Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73048 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Denny Harirezanto
"Perkembangan teknologi Telekomunikasi seluler kian hari kan pesat Persaingan antar operator untuk memberikan layanan terbaik untuk pelanggan semakin keras. PT Telkomsel sabagai salah satu operator dengan jumlah pelanggan terbesar di Indonesia tentunya ingin mempertahankan pelanggannya dengan memberikan kualitas jaringan yang baik.
Salah satu masalah kualitas di teknologi seluler adalah terputusnya panggilan ketika sedang melakukan pembicaraan. Hal ini seling disebut dengan istilah "Drop Call". Masalah ini juga dialami oleh PT Telkomsel. Setelah mengambil data jaringan radio frekuensi area segitiga emas dan Airport, terlihat ada beberapa area yang nilai drop call nya belum mencapai target.
Six Sigma merupakan sebuah metodologi terstruktur mengurangi. Cacat pada proyek ini didefinisikan jika nilai drop call pada suatu area melebihi batas arnbang yaitu 0,94%. Oleh karena itu dengan menggunkan metode six sigma akan didapat langkah-langkah perbaikan untuk menurunkan nilai drop call. Solusi yang pontensial kemudian dieksekusi dan dianalisa responnya terhadap nilai drop call.

The develpoment of celular telecommunication technology now days going big. Competition between operator to deliver the best service for customer going hard. PT Telkomsel as one of the opertor with the biggest customer in Indonesia would like keep their customer by deliver good quality of network.
One of the problem quality is disconnect call during conversation which is know as "drop call". This problem was also occured by PT Tell-romsel After collecting radio Hequency network data at golden triangle and airport area shown there some area that After collecting data of Radio Frequency network at golden trianggel and airport area shown there some area that the drop call rate not achieving target.
Six Sigma are a structures methodology decreasing defect. Defect on this project define as area that have drop call rate above the threshold which is 0,94%. Because of that, by using six sigma methode will generate several step of improvement for decreasing drop call rate. After that Potential solution are executed and analysis the respon to drop call rate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S50225
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Hasyim
"ABSTRACT
Propagasi gelombang radio dapat diartikan sebagai proses perambatan gelombang radio dari pemancar ke penerima. Gelombang ini akan merambat melalui udara bebas menuju antena penerima dan mengalami redaman di sepanjang lintansannya, redaman perangkat dan saluran transmisi, sehingga ketika sampai di antena penerima, energi sinyal sudah sangat lemah. Line of sight (LOS) merupakan salah satu jenis propagasi di mana diantara stasiun pengirim dan stasiun penerima tidak terdapat penghalang. Kendala geografis dan kelengkungan bumi menyebabkan adanya keterbatasan untuk transmisi line of sight, namun masalah ini secara umum dapat dikurangi melalui perencanaan, perhitungan dan penggunaan teknologi tambahan. Dalam perencanaan sistem komunikasi radio, kinerja LOS perlu direncanakan cadangan daya akibat fluktuasi sinyal serta analisis kehandalannya. Sistem radio gelombang mikro digital antar titik yang menggunakan frekuensi 13 GHz dengan modulasi 16 QAM, bit rate 140 MBps,dan noise figure 0,7 dB memerlukan daya pancar -4,488 dBm, fading margin sebesar 85,51 dB dan kehandalannya sebesar 99,9999999%."
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika,Badan Penelitian dan Pengembangan SDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2016
302 BPT 14:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Siti Khaero Sofia
"Bagian Satu
Analisis Situasi
Saat ini, sudah banyak program acara wisata di televisi, namun, di radio belum banyak. Maka dari itu, memberikan informasi tentang tempat wisata yang menarik kepada khalayak radio adalah cara untuk menyadarkan masyarakat terhadap kekayaan alam Indonesia. Dengan membuat sebuah program yang mengulas tempat indah di Indonesia yang bisa dikunjungi untuk wisata, akan menarik masyarakat untuk mencintai kekayaan alam Indonesia.
Berdasarkan hasil riset kepada 100 pendengar Mustang FM, dapat disimpulkan seluruh responden memiliki minat dengan dunia pariwisata dan membutuhkan informasi tentang akomodasi wisata sampai tips menarik dalam melakukan perjalanan wisata. Mereka menyambut positif rencana Mustang FM untuk membuat program radio semacam ini. Informasi ini mereka perlukan karena mayoritas responden menyatakan berencana melakukan perjalanan wisata untuk menghilangkan kejenuhan dari rutinitas.
Bagian Dua
Manfaat dan Tujuan Pengembangan Prototipe
Manfaat bagi khalayak:
Mendapatkan informasi tentang wisata, mulai dari akomodasi, harga perjalanan, cara untuk ke destinasi, sampai tips yang dibutuhkan untuk jalanjalan efektif.
Tujuan sosial:
Memenuhi kebutuhan pendengar tentang destinasi wisata di Indonesia yang bisa dikunjungi.
Tujuan ekonomi:
Mendapatkan pengiklan yang banyak, terutama pada bidang pariwisata, misalnya perusahaan travel atau iklan pariwisata dari kementrian pariwisata.
Bagian Tiga
Prototipe yang Dikembangkan
Prototipe yang dikembangkan adalah program radio wisata berbentuk sequences dengan segmentasi anak muda Jakarta dengan status sosial ekonomi AB. Rencananya, program bernama "Eksonesia" (Eksotik Indonesia) ini akan disiarkan di Mustang FM setiap Jumat, pukul 16.00 - 18.00 WIB. Acara ini berdurasi dua jam dengan pembagian dua sesi, Di setiap episode “Eksonesia” membahas berbagai tujuan wisata yang berbeda-beda. Di sesi pertama akan membahas destinasi wisata yang menarik dari kota yang sedang dibahas. Pada sesi kedua akan membahas destinasi wisata yang menarik dari kota yang sedang dibahas.
Bagian Empat
Evaluasi
Pre-test dilakukan dengan menggunakan metode FGD dan mengambil peserta sebanyak 30 orang. FGD akan dilaksanakan dua minggu sebelum hari pertama siaran perdana. Instrumen media pre-test berupa panduan FGD. Sedangkan evalusi dikelompokan menjadi dua, yaitu: evaluasi produksi dan kualitas program serta evaluasi khalayak; dan evaluasi biaya. Evaluasi khalayak dan evaluasi produksi dan kualitas program akan dilakukan secara bersamaan. Untuk melakukan dua evaluasi tersebut harus melakukan sebuah metode. Metode yang dimaksud adalah telesurvei kepada pendengar. Survei juga dilakukan melalui website Mustang FM atau email respon dari pendengar. Evaluasi dengan telesurvei yang diadakan pada empat episode pertama (satu bulan). Sedangkan evaluasi dengan memantau respon yang masuk, baik melalui email maupun Twitter dilakukan secara terus-menerus. Evaluasi biaya dilakukan setiap bulan dengan dengan membandingkan biaya produksi program, dan pendapatan program.
Bagian Lima
Anggaran
Anggaran pembuatan program per episode: Rp 2.640.000
Total biaya produksi program selama tiga bulan (13 episode): Rp 34.320.000
Anggaran Pre Test: Rp 1.825.000
Anggaran Evaluasi: Rp 1.800.000

First Section
Situation Analysis
Nowadays, many traveler programs on television, however, it's just a few on the radio. Therefore, provide information about tourist destination in the radio is a way to make people aware about Indonesia. By creating a program to review the beautiful places in Indonesia that can be visited for tours, it will make people love the nature of Indonesia.
Based on the research results to the 100 Mustang FM's listeners, it can be concluded that all respondents have an interest about tourism and need information about tourist accommodation, and tips how to make a travel. They responded positively to this travel programs plan. They need this information to make a travel planning for eliminate boredom of routine.
Second Section
Benefits and Prototype Development Goals
Benefits to the audience: Get the information about traveler, from accommodation, the price of the trip, how to go to the destination, until the tips needed to be an effective travel.
Social objectives: Suit of listeners about tourist destinations that can be visited in Indonesia.
Economic objectives: Get a many advertisers, especially in the field of tourism, for example, a travel company or advertising of tourism from the tourism ministry.
Third Section
Prototype Developed
The prototype developed is shaped travel radio program sequences, with young children Jakarta segmentation, with AB socioeconomic status. In the idea, the program called "Eksonesia" (Eksotik Indonesia) will be broadcast in Mustang FM every Friday at 16:00 to 18:00 pm. This event lasted two hours with the division of the two sessions. In each episode of "Eksonesia" discusses many various tourist destinations. In the first session, this programs will discuss the interesting tourist destinations of the city. The second session will discuss the interesting tourist destinations of the city.
Fourth Section
Evaluation
The pre-test was conducted by using FGD and take as many as 30 participants. FGDs will be held in two weeks before the first day of premiere broadcast. Instruments such as the pre-test media is a FGD guide. While, the evaluation grouped into two, namely: production and program quality evaluation, audience evaluation, and costs evaluation.
Audiences evaluation and production and program quality evaluation will be carried out simultaneously. To perform this two evaluations, it use listener’s tele-survey method. The survey will also conducted with the response of listeners in the website or email of the Mustang FM. Evaluation with telesurvey will held on the fourth episodes (first month). While evaluation will be held continuously by monitoring responses received, either via email or Twitter. Cost evaluation will be held a monthly by comparing the cost of program production, and program income.
Fifth Section
Budget
Programming budget per episode: Rp 2,640,000
Total cost of production of the program for three months (13 episodes): Rp 34.320.000
Pre Test Budget: Rp 1.825.000
Evaluation Budget: Rp 1.800.000
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S54272
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
I Dewa Ayu Hendrawathy Putri
"RRI sebagai salah satu unit pelayanan teknis pemerintah di bidang jasa penyiaran, sejalan dengan tingkat
perkembangan dan kemajuan pelayanan, perlu memiliki landasan kerja guna meningkatkan dan menjamin
mutu pelayanan jasa penyiarannya.
Public Relations yang merangkap bagian divisi Pemasaran dan Pembangunan Usaha secara struktural berada di bawah pimpinan perusahaan. Pada bagian divisi Pemasaran dan Pembangunan Usaha hanya terdiri dari sepuluh orang dan semuanya berperan penting menjadi seorang PR yang mampu mempromosikan RRI. PR diberi wewenang untuk menjalankan tugas sebaik-baiknya khususnya dalam menjalin hubungan dengan pemasang iklan agar dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk memasangkan iklan khususnya bagi masyarakat pendengar. Team kerja PR dituntut untuk berkreativitas
dalam mempromosikan dan memasangkan produk perusahaan sesuai dengan tugasnya masing-masing. Dengan cara demikian PR dapat terlaksana dengan baik dan lancar sehingga dapat tercapainya tujuan perusahaan.
Kegiatan PR juga berupaya untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara badan usaha atau organisasi
dengan publiknya. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian pemasang iklan untuk memasangkan iklannya,
usaha untuk menanamkan kesan yang menyenangkan, sehingga timbul opini publik yang menguntungkan
bagi kelangsungan hidup perusahaan. Sikap yang simpatik, ramah dan sopan yang menunjukkan perhatian
terhadap publik akan menciptakan suatu kerja sama yang baik antara Public Relations dengan para pemasang
iklan sehingga dapat menghasilkan kerja sama yang profesional."
[Place of publication not identified]: Jurnal Kajian Komunikasi, 2015
384 JKKOM 3:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dera Annisa
"Konteks sebagai hal-hal yang membangun wacana menjadi salah satu faktor penting dalam sebuah komunikasi, salah satunya komunikasi radio. Pemahaman konteks yang baik oleh peserta percakapan, dalam hal ini penyiar dan pendengar, membantu interaksi antarpeserta dapat berjalan dengan baik pula. Pemahaman unsur-unsur konteks, seperti latar (setting), peserta (participants), hasil (ends), amanat (act sequences), cara (key), sarana (instrument), norma (norms), dan jenis (genre) yang diakronim menjadi SPEAKING, membantu peserta percakapan untuk saling memahami dan memenuhi fungsi primer bahasa, sebagai salah satu alat untuk berkomunikasi.

As the element that built discourse, context is become the important factor in communication, for example radio communication. With a good understanding to context,two participants—announcer and listener—can establish a good interaction. The elements of context are setting, participant, result, act sequences, method, instrument, norm,and genre (SPEAKING) . Those elements help participant to understand each other and fulfill primary language function, as an instrument to communicate."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S52486
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Garmiasih Arzyanti
"Era globalisasi yang melanda dunia dewasa ini, telah membawa berbagai pengaruh dan perubahan kepada lingkungan dunia usaha secara global. Dunia usaha tidak saja menjadi semakm kompetitif. namun juga batas-batas antara negara menjadi semakin menipis. Keadaan ini, menimbulkan suatu tanggung jawab baru yang mendorong perusahaan untuk secara konsisten mengadakan hubungan baik dengan pihak-pihak di luar perusahaan. Pada kondisi demikian, informasi dan komuuikasi menjadi sangat berperan dalam upayanya menunjukkan goockvill serta menjaga reputasi perusahaan.
Seraentara ini. era go public khususnya yang mulai Terjadi pada beberapa perusahaan milik negara di Indonesia, kian menempalkan informasi dan komunikasi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dan strategi perusahaan. Dampak terpenting yang dirasakan perusahaan yang telah melakukan go public adalah 'keterbukaan' dan hal ini merupakan suaru konsekueusi yang logis. Dengan adanya rencana perusahaan untuk go public, maka kegiatan pengelolaan dan penyebaran informasi dituntut untuk dapat lebih lerencana. terarah dan terkonsep, dengan memperhatikan faktor keragaman, kedalaman, ketepatan, kejujuran dan pembabaruan.
Konsekuensi ini pun, akan berlaku bagi PT.Garuda Indonesia yang tengah mempersiapkan did untuk mengikuti Badan Usaha Milik Negara lain yang telah terlebih dahulu melakukan go public. Bcrdasarkan adanya tuntutan tersebut, masalah keterbukaan informasi menjadi salah satu aspek yang perlu menjadi perbatian utama perusahaan, khususnya unit kerja yang terkait dengan masalah penyebaran informasi dan kegiatan menjaga nama balk perusahaan.
Pertanyaan mendasar yang kemudian muncul adalah apakah seluruh jajaran didalam organisasi perusahaan telah siap dalam menghadapi tuntutan tersebut. Berdasarkan hal tersebut di atas, bagaimana pemahaman di selumh jajaran akan pentingnya data & informasi. tersedianya data yang lengkap dari masing-masing unit kerja, kemudahan akses dalam mendapatkan data & informasi diantara sesama unit kerja didalam perusahaan serta pemahaman akan peran kehumasan dan media massa merupakan masukan yang berharga bagi PT.Garuda Indonesia dalam hal persiapan menghadapi keterbukaan informasi. terutama untuk penyusunan program-program komunikasi guna mendapatkan kepercayaan masyarakat dan nama baik perusahaan.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zainul Maarif
Jakarta: Rajawali, 2015
302 ZAI r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
A. Danardana
"ABSTRAK
Masuknya suatu bentuk inovasi ke tengah masyarakat terutama karena terjadi komunikasi antar anggota masyarakat itu sendiri. Komunikasi antar angota masyarakat merupakan komunikasi antara pribadi yang terjadi, yaitu individu-individu sebagai anggota masyarakat berhubungan secara langsung. Hubungan-hubungan individu dalam masyarakat ini akan membentuk suatu pola hubungan yang pada akhirnya akan membentuk suatu jaringan komunikasi. Pada dasarnya jaringan itu akan membahas satu permasalahan, demikian pula dengan inovasi. Masuknya suatu bentuk inovasi menjadi salah satu topik pembicaraan, sehingga dalam kenyataannya topik itu membawa komunikasi antar pribadi ke dalam hubungan-hubungan tersendiri.
Dalam menghadapi suatu bentuk inovasi, seorang individu cenderung membahasnya atau mengkomunikasikannya dengan individu lain yang menjadi teman dekat dalam percakapan. Kemudian informasi itu akan berjalan melalui individu-individu lain yang memiliki hubungan. Pada akhirnya informasi-informasi itu akan diterima oleh individu lain yang berada di luar jaringannya. Ini menunjukkan bahwa di dalam satu jaringan luas persebaran suatu bentuk inovasi akan dilakukan melalui kelompok-kelompok kecil di dalamnya yang memiliki hubungan khusus. Kelompok-keompok kecil itu dikenal sebagai klik.
Menghadapai suatu bentuk inovasi, jaringan komunikasi dalam suatu masyarakat memiliki peran yang amat besar, terutama dalam proses penerimaan dan persebarannya. Proses penerimaan menyangkut permasalahan di sekitar diterima atau tidak oleh individu-individu dalam masyarakat. Dengan demikian persebaran suatu bentuk inovasi berpusat pada jaringan-jaringan komunikasi yang ada pada masyarakat.
Kecepatan proses penerimaan dan persebarannya juga ditentukan oleh bentuk jaringan yang ada dalam masyarakat itu. Bentuk jaringan yang dimaksud adalah bagaimana hubungan yang terjalin antar anggota jaringan secara keseluruhan. Dalam kasus inovasi kerajinan gerabah Kasongan menunjukkan bahwa proses penerimaan dan persebaran suatu bentuk inovasi begantung dan berpusat pada jaringan-jaringan komunikasi para pengrajin gerabah. Di dalam jaringan itu terdapat beberapa klik yang membantu proses penerimaan serta persebarannya.
Penelitian ini mengambil lokasi desa kerajinan gerabah Kasongan yang telah berhasil mengembangkan din dengan merubah industri gerabah menjadi kerajinan gerabah. Keberhasilan itu sebagai akibat pola hubungan atau jaringan yang ada pada para pengrajin gerabah. Dalam penelitian digunakan beberapa cara untuk mencari data, yaitu (1) pengamatan secara langsung, (2) diskusi kelompon terfokus (focus group discussion) dan (3) wawancara secara langsung dengan menggunakan pedoman wawancara.
Keberhasilan pengrajin gerabah Kasongan dalam melakukan inovasi sangat ditentukan oleh bentuk jaringan para pengrajin itu sendiri. Ini terbukti bahwa para pengrajin gerabah yang membentuk satu jaringan bebas ternyata dengan mudah dapat menerima dan menyebarkan dengan cepat suatu bentuk inovasi. Sebagai akibatnya kerajinan gerabah Kasongan dilihat sebagai suatu kesempatan kerja. Oleh karena itu setelah inovasi banyak pengrajin-pengrajin baru muncul dan menyebabkan jumlah anggota dalam jaringan pengrajin semakin bertambah. Ini merubah pola hubungan atau jaringan komunikasi yang telah ada dan terdapat beberapa kelompok. Dengan demikian hubungan antar anggota dalam jaringan bisa terjadi dengan melalui perantara."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arman Djohan Diponegoro
Depok: Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Irwansyah
""Mudik" adalah kegiatan orang yang pulang ke kampung halaman mereka. Kegiatan ini berhubungan dengzn tradidi tahunan untuk merayakan Lebaran setelah puasa Ramadhan sebulan. Pada saat itu, ada kesempatan untuk berkumpul bersama orang tua, keluaega besar, dan tetangga yang juga melakukan perjalanan dari kampung halaman mereka dan bekerja secara berbeda pada wilayah imigran. Sejak "Mudik" menjadi acara yang penting, saat ini, ada tren individu, kelompok, komunitas, perusahaan, dan pemerintah untuk meminta dan menggiatkan boro orang daerah imigran umtuk berpartisipasi pada kegiatan "pulang ke kampung halaman" ("mudik bareng"). Banyak cara promosi dan publikasi yang digunakan baik dari media konvensional seperti poster, pamflet, banner jalan, termasuk meeia masa, dan media baeu seperti Facebook dan Twotter. Penelitian ini berfokus tentang bagaimana alat teknologi komunikasi dimanfaatkan tidak hanya untuk promosi atau program publik tapi juga menggerakkan orang-orang. Tulisan ini berfokus pada bagaimana komunitas kampung Pule di Jakarta menggdrakkan anggota kelompok mereka untuk program tersebut dengan mengginakan teknologi komunikasi handphond. Kajian ini menggunakan beragam jenis, sentralitas, dan eigen yang didasari pada analisis jaringan osial untuk menggambarkan jaringan teknologi komunikasi hanphone diantara anggpta kelompok. Analisis jaringan sosial bertujuan untuk mengidektifikasi tingkat perusahaan dan kordinasi dari komunitas kepemimpinan yang disentralisasikan, dan diidentifikasi jaringan kohesi dan integrasi. Sementara, sentraliti dari analisis jaringan sosial memilimi keobjektifan untuk mengidentifikasi komunitas kepemimpinan dari jaringan dan untuk mengobservasi akses dan kontrol terhadap jaringan. Selain itu, eigen dari analisis jaeingan sosial digunakan untuk mengidentifikasi pengaturan tokoh jaringan yang memiliki aturan jaringan yang sama. Penelitian ini menemukan bahwa walaupun teknologi komunikasi handphone sulit digunakan diantara anggota. Komunitas kepemimpinan masij mementingkan bagian populer dan pengaruh pemimpin untuk menggerakan anggota kelompok komunitas pada acara spesial seperti acara "Mudik".

"Mudik" is the activity of boro people which is going back to their villages. This activity is related to annual tradition to clebrate Eid ul-Fitr ("Lebaran") after fasting ("Ramadhan") month. At that time, there is an opportunity to gather with parents, extended families, and neighbours which have also traveled from their village and worked diversely at the migrant regions. Since "Mudik" is important event, nowadays, there is a trend of individuals, groups, communities, companies, and government to ask and encourage boro people at migrant areas to participate in "going back to village together" ("mudik bareng") program. Most of the ways of program promotion and publication ised both conventional media such as poster, phamplet, (street) banner, including mass media, and new media including facebook and twitter. This study focused on how communication technology tool utilized not only to promote or publicize the progra, but also to mobilize boro people. This study focused on how one of boro communites from Pule village at Jakarta mobilize their own group members to the program using communication technology of cellular ohone. The study used density, centrality, and eigenvalue based-social network analysis (SNA) to depict the communication technology network of cellular phone among the group member of boro community. The density of SNA aimed to identify level of corporation or coordination of community leadership decentralized, and identified the cohesion and integration of network. While, the centrality of SNA had an objective to identify the community leadership of network and to observe the access and control toward the network tool. FUurthermore, the eigenvalue of SNA was used tp identify the set of network actors which have the same role at the network. This study found that although the communication technology of cellular phone were heavily used among members. The leadership of community was still important part both as a popular and an influential leader to mobilize group member of community in special event such as "Mudik" Program."
[Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia], 2012
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>