrab dalam kehidupan lansia sehari-hari dalam waktu yang lama dan harus beradaptasi kembali dengan lingkungan yang baru. Lansia yang tinggal di panti bisa memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap keluarganya yang tinggal di rumah. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi persepsi Iansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budhi Dharma Bekasi terhadap keluarga yang tinggal di rumah. Populasi yang di ambil yaitu lansia yang tinggal di PSTW Budhi Dhanna Bekasi, dan pengambilan sampel sebanyak 30 orang lansia berdasarkan metode “Consecutive sampling? Data diperoleh melalui pengisian kuesioner atas persetujuan responden, dan kemudian data tersebut di analisa dengan rnengunakan minus Distribusi frekuensi / Tendensi sentral untuk mendapatkan nilai mean, median, modus, dan standart deviasi serta pengolahan data di bantu dengan software SPSS versi 10.0 for Windows. Kesimpulan akhir dari hasil analisa data di peroleh bahwa 90 % lansia yang tinggal di PSTW Budhi Dharma Bekasi memiliki pesepsi positif terhadap keluarganya yang tinggal di rumah."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5225
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Sari
"Masa lanjut usia, hampir selalu identik dengan berbagai macam perubahan yang mengarah pada kemunduran. Perubahan-perubahan yang dialami lansia pada aspek fisik, kognitif, sosial dan emosional sering berpengaruh terhadap kehidupan pribadi mereka. Keadaan kesehatan yang buruk, ingatan yang makin berkurang, kehilangan peran dalam pekerjaan; kehilangan pasangan hidup atau teman sejawat, merupakan contoh-contoh perubahan yang membuat mereka sering merasa tidak berharga, tidak berguna dan kurang menghargai diri sendiri. Lebih jauh lagi hal ini mempengaruhi keterlibatan dan pola interaksi mereka dengan lingkungan sekitarnya.
Selain itu masalah kesenjangan pengalaman antar generasi muda dan tua sekarang ini, tampaknya membuat kedudukan lansia yang pada masyarakat tradisional dulu merupakan sumber berkat dan restu, menjadi memudar. Menurut penelitian Berg dkk,1981 (dalam Schultz & Moore, 1982) keadaan ini sering menyebabkan lansia mengalami kehilangan 'kepercayaan diri serta lebih jauh lagi mengalami keterasingan dari teman-teman dan keluarga. Keadaan-keadaan tersebut diatas, menurut Schultz & Moore (1984) menimbulkan keterasingan sosial (social isolation) diantara para lansia sehingga mereka mengalami kesepian.
Dari poll pendapat yang dilakukan Haris dkk (dalam Schlutz & Moore, 1984) diperoleh hasil bahwa kesepian merupakan "masalah yang serius" menurut para lansia 65 tahun keatas. Demikian pula penelitian Schultz & Moore (1984) menunjukkan bahwa hampir seluruh subyek penelitian berusia 55-75 tahun mengalami kesepian (taraf sedang) dan hanya 10% yang mengatakan tidak pernah mengalami kesepian. Dengan berasumsi bahwa penelitian-penelitian tersebut dilakukan di Barat dengan kondisi budaya yang berbeda dengan di Indonesia, timbul keinginan penulis untuk meneliti keadaan tersebut di Indonesia, khususnya Jakarta. Adanya pergeseran pola keluarga (dari keluarga luas ke keluarga batih) yang banyak melanda kota-kota besar termasuk Jakarta, menimbulkan berbagai pilihan tempat tinggal bagi para lansia yang tinggal di kota-kota besar. Walaupun sebagian besar lansia di Indonesia tinggal bersama keluarga mereka dirumah, namun penyediaan sarana panti werdha yang memenuhi berbagai fasilitas memungkinkan lansia memilih tempat tinggal bagi mereka sendiri.
Dalam usaha mengetahui gambaran kesepian pada lansia di Jakarta, penulis akan membandingkan variabel tersebut pada kondisi lingkungan tempat tinggal lansia, yaitu lansia yang tinggal di rumah (dengan keluarga) dan lansia yang tinggal di panti werdha. Adapun subyek penelitian yang diambil berusia 60-80 tahun dan masih sehat, dalam arti belum mengalami senilitas, mengingat pengambilan data dilakukan dengan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kedua kelompok tidak terdapat ?lansia yang mengalami kesepian tingkat tinggi (chronic loneliness). Sedangkan gambaran kesepian pada lansia yang tinggal di panti werdha menunjukkan sebagian besar mengalami kesepian tingkat sedang (situational loneliness) dan hanya sebagian kecil tergolong tingkat rendah (transient loneliness). Sementara lansia yang tinggal di rumah lebih banyak yang tergolong tingkat rendah (transient loneliness) dibandingkan tingkat sedang (situational loneliness).
Hasil ini menunjukkan bahwa pada kondisi masyarakat Indonesia, hubungan dan interaksi yang terjalin dalam keluarga masih belum dapat digantikan dengan hubungan sesama teman sebaya sehingga mereka yang tinggal di panti lebih merasa kesepian walaupun mereka berkumpul dengan teman seusia yang cenderung memiliki minat dan ide yang sama. Demikian juga tidak adanya lansia yang tergolong chronic loneliness menunjukkan bahwa rasa penghargaan dan penghormatan terhadap lansia yang dianggap "sesepuh" tampaknya masih berpengaruh sehinqqa dimanapun mereka berada kebutuhan akan hal-hal tersebut cukup terpenuhi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meirina
"Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga, karakteristik keluarga dan lansia dengan pemenuhan nutrisi pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Bogor Selatan. Metoda Penelitian ini penelitian kuantitatif yang bersifat diskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. dengan besar sampel 219 dengan teknik pengambilan sampel cluster sampling, dihitung secara cluster proporsional.
Hasil penelitian Ada hubungan dukungan emosional (p 0,000), instrumental (p 0,000), dan penghargaan (p 0,002) dengan pemenuhan nutrisi lansia. Dari karakteristik keluarga dan lansia ada hubungan fungsi kesehatan keluarga dengan pemenuhan nutrisi ((p 0,000), ada hubungan pola makan dengan pemenuhan nutrisi lansia (p 0,003) dan ditemukan pula interaksi antara dukungan emosi dengan fungsi kesehatan keluarga.

The purpose of this study is to determine the correlation between family's support and characteristics to elderly nutrition fulfillment in public health center in working area of South Bogor. This study used descriptive correlation design with cross sectional approach. The sample of 219 was calculated using cluster proportional and recruited using cluster sampling technique.
The result showed that there were significant correlation between emotional support (p=0,000), instrumental (p=0,000), and acknowledgement (p=0,002) with elderly?s nutritional fulfillment. There were correlation between family health function with elderly nutrition fulfillment (p=0,000), between family's meal pattern with elderly nutrition fulfillment (p=0,003), and it was found interaction between emotional support with family health function
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Fadillah
"Depresi adalah masalah atau penyakit mental yang seringkali terjadi pada lansia namun tidak terdeteksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat depresi yang dialami lansia di Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Jawa Barat. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan teknik consecutive sampling pada 100 responden. Instrument penelitian yang digunakan adalah Geriatric Depression Scale (GDS).
Hasil penilitian menunjukkan bahwa 77,0 % lansia yang mengalami depresi ringan, 4,0 % lansia mengalami depresi berat dan yang tidak mengalami depresi ada 19,0 %. Penelitian ini menyatakan bahwa lansia yang tinggal bersama keluarga pun rentan mengalami depresi. Hasil penelitian menyarankan agar pihak keluarga dan lingkungan meningkatkan dukungan terhadap lansia.

Depression is a problem or mental disorder that always happens in elderly however it can’t be detected. This study purposed to know elderly depression level in elderly at Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Jawa Barat. This is a descriptive research designed using consecutive sampling technique in 100 elderly respondents living with family. Research instrument used Geriatrics Depression Scale (GDS).
The results showed that 77,0 % elderly with minor depression, 4,0% elderly with mayor depression, and 19,0 % elderly without depression. This research means that the elderly who live with family also have risk for getting depression. The results suggest that the family and environment should increase the supports for elderly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46662
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theodora Subyantoro
"Populasi manusia kian meningkat dari hari kehari dan mengingat perkembangan teknologi dan program KB, maka dapat diramalkan bahwa populasi terbesar akan bcrada pada populasi lansia. Oleh karena itu adalah penting untuk memperhatikan keberadaan populasi lansia Panti werda adalah sebuah pilihan yang patut dipertimbangkan. Namun citra panti werda, khususnya di Indonesia tidaklah positif di kalangan masyarakatnya. Unmk merubah citra tersebut, pardi werda harus menjadi tempat tinggal yang bisa membuat lansia merasa sejahtera. Seseomng dapat merasa sqiahtera ketika kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk ruembuat penelilian mengenai gambaran kebutuhan lansia yang tinggal di panti werda. Untuk mendapatkan gambaran kebutuhan yang dapat dilanjutkan menjadi intervensi yang cukup aplikatif bagi sebuah panti werda, maka penelitian ini harus dibuat pada sebuah panti werda saja. Untuk itu, peneliti hanya melakukan penelitian ini di PWK Hana.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori kebutuhan Abraham Maslow. Teori ini menyebutkan adanya 5 tingkatan kebutuhan, yakni kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa cinta dan memiliki, kebumlwn penghargaan dan kebutuhan aktualisasi. Teori kebutuhan ini berbentuk hiradri, dimana kebutuhan yang diatasnya hanya dapat terpenuhi ketika kebutuhan yang dibawahnya sudah terpenuhi. Namun karena peneliti ingin melihat kebuulhan mana yang lebih dominan dari 5 kebutuhan ini, maka peneliti melihat kelima kebutuhan inisecara sejajar. Hal ini didukung oleh literatur yang mengatakan bahwa penggunaan hirarki dalam teori kebutuhan Maslow tidakdah mutlak.
Hasil penelitian dari 30 lansia yang tinggal di PWK Hana ini memperlihatkan bahwa kebutuhan tertinggi dari lansia yang tinggal di PWK Hana adalah kcbutuhan aktualisasi diri dengan spesifikasi kabutuban tertinggi didalamnya, yaitu kebutuhan txansendensi diri dan kebutuhan terendalmya adalah stimulasi. Sedangkan kebutuhan terendah adalah kebutuhan rasa aman, dengan spesifikasi kebutuhan tertinggi didalnmya adalah kebutuhan akan lingkungan. Dalam penelitian ini, peneliti juga melihat gambaran kebutuhan lansia yang tinggal di PWK Hana berdasarkan jenis kelamin, usia, status pemikahan dan lamanya tinggal di PWK Hana sebagai analisis tambahan.
Dari keseluruhan hasil penelitian yang ada, peneliti melihat beberapa hal yang menafik, diantaranya adalah kenyataan yang memperlihatkan tingginya kebutuhan akan aktualisasi diri memicu kita untuk dapat memikidcan intervensi-intervensi dan meniotivasi lansia untuk lebih aktif dan produktif dalam artian yang luas sehingga dapat membuat mereka merasa lebih berguna baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain disekitamya.
Isu lainnya yang muncul dalam penelitian ini adalah masih adanya kebutuhan seks, khususnya pada lansia laki-laki. Masih adanya dorongan seksual ini perlu diperlukan pemenuhannya atau penyalurannya melalui cara-cara yang dapat diterima oleh masyarakat kita."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>