Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60306 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lilian Belinda
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S48978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clark, Roger H.
New York: Van Nostrand Reinhold, 1985
729 CLA p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Djaya Atmadja
"Skripsi ini membahas peran sketsa dalam tahapan merancang arsitektur terkait dengan penyajian pesan yang ingin disampaikan. Sketsa yang dibuat langsung menggunakan tangan dengan kualitas cepat dan bebas, merupakan salah satu representasi dan komunikasi ide arsitektur dalam proses perancangan. Sketsa merupakan proses berpikir visual terkait eksternalisasi mental image arsitek dalam penggagasan ide-ide arstekturnya. Ide arsitektur ini dieksternalisasi dalam perwujudan elemen visual yang ada pada sketsa. Hal ini berkaitan dengan potensi dan peranan sketsa yang mungkin digunakan dalam berbagai tahapan merancang.

This study discusses about the role of sketches in architectural design process associated with the presentation of the idea. Sketches, drawing that are made directly by hand with fast and free qualities, is one of the representation and communication of architecture ideas in design process. Sketches are visual thinking process related to externalization of architect's mental image in initiating his her architectural ideas. The architectural idea is externalized in the embodiment of visual elements that exist in the sketch. It relates to the potential and role of sketches that may be used in various stages of architectural design."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S66447
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halimatussaadiyah Anar
"Skripsi ini membahas perancangan parametrik dalam arsitektur sebagai salah satu bentuk penggunaan logika dalam proses perancangan. Mulai dari definisi parameter dalam perancangan, faktor pembentuk, proses pembentukan hingga metode modifikasinya. Pembahasan dilakukan untuk mengetahui lebih dalam tentang perancangan menggunakan parameter sebagai alat pembentuk rancangan. Menggunakan metode studi literatur yang bersumber dari buku, majalah, jurnal, tesis dan media elektronik untuk mendalami teori tentang parameter dan menganalisis studi kasus untuk melihat praktik nyata perancangan parametrik. Studi memperlihatkan adanya kelebihan penggunaan parameter dalam perancangan dibandingkan dengan perancangan konvensional.

Focus on this study is about parametric design in architecture as a form of using logic in design process. Begin with the definition of parameter in design, forming factors, forming process and modification methods. The aims of this study is to know more about design that using parameter as a tools to create form. Doing literatures study method using books, magazines, journals, thesis and digital media as a source of references to understand the theories about paramater and case study to see a real work of parametric design. Study shows some advantages of using parameters in design instead of none."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42713
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Smithies, Kenneth W.
Bandung: Intermedia, 1982
729 SMI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail Hidayatullah
"Ketika sebuah ilmu eksak menjadi sebuah dasar pemikiran dalam perancangan arsitektur interior, terciptalah sebuah kualitas ruang yang berbeda dari pada umumnya. Melalui salah satu ilmu eksak tersebut yaitu fisika, mencoba menerapkan salah satu cabang keilmuannya. Yang di ambil adalah hukum Newton, mengenai pembelajaran mengenai pergerakan suatu benda dan free fall bodies. Bagaimana hukum Newton itu mengintervensi ruang dengan cara kinetik. Dimana kinetik adalah sebuah seni perpindahan yang tercipta melalui sebuah interkoneksi satu sama lainnya melalui tiga jenis medium, yaitu fluida, cahaya, dan benda solid. Yang mana medium-medium tersebut dijadikan program ruang pada perancangan arsitektur interior. Seberapa besar hal-hal tersebut mempengaruhi sebuah kualitas ruang pada perancangan interior. Sehingga nantinya menciptakan sebuah bangunan baru yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Dan menciptakan sebuah inovasi baru dalam dunia arsitektur interior mengenai sebuah perpindahan.

When a science become a rationale in interior architecture design , creates a different quality of space in general. Through one of the science that’s physics, try applying one of the scientific branches. Law of Newton was choosen, learning about the movement of an object and the free fall bodies. How does Newton's law intervening space with a kinetic way. Where Kinetic is an art of movement that is created through an interconnect with each other through the medium like, fluid, light, and solid. Which is used as a medium courses in designing space in interior architecture design. How big these things are affect a quality of space in the interior design. So it will create a new building that had not previously been unthinkable. And create a new innovation in the world of interior architecture regarding a movement."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S54667
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Rizky Hidayat
"The evolution of architectural design and its parallels with cinematic settings reflect a shared pursuit of timeless, functional, and aesthetically resonant spaces. This study explores the interplay between timeless architectural principles, as outlined in John Ruskin’s The Seven Lamps of Architecture, and the spatial design of the film Dune (2021). Using a qualitative approach, the study examines how the film’s setting aligns with principles such as Power, Life, Memory, and Obedience, demonstrating architecture’s ability to transcend functionality and evoke lasting emotional and symbolic resonance. The analysis highlights how Dune uses architectural elements to construct a futuristic yet historically rooted world, blending brutalist and organic design to adapt to its desert environment while serving the narrative's emotional and functional needs. While the film deviates from Ruskinian ideals of beauty and truth in material expression, it provides a compelling case for how fictional architecture can inspire real-world innovation. The findings suggest that collaboration between architecture and film offers a platform for reimagining the built environment, inspiring architects to push the boundaries of imagination while addressing challenges like urbanization and climate change. Dune shows that architecture in cinema is not just a backdrop but an active participant in storytelling, offering lessons in creating timeless and adaptable spaces for future generations.

Evolusi desain arsitektur dan paralelnya dengan latar sinematik mencerminkan pengejaran bersama terhadap ruang yang abadi, fungsional, dan beresonansi secara estetis. Studi ini mengeksplorasi interaksi antara prinsip arsitektur yang abadi, sebagaimana diuraikan dalam The Seven Lamps of Architecture karya John Ruskin, dan desain spasial film Dune (2021). Dengan pendekatan kualitatif, studi ini meneliti bagaimana latar film selaras dengan prinsip-prinsip seperti Kekuasaan, Kehidupan, Memori, dan Kepatuhan, yang menunjukkan kemampuan arsitektur melampaui fungsionalitas dan membangkitkan resonansi emosional dan simbolis yang langgeng. Analisis ini menyoroti bagaimana Dune menggunakan elemen arsitektur untuk membangun dunia futuristik yang berakar pada sejarah, memadukan desain brutalis dan organik untuk beradaptasi dengan lingkungan gurunnya sambil melayani kebutuhan narasi. Meskipun film ini menyimpang dari cita-cita Ruskinian tentang keindahan dan kebenaran dalam ekspresi material, film ini menunjukkan bagaimana arsitektur fiksi dapat menginspirasi inovasi dunia nyata. Temuan menunjukkan bahwa kolaborasi arsitektur dan film menawarkan platform untuk menata ulang lingkungan binaan, yang menginspirasi arsitek untuk mendorong imajinasi sambil mengatasi tantangan seperti urbanisasi dan perubahan iklim. Dune menunjukkan bahwa arsitektur dalam sinema bukan sekadar latar belakang, tetapi peserta aktif dalam penceritaan, menawarkan pelajaran dalam menciptakan ruang yang tak lekang waktu dan mudah beradaptasi.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
White, Edward T.
Bandung: ITB Press, 1986
729 WHI t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
711.58 DIS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Nindya
"Skripsi ini membahas tentang proses berarsitektur yang dilihat dari sudut pandang musik. Topik ini dapat dikatakan jarang dibahas oleh peneliti yang ada. Musik dan arsitektur masing-masing memiliki elemen yang menjadi dasar dalam penyusunannya sehingga menjadi suatu lagu atau bangunan. Elemen-elemen dasar musik yang utama, yaitu melodi, harmoni, tempo, dan ritme; setara dengan elemen bentuk bangunan, fungsi, program ruang, dan pola pada arsitektur. Elemen-elemen ini yang menjadikan arsitektur dapat dilihat dan diteliti melalui musik.
Musik (music) merupakan suatu wujud atau cara melakukan kegiatan seni, dengan hasilnya berupa lagu (song). Begitu pula dengan arsitektur (architecture) dengan bangunan fisik (building). Dalam mengaji bangunan fisik, studi kasus skripsi ini menelaah tiap bagian bangunan yang dilihat dari elemen penyusun musik. Elemen penyusun musik merupakan dasar pembuatan lagu. Lagu yang indah dan enak didengar memiliki elemen penyusun yang relatif sama. Elemen-elemen penyusun musik antara lain adalah pembukaan (opening) yang biasa disebut intro lagu dimana bagian ini menarik perhatian orang untuk mendengar lebih lanjut. Hal ini terlihat pada bait lagu (atau verse 1, verse 2, dst) sebagai nyanyian, chorus yang merupakan inti dari lagu, bridge dan interlude yang berfungsi sebagai jembatan untuk menyambungkan bagian lagu, dan penutup lagu (ending).
Sama seperti musik, bangunan terdiri dari elemen penyusun yang mirip dengan musik. Entry-pintu masuk, Second space?ruang yang lebih kecil, transit space?ruang perpindahan, transportasi vertikal dan horizontal, major space? ruang utama, dan exit-pintu keluar. Proses berarsitektur mempunyai kaitan yang cukup erat dengan proses bermusik. Hal ini dapat dilihat dari elemen-elemen dasar dan elemen-elemen penyusun yang dimiliki oleh musik ternyata dimiliki pula oleh arsitektur. Ternyata, proses berkarya dalam arsitektur dapat dilakukan melalui pendekatan musik dan sangat berhubungan dengan kegiatan manusia.

This thesis discusses about the process of architecture from the perspective of music. This topic is rarely discussed by previous researchers, so that I take this topic for thesis. Each music and architecture have elements that are the basis for the formulation so that it becomes a song or a building. The basic elements of music namely melody, harmony, tempo, and rhythm. The equivalent of elements of building form namely function, program space, and the pattern on the architecture. These elements that makes the architecture can be seen and studied through music.
Music is a form or way of doing art activities, with the result is song. Similarly, the architecture with the physical structure (building). In studying the building, this paper examines case studies of each part of the building seen from the constituent elements of music. Constituent elements of music are the basis of making the song. The song is beautiful and pleasant to hear, have relatively the same constituent elements. Constituent elements of music ?opening, is commonly called the intro song where part of this interests man's ear to hear more, the temple of the song (or verse 1, verse 2, etc.) as a song, the chorus which is the core of the song, bridge and interlude that serves as a bridge to connect the songs, and a cover song (ending).
Just like the music, the building consists of constituent elements that are similar to music. Entry, Second space, transit space (vertical and horizontal transportation), major space, and exit. Architecting has a fairly close relationship with the music. It can be seen from the basic elements and constituent elements that are owned by the music was also owned by the architecture. The architecture can be done through a musical approach and related to human activities.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42866
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>